Anda di halaman 1dari 2

MENJAGA GEREJA KITA

Bac 1 : Yeh 18: 25-28

Bac 2 : Flp2: 1-11

Injil : Mat 21: 28-32

Seperti yang kita ketahui Bersama, banyak Gereja Katolik yang akhirnya harus tutup karena
tidak ada umat lagi. Tidak perlu jauh-jauh, salah satunya ada di paroki kita yaitu stasi Kampung
Onom yang akhirnya harus ditutup karena umatnya berpindah agama.

Bapak/ibu, saudara/i yang tekasih, Gereja dan iman umat beriman memiliki kemungkinan untuk
menjadi hilang dan mati. Mungkin bisa jadi iman itu masih ada, tetapi karena kejugulan
(kebebalan) hatinya, hati orang tersebut, akhirnya iman itu pun tidak bertumbuh dan menjadi
kerdil. Demikian pula Gereja akhirnya menjadi taruhannya. Tidak bertumbuh dan parahnya
menjadi mati. Lalu apa yang menyebabkan iman itu lemah dan menjadi mati? Lalu bagaimana
seharusnya kita bersikap supaya iman kita dan Gereja kita ini tidak menjadi mati?

Dalam bacaan Injil, Yesus menjelaskan dengan perumpamaan. Ada dua anak yang dipanggil
oleh bapanya supaya bekerja di kebun anggur. Anak yang pertama mengatakan iya, tetapi dia
tidak berangkat untuk bekerja di kebun anggur. Tetapi hal yang berbeda dengan anak yang
kedua. Dia mengatakan tidak pada perintah bapaknya, tetapi kemudian dia menyesal lalu
berangkat bekerja di kebun anggur bapaknya.

Akka amang, akka inang dan para saudara yang terkasih, sebagai seorang Katolik kita
dihadapkan pada dua pilihan ini, menjadi anak sulung atau menjadi anak yang kedua. Mau tidak
mau, sadar atau tidak sadar kita dihadapkan pada pilihan untuk menjadi anak sulung yang
mengatakan ya, tetapi tidak melakukan apa-apa, atau menjadi anak kedua yang berkata tidak
tetapi kemudian menyesal dan melakukan perintah bapaknya. Demikianlah kita sebagai seorang
Katolik dan sebagai anggota Gereja. Kita memiliki iman. Namun apakah sudah mengamalkan
iman kita dalam perbuatan-perbuatan iman kita?

Sering kali kita masih belum mampu mengamalkan iman kita dalam perbuatan sehari-hari. Dan
ketika kita belum mampu mengamalkan iman kita dengan baik, maka Gereja-jemaat kita menjadi
taruhannya. Bisa jadi, karena kurangnya kita mengamalkan iman, Gereja kita menjadi keropos
dan tidak berkembang. Gereja sebagai kesatuan umat beriman, tentunya perkembangan dan
pertumbuhannya dipengaruhi oleh semua umat beriman. Maka bagaimana kualitas iman dan
hidup umat beriman, di situlah letak kekuatan dan kehidupan Gereja.

Dalam bacaan I, ditegaskan bahwa orang benar yang kemudian melakukan hal-hal yang tidak
tepat atau yang tidak mengamalkan kebenaran, maka dia akan mati. Maka dari itu, benarlah
bahwa ketika anggota Gereja kita melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan iman
Katolik, maka hal itu akan membawa kematian, kematian imannya sendiri dan bahayanya
mengharah kepada kematian Gereja. Kiranya kita perlu melihat pada Gereja stasi kita ini.
Mungkin kita bisa mengingat masa lalu dari Gereja stasi kita ini. Dulu umat kita cukup banyak.
Tetapi sekrang tinggal sedikit saja. Jika kita memaknainya dan mendalaminya dengan bacaan
Injil dan bacaan I hari ini, mungkin kita bisa menyimpulkan bahwa, mungkin iman umat kita saat
itu masih belum diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin iman umat kita belum
bertumbuh dan matang, sehingga ketika ada sedikit goncangan dan kesulitan, akhirnya
meninggalkan Gereja Katolik. Dengan demikian, akhirnya gereja kita menjadi taruhannya
sehingga kondisi dan keadaannya menjadi semacam ini.

Lalu apa yang perlu kita lakukan supaya Gereja kita ini tetap menjadi utuh tidak semakin hancur.
Jawabannya ada dalam bacaan II. Santo Paulus menegaskan kepada kita, “hendaklah kamu sehati
sepikir dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri
atau pujian yang sia-sia. Sebaliknya dengan rendah hati anggaplah orang lain lebih utama
daripada dirimu sendiri. Janganlah masing-masing hanya memperhatikan kepentingannya
sendiri, melainkan kepentingan orang lain juga. Dalam hidupmu bersama hendaklah kami
bersikap seperti Kristus, yang walaupun Allah tetapi Dia mau merendahkan diri dalam ketaatan.

Akka amang, akka inang dan para saudara yang terkasih, mari kita bersama-sama menjadi seperti
anak yang kedua, yaitu anak yang mau melaksanakan perintah Tuhan, yang mau mengamalkan
iman kita dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara ini, maka kita menyelamatkan jiwa kita dan
kematian kekal dan sekaligus menyelamatkan Gereja kita dari kehancuran. Beberapa hal yang
dianjurkan oleh Rasul Paulus untuk menjaga keutuhan Gereja jemaat kita yaitu sehati sepikir
dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan, serta masing-masing dari kita hendaknya lebih
mementingkan kepentingan bersama jemaat. Sekali lagi, perlu kita ingat. Bahwa kita sudah
memiliki iman, tetapi iman kita jangan hanya berhenti dalam hati kita, tetapi perlu diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Santo Yakobus berkata, “Iman tanpa perbuatan pada dasarnya
adalah mati.”

Anda mungkin juga menyukai