Pada pasal-pasal pertama Kitab Keluaran menyatakan masa-masa yang dihadapi orang Ibrani begitu sulit. Tidak hanya karena mereka penggembala doma di daerah yang membenci gembala kambing domba, tetapi Alkitab mmeberitahu kita bahwa seorang raja yang baru telah hadir, seorang raja yang tidak mengenal yusuf ( Kel 1:8). Setelah kematian Yusuf dan firaun yang telah mempromosikannya, dimana firaun yang baru menduduki tahta. Setelah beberapa abad nama yusufpun kemudian menjadi tidak dikenal. Tidak seorangpun mengingat peristiwa kelaparan itu. Tak seorangpun ingat tentang gudang persediaan gandum. Tak seorangpun ingat betapa bijaknya perdana menteri yang masih muda itu. Yusuf dan segala prestasinya dilupakan dan terlupakan. Firaun baru memandang rendah populasi orang Ibrani yang terus bertambah. Bertambahnya orang Ibrani menjadi ancaman. Akhirnya firaun yang baru pun memulai rencananya untuk menindas orang-orang Ibrani. Keluaran 1:9-10 (TB) Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: ”Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan – jika terjadi peperangan – jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.”
Orang-orang Ibrani menjalani kehidupan yang benar-benar baru, mereka
menjalani kehidupan yang menyedihkan. ( ayat 11) Sebab itu pengawas- pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses. Apa yang terjadi selanjutnya ( ayat 13-14 )Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja,dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu. Ketika firaun melihat perbudakan yang keras tidak berhasil menekan sehingga tidak mencapai tujuannya. Firaun meningkatkan penganiayaan ketingkat yang lebih mengerikan lagi, yaitu pembunuhan bayi-bayi. Alkitab memberitahu kita bahwa perintah yang disampaikan firaun itu sangat jelas yaitu Pembantaian. Ia mengadakan pertemuan dengan bidan-bidan untuk membantu melaksanakan rencananya. Ayat 15-16 Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: ”Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup.” Berdasarkan perintah firaun bidan-bidan tersebut harus memperhatikan dengan seksama bayi-bayi yang baru lahir itu. Dia harus mengetahui jenis kelamin bayi itu dengan segera begitu keluar dari rahim maka membunuhnya jika ia melihat bayi itu laki-laki. Namun wanita-wanita ini tetap kokoh dalam menjaga kehidupan. Perempuan-perempuan ini takut akan Allah melebihi takut akan peraturan- peraturan raja dan segala resikonya. Pada saat kebanyakan orang sedang mengalami kebingungan, kepanikan, dan ketakutan karena Covid yang mengakibatkan jumlah kematian yang meningkat, marilah kita melihat kepada pesan-pesan firman Tuhan, firman yang hidup dan firman yang kekal melalui kehidupan bidan-bidan ini. Petrus pernah memberitahu kepada dewan Yahudi yang berkuasa, “ kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia” ( Kis 5:29). Ancaman hukuman kematian bisa saja menjadi resiko ketika menolak perintah raja firaun tetapi bidan-bidan ini tidak takut dengan ancaman apapun. Alkitab memang sudah memberitahu kita bahwa jarak kita dengan maut itu hanya selangkah. Covid ini membawa nuansa kematian kepada setiap orang yang sudah terjangkit olehnya. Kematian itu terasa begitu dekat sedekat kehadiran covid dalam bayang-bayang kematian. Saya jadi teringat dengan pernyataan Rasul Paulus dalam Filipi 1:21 di mana ia menulis: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Sungguh luar biasa ditengah-tengah Paulus dalam kondisi terpenjara dan menunggu untuk diadili, Paulus berkata hidup adalah Kristus dan mati adalah Keuntungan. Baiklah ini juga menjadi suatu pernyataan iman kita ditengah- tengah kondisi kita hidup bersandingan dengan covid 19 ini yang membawa kematian kepada siapapun. Bila kita perhatikan tulisan Paulus ini, kita dapati bahwa Paulus sendiri tidak terlalu mempermasalahkan antara hidup atau matinya, karena (baik hidup atau mati) Kristus adalah keuntungan baginya. Inilah kekuatan iman seorang yang mengikut dan melayani Kristus, yaitu tidak terbuai oleh kehidupan sekarang dan sekaligus tidak dihantui rasa takut akan “momok” kematian yang ada di depannya, “Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan” (Rm. 14:8). Dengan demikian, sekalipun kematian akibat covid 19 tetap merupakan sebuah ancaman, mendatangkan ketakutan, dan setara dengan malapetaka yang mengerikan, kekuatan iman orang percaya yang memiliki dan dimiliki oleh Kristus yang mengendalikan kehidupannya sekarang ini akan membuat kita tenang menghadapi gelombang kematian ini. Kabar baiknya adalah: Yesus Kristus sudah mengalahkan dosa dan kematian, dan bagi mereka yang percaya “. . . meskipun dahulu mati oleh pelanggaran [kita] . . . telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan [Kristus], sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita” (Kol. 2:13). Jangan takut terhadap kematian jasmani yang masih akan kita hadapi di dalam kehidupan di bumi ini, Tuhan Yesus memberikan jaminan yang sangat pasti dan yang tidak dapat dibeli dengan harta benda apa pun juga: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada- Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (Yoh. 11:25-26). Kita harus takut akan Allah melebihi ketakutan terhadap apapun, seperti sepasang perempuan ( bidan-bidan ) yang bernama Pua dan Sifra yang takut akan Allah. Alkitab memberitahu kita bahwa Allah menghaargai iman bidan- bidan ini. Alkitab mengatakan Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu; bertambah banyaklah bangsa itu dan sangat berlipat ganda. Dan karena bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka berumah tangga ( kel 1:20-21). Suatu berkat yang luar biasa Allah nyatakan bagi mereka, mereka menemukan pasangan hidupnya, menikah dan membangun rumah tangganya sendiri. Kesimpulannya adalah bidan-bidan ini dilindungi dan dihargai oleh Allah sendiri. Tetaplah kuat berdirilah teguh di atas kebenaran apapun keadaan, profesi, kedudukan, ekonomi walaupun diambang kematian seperti zaman sekarang ini. ALLAH TIDAK TIDUR. AMEN