Anda di halaman 1dari 5

Carilah Tuhan, Supaya Kamu Hidup (Zefanya 2:1-3) –

Kitab Zefanya adalah kitab nabi kesembilan dari dua belas nabi kecil. Isinya
cukup pendek. Seperti kitab Yoel, Nahum dan Habakuk, kitab Zefanya hanya
punya tiga pasal. Pesan intinya pun hanya ada dua.

Pertama, nubuat bahwa hari Tuhan segera tiba. Pada hari itu Tuhan akan
menghukum semua orang yang berdosa. Tetapi orang yang rendah hati dan
taat kepada Tuhan akan terhindar dari hukuman. Nubuat itu tergenapi pada
tahun 587 SM ketika Yerusalem jatuh ke tangan Nebukadnezar dan umat
Yehuda dibuang ke Babel.

Kedua, Tuhan akan membentuk umat baru yang hidup benar dan bersukacita
dalam kemenangan iman. Mereka dipulihkan. Karena itu mereka akan
menyembah Tuhan di Yerusalem. Bangsa-bangsa lain pun akan melihat betapa
diberkatinya mereka oleh Tuhan.

Kedua pesan inti ini ada dalam tiga bagian utama kitab Zefanya.

Bagian pertama dalam Pasal 1:1-2:3 yang berbicara tentang hari penghukuman
atas Yehuda.

Bagian kedua dalam Pasal 2:4-3:13 yang berbicara tentang hari penghukuman
atas semua orang.

Bagian yang ketiga dalam Pasal 3:14-20 yang berbicara tentang hari sukacita
yang dijanjikan.

Zefanya adalah nabi yang berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Dia cukup
mengenal baik kebiasaan dan politik di istana Yerusalem. Nubuatnya
disampaikan menjelang Raja Yosia naik tahta di Yehuda.

Raja Yosia memerintah pada tahun 640-609 SM. Dua raja sebelum Raja Yosia
yaitu Manasye (687-642 SM) dan Amon (642-640 SM). Keduanya berbuat jahat di
mata Tuhan. Mereka suka meniru berbagai kebiasaan buruk dari bangsa Asyur.
Akibatnya umat Yehuda yang mereka pimpin pun ikut-ikutan. Yang ditiru mulai
dari pakaian sampai penyembahan. Umat Yehuda dibolehkan menyembah
bintang-bintang. Mereka juga menyembah dewa Baal dan dewa Milkom.

Dalam kondisi umat yang demikian, Zefanya memberikan pesan yang jelas.
Umat Yehuda dan para pemimpinnya mesti bertobat. Mereka mesti berbalik
kepada Tuhan. Sebab jika tidak maka murka Tuhan akan djatuhkan.
Pesan Zefanya inilah yang dilakukan oleh Raja Yosia ketika melakukan
reformasi keagamaan di Yerusalem pada tahun 621 SM (2 Raja-raja 23:1-30).
Oleh Yosia, berbagai dewa asing disingkirkan. Kitab Taurat yang ditemukan,
digunakan kembali. Umat Yehuda pun didorong untuk hidup sesuai dengan isi
hukum Taurat tersebut.

Namun sebelum reformasi yang dimulai oleh Raja Yosia diikuti oleh seluruh
umat, dia terbunuh dalam pertempuran di Megido oleh tentara Mesir pada
tahun 609 SM. Akibatnya umat dan para pemimpin yang menggantikan Yosia
murtad. Mereka kembali ke cara-cara hidup lama yang jahat.

Menurut Zefanya, sikap ini menunjukkan bahwa umat Yehuda tidak sungguh-
sungguh melakukan reformasi keagamaan. Raja Yosia memang sungguh-
sungguh. Tetapi bawahannya dan umat Yehuda bersikap acuh tak acuh. Mereka
terlibat dalam reformasi bukan karena sadar melainkan karena perintah raja.
Karena itu ketika raja masih ada, mereka patuh. Tetapi ketika raja tidak ada
lagi, mereka acuh tak acuh. Bahkan mereka kembali ke cara-cara hidup yang
lama.

