Anda di halaman 1dari 6

Renungan Harian

Senin, 11 September 2022 HARA

BUKTI KESETIAAN RUT


Rut 1:15-16

Pertanyaan Perenungan
1. Apa perintah Naomi kepada menantunya Orpa dan Rut dalam ayat ini?
2. Apa yang dilakukan Rut ketika mertuanya menyuruh mereka pergi?

Di Jepang ada legenda seekor anjing yang setia menemani tuannya, Prof. Dr. Elisaburo Ueno, guru besar
di Universitas Tokyo. Awalnya, Hachiko, anjing itu diajak mengantar dan menjemput tuannya di sebuah
stasiun kereta api. Setiap hari, Hachiko selalu menunggu dengan setia kedatangan profesor. Suatu saat,
tahun 1925, sang profesor tidak muncul di stasiun kereta karena meninggal di tempat mengajar. Namun,
Hachiko dengan kesetiaan luar biasa tetap menanti hingga tengah malam. Keesokannya, lusa, dan
bahkan dikisahkan seterusnya selama 10 tahun, ia terus menunggu. Suatu saat, Hachiko tertabrak dan
mati seketika. Kisah ini sangat mengharukan masyarakat Jepang, sehingga mereka mengabadikannya
dengan mendirikan patung anjing.

Rut adalah wanita yang sangat setia. Suatu hari, suaminya dan iparnya meninggal. Lalu, mertuanya,
Naomi, meminta Rut dan Orpa istri dari iparnya untuk kembali kepada keluarga mereka masing-masing
(ayat 15). Mertua mereka ini tidak bermaksud mengusir atau membenci mereka, melainkan ia tidak
ingin hidup menantunya menderita jika bersamanya. Akhirnya, Orpa memutuskan untuk pulang kepada
keluarganya. Namun Rut, memilih tetap bersama dengan Naomi. Dalam ayat 16, “Tetapi kata Rut:
Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana
engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam:
bangsamu-lah bangsaku dan Allahmulah Allahku.” Rut rela membuang segala sesuatu yang dianggap
berharga baginya di Moab, dan dengan sukarela memilih untuk ikut pergi ke Yehuda, serta memulai
kehidupan yang baru bersama mertuanya, Naomi di sana.

Dari ayat di atas, kita dapat melihat bagaimana kesetiaan Rut kepada mertuanya Naomi. Sesungguhnya
sudah tidak ada lagi yang dapat diharapkan Rut dari mertuanya itu. Bahkan, ketika suaminya meninggal,
keadaan hidupnya, dan mertuanya pun sudah mulai susah. Namun, ia memilih untuk tetap tinggal
bersama dengan Naomi. Melalui kisah ini kita dapat mengerti, bahwa orang yang setia adalah orang
yang berani berjalan dalam kemustahilan. Sekalipun ia tidak mengerti apa yang akan terjadi
kedepannya, tetapi ia memilih untuk tetap setia. Demikian juga dengan kita, sekalipun keadaannya
susah, bukan alasan untuk kita meninggalkan orang terdekat yang kita kasihi. Justru dalam situasi yang
seperti ini, mengajarkan kita untuk memiliki hati yang mau tetap setia.
Renungan Harian
Selasa, 12 September 2022
HARA
JANGAN MERAGUKAN KUASA TUHAN
Lukas 5:4,5

Pertanyaan Perenungan
1. Apa perintah TUHAN kepada Simon Petrus dalam ayat ini?
2. Bagaimana sikap Simon Petrus merespon Perintah itu?

Banyak orang yang sering meragukan kuasa TUHAN dalam hidupnya. Ketika mereka mengalami
kegagalan, atau sesuatu tidak berjalan dengan baik; mungkin bisnis tidak lancar, masalah keluarga, dan
sebagainya, banyak orang sering merasa putus asa, bahkan besikap tidak sabar, serta terus menerus
menyalahkan keadaan. Sehingga tidak jarang di saat-saat seperti itu, mulai muncul keraguan,
menyalahkan diri sendiri, dan mulai mempertanyakan dimana TUHAN.

