Sejak semula, para Karmelit dipanggil untuk memusatkan hidup pada doa. Mereka
berkumpul dan bersatu dengan satu tujuan yang sama yaitu bersemuka dengan Allah dalam
doa. Kenyataan inilah yang membuat mereka memiliki perhatian yang penuh pada doa. Jiwa
inilah yang selalu tertanam dan tumbuh pada jiwa para Karmelit. Jiwa pendoa yang semakin
mengakar seiring bertumbuhkan Ordo Karmel di tengah Gereja.
Sebagai seorang Karmelit, Beato Titus Brandsma juga memiliki perhatian yang lebih
dalam doa. Bahkan sejak awal panggilannya, dia memiliki ketertarikan dalam hidup doa. Hal
inilah yang membuat dia tertarik dan memberanikan diri untuk masuk Ordo Karmel. Jiwa doa
yang dia miliki ini, akhirnya mendorongnya untuk menghidupi hidup doa dengan mendalam.
Dia sadar bahwa doa adalah panggilannya. Baginya doa adalah suatu kehidupan.
Dalam hidupnya, Titus Brandsma tidak menunjukkan kehidupan doa yang
mengagumkan atau menakjubkan. Hidup doanya adalah hidup doa yang sederhana, yang
mungkin menurut kita adalah hidup doa yang biasa saja. Namun kita perlu belajar pada hidup
doa Titus Brandsma yang biasa ini. Dia begitu setia dan penuh penghayatan menghidupi
hidup doa yang biasa ini. Dia tidak mengharapkan untuk menjadi sama dengan St. Teresa
Avila ‘guru’ doanya, khususnya dalam memperoleh karunia rohani yang agung. Baginya
menghidupi doa dengan setia dan penuh panghayatan inilah yang perlu dilakukan bagi setiap
Karmelit di zaman ini.
“Kini Dialah (Tuhanlah) satu-satunya pengungsianku dan aku merasa aman serta bahagia.”