Itu sebabnya dalam Zefanya 2:1-3, Zefanya memperingatkan umat Yehuda akan
sikapnya itu. Dia mengajak mereka agar bersemangat dan berkumpul di
hadapan Tuhan. Sebab jika tidak maka murka Tuhan yang menyala-nyala akan
menimpa mereka. Tuhan mesti dicari dengan rendah hati. Hukum-hukum
Tuhan mesti dilaksanakan. Keadilan mesti ditegakkan. Sebab dengan demikian
umat terlindung dari murka Tuhan.

Dari bagian Alkitab ini, ada tiga hal yang mesti direnungkan.

Pertama, sikap acuh tak acuh adalah dosa (ayat 1). Pada umumnya orang
beranggapan bahwa dosa hanya terjadi ketika manusia melakukan kejahatan.

Misalnya, menyembah berhala, mengabaikan kekudusan Tuhan, membunuh,


mencuri, berzinah, berbohong, tidak menghormati orang tua dan lain-lain. Jadi
seolah-olah dosa hanya terjadi ketika manusia sudah melakukan sesuatu yang
dilarang oleh Tuhan. Ternyata tidak demikian.

Dosa tidak dimulai ketika manusia berbuat jahat saja. Dosa sudah terjadi ketika
manusia tidak berbuat apa-apa atau masa bodoh. Jadi sikap malas itu dosa.
Begitu juga dengan sikap acuh tak acuh. Itu adalah dosa di mata Tuhan.

Perumpaman Yesus tentang talenta dalam Matius 25:14-30 juga menunjukkan


hal yang sama. Dalam perumpamaan itu disebutkan bahwa orang yang
menerima satu talenta dihukum. Kenapa dia dihukum? Itu bukan karena
mencuri talenta melainkan karena tidak membungakannya. Artinya dia tidak
mengerjakan tugasnya. Akibatnya dia dihukum berat. Jadi orang Kristen tidak
boleh malas. Orang Kristen juga tidak boleh bersikap acuh tak acuh.

Setiap orang Kristen merupakan utusan-utusan Tuhan untuk menyampaikan


kabar baik kepada dunia ini. Orang Kristen bukan dari dunia melainkan diutus
ke dunia untuk bersaksi tentang Injil Kristus. Dengan demikian orang Kristen
mesti selalu aktif melayani. Tidak boleh ada yang bersikap malas dan acuh tak
acuh.

Selain sikap acuh tak acuh terhadap tugas dan tanggung jawab, Zefanya juga
menunjukkan bahwa ada sikap acuh tak acuh terhadap pembaharuan yang
dibawa oleh seorang pemimpin. Raja Yosia bersemangat melakukan
pembaruan. Tetapi umat Yehuda tidak punya semangat yang sama. Mereka
acuh tak acuh. Karena itu Tuhan menegur mereka.

Hal yang sama terjadi juga dalam kehidupan orang percaya pada masa kini.
Misalnya, ketika seorang pendeta atau presbiter baru ditahbiskan, dia
bersemangat untuk melakukan pembaruan. Tetapi tidak semua anggota jemaat
bersemangat untuk melaksanakan pembaharuan itu. Mereka bersikap acuh tak
acuh.

Di lingkup klasis dan sinode juga sama. Majelis Klasis Harian atau Majelis Sinode
Harian bersemangat melakukan pembaharuan. Namun tidak semua orang
bersemangat melaksanakannya. Ada yang bersikap acuh tak acuh.

Di lingkup pemerintahan pun sama saja. Misalnya, kepala desa terpilih yang
baru dilantik sangat bersemangat untuk melakukan pembaharuan. Tetapi ada
saja anggota masyarakat yang acuh tak acuh. Apalagi kalau anggota
masyarakat itu berasal dari kelompok lawan politik. Mereka bukan hanya
bersikap acuh tak acuh saja. Mereka bisa menjadi pembangkang.

Di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat pun sama saja. Pemimpinnya


bersamangat, tetapi yang dipimpin malah loyo. Mereka acuh tak acuh.

Terhadap sikap seperti ini, Zefanya mengingatkan. Berkumpul dan


bersemangatlah! Artinya satukanlah tekad dan semangat. Berubahlah.
Bekerjalah. Milikilah semangat untuk melayani Tuhan dan sesama. Sebab
dengan demikian,kita akan terhindar dari hukuman. Sebaliknya, keselamatan
dan hidup kekal akan diperoleh.

