Anda di halaman 1dari 3

Kisah Hizkia Mengajarkan Pentingnya Doa #1 (Yes 38-39)

Seorang tokoh Reformasi yang begitu terkenal yaitu Martin Luther pernah mengatakan sebuah
frasa yang menarik dalam bahasa latin yang berbunyi demikian: Preces et lacrimae sunt arma
ecclesia (doa dan air mata adalah senjata gereja).

Tentu saja ungkapan ini bukanlah sekedar ungkapan yang asal keluar dari bibir sang reformator.
Namun ungkapan ini muncul dikarenakan oleh pergumulan-pergumulan serta pengalaman hidup
yang ia alami. Perjuangannya menegakkan kebenaran, melawan arus kesesatan yang dilakukan
gereja pada itu, berkali-kali mengancam nyawanya, sehingga ia harus terus menerus berpindah-
pindah dari daerah satu ke daerah lainnya untuk menyelamatkan hidupnya. Nyawanya terus-
menerus terancam sepanjang tahun, sehingga hidupnya seakan-akan seperti dikejar-kejar oleh
maut. Ditengah-tengah perjuangan yang berat itu lah muncul perkataan ini: doa dan air mata
adalah senjata gereja. Luther sadar bahwa dengan kekuatannya ia tidak mungkin sanggup
menghadapi semua permasalahan gerejanya. Ia sadar bahwa bahwa dirinya tidak berkuasa untuk
melakukan apapun tanpa bantuan Tuhan. Ia membutuhkan Tuhan. Tak heran, setiap hari Martin
Luther menyisihkan waktu 3 jam untuk berdoa. Dia sadar doa dan air mata adalah hal terpenting
dalam menjalani hidup.

Jika demikian benarlah pepatah bahwa doa merupakan nafas kehidupan. Manusia membutuhkan
nafas. Dan nafas merupakan hal terpenting bagi setiap manusia. Namun pada kenyataannya sama
seperti manusia seringkali melupakan bahwa ia perlu untuk bernafas, seringkali kita sebagai
anak-anak Tuhan melupakan bahwa kita perlu untuk berdoa. Bedanya nafas secara otomatis kita
lakukan, sedangkan doa membutuhkan inisiatif kita.

Buktinya lihat saja digereja-gereja manapun juga, yang namanya persekutuan doa selalu dihuni
oleh sedikit orang daripada persekutuan-persekutuan lainnya. Mengapa? karena dirasakan kurang
terlalu penting. Karena doa dirasakan membosankan. Dan lebih parahnya, biasanya yang menjadi
penghuni persekutuan doa itu kebanyakan para lansia dan ibu-ibu. Sedangkan di mana para pria?
Tidak tau. Mungkin saja mereka merasa sudah lelah bekerja. Atau mungkin merasa bahwa doa
itu bagian ibu-ibu saja. Atau mungkin, kebanyakan para pria menganggap bahwa doa itu tidak
penting sama sekali.

Banyak orang yang tidak lagi menyadari akan pentingnya doa. Padahal doa merupakan suatu hal
yang sangat penting, yang harus menjadi bagian dalam kehidupan kita. Alkitab sendiri sejak PL
sampe PB berulangkali menekankan akan pentingnya doa. Setidaknya dalam perikop Yesaya 38-
39 ini menunjukkan ada dua alasan mengapa doa dikatakan penting.


1. Tuhan mengasihi orang yang berdoa (Psl. 38)

Doa selalu membawa kita mendekat kepada Tuhan. Di pasal 38, dikisahkan tentang bagaimana
raja Hizkia sedang mengalami sakit keras. Hizkia merupakan raja dari kerajaan Yehuda. Kalau
kita baca di kitab 2 raja-raja yang pararel dengan ini, kita menemukan bahwa Hizkia merupakan
seorang raja yang benar dan mengasihi Tuhan.
Dalam perikop ini ia sedang mengalami penyakit semacam barah yang sangat parah. Sehingga
nabi Yesaya mengatakan bahwa ia akan mati, dan Hizkia harus menyampaikan pesan terakhir,
yang barangkali merupakan wejangan-wejangan atau salam perpisahan kepada sanak keluarga.

