Anda di halaman 1dari 159

Daftar Versi Alkitab

Ayat-ayat Alkitab dalam Pedoman Pendalaman Alkitab Sekolah Sabat De-


wasa, Triwulan II tahun 2017 ini dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru (Jakarta
LAI, 2000), kecuali diberi tanda sebagai berikut:
ESV. Ayat-ayat Alkitab yang ditujukan ke ESV. The Holy Bible, English
Standard Version. Copyright © 2001 by Crossway Bibles, a division of Good
News Publishers.NIV. The Holy Bible, New International Version. Copyright
© 1973, 1978, 1984, oleh The International Bible Society. Digunakan dengan
izin. Hak cipta dilindungi undang-undang.
NKJV. Ayat-ayat Alkitab yang ditujukan ke NKJV adalah dari New King
James Version. Copyright© 1979, 1980, 1982 oleh Thomas Nelson, Inc. Digu-
nakan dengan izin. Hak cipta dilindungi undang-undang.
NLT. Holy Bible. New Living Translation copyright © 1996, 2004 oleh
Tyndale Charitable Trust. Digunakan dengan izin. Hak cipta dilindungi un-
dang-undang.

Menggembalakan Domba
Karena pelajaran kita triwulan ini adalah Kitab 1 dan 2 Petrus, kita akan
membaca pernyataan-pernyataan dari seseorang yang telah bersama-sama de-
ngan Yesus pada saat-saat yang paling penting dalam pelayanan-Nya. Petrus
juga adalah seorang yang telah menjadi pemimpin yang terkemuka di antara
orang Kristen yang mula-mula. Dengan fakta-fakta ini saja dapat membuat su-
ratnya layak untuk dibaca. Ternyata surat-surat ini mendapat simpati yang le-
bih besar karena itu ditulis kepada gereja-gereja yang sedang mengalami masa
sulit: Mereka menghadapi penganiayaan dari luar dan bahaya guru-guru palsu
yang timbul dari dalam.
Petrus memperingatkan bahwa di antara yang guru-guru palsu ini promosi-
kan adalah meragukan kedatangan Yesus yang kedua kali. “Kata mereka: ‘Di
manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita
meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan”
(2 Ptr. 3:4). Dewasa ini, setelah hampir dua ribu tahun kemudian, kita tahu re-
alitas tuduhan itu, bukan?
Di samping peringatan Petrus mengenai guru-guru palsu, penderitaan yang
dialami jemaat-jemaat adalah topik yang diulang-ulangi beberapa kali. Pende-
ritaan ini, katanya, mencerminkan penderitaan Yesus yang telah memikul dosa
kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib (1 Ptr. 2:24). Dan kabar baiknya adalah
bahwa kematian Yesus tidak lain adalah menjadi kebebasan dari kematian ke-
kal yang disebabkan oleh dosa, juga kehidupan orang benar sekarang ini bagi
mereka yang percaya kepada-Nya (1 Ptr. 2:24).
Petrus mengatakan bahwa Yesus bukan hanya mati bagi dosa-dosa kita, teta-
pi akan kembali ke dunia dan membawa penghakiman Allah (2 Ptr. 3:10-12).
Dia menekankan fakta bahwa prospek penghakiman harus memiliki implikasi
praktis yang signifikan dalam kehidupan orang percaya. Ketika Yesus kembali,
Dia akan membinasakan semua dosa dan akan membersihkan dunia ini dengan
api (2 Ptr. 3:7). Kemudian orang-orang Kristen akan menerima warisan yang
Allah telah sediakan bagi mereka di surga (1 Ptr. 1:4).
Petrus memiliki bahasa yang sangat praktis tentang bagaimana orang Kris-
ten seharusnya hidup. Pertama dan terutama, orang Kristen harus saling me-
ngasihi (1 Ptr. 4:8). Ia merangkumkan pandangannya dengan mengatakan:
“Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi
saudara-saudara, penyayang dan rendah hati” (1 Ptr. 3:8).
Surat-surat Petrus adalah juga sebuah pernyataan Injil yang kuat, pekabar-
an utama seluruh Alkitab. Bagaimanapun, jika ada seorang yang tahu menge-
nai kasih karunia Allah yang menyelamatkan, itu adalah Petrus. Petrus yang
sama ini, yang dengan terbuka dan secara terus terang menyangkal Tuhan-Nya
(bahkan dengan mengutuk), mengatakan: “Aku tidak kenal orang itu” (Mat.
26:74), adalah orang yang sama kepada siapa kemudian Yesus berkata, “Gem-
balakanlah domba-domba-Ku” (Yoh. 21:17). Kedua suratnya ini adalah contoh
Petrus melakukan hal itu—menggumbalakan domba-domba Tuhannya.
Dan tentu saja, setiap bagian penggembalaan mencakup kebenaran agung
yaitu keselamatan oleh iman di dalam Kristus, sebuah tema yang rekan sepe-
layanannya, Rasul Paulus, serukan dengan penuh semangat. Ini adalah kebe-
naran kasih karunia Allah. Petrus mengetahui hal ini, bukan hanya secara teori,
atau hanya sebagai sebuah doktrin, tetapi karena dia telah mengalami realitas
dan kuasa kasih karunia itu bagi dirinya sendiri.
Seperti yang Martin Luther tuliskan dalam komentarnya untuk Kitab Petrus:
“Karena itu surat Santo Petrus ini adalah salah satu kitab yang terpenting dari
Perjanjian Baru, dan itu adalah benar, Injil yang murni. Karena Petrus melaku-
kan juga hal yang sama seperti yang Paulus dan semua Penginjil lakukan me-
nanamkan doktrin iman yang benar, bagaimana Kristus telah diberikan kepada
kita, yang menghapus dosa-dosa kita dan menyelamatkan kita.”—Commen-
tary on the Epistles of Peter Anda? Jude (Grand Rapids: Kregel Publications,
1982), hlm. 2, 3.
Yesus mengatakan kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba-
Nya. Kita berada di antara kawanan domba itu. Marilah kita digembalakannya.

Robert K. McIver dibesarkan di Selandia Baru dan telah menjalani sebagian


besar karirnya di Avondale College, di sana ia mengajar Alkitab dan arkeologi.
Dia telah menulis beberapa buku, termasuk The Four Faces of Jesus dan Be-
yond the Da Vinci Code.
Pelajaran 1 25–31 Maret*

Sosok Petrus

SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Luk. 5:1–11; Mat.
16:13–17; Mat. 14:22–33; Luk. 22:31–33, 54–62; Gal. 2:11–14.
Ayat Hafalan: ”Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan
mulai tenggelam lalu berteriak: ‘Tuhan, tolonglah aku!’ Segera Ye-
sus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: ‘Hai orang
yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?’” (Matius 14:30, 31).

P
etrus adalah penulis kedua kitab yang menggunakan namanya (1 dan 2
Petrus). Dia adalah salah satu pengikut Yesus yang pertama; dia sela-
lu dengan Yesus selama pelayanan-Nya di dunia; dan dia adalah salah
satu murid pertama yang melihat kubur yang kosong. Jadi Petrus memiliki
pengalaman yang kaya, diilhami oleh Roh Kudus, yang olehnya, ia dapat gu-
nakan untuk menulis surat-surat yang berkuasa ini. ”Sebab kami tidak meng-
ikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan
kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi
kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya (2 Ptr. 1:16).
Petrus sering muncul dalam Injil, yang menyatakan baik kemenangan mau-
pun kegagalannya. Dia biasanya menjadi juru bicara para murid dalam inter-
aksi mereka dengan Yesus. Setelah kebangkitan dan kenaikan, Petrus menjadi
seorang pemimpin gereja mula-mula yang menonjol. Kisah Para Rasul berbi-
cara tentang dia, seperti juga kitab Galatia.
Yang paling penting, Petrus tahu apa artinya melakukan kesalahan, diam-
puni, dan maju dalam iman dan kerendahan hati. Dengan mengalami sendiri
kasih karunia Allah, ia tentunya menjadi suara yang nyaring bagi kita semua
yang perlu juga mengalami kasih karunia yang sama.

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 1 April.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 5


Minggu 26 Maret
Pergilah Dariku!
Ketika pertama kali kita bertemu dengan Petrus, ia adalah seorang nelayan
di Danau Galilea (Mat. 4:18, Mrk. 1:16, dan Luk. 5:1–11). Dia telah bekerja
sepanjang malam tanpa menangkap apa-apa. Tetapi kemudian dia dan teman-
temannya menuruti perintah Yesus untuk kembali ke danau dan mencoba lagi.
Betapa heran tentunya Petrus dan mereka yang lain ketika mereka menangkap
sejumlah besar ikan sehingga perahu mereka hampir tenggelam. Hal apakah
yang pasti ada di benak mereka setelah mukjizat ini?
Bacalah Lukas 5:1–9. Apakah yang perkataan Petrus kepada Yesus
dalam Lukas 5:8 katakan kepada kita mengenai Petrus? Apakah pan-
dangan yang mereka berikan kepada kita mengenai di mana dia berada
secara rohani?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Pasti Petrus telah terkesan dengan apa yang dia ketahui mengenai Yesus.
Walaupun sebelum mukjizat ini, ketika Yesus mengatakan kepada mereka un-
tuk menurunkan jalanya, Petrus—meski tidak yakin karena mereka tidak me-
nangkap apa-apa—berkata: “Karena Engkau menyuruhnya, aku akan mene-
barkan jala juga.” Tampaknya Petrus pasti telah mengetahui sesuatu mengenai
Yesus, dan pengetahuannya ini mendorongnya untuk menurut. Memang, bukti
menunjukkan bahwa Petrus telah bersama dengan Yesus untuk beberapa waktu
sebelum peristiwa ini.
Barangkali salah satu kuncinya ada dalam Lukas 5:3, yang berbicara me-
ngenai apa yang terjadi sebelum mukjizat menangkap ikan. “Ia (Yesus) naik
ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya
menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar
orang banyak dari atas perahu.” Barangkali perkataan Yesus kepada Petrus di
sini adalah apa pertama yang telah memberikan kesan begitu dalam.
Namun, setelah mukjizat ini, Petrus merasakan sesuatu yang lebih kepa-
da Yesus, sesuatu yang suci berbeda dengan keberdosaan dirinya. Kesadaran
Petrus akan keberdosaannya, dan kerelaannya untuk mengakuinya di depan
umum, menunjukkan betapa terbukanya dia kepada Tuhan. Tidak heran dia di-
panggil! Apa pun kesalahannya, dan kesalahannya yang banyak, Petrus adalah
sosok yang rohani yang bersedia mengikut Tuhan, berapa pun harganya.
Bacalah Lukas 5:11. Apakah prinsip penting di ayat ini? Apakah yang
ayat ini katakan kepada kita tentang komitmen bagaimana yang Yesus
minta? Apakah yang juga ingin dikatakannya mengenai para nelayan ini
yang rela meninggalkan segalanya saat jala mereka penuh?
______________________________________________________________
______________________________________________________________

6 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Senin 27 Maret
Mengakui Kristus
Salah satu momen utama dalam kisah Yesus terjadi pada sebuah percakap-
an dengan Petrus. Yesus baru saja berhubungan dengan beberapa ahli Taurat
dan orang Farisi yang telah menantang-Nya untuk memberikan kepada me-
reka sebuah tanda, sesuatu untuk membuktikan siapa Dia sebenarnya (lihat
Mat. 16:1-4). Lalu, kemudian, sendirian dengan murid-murid, Yesus berbicara
mengenai dua mukjizat yang Dia telah buat, di mana Dia dua kali memberi
makan ribuan orang hanya dengan beberapa potong roti dan ikan. Ia melaku-
kan semua ini dalam konteks memberikan peringatan kepadan murid-murid
mengenai “ragi orang Farisi dan orang Saduki” (Mat. 16:11).
Bacalah Matius 16:13-17. Apakah yang terjadi disini? Apakah penting-
nya perkataan Petrus kepada Yesus?
Di sini Petrus berbicara dengan berani tentang imannya di dalam Yesus. Dan
dari Matius 16:20 pengakuannya jelas bahwa Kristus sebagai Mesias dicerita-
kan oleh murid-murid yang lain juga. Inilah sebuah titik balik dalam pelayanan
Yesus, para murid sekalipun, termasuk Petrus, harus belajar lebih banyak lagi.
“Murid-murid masih mengharapkan agar Kristus memerintah sebagai seo-
rang putra raja duniawi. Meskipun sudah lama Ia menyembunyikan rencana-
Nya, namun mereka percaya bahwa Ia tidak akan selamanya tinggal dalam
kemiskinan dan dalam keadaan tidak dikenal, waktunya sudah dekat bila Ia
akan mendrikan kerajaan-Nya. Bahwa kebencian imam-imam dan rabi-rabi
tidak pernah akan dikalahkan, bahwa Kristus akan ditolak oleh bangsa-Nya
sendiri, dihukum sebagai seorang penipu, dan disalibkan sebagai seorang pen-
jahat, pikiran seperti itu tidak pernah timbul dalam hati murid-murid.—Ellen
G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 23.
Begitu para murid mengakui Yesus sebagai Mesias, Yesus mulai mengajar
bahwa Ia harus menderita dan mati (lihat Matius 16: 21-23), sebuah konsep
yang Petrus tidak bisa terima. Petrus datang “menegur” Yesus. Yesus kemu-
dian berbalik kepada Petrus dan mengatakan; “Enyahlah, Iblis” (Mat. 16:23).
Sebutan ini adalah salah satu yang paling keras dari yang Dia katakan kepada
siapa pun selama pelayanan-Nya; namun, Dia melakukannya untuk kebaik-
an Petrus sendiri. Kata-kata Petrus mencerminkan keinginannya sendiri, sikap
egoisnya sendiri akan apa yang ia inginkan. Yesus harus menghentikannya di
tengah jalan, saat itu juga (dan meskipun Yesus sesungguhnya berbicara kepa-
da Setan, Petrus mengerti maksudnya). Petrus perlu belajar bahwa melayani
Tuhan memerlukan penderitaan. Pelajaran yang ia pahami dengan jelas dalam
tulisan-tulisannya kemudian (lihat 1 Ptr. 4:12).
Seberapa seringkah keinginan pribadimu berbenturan dengan apa
yang Anda ketahui Allah inginkan Anda lakukan? Bagaimanakah Anda
membuat keputusan apa yang akan diambil dalam situasi demikian?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 7


Selasa 28 Maret
Berjalan di Atas Air
Ketika bersama-sama Yesus, murid-murid melihat banyak hal yang luar bia-
sa, meskipun beberapa di antaranya dapat dibandingkan dengan peristiwa yang
dijelaskan dalam Matius 14:13-33, Markus 6:30-52, dan Yohanes 6:1-21. Ye-
sus menggunakan lima roti kecil dan dua ikan untuk memberi makan lebih
dari 5.000 orang. Lalu, apakah yang pasti menjadi pemikiran mereka setelah
melihat sesuatu seperti ini?
Bacalah Matius 14:22-33. Apakah pekabaran yang sangat penting dari
kisah ini yang kita dapat ambil bagi kita sendiri untuk menolong kita da-
lam perjalanan kita sendiri dengan Tuhan?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Dengan memberi makan orang banyak, mereka ini baru saja menyaksikan
kuasa Yesus dengan cara yang luar biasa. Dia benar-benar dapat mengendali-
kan alam. Itulah yang pasti telah menolong Petrus membuat permohonannya
yang berani, atau bahkan lancang: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku
datang kepada-Mu berjalan di atas air” (Mat. 14:28).
Suatu ekspresi iman yang luar biasa!
Yesus, kemudian, mengakui imannya dan mengatakan kepada Petrus un-
tuk datang, dia pun melakukannya, pernyataan iman Petrus yang lain. Adalah
sesuatu jika berjalan di atas air ketika airnya tenang, tetapi Petrus berjalan di
tengah badai.
Pelajaran yang biasa dari kisah ini adalah tentang mengalihkan pandangan
kita dari Yesus. Tapi masih ada lagi. Pastilah Petrus percaya kepada Yesus,
kalau tidak dia tidak akan pernah membuat permintaan tersebut dan kemudian
melakukannya. Namun, setelah dia melakukan tindakan itu, dia mulai merasa
takut, dan dalam ketakutannya dia mulai tenggelam.
Mengapa Yesus tidak membuat Petrus tetap mengapung walaupun Petrus
merasa takut? Namun, Yesus mengizinkan Petrus mencapai titik di mana ia
tidak bisa melakukan apa-apa selain berteriak di dalam ketidakberdayaannya,
“Tuhan, tolonglah aku!” (Mat. 14:30). Yesus kemudian mengulurkan tangan-
Nya dan melakukan seperti yang diminta Petrus. Fakta bahwa “Yesus mengu-
lurkan tangan-Nya, memegang dia,” (Mat. 14:31), ketika Yesus cukup dengan
membuatnya mengapung tanpa kontak fisik, pasti telah menolong Petrus me-
nyadari betapa banyak yang dia harus pelajari untuk bergantung kepada Yesus.
Kita dapat memulai dengan iman yang besar, percaya pada kekuatan Tu-
han kita, tetapi ketika situasi menjadi menakutkan, kita harus ingat perkataan
Yesus kepada Petrus: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa Engkau bim-
bang?” (Mat. 14:31).