Firman hari ini menceritakan peristiwa ketika TUHAN YESUS sedang berada di pantai danau Genezaret.
Ia melihat perahu Simon Petrus dan kawan-kawannya yang sedang membersihkan jala. Kemudian,
TUHAN YESUS menaiki salah satu dari perahu mereka yaitu perahu Simon Petrus. Lalu, TUHAN YESUS
mengajar kepada orang-orang di atas perahu. Setelah selesai mengajar, TUHAN YESUS memerintahkan
Simon Petrus untuk kembali menebar jala ketempat yang cukup dalam (ayat 4). Tetapi, di dalam ayat 5,
Simon Petrus menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap
apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Pada saat itu Simon
Petrus tidak mengerti maksud TUHAN YESUS menyuruh untuk menebar kembali jalanya. Namun
akhirnya, Simon Petrus menuruti juga perkataan TUHAN YESUS, dan dia melihat keajaiban besar terjadi.
Ikan memenuhi jala hingga hampir robek. Melihat itu, Simon Petrus mengakui keberdosaan dirinya,
karena meragukan kuasa TUHAN. Sejak saat itu, ia mengambil keputusan untuk mengikut TUHAN YESUS,
arah hidupnya berubah, dan ia bukan lagi penjala ikan tetapi disebut sebagai Simon Petrus si penjala
manusia.

Dari ayat di atas, kita dapat belajar melalui kehidupan Simon Petrus. Ketika ia melihat kuasa TUHAN
yang besar, membuat ia sadar bahwa dirinya berdosa, karena telah meragukan kebesaran kuasa TUHAN.
Kesadaran diri ini yang membuat Simon Petrus menyadari, bahwa tidak ada kuasa yang lebih besar dari
kuasa TUHAN. Sehingga, ia mengambil keputusan untuk mengikut TUHAN YESUS, arah hidupnya
berubah, dan ia bukan lagi penjala ikan melainkan menjadi penjala manusia. Oleh karena itu, hendaklah
setiap kita juga jangan pernah meragukan kebesaran kuasa TUHAN. Kita harus percaya kebesaran, dan
kuasa TUHAN itu nyata dalam kehidupan kita.
Renungan Harian
Rabu, 13 September 2022
ASRI
MENDERITA BAGI INJIL
2 Timotius 1:7-8

Pertanyaan Perenungan

1. Roh seperti apa yang TUHAN berikan kepada kita?


2. Apa nasihat rasul Paulus di dalam ayat 8?

John Gibson Paton adalah seorang penginjil dari Skotlandia yang sangat berani, ia berani mengabarkan
Injil kepada para kanibal. Paton mendatangi pulau Tanna, yang merupakan tempat para kanibal. Orang-
orang di pulau Tanna menolak Injil, namun Paton tidak mau menyerah. Paton dan istrinya tinggal di
sebuah tempat yang tidak sehat, sehingga istri dan anaknya meninggal karena demam. Ia sering
mendapat serangan dari suku asli, yaitu ilmu hitam, tombak, dan senapan yang pernah mengancam
nyawanya. Paton mengatakan bahwa “Kalau bukan karena TUHAN YESUS dan persekutuan yang Dia
berikan kepada saya di sini, pastilah saya sudah menjadi gila dan mati di samping kuburan yang sunyi
itu.”

Surat 2 Timotius merupakan surat terakhir rasul Paulus, sebelum akhirnya ia dihukum mati. Pada saat itu
Timotius menghadapi tantangan yaitu pengajar sesat. Rasul Paulus mengirim surat kepada Timotius,
supaya ia menjadi kuat saat menghadapi tantangan. Rasul Paulus mengatakan bahwa, TUHAN tidak
memberikan roh ketakutan, tetapi IA memberikan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan
ketertiban (ayat 7). Ketakutan di sini digambarkan, seperti seorang pengecut yang lari dari peperangan,
dan roh seperti itu sudah pasti tidak berasal dari TUHAN. Rasul Paulus juga menasihatkan untuk tidak
malu bersaksi tentang TUHAN, dan tidak malu tentang dirinya yang merupakan seorang hukuman. Rasul
Paulus berkata seperti itu, karena ada beberapa orang yang meninggalkan rasul Paulus (ayat 15,
4:10,16). Sehingga rasul Paulus ingin Timotius tetap memberitakan Injil, dan bahkan ikut menderita bagi
Injil. TUHAN tidak membiarkan Timotius begitu saja, melainkan IA akan memberikan kekuatan, agar
Timotius mampu bertahan menghadapi penderitaan karena Injil.