Tentu saja hal ini mendukakan hati Hizkia. Mengapa? Karena yang pertama ia merasa tugasnya
belum selesai. Daerah Yehuda pada waktu itu sedang dikepung oleh Asyur, dan Hizkia sebagai
raja merasa bertanggung jawab untuk melindungi bangsanya. Kedua, Hizkia belum mempunyai
anak pada waktu itu, ia sedih karena tidak ada yang meneruskan perjuangannya. Dan hal ketiga
yang membuatnya sedih adalah karena pada kepercayaan zaman dulu, orang yang mati muda,
apalagi karena penyakit yang memalukan, merupakan kutukan karena ia berbuat dosa kepada
Allah. Dalam perikop ini Hizkia masih berusia 39 tahun, dan ia terkena penyakit barah yang
memalukan. Tentu saja semuanya ini membuat dirinya sedih.

Ditengah kesedihannya, dikatakan di ayat 2 bahwa Hizkia memalingkan mukanya ke tembok dan
berdoa. Ia memalingkan mukanya ke tembok karena ia tidak ingin terlihat lemah di depan
prajuritnya. Namun ia lebih hanya terlihat lemah dihadapan Allah. Hizkia berdoa meminta
belaskasihan Tuhan atas hidupnya. Ia menyadari bahwa kesembuhan hanya dari Tuhan. Bahkan
lebih jauh lagi, dalam puisi selanjutnya, ia menyadari bahwa keselamatan itu datangnya hanya
dari Tuhan. Intinya, Hizkia memilih untuk bergantung kepada Tuhan dalam setiap
pergumulannya. Bahkan di akhir ayat tiga dikatakan bahwa Hizkia menangis dengan sangat.

Apakah Tuhan diam saja? Tidak! Tuhan kita adalah Tuhan yang mendengar doa dan melihat
setiap tetesan air mata. Tidak lama setelah Hizkia berdoa, Tuhan meresponnya. Perkataan
pertama yang dikatakan adalah Telah kudengar doamu, dan telah kulihat air matamu.
Sepertinya hal itu yang mendasari tindakan Tuhan selanjutnya, dimana ia memperpanjang umur
Hizkia 15 tahun lagi, bahkan Tuhan menjanjikan bahwa ia akan terluput dari serangan bangsa
Asyur, di mana Tuhan sendiri yang melindungi Yehuda dengan memagarinya. Di sini kita dapat
melihat bahwa Tuhan mengasihi orang yang berdoa, terlebih disertai dengan air mata. Benarlah
ungkapan yang Luther katakan bahwa doa dan air mata merupakan senjata gereja. Karena di
balik doa dan air mata, ada Tuhan yang bekerja.

Sebenarnya ketika kita berdoa dan menangis, itu menunjukkan akan kebergantungan kita kepada
Tuhan. Doa membuat kita bergantung kepada kehendak-Nya. Dan tangisan mengisyaratkan akan
ketidakmampuan dan keterbatasan kita. Inilah yang berkenan di hati Tuhan. Jika pada saat ini
kita sedang menghadapi banyak pergumulan, baik itu di perkerjaan kita, atau mungkin di
keluarga kita; mungkin kita sedang merasa kesusahan dalam keuangan; atau mungkin kita
merasa gagal menjalankan peran kita; Atau mungkin ada pergumulan-pergumulan pribadi yang
terus menerus kita gumulkan tiada henti; datanglah pada Tuhan, berserulah kepadanya, serahkan
semua pergumulan kita kepadanya. Karena Tuhan yang kita miliki ialah Tuhan yang mendengar
doa dan melihat air mata kita. Ia yang mendengar doa dan seruan kita, Ia juga yang akan
memberikan kepada kita uluran tangan-Nya. Bukankah Tuhan Yesus sendiri mengatakan
mintalah maka akan kuberikan kepadaMu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah maka
pintu akan dibukakan kepadamu. Ia sudah menyediakan tangannya untuk menolong kita sambil
menunggu kita berdoa.

Anda mungkin juga menyukai