8 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Rabu 29 Maret
Menyangkal Tuhannya
Bacalah Lukas 22:31-34, 54-62. Pelajaran apakah yang dapat kita pela-
jari dari kegagalan Petrus?
______________________________________________________________
Niat Petrus itu baik. Dan nyatanya, dia menunjukkan keberanian lebih besar
daripada murid-murid yang lain. Dia sebenarnya mengikuti Yesus untuk me-
ngetahui apa yang akan terjadi kepada-Nya. Tetapi dalam melakukan hal itu, ia
memutuskan menyembunyikan identitas aslinya. Kompromi ini, penyimpang-
an dari jalan yang baik dan benar ini, telah membuatnya menyangkal Tuhan-
nya tiga kali, tepat seperti yang Yesus telah peringatkan kepadanya.
Kisah Petrus di sini dengan cara menyedihkan memberikan pelajaran ten-
tang bagaimana merusaknya berkompromi itu jadinya.
Seperti kita ketahui, sejarah Kekristenan dikotori dengan hasil mengerikan
yang terjadi ketika orang-orang Kristen mengompromikan kebenaran-kebena-
ran penting. Meskipun dalam kehidupan ini sering terlibat dalam kompromi,
dan kadang-kadang kita bersedia menyesuaikan, namun dalam hal kebenaran-
kebenaran penting kita harus berdiri teguh. Sebagai seorang anggota jemaat,
kita harus belajar hal-hal apa saja yang kita tidak akan pernah kompromikan,
dalam keadaan apa pun (lihat, misalnya, Wahyu 14:12).
Menurut Ellen G. White, berkompromi dan kegagalan Petrus dimulai di
Getsemani ketika, gantinya berdoa, ia tertidur, dan dengan demikian ia tidak
siap secara rohani untuk apa yang akan terjadi. Jika saja ia telah berdoa dengan
setia, dia menulis, “ia tidak akan menyangkali Tuhannya.”—Alfa dan Omega,
jld. 6, hlm. 355.
Tentu saja, Petrus telah gagal dengan begitu buruk. Tetapi seberapa besar-
pun kegagalannya, kasih karunia Allah masih lebih besar. “Dan di mana dosa
bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah” (Rm.
5:20). Pengampunan Yesuslah yang menjadikan Petrus salah seorang pemim-
pin utama gereja Kristen yang mula-mula. Suatu pelajaran yang besar bagi kita
semua mengenai realitas kasih karunia Allah. Suatu pelajaran bagi kita semua
bahwa, walaupun kita memiliki kegagalan-kegagalan, kita harus maju terus di
dalam iman!
Tentu saja, Petrus tahu apa artinya diampuni. Dia tahu secara langsung apa
saja mengenai injil itu karena dia pernah mengalaminya, bukan hanya realitas
dosa kemanusiaannya, tetapi betapa besar dan dalamnya kasih dan karunia Al-
lah kepada orang berdosa.
Bagaimanakah kita dapat belajar mengampuni mereka yang telah sa-
ngat mengecewakan kita sebagaimana Petrus telah mengecewakan Yesus
di sini?
______________________________________________________________

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 9


Kamis 30 Maret
Petrus sebagai Pemimpin Jemaat
Selama pelayanan Yesus, Petrus sering bertindak sebagai pemimpin dari
ke dua belas rasul. Dialah juru bicara mereka. Ketika Matius membuat daf-
tar nama ke dua belas rasul, dia menyebutkan “pertama... Petrus” (Mat 10:2).
Petrus juga memainkan peran penting pada jemaat mula-mula. Petruslah yang
mengambil inisiatif untuk mengangkat seorang murid menggantikan Yudas Is-
kariot, yang telah mengkhianati Yesus (Kisah 1:15-25). Pada hari Pentakos-
ta, Petruslah yang menjelaskan kepada orang banyak bahwa mereka sedang
melihat karunia Roh yang dijanjikan itu, dicurahkan Allah kepada umat-Nya
(Kis. 2:14-36). Petruslah yang, ketika ditangkap karena berbicara mengenai
kebangkitan orang mati, berbicara kepada imam besar dan pemimpin Yahu-
di yang terkumpul (Kis. 4:1-12). Petruslah yang dituntun kepada Kornelius,
orang non-Yahudi pertama yang diterima sebagai pengikut Yesus (Kisah 10:1-
48). Petruslah yang dikunjungi Paulus selama 15 hari ketika Paulus pertama
kali datang ke Yerusalem setelah pertobatannya (Gal. 1:18). Bahkan, untuk
menggambarkan lingkaran pengikut Yesus di Yerusalem pada waktu itu, Pau-
lus menyebutkan tiga “sokoguru jemaat”: Petrus, Yakobus saudara Yesus, dan
Yohanes murid yang dikasihi (Gal. 2:9).
Bacalah Galatia 1:18, 19; 2:9, 11-14. Apakah yang ayat-ayat ini katakan
kepada kita tentang Petrus, sekalipun peranannya saat itu sangat menon-
jol dalam gereja mula-mula?
Sekalipun sebagai seorang pemimpin jemaat, sekalipun sebagai seorang
yang dengan jelas dipanggil Tuhan (Yesus berkata kepada Petrus, “Gemba-
lakanlah domba-domba-Ku” [Yoh. 21:17]), sekalipun sebagai seorang yang
menerima penglihatan mengenai tidak boleh menyebut “orang najis atau tidak
tahir” (Kis. 10:28), Petrus masih punya beberapa hal penting menyangkut per-
tumbuhannya yang pertu dilakukan.
Pada gereja mula-mula, hampir semua orang Kristen adalah orang Yahudi,
banyak di antara mereka adalah yang “rajin memelihara hukum Taurat” (Kis.
21:20). Dalam penafsiran mereka atas hukum Taurat, makan bersama bangsa-
bangsa lain adalah masalah karena bangsa-bangsa lain dianggap najis. Ketika
ada beberapa orang Kristen Yahudi yang datang dari Yakobus di Yerusalem,
Petrus menghentikan makan dengan bangsa-bangsa lain di Antiokhia.
Bagi Paulus, perilaku tersebut adalah serangan terhadap Injil itu sendiri. Dia
melihat tindakan Petrus sebagai kemunafikan yang terang-terangan dan ia ti-
dak takut untuk menantang dia dalam hal itu. Bahkan, Paulus menggunakan
kesempatan itu untuk mengemukakan ajaran kunci iman Kristen: Pembenaran
oleh iman saja (lihat Gal. 2:14-16).
Meskipun dipanggil oleh Allah, Petrus memiliki beberapa kelemahan
yang perlu dikoreksi. Bagaimanakah kita menanggapi ketika orang lain
berusaha untuk menunjukkan “titik buta” kita sendiri?

10 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Jumat 31 Maret
Pendalaman: Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, “Panggilan di Tepi
Danau,” hlm. 253-260, “Satu Malam di Atas Danau,” hlm. 405-412.
Dari seorang nelayan yang di awal mengakui keberdosaannya kepada per-
nyataannya yang berani tentang Yesus bahwa “Engkau adalah Mesias, Anak
Allah yang hidup” (Mat. 16:16), kepada penolakannya yang mengerikan akan
Tuhannya dan bahkan kepada kemenangan-kemenangan dan kegagalan-kegaga-
lannya sebagai pemimpin dalam jemaat, Petrus tentunya telah menjadi seorang
pemain kunci. Maka, di bawah inspirasi Roh Kudus yang sempurna, dia dapat
menuliskan apa yang dibuatnya, bukan hanya dari pengetahuan teoritis tetapi
dari pengalaman itu sendiri. Dia tahu bukan hanya karunia Kristus yang menye-
lamatkan tetapi juga karunia-Nya yang mengubahkan: “Sebelum kejatuhannya
yang telak ia [Petrus] selalu menyerang dan diktator, berbicara dengan ceroboh
dari dorongan hati saat itu. Dia selalu siap untuk memperbaiki orang lain dan
mengungkapkan gagasannya sebelum ia sendiri memahami dengan jelas atau
akan apa yang seharusnya dikatakan. Tetapi Petrus bertobat, dan Petrus yang te-
lah bertobat sangat berbeda dengan Petrus yang gegabah, tidak sabar. Sementara
ia menyimpan semangatnya yang dahulu, kasih karunia Kristus mengatur sema-
ngatnya. Gantinya tidak sabar, percaya diri, dan meninggikan diri, dia tenang,
dia tenang, menguasai diri, dan mau diajar. Dia kemudian dapat menggembala-
kan domba-domba serta kawanan domba Kristus”—Ellen G. White, Testimonies
for the Church, jld. 5, hlm. 334, 335.
Siapakah di antara kita yang seperti Petrus dalam hal tertentu? Siapa yang
belum pernah, kadang kala, berdiri teguh demi imannya? Dan yang belum per-
nah, kadang kala, gagal total?

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:


1. Apakah yang dikatakan kepada kita mengenai kasih karunia Allah
yang setelah sedemikian memalukan menyangkal Yesus sekalipun, Pe-
trus masih datang memainkan peran utama dan penting yang bukan
saja di jemaat yang mula-mula tetapi dalam hal iman Kristen itu sen-
diri? (Bagaimanapun, ia menulis bagian dari Perjanjian Baru.) Pela-
jaran apakah yang dapat kita ambil dari perubahannya sehubungan
dengan bagaimana menangani mereka yang, dengan cara mereka sen-
diri, telah mengecewakan Tuhan?
2. Di UKSS, bicarakanlah lebih banyak mengenai bahaya berkompromi
bagi gereja. Bagaimanakah kita dapat mengetahui dalam hal apa kita
perlu menyesuaikan, dan dalam hal apa kita tidak bisa sama sekali
berkompromi? Contoh-contoh apakah yang dapat kita temukan da-
lam sejarah gereja tentang berkompromi yang telah menjadi malape-
taka? Pelajaran apakah yang dapat kita pelajari dari peristiwa ini?
3. Petrus belajar beberapa pelajaran dari pengalaman pahit. Dengan
melihat kesalahannya, bagaimanakah kita dapat mengambil pelajar-
an yang kita butuhkan tetapi dengan cara yang lebih mudah daripada
cara Petrus belajar?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 11


PENUNTUN GURU

Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: Lukas 5:1–11
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Mengakui kekurangan diri sendiri sementara percaya pada
kuasa Yesus untuk menyelesaikan misi-Nya.
Merasakan: Mengalami rasa syukur untuk kehormatan karena telah di-
panggil Yesus untuk bekerja bagi-Nya, kendatipun ada perasaan yang tidak
layak berada dalam hubungan yang erat dengan-Nya.
Melakukan: Merespons panggilan Yesus untuk menjadi penjala manusia,
anak-anak dan orang muda, siap meninggalkan segalanya untuk mengikut
Dia.

ÂÂGaris-garis Besar Pelajaran:


I. Mengetahui: Panggilan Yesus untuk Menjadi Rekan Sekerja dalam
Bisnis “Menjala”.
A. Apakah yang melayakkan kita menjadi rekan sekerja bersama Ye-
sus?
B. Dari manakah asalnya kuasa untuk membawa jiwa-jiwa kepada ja-
la Injil itu? Bagaimanakah caranya kita terhubung ke Sumber ku-
asa itu?
II. Merasakan: Orang-orang Berdosa yang Tidak Layak Namun
Bersyukur dan Menurut.
A. Dengan cara apakah kita merasakan bahwa kita sebagai orang ber-
dosa yang tidak layak berada dalam hubungan yang erat dengan
Yesus?
B. Bagaimanakah kita dapat mengungkapkan rasa syukur atas hak is-
timewa dipanggil untuk menjadi rekan kerja bersama Kristus?
III. Melakukan: Menjawab Panggilan-Nya
A. Mengapakah penting bila kita mengindahkan panggilan Kristus
untuk mengakui bahwa adalah kecukupan-Nya, bukan kita, yang
akan memberikan kesuksesan dalam misi-Nya?
B. Mengapakah kita harus meninggalkan segala sesuatu untuk mengi-
kut Yesus dan melaksanakan misi-Nya untuk jiwa-jiwa?

Ringkasan: Hidup Petrus secara dramatis berubah ketika ia menyadari kon-


disinya yang sebenarnya sebagai seorang yang berdosa di hadapan Kristus.
Petrus diberikan kerelaan untuk taat kepada perintah Yesus dan menyaksikan
kuasa Kristus untuk mencapai misi-Nya secara mandiri atas keahliannya seba-
gai seorang nelayan profesional. Petrus belajar bahwa ia harus percaya hanya
kepada pemeliharaan Kristus saja.

12 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU

Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: Matius 14:25–33
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Percaya hanya kepada kemam-
puan (kecukupan) kita membawa kepada bahaya dan putus asa. Begitu Petrus me-
nyadari bahwa satu-satunya harapan ada di dalam Kristus dan berseru kepada-Nya
untuk meminta pertolongan, ia mampu menaklukkan gelombang keputusasaan
yang mengancam kehidupan dan jiwanya. Yesus tetap meminta kita, sebagaima-
na yang dilakukan-Nya bagi Petrus pada hari itu, “mengapa engkau bimbang?”
(Mat. 14:31). Sebagaimana yang dilakukan oleh murid-murid itu, kita perlu untuk
meresponsnya dalam ibadah, dengan mengatakan: “Sesungguhnya Engkau Anak
Allah” (Mat. 14:33).
Pengalaman kehidupan Petrus yang lain juga mengungkapkan perjuangannya
yang berkesinambungan dengan kemandirian (perasaan akan kemampuannya sen-
diri) dan kelambanannya untuk mempelajari pelajaran yang coba diajarkan oleh
Kristus kepadanya. Hanya pada saat ia merendahkan hati dan hancur setelah peno-
lakan-Nya terhadap Yesus baru dia benar-benar bertobat. Setelah itulah kemudian
dia menyerahkan sepenuhnya kepada kecukupan Kristus, siap untuk menjadi alat
di tangan Kristus untuk pemenuhan misi-Nya.
Untuk Guru: Tujuan pelajaran ini adalah memimpin UKSS untuk tidak perca-
ya hanya kepada kecukupan mereka sendiri dan belajar untuk mengandalkan hanya
kepada kecukupan Kristus.
Diskusi Pembuka: Ajaklah UKSS untuk membaca Matius 14:25-33. Bahaslah
keadaan di manakah peristiwa itu terjadi (Mat 14:13-24) dan apakah yang seharus-
nya diambil Petrus dari peristiwa ini. Mintalah UKSS untuk mempertimbangkan
peristiwa di dalam hidup mereka yang cenderung mengarah pada rasa percaya diri.
Ajaklah mereka untuk mengingat kembali bagaimana segala sesuatu berubah se-
belum mereka menyerahkan diri kepada kepemimpinan dan kuasa Kristus dalam
hidup mereka. Berdasarkan peristiwa berikutnya dalam kehidupan Petrus, sebe-
rapa efektifkah dia belajar pelajarannya di sini? Seberapa efektifkah kita belajar
pelajaran dalam memercayai kekuatan dan kecukupan Kristus dalam pengalaman
kita sebelumnya? Mengapakah Yesus tidak menyerahkannya kepada kita hanya
oleh
karena kita tidak belajar pertama kali sebelumnya?
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Beberapa poin penting yang dikembangkan dalam Lukas 5:1-
11 yang perlu ditekankan kepada anggota UKSS. Siapakah yang dipanggil Yesus
untuk diperlengkapi-Nya; dengan kekuasaan itu dari Dia. Orang-orang yang di-
panggil-Nya adalah para nelayan profesional, tetapi Dia memanggil mereka untuk
belajar menjadi penjala manusia, suatu tugas yang untuknya mereka telah diper-
lengkapi. Yesus memberikan bukti bahwa Dia merupakan seorang yang profesion-
al dalam hal menangkap ikan. Jika orang yang dipanggil-Nya percaya kepadaNya
bukan pada metode mereka sendiri, Dia akan memberikan keberhasilan kepada
mereka dalam menangkap ikan. Mereka harus mengakui Keilahian-Nya dan keti-

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 13


PENUNTUN GURU
daklayakan mereka. Mereka juga perlu meninggalkan alat dan metode mereka di
belakang untuk mengikuti-Nya dalam ketaatan dengan rendah hati kepada panggil-
an dan pekerjaan-Nya dalam memperlengkapi mereka.