Dari kisah di atas, kita dapat belajar bahwa sebagai orang yang percaya kepada TUHAN YESUS, tidak
perlu takut ataupun malu untuk memberitakan Injil. Memberitakan Injil adalah sebuah keharusan, bagi
orang percaya kepada-NYA. Dan pada saat menghadapi tantangan karena Injil, TUHAN memberikan
kekuatan.
Renungan Harian
Kamis, 15 September 2022
SUSMI
YESUS MENERIMA ORANG BERDOSA
Lukas 7:37-39,47a-48

Pertanyaan Renungan
1. Dalam ayat nats di atas, apa yang dilakukan oleh perempuan berdosa itu?
2. Bagaimana respon TUHAN YESUS kepada perempuan berdosa itu?

Terkadang kita menemukan beberapa orang kristen yang memiliki respon yang salah, ketika mereka
melihat orang berdosa. Mereka suka membicarakan dosa orang lain, dan menganggap orang itu tidak
layak, dan dikucilkan dari lingkungan. Mereka menghakimi, dan menolak orang yang melakukan dosa.
Hal ini mereka lakukan karena menganggap diri mereka lebih baik dari orang lain, sehingga merasa
dirinya berhak menilai orang lain.

Dalam ayat nats di atas, ada seorang perempuan yang terkenal sebagai orang berdosa. Ketika
perempuan itu mendengar bahwa TUHAN YESUS berada di rumah orang Farisi, ia pun datang dan
membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Ia merasa luar biasa hina karena dosa. Sambil
menangis perempuan itu berdiri di belakang TUHAN YESUS dekat kaki-Nya, ia membasahi kaki-Nya
dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan
meminyaki-Nya dengan minyak wangi itu. Ketika orang Farisi yang mengundang TUHAN YESUS melihat
hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika IA ini nabi, ia pasti akan tahu bahwa perempuan ini adalah orang
berdosa." Orang Farisi itu berpikir bahwa jika IA begitu suci, IA tentu tidak akan membiarkan perempuan
itu mendatangi-Nya. Namun, yang terjadi saat itu TUHAN YESUS memiliki respon yang berbeda kepada
perempuan yang berdosa itu. TUHAN YESUS melihat bahwa, dari sikap, dan kesungguhan hatinya
terpancar cinta kasih kepada TUHAN YESUS, dan keinginan untuk meninggalkan dosa-dosanya, bertobat
dari kehidupan lamanya. Dan TUHAN YESUS mengampuni dosa perempuan itu. Bagaimana dalam
kehidupan kita sebagai orang percaya, apakah kita memiliki respon seperti orang Farisi terhadap orang
berdosa? Jika ya, saat ini kita harus mengubah respon kita seperti yang dilakukan oleh TUHAN YESUS.
Jika ada diantara orang-orang sekitar kita yang mungkin dalam pandangan orang banyak ia terkenal
melakukan dosa, tetapi ia ingin bertobat, kita harus menerima dan mengasihi mereka, bukan menolak
atau mengucilkan mereka. Siapakah kita sehingga berani menghakimi dan menilai dosa orang lain?
Hanya TUHAN YESUS yang berhak menjadi hakim atas hidup manusia.

Oleh karena itu, milikilah respon yang sama seperti TUHAN YESUS terhadap orang-orang yang mungkin
terkenal berdosa di tengah lingkungan masyarakat.
Renungan Harian
Jumat, 16 September 2022
ASRI
PENIPU, DITIPU
Kejadian 29:18, 25-27

Pertanyaan Perenungan
1. Apa yang terjadi kepada Yakub?
2. Apa jawaban Laban, ketika Yakub bertanya mengapa ia ditipu?

Kasus penipuan sering terjadi di kalangan masyarakat, hal ini dialami oleh Ram Mintarsih, ia
membagikan kisahnya di twitter. Ram Mintarsih mendapat pesan dari seseorang yang mengaku dari
pihak Bank BUMN, bahkan ia menggunakan profil dari Bank tersebut. Orang itu menyuruh Ram untuk
mengisi formulir yang telah disediakan, dan Ram pun mengatakan bahwa, ia telah mengisi formulir
tersebut padahal ia tidak melakukannya. Ram mengatakan bahwa koutanya habis, dan meminta orang
itu untuk mengisi pulsa. Orang itu pun mengisi pulsa sebanyak Rp 50.000, setelah itu Ram tidak
merespon orang itu sehingga sih penipu kesal sendiri dengan calon korbannya.