Kedua, kesempatan dari Tuhan ada batasnya (ayat 2). Tuhan itu Maha Kasih.
Dia panjang sabar. Tetapi ingat, kesabaran Tuhan ada batasnya.
Dalam bagian ini kita melihat bahwa murka Tuhan menyala-nyala. Artinya,
Tuhan marah sekali. Itu terjadi ketika Raja Yosia sudah melaksanakan reformasi
selama sebelas tahun tetapi umat Yehuda masih acuh tak acuh.

Jadi niat untuk bertobat sungguh-sungguh belum ada di kalangan umat. Justru
yang sudah bertobat kembali murtad karena cuma ikut arus. Terhadap sikap
umat Yehuda ini, Tuhan memberikan teguran keras. Mereka diingatkan bahwa
kesabaran dan kesempatan dari Tuhan terbatas.

Hal ini pun merupakan peringatan bagi orang percaya pada masa kini. Apabila
saat ini masih hidup dalam dosa tetapi sepertinya aman-aman saja, jangan
terlena. Itu artinya Tuhan masih berikan kesempatan untuk bertobat.

Yang belum bersedia untuk melayani Tuhan tetapi kehidupannya baik-baik saja,
itu karena Tuhan masih memberikan kesempatan. Yang bersikap acuh tak acuh
terhadap kehendak Tuhan dan menikmati hidup dengan tenang, itu pun hanya
sementara. Tidak kekal.

Kesempatan dari Tuhan ada batasnya. Karena itu gunakanlah kesempatan yang
ada untuk bertobat, mempersembahkan diri dan melayani Tuhan. Jangan
tunggu sampai murka Tuhan menimpa kita. Sebab pada saat itu tidak ada satu
pun yang dapat menolong.

Ketiga, pertobatan mesti punya dampak yang baik di dalam relasi dengan
Tuhan dan sesama (ayat 3). Dalam bagian ini Zefanya berseru kepada umat agar
mencari Tuhan. Tetapi tidak hanya itu. Dia juga berseru untuk mencari keadilan
dan kerendahan hati. Ini berarti mencari Tuhan saja tidak cukup apabila tidak
ada keadilan dan kerendahan hati. Sebaliknya, keadilan dan kerendahan hati
tidak akan diperoleh tanpa kehadiran Tuhan.

Perlu diingat bahwa ketika Zefanya menyampaikan hal ini, bukan karena dia
sementara diperlakukan secara tidak adil. Bukan pula karena dia berasal dari
masyarakat kelas bawah. Tidak demikian.

Zefanya itu orang terpandang. Dia cukup kaya. Karena itu apa yang dia
sampaikan benar-benar merupakan firman Tuhan. Dia tidak punya kepentingan
pribadi. Apa yang Zefanya sampaikan bertujuan agar terjadi pemulihan relasi
dalam persekutuan umat dengan Tuhan.

Hal ini menunjukkan bahwa pertobatan dalam bentuk pembaharuan hidup dan
iman mesti membawa dampak yang baik dalam persekutuan. Bukan saja
persekutuan dengan Tuhan tetapi juga dengan sesama. Tidak bisa ada orang
yang bilang dia sudah bertobat tetapi kemudian memisahkan dirinya dari
persekutuan dengan sesama. Seolah-olah hanya diri atau kelompoknya saja
yang benar dan suci, sedangkan orang atau kelompok lain semuanya berdosa.
Pertobatan semacam ini hanya pura-pura. Perlu dicari tahu motivasi yang
sebenarnya.

Sebab pertobatan yang sejati adalah ketika seseorang berbalik kepada Tuhan
maka akan memiliki kerendahan hati. Sesamanya pun akan diperlakukan
dengan adil. Tidak ada diskriminasi, bullying, apalagi persekusi. Justru dia akan
mengajak orang lain agar mengalami kasih Allah yang memulihkan. Pertobatan
seperti inilah yang mesti dilakukan oleh setiap orang percaya. Amin.

Posted in

Anda mungkin juga menyukai