Komentar Alkitab
I. Panggilan untuk Pelayanan
(Tinjau Kembali Lukas 5:1–11 Bersama UKSS Anda.)
Sebagai seorang nelayan yang profesional, Petrus menjalani kehidupannya di
atas air. Dia mengetahui apa saja yang harus diperlukannya dalam menangkap
ikan, dengan demikian dia sangat yakin akan hal itu. Dia juga mengetahui bahwa
manusia tidak dapat berjalan di atas air. Yesus menjungkirbalikkan semua penge-
tahuan dan rasa percaya diri Petrus. Untuk dapat menangkap ikan secara efektif,
seseorang harus memiliki kuasa untuk mengalahkan alam. Hanya Yesus saja yang
memiliki kuasa itu. Dia menunjukkan hal itu dengan cara memenuhi jala Petrus
dengan tangkapan ikan yang melimpah setelah Petrus berusaha untuk menangkap
ikan sepanjang malam tetapi tidak mendapatkan apa pun. (Selanjutnya, Yesus juga
menunjukkan kuasa-Nya lagi dengan berjalan di atas air.) Petrus perlu untuk me-
nyadari dan mengakui Keilahian Yesus dan ketidaklayakan dirinya sendiri sehing-
ga dia dapat bekerja sama dengan Dia (Lukas 5:8). Petrus juga perlu belajar untuk
memercayai Yesus apabila Dia memberikan suatu perintah atau petunjuk, oleh ka-
rena Juruselamat selalu mengetahui dengan tepat apa yang sedang dilakukan-Nya
dan Dia berkuasa untuk mengeksekusi kehendak-Nya sendiri. Petrus juga perlu
untuk meninggalkan semua alat dan metodenya dalam mengikuti Yesus, belajar
dari Tuan penjala pria dan wanita (Lukas 5:10, 11).
Pertimbangkanlah Hal Ini: Sudah seberapa berhasilkah kita dalam menjala
manusia dengan kekuatan kita sendiri, menggunakan metode manusia belaka?
Betapa kita akan lebih berhasil seandainya kita percaya kepada metode dan ku-
asa Kristus, dan mengapa?
II. Panggilan untuk Mengakui Kristus
(Tinjau kembali Matius 16:13–19 Bersama UKSS.)
Yesus mengundang para murid-Nya untuk mengakui kesadaran mereka tentang
identitas-Nya (“apa katamu, siapakah Aku ini?” [Mat. 16:15]). Petrus, yang dulu
pernah menjadi seorang jurubicara yang kurang ajar (cepat marah) bagi orang lain,
menyatakan pengakuannya bahwa Yesus adalah Kristus (Mesias), Anak Allah yang
hidup (Mat. 16:16). Yesus menyatakan bahwa Petrus bisa mengetahui kebenaran
ini hanya melalui wahyu dari Bapa (Mat. 16:17). Pengakuan ini tidak ada kredit
kepada Petrus, tetapi perlu digarisbawahi bahwa wawasan Ilahilah yang menda-
tangkan kesimpulan yang seperti itu. Sayang, tampaknya Petrus lebih memercayai
dirinya, dan lebih bergantung, kepada kebenaran pemahaman dirinya sendiri dari-
pada terhadap Kristus dan missi-Nya (Mat. 16:21–23).
Pertimbangkanlah Hal Ini: Bagaimanakah kita dapat memastikan bahwa kita
mengetahui identitas sejati Kristus sebagai Mesias? Bagaimanakah kita bisa men-
capai pengetahuan yang lebih intim tentang Dia dan apa yang mampu dicapai-Nya
dalam hidup kita?

14 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU

III. Panggilan kepada Kerendahan Hati


(Tinjau Kembali Matius 16:21–23 Bersama UKSS Anda.)
Ketika Yesus berupaya menjelaskan misi-Nya kepada murid-murid-Nya, Petrus
menegur Yesus: “Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau” (Mat. 16:22). Sikap
percaya diri Petrus dengan keras ditegur oleh Yesus sebagai ekspresi dari semangat
Setan. Apa yang dimaksudkan Yesus ketika Dia berkata kepada Petrus, “ Engkau
suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikir-
kan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Mat. 16:23)? Apakah tam-
paknya yang ada dalam benak Petrus saat dia menegur Yesus? Bagaimanakah kita
bisa mengembangkan sikap yang lebih rendah hati, sikap yang tidak suka menon-
jolkan diri? Apakah yang diungkapkan oleh 1 Petrus 5:5, 6 yang dapat membantu
Petrus pada akhirnya belajar tentang pentingnya kerendahan hati?
Pertimbangkanlah Hal Ini: Dalam hal apakah harapan kita tentang Yesus
sesuai dengan perasaan tentang—identitas dan misi-Nya sendiri? Bagaimanakah
caranya kita mengetahui kapan kita sudah siap untuk belajar mengenai pelajaran
tentang kerendahan hati?
IV. Panggilan kepada Kesetiaan
(Tinjau Kembali Matius 26:31–35, 69–75; Lukas 22:31–34.)
Setelah tiga setengah tahun bersama dengan Yesus, Petrus masih belum mem-
pelajari pelajarannya. Penyangkalan pertama Petrus terhadap Yesus telah prediksi
bahwa semua akan meninggalkan Dia dan melarikan diri, dengan bersikukuh bah-
wa dia tidak akan pernah melakukan itu. Kemudian ia menyangkal Yesus sendiri,
dengan bersikeras bahwa dia tidak mengenal Dia. Ketika Petrus menyadari bahwa
Yesus mengenal dia lebih baik daripada dia mengetahui dirinya sendiri, ia akhirnya
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan memungkinkan Roh Allah untuk
mengendalikannya. Penyerahan diri yang sepenuhnya merupakan hasil pertobat-
annya, menempatkan dia dalam posisi untuk menjadi pemimpin rohani bagi gereja
Yesus dan penulis dua surat yang mendorong orang lain untuk setia kepada Yesus.
Menarik untuk dicatat bahwa setelah Petrus aktif menjadi pemimpin jemaat
dan rasul selama bertahun-tahun, dia masih menunjukkan beberapa kelemahan-
nya, yang membuat dia ditegur, menurut Paulus, dalam Galatia 2:11–14. Ellen G.
White menulis tentang peristiwa ini: “Petrus melihat kesalahannya di dalam mana
dia telah jatuh, dan segera memperbaiki kesalahan yang telah dilakukannya, sesuai
dengan kekuatannya. Allah, yang mengetahui akhir sesuatu sejak dari permulaan,
memberi kesempatan kepada Petrus menyatakan kelemahan tabiatnya supaya ra-
sul yang sudah diuji ini menyadari bahwa tidak ada sesuatu di dalam dirinya yang
patut disombongkan. Walaupun orang-orang yang paling baik, jika dibiarkan atas
usaha mereka sendiri, pertimbangan mereka akan salah.”—Alfa dan Omega, jld.
7, hlm. 168.
Pertanyaan Diskusi:
;; Bagaimanakah pengalaman Petrus dalam peristiwa Matius 26 dan Lukas 22
ini mempersiapkan pengertiannya untuk menulis kedua suratnya?
;; Dalam cara-cara apakah kita mengenal kepercayaan diri dan ketegasan (kesom-
bongan) Petrus? Apakah yang harus terjadi bagi kita untuk membawa keperca-
yaan diri kita di bawah penyerahan agar kita dapat belajar di kaki Sang Guru?

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 15


PENUNTUN GURU
;; Apakah peran doa Yesus bagi Petrus (Lukas 22:32) sehubungan dengan per-
tobatannya? Bagaimanakah doa ini memungkinkan Petrus untuk memperkuat
saudara-saudaranya melalui tulisan dua suratnya itu? Bagaimanakah dengan
mengetahui bahwa Yesus telah berdoa untuk kita (Yohanes 17:20) menawar-
kan semangat dan harapan kepada kita?

ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Ingatkan UKSS bahwa bagi Petrus pengalamannya tidak unik
. Dia hanyalah seorang yang berani dan lebih vokal dalam menegaskan dirinya
dalam berbagai situasi daripada teman-temannya para murid lainnya; jadi, ia me-
nerima lebih banyak perhatian di dalam Injil. Tak satu pun dari para murid menger-
ti apa yang Yesus beritahukan kepada mereka tentang misi-Nya (Luk. 9:44, 45).
Sama seperti Elia (Yak. 5:17), mereka adalah manusia dengan berbagi kelemahan
yang sama yang kita semua lakukan dan memerlukan kuasa Ilahi yang sama untuk
menang atas kelemahan tersebut.
Pertanyaan Pemikiran:
;; Kesamaan umum apakah yang saya miliki seperti yang dimiliki Petrus? Apa-
kah potensi saya untuk baik atau jahat?
;; Bagaimanakah saya bisa diperkuat dengan mengingat kembali bahwa Yesus
berdoa untuk saya, sehingga ketika saya diubah, saya bisa, dan pada gilir-
annya akan, menguatkan saudara-saudara saya?
Kegiatan: Ajaklah UKSS untuk mempertimbangkan agar berdoa khusus bagi
mereka-mereka yang ada di gereja, termasuk anggota-anggota yang bergumul de-
ngan pencobaan-pencobaan Setan. Doronglah satu sama lain untuk setia.
Kegiatan Alternatif: Diskusikanlah bersama UKSS mengenai panggilan
kepada pemuridan (menjala manusia) yang dilakukan Yesus kepada Petrus, An-
dreas, Yakobus dan Yohanes, dalam Lukas 5:1–11 (bandingkanlah dengan Mat.
4:18–22). Rencanakan satu proyek UKSS yang termasuk di dalamnya menarik
orang-orang kepada jala Injil.

ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Di sini kita berkesempatan untuk berhubungan dengan kehidup-
an dan pengalaman Petrus. Perhatikanlah bagaimana cara Yesus menjangkau untuk
mendukung Petrus bukan untuk mengkritik dia atas kegagalan-nya, bahkan ketika
Yesus telah memprediksi kegagalan itu. Pengalaman apa yang bisa dipetik oleh
anggota UKSS sebagai bukti bahwa Yesus hadir untuk mendorong mereka, meski-
pun mereka sering gagal?
Kegiatan: Jika alat peraga tersedia, buatlah sebuah grafik, tentang naik turun-
nya, kesuksesan dan kegagalan, dalam kehidupan Petrus, seperti yang tercatat da-
lam Perjanjian Baru. Sebagai alternatif lainnya, jika alat peraga tidak tersedia, min-
talah UKSS membuat daftar aspek-aspek kehidupan Petrus. Pola bagaimanakah
yang muncul? Apakah hubungan pola yang ada itu dengan pengalaman pertobatan
Petrus? Bagaimanakah hal ini boleh menjadi suatu pelajaran bagi kita.

16 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Pelajaran 2 1–7 April*

Warisan
Yang Tidak Dapat Binasa

SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 1 Ptr. 1:1, 2; Yoh. 3:16;
Yeh. 33:11; 1 Ptr. 1:3–21; Im. 11:44, 45; 1 Ptr. 1:22–25.
Ayat Hafalan: ”Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan
kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persau-
daraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh sa-
ling mengasihi dengan segenap hatimu” (1 Petrus 1:22).

S
etiap kali kita mempelajari Alkitab, terutama ketika memusatkan per-
hatian pada satu kitab atau pun satu bagian dari sebuah kitab, sedapat
mungkin ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab.
Pertama, alangkah baiknya untuk mengetahui siapa target pembacanya. Ke-
dua, mungkin juga yang lebih penting lagi, alangkah baiknya untuk mengeta-
hui apa alasan yang tepat sehingga tulisan itu ditulis. Apakah isu utama (jika
ada) yang penulis hendak utarakan (seperti surat Paulus kepada Jemaat di Ga-
latia berhubungan dengan kesalahan teologis yang sedang diajarkan mengenai
keselamatan dan hukum)? Sebagaimana kita ketahui, kebanyakan Kitab Per-
janjian Baru ditulis dalam bentuk surat, dan biasanya seorang menulis surat
supaya dapat menyampaikan pekabaran tertentu kepada penerima surat itu.
Dengan kata lain, ketika kita membaca Kitab Petrus, alangkah baiknya un-
tuk mengetahui, sebanyak mungkin, konteks historis suratnya. Apakah yang
dia katakan, dan mengapa? Dan tentu saja, yang terpenting dari semuanya: Na-
sihat apakah yang dapat kita ambil darinya (sebagaimana juga kepada mereka,
atas inspirasi, surat itu ditulis)?
Dan sebagaimana yang segera kita lihat, walau dalam beberapa ayat perta-
ma, Petrus memiliki banyak kebenaran penting untuk dinyatakan kepada kita
sekarang ini, yang telah ditulisnya berabad-abad yang lalu.

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 8 April.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 17


Minggu 2 April
Kepada Orang-orang Pendatang
Jika Anda diberikan selembar kertas dengan tulisan yang dimulai dengan,
“Dengan hormat,” Anda akan segera mengerti jika Anda sedang membaca se-
buah surat. Dan Anda akan menganggap bahwa surat itu datang dari seseorang
yang mungkin tidak dekat dengan Anda?.
Sebagaimana penulisan surat-surat modern memiliki cara yang standar demi-
kian juga surat di zaman dulu. Surat Petrus yang pertama dimulai dengan cara
sebagaimana setiap surat zaman dulu ditulis. Surat itu memberikan identitas pe-
nulisnya dan kepada siapa surat itu dikirimkan.
Bacalah 1 Petrus 1:1. Apakah yang dapat kita pelajari dari satu ayat
ini yang menolong untuk memberikan kepada kita sekilas konteksnya?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Petrus dengan jelas menyebutkan dirinya. Namanya adalah kata pertama da-
lam surat itu [menurut bahasa asli]. Namun, segera dia menjelaskan dirinya se-
bagai “rasul Yesus Kristus.” Demikian juga, yang Paulus sering lakukan (Gal.
1:1; Rm. 1:1; Ef. 1:1), Petrus segera menunjukkan “kredensial”-nya, menekan-
kan panggilan Ilahi-nya. Dia adalah seorang “rasul,” yaitu “seorang yang diu-
tus,” dan Dia yang mengutusnya adalah Tuhan Yesus Kristus.
Petrus menyebutkan ke daerah mana suratnya itu ditujukan: Pontus, Galatia,
Kapadokia, Asia, dan Bitinia. Kota-kota ini semua adalah wilayah di Asia Ke-
cil, kira-kira sama dengan bagian Turki modern sebelah timur Bosforus.
Ada perbincangan mengenai apakah Petrus menulis secara khusus kepada
orang percaya bangsa Yahudi atau orang percaya bukan bangsa Yahudi. Isti-
lah yang Petrus gunakan dalam 1 Petrus 1:1 “orang-orang pendatang/buang-
an,” “diaspora—yang tersebar,” adalah istilah-istilah yang umumnya melekat
pada orang Yahudi yang tinggal di luar Tanah Suci yang hidup di abad pertama.
Kata-kata yang dipilih dan dikuduskan dalam 1 Petrus 1:2 cocok baik untuk
orang Yahudi dan orang Kristen. Menjelaskan bahwa mereka yang berada di
luar komunitas itu sebagai “bangsa-bangsa bukan Yahudi” (1 Ptr. 2:12; 4:3) juga
menggarisbawahi karakter orang Yahudi kepada siapa Petrus menulis surat itu.
Beberapa komentator berpendapat, bahwa apa yang Petrus katakan dalam 1
Petrus 1:18 dan 4:3 akan lebih tepat dikatakan kepada bangsa bukan Yahudi
yang bertobat menjadi Kristen daripada kepada bangsa Yahudi. Lagipula, su-
dikah Petrus menulis benar-benar kepada orang Yahudi tentang “cara hidupmu
yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu”? Atau sudikah ia berkata
kepada pembaca orang Yahudi, “Sebab telah cukup banyak waktu kamu per-
gunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta
pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang” (1 Ptr. 4:3)?
Bagaimanapun juga, apa yang lebih penting buat kita, bukan pada siapa pen-
dengarnya tetapi, lebih pada, apa pekabarannya.

18 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Senin 3 April
Dipilih
Bacalah 1 Petrus 1:2. Apa lagi yang ayat ini katakan kepada kita me-
ngenai mereka yang untuknya Petrus telah mengirim surat? Apakah yang
dia sebutkan tentang mereka?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Apakah secara khusus menulis kepada orang percaya bangsa Yahudi atau
bukan Yahudi, Petrus yakin tentang satu hal: Mereka “dipilih, sesuai dengan
rencana Allah, Bapa kita” (1 Ptr. 1:2).
Di ayat ini pun, kita perlu berhati-hati. Hal ini tidak berarti bahwa Allah me-
nakdirkan sebagian orang untuk diselamatkan dan sebagian orang akan hilang,
dan yang beruntung yang mendapatnya, kepada mereka yang Petrus mengirim
surat kebetulan menjadi sebagian dari mereka yang dipilih Allah untuk sela-
mat, sementara orang lain dipilih Allah untuk hilang. Bukan demikian yang
Alkitab ajarkan.
Bacalah 1 Timotius 2:4; 2 Petrus 3:9; Yohanes 3:16; Yehezkiel 33:11.
Bagaimanakah ayat-ayat ini menolong kita untuk memahami apa yang
Petrus maksudkan ketika ia menyebut mereka ini “dipilih”?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa adalah rencana Allah bagi setiap
orang untuk diselamatkan, suatu rencana yang dilembagakan Allah bahkan se-
belum penciptaan dunia ini: “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita
sebelum dunia dijadikan” (Ef. 1:4). “Semua orang” adalah “pilihan” dalam
arti bahwa tujuan Allah pada awalnya adalah untuk semua orang diselamat-
kan dan tidak ada yang hilang. Dia menakdirkan seluruh umat manusia untuk
hidup yang kekal. Hal ini berarti bahwa rencana keselamatan itu cukup untuk
penebusan dosa semua orang, walaupun tidak semua orang akan menerima apa
yang penebusan itu tawarkan bagi mereka.
Pengenalan Allah sebelumnya atas umat pilihan itu sesungguhnya adalah
pengetahuan-Nya sebelumnya apa yang akan terjadi dengan kebebasan memi-
lih mereka terhadap keselamatan. Pengetahuan Allah lebih dahulu sama sekali
tidak memaksa pilihan mereka seperti seorang ibu mengetahui sebelumnya
bahwa anaknya akan memilih kue cokelat daripada kue kacang hijau tidak
berarti bahwa pengetahuannya akan pilihannya memaksa anak itu membuat
keputusan.
Jaminan seperti apakah yang dapat Anda peroleh dari kebenaran yang
meyakinkan bahwa Allah telah memilih Anda untuk diselamatkan?
______________________________________________________________

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 19


Selasa 4 April
Tema-tema Kunci
Bacalah 1 Petrus 1:3-12. Apakah pekabaran utama Petrus dalam ayat-
ayat ini?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Dalam sambutannya kepada pembaca suratnya dalam 1 Petrus 1:1, 2, Petrus
telah menyebutkan Bapa, Anak, dan Roh Kudus (1 Ptr. 1:2). Ketiga anggota
Keallahan itu menjadi subjek 1 Petrus 1:3-12. Bapa dan Anak adalah topik dari
1 Petrus 1:3-9, dan Roh Kudus menonjol dalam 1 Petrus 1:10-12.
Pada saat dia menulis tentang Bapa dan Anak dan pekerjaan Roh Kudus,
Petrus memperkenalkan banyak tema yang dia akan jelaskan lagi.
Petrus memulai (1 Ptr. 1:3; lihat juga Yoh. 3:7) orang Kristen telah dila-
hirkan kembali. Seluruh kehidupan mereka telah diubahkan oleh kebangkitan
Yesus dan warisan yang luar biasa menantikan pengikut Kristus di surga (1 Ptr.
1:3, 4). Di sini, sebagaimana dalam begitu banyak tempat lain di dalam Per-
janjian Baru, kebangkitan Yesus adalah kunci kepada pengharapan Kristiani.
Pengharapan ini memberikan kepada umat Kristen alasan untuk bersukacita,
walaupun kenyataannya banyak dari mereka yang membaca 1 Petrus sedang
menderita. Penderitaan ini menguji dan memurnikan iman mereka, seperti hal-
nya api menguji dan memurnikan emas. Meskipun para pembaca tulisan Petrus
belum melihat Yesus saat pelayanan-Nya di dunia, mereka mengasihi-Nya dan
percaya kepada-Nya. Dan hasil iman mereka kepada-Nya adalah keselamatan
dan janji akan “suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar
dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu” (1 Ptr. 1:4).
Petrus juga memberitahukan kepada mereka bahwa nabi-nabi Perjanjian
Lama telah bernubuat tentang “kasih karunia yang diuntukkan bagimu” (1 Ptr.
1:10). Nabi-nabi ini “menyelidiki dan meneliti” (1 Ptr. 1:10) tentang kesela-
matan yang mereka alami di dalam Yesus saat itu.
Ketika mereka menderita aniaya karena iman mereka, Petrus menunjukkan
bahwa mreka adalah bagian dari konflik antara baik dan jahat yang lebih besar.
Pada akhirnya, dia berusaha untuk menolong mereka tetap setia pada kebenar-
an, walaupun di tengah-tengah pencobaan.
1 Petrus 1:4 berkata bahwa ada suatu bagian yang “tersimpan di sorga
bagi kamu.” Pikirkanlah hal itu bagi Anda pribadi; ada tempat khusus
yang sudah disiapkan di surga untuk Anda, secara pribadi. Jadi bagaima-
nakah seharusnya Anda secara pribadi menyambut janji yang indah ini?
______________________________________________________________
______________________________________________________________ 

20 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Rabu 5 April
Menghidupkan Kehidupan Keselamatan
Bacalah 1 Petrus 1:13-21. Menurut perikop ini, apakah yang seharus-
nya memotivasi perilaku orang Kristen?
______________________________________________________________
Kata sebab itu, yang mengawali 1 Petrus 1:13, menunjukkan bahwa apa
yang Petrus akan sampaikan kemudian berkembang dari apa yang dia telah
sampaikan. Sebagaimana yang kita telah lihat dari pelajaran kemarin, Petrus
telah berbicara mengenai kasih karunia Allah dan harapan yang umat Kristen
miliki di dalam Yesus Kristus (1 Ptr. 1:3-12).
Sebagai hasil kasih karunia dan pengharapan ini, Petrus mendorong pemba-
ca tulisannya untuk “menyiapkan akal budi” (1 Ptr. 1:13). Yaitu, sebagai sam-
butan kepada keselamatan yang mereka miliki di dalam Yesus, mereka harus
menyiapkan akal budi supaya dapat berdiri teguh dan setia (1 Ptr. 1:13).
Bacalah 1 Petrus 1:13. Apakah artinya meletakkan pengharapanmu se-
luruhnya atas kasih karunia yang dinyatakan di dalam Yesus?
______________________________________________________________
Tidak heran, Petrus mengatakan kepada mereka pengharapanmu terletak ha-
nya di dalam Yesus. Dan dia lalu menekankan tentang tingkatan perilaku yang
diharapkan dari umat Kristen sebagai konsekuensi dari keselamatan mereka.
Dia juga mencatat tiga motivasi utama yang ada di balik perilaku Kristiani: Ta-
biat Allah (1 Ptr. 1:15, 16), penghakiman yang akan datang (1 Ptr. 1:17), dan
harga penebusan (1 Ptr. 1:17-21).
Hal yang pertama yang memotivasi perilaku umat Kristen adalah tabiat Al-
lah. Tabiat ini dapat diringkaskan seperti ini: Allah itu kudus. Petrus mengu-
tipnya dari Imamat 11:44, 45 ketika ia berkata, “Kuduslah kamu, sebab Aku
kudus.” (1 Ptr. 1:16). Oleh karena itu mereka yang mengikut Yesus hendaklah
juga menjadi kudus (1 Ptr. 1:15-17).
Motivasi kedua bagi perilaku umat Kristen terdapat dalam menyadari bahwa
Allah, yang adalah kudus, akan menghakimi setiap orang dengan adil, menurut
perbuatannya (1 Ptr. 1:17).
Motivasi ketiga muncul dari kebenaran utama bahwa umat Kristen telah
ditebus. Hal ini berarti bahwa mereka telah dibeli dengan suatu harga, suatu
harga yang sangat mahal: Darah Kristus yang mahal (1 Ptr. 1:19). Petrus me-
nekankan bahwa kematian Yesus bukan suatu kebetulan sejarah tetapi sesuatu
yang telah ditetapkan sebelum dunia dijadikan (1 Ptr. 1:20).
Apakah yang mendorong Anda menjadi seorang Kristen? Apakah ja-
wabanmu dan mengapa, jika seseorang bertanya kepadamu, Mengapa
kah Anda Kristen? Bawalah jawabanmu ke UKSS pada hari Sabat.
______________________________________________________________

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 21


Kamis 6 April
Saling Mengasihi
Selanjutnya Petrus mengarahkan orang Kristen kepada pernyataan pokok
mengenai bagaimana menghidupkan kehidupan yang kudus dan setia.
Bacalah 1 Petrus 1:22-25. Pokok penting apakah yang ia buat di sini
tentang apa artinya menjadi seorang Kristen?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Titik awal Petrus adalah bahwa orang Kristen telah dimurnikan (“kamu te-
lah menyucikan dirimu...”), oleh ketaatan kepada kebenaran (1 Ptr. 1:22). Kata
kerja “menyucikan” atau “membersihkan” berhubungan erat dengan kata suci
dan kesucian, yang berhubungan kembali ke apa yang Petrus tuliskan pada
beberapa ayat sebelumnya (1 Ptr. 1:15). Melalui komitmennya kepada Yesus,
dan melalui baptisannya (bandingkan dengan 1 Ptr. 3:21, 22), orang Kristen
telah menyucikan dirinya dengan menetapkan dirinya diasingkan untuk Tuhan,
dan mereka melakukannya dengan menuruti kebenaran.
Perubahan ini di dalam kehidupan mereka memiliki konsekuensi alami
sehingga mereka dapati dirinya sekarang dalam berhubungan dekat dengan
orang-orang lain yang memiliki pandangan yang sama. Hubungan ini begitu
dekat sehingga Petrus menggunakan bahasa keluarga untuk menggambarkan-
nya. Orang Kristen berbuat karena kasih persaudaraan. Kata Yunani yang digu-
nakan dalam 1 Petrus 1:22, ketika ia berbicara tentang “kasih persaudaraan,”
filadelfia, secara harfiah berarti “kasih kakak beradik.” Inilah kasih yang dimi-
liki keluarga satu sama lain.
Dalam bahasa Yunani, ada beberapa kata berbeda yang diterjemahkan “ka-
sih”: Filia (persahabatan), eros (cinta kasih suami dan istri), agape (kasih yang
murni yang berusaha mencari kebaikan pada orang lain). Kata yang Petrus
gunakan ketika dia menulis “hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling me-
ngasihi” (1 Ptr. 1:22) berhubungan dengan agape—yang biasanya berarti ka-
sih yang murni yang berusaha mencari kebaikan pada orang lain. Tentunya,
itulah sebabnya ia menambahkan frase saling mengasihi “dengan segenap ha-
timu” (1 Ptr. 1:22), jenis hati yang berasal dari mereka yang telah “dilahirkan
kembali” (1 Ptr. 1:23; lihat juga 1 Ptr. 1:3) melalui Firman Allah yang tidak
fana. Kasih seperti ini hanya datang dari Allah; itu bukan hati yang egois, yang
berpusat pada diri sendiri dan yang belum dilahirkan kembali yang akan ter-
wujud, yang pasti mengapa Petrus memberikan penekanan pada disucikan dan
“ketaatan kepada kebenaran” (1 Ptr. 1:22). Kebenaran bukanlah sesuatu yang
hanya diyakini; itu harus dihidupkan.
Bagaimanakah kita dapat belajar untuk lebih mengasihi? Pilihan apa-
kah yang harus kita buat agar mampu mewujudkan jenis kasih yang di-
lakukan “dengan segenap hati”?

22 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Jumat 7 April
Pendalaman: Bacalah Ellen G. White, “Penurutan yang Sempurna Mela-
lui Kristus,” hlm. 374, 375 dalam Selected Messages, jilid 1. Lihat juga Ellen
G. White, “Kristuslah Jalan Kehidupan,” hlm. 365–368, dan “Penurutan yang
Sempurna Melalui Kristus,” hlm. 373–376 dalam Selected Messages, jilid 1.
Sungguh menakjubkan betapa kaya dan dalamnya pasal pertama kitab Pe-
trus ini dan betapa banyak dasar yang dicakupnya. Petrus memulai suratnya
dengan perenungan pada sifat Ketuhanan, membawakan mengenai Bapa,
Anak, dan Roh Kudus. Bapa telah memberikan Juruselamat di dalam Anak-
Nya, Yesus Kristus, dan kita dipilih di dalam Dia untuk kesucian dan penurut-
an. Kita mengasihi Yesus, dan di dalam Dia kita bergembira karena sukacita
yang mulia karena, melalui kematian dan kebangkitan-Nya, kita memiliki janji
dari “sesuatu yang tidak binasa” di surga. Bahkan di tengah pencobaan, malah,
kita dapat sangat bersukacita dalam keselamatan yang ditawarkan kepada kita
di dalam Kristus. “Suratnya (Petrus) adalah alat untuk membangunkan kebera-
nian dan menguatkan iman dari mereka yang menderita ujian dan penderitaan,
dan untuk memperbarui pekerjaan yang baik dari mereka yang melalui banyak
pencobaan berada dalam bahaya untuk kehilangan pegangan mereka kepada
Allah.”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 436. Sementara, Roh
Kudus bekerja melalui para nabi untuk menguraikan hari di mana Petrus dan
pembacanya hidup. Sebagai konsekuensinya, orang Kristen harus hidup ku-
dus, penuh dengan ketaatan pada kebenaran, dalam masyarakat yang ditandai
dengan jenis kasih yang “segenap hati.”

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:


1. Di UKSS, ulangi jawaban Anda untuk pertanyaan di akhir pelajaran
hari Rabu: Apakah yang mendorong Anda menjadi seorang Kristen?
Apakah persamaan jawaban yang Anda bagikan? Bagaimanakah ja-
waban itu akan berbeda?
2. Dua kali di pasal pertama ini (1 Ptr. 1:3, 21), Petrus mengemukakan
mengenai kebangkitan Yesus. Mengenai apakah kebangkitan itu se-
hingga menjadi begitu penting bagi iman kita? Petrus berbicara me-
ngenai “suatu bagian yang tidak dapat binasa” (lihat juga Dan. 7:18).
Apakah artinya hal itu? Pikirkanlah mengenai segala sesuatu di dunia
ini dan kehidupan ini yang dapat layu atau yang dapat dengan segera
binasa. Apakah yang hal ini katakan kepada kita mengenai betapa
ajaib sesungguhnya janji itu?
3. Bagaimanakah iman kita dapat bertumbuh di tengah-tengah penco-
baan? Artinya, apakah pilihan yang dapat kita buat untuk menolong
kita belajar dari hal-hal yang kita alami?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 23


PENUNTUN GURU

Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti:1 Petrus 1:3–9, 13–21
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Menyadari bahwa di dalam Kristus orang-orang percaya te-
lah dilahirkan kembali ke dalam suatu