Ada sebuah istilah “Apa yang kamu tabur itulah yang akan kamu tuai.” Banyak tokoh Alkitab yang
mengalami istilah tersebut, salah satunya adalah Yakub. Yakub adalah orang yang cerdik, sehingga tidak
heran jika ia melakukan tipu muslihat. Contohnya, Yakub menipu Esau dengan menukarkan hak
kesulungan dengan kacang merah (Kejadian 25:33), Yakub tidak hanya menipu Esau, kakaknya, tetapi
juga ia berani menipu Ishak, ayahnya. Karena perbuatannya ini, Yakub dikejar oleh Esau sehingga ia
melarikan diri di rumah Laban, sanak saudaranya. Yakub mencintai salah satu anak Laban, yaitu Rahel
dan ia bekerja 7 tahun untuk mendapatkan Rahel. Setelah genap 7 tahun, Yakub akan menikah dengan
Rahel, namun pada waktu malam Laban mengambil Lea kakaknya Rahel dan memberikannya kepada
Yakub, dengan alasan bahwa tidak biasa seorang adik menikah lebih dulu daripada kakaknya. Sepandai-
pandainya Yakub menipu, pada akhirnya ia ditipu oleh Laban. Tetapi karena dasarnya Yakub adalah
seorang penipu, ia pun menipu Laban dengan memberikan kambing domba lemah kepada Laban, dan ia
mengambil kambing domba yang kuat (Kejadian 30:42).

Dari kisah di atas kita dapat belajar bahwa, apapun yang kita tabur maka kita akan menuainya, baik itu
yang buruk maupun yang baik. Yakub menipu kakak dan ayahnya, ia ditipu oleh Laban dan anak-anaknya
(Kejadian 37:32), dan Laban ditipu oleh Yakub. Yakub dan Laban menuai atas perbuatan mereka sendiri.
Oleh sebab itu, taburlah hal-hal yang baik sehingga kita akan menuai hal-hal yang baik.
Renungan Harian
Sabtu, 17 September 2022 YUNUS

STOP JUDGING
Matius 7:1,2

Pertanyaan Renungan:
1. Nasihat apa yang di sampaikan TUHAN YESUS pada kotbah-Nya?
2. Setelah Anda membaca ayat nats di atas, komitmen apa yang akan Anda lakukan ?

Menghakimi orang lain seringkali menjadi "dosa favorit", dan ini juga banyak dilakukan oleh orang
percaya. Biasanya, penghakiman terjadi karena kita begitu ahli dalam melihat apa yang salah dengan
orang lain. Kita menaruh standar, mengapa orang lain tidak bisa seperti kita, serta kita menilai
mereka karena kekurangan, dan kegagalan mereka, atau bahkan lewat kekurangan kecil seperti
berpenampilan, berpakaian, atau berbicara, dan masih banyak lagi tentunya.

Hari ini, kita akan belajar dari salah satu isi Kotbah TUHAN YESUS di atas bukit. Apa yang di
nasihatkan TUHAN YESUS ? Pada ayat 9, “jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak
dihakimi”. Kata “menghakimi” dalam ayat ini memiliki pengertian “ krinete” dari kata “ krino”, yang
berarti menilai, menganggap, menyatakan, menetapkan, atau memutuskan sesuatu sebagai pihak
yang salah. Jadi “menghakimi” dalam ayat ini berhubungan dengan penilaian negatif. Oleh sebab itu
di awal kalimat ayat 9, dituliskan “me krinete” (jangan kamu menghakimi), di sini merupakan
larangan untuk membuat penilaian, anggapan, memutuskan bahwa seseorang atau sesuatu hal itu
salah. Jika seseorang melakukan penghakiman terhadap orang lain, tanpa mengetahui kebenaran,
berarti seseorang itu bersalah, dan dikatakan sebagai orang munafik (ayat 5). Orang yang demikian,
kata TUHAN YESUS akan memperoleh hal yang sama, yaitu sebuah penghakiman (ayat 2). Itu
semua akibat dari apa yang ia tabur dan ia akan menuai hal yang sama kembali.

Dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, ini merupakan sebuah peringatan, jangan sampai kita
berbuat demikian. Ketika kita diperhadapkan dengan sebuah masalah, baik itu di lingkungan
keluarga, tempat kerja, ataupun dalam lingkungan masyarakat, tetaplah belajar mengendalikan diri,
jangan mudah terbawa emosi, bahkan membuat keputusan untuk main hakim sendiri. Ingat hukum
tabur tuai, ukuran yang kita pakai untuk menghakimi, ukuran yang sama juga TUHAN pakai juga
untuk menghakimi kita.

Anda mungkin juga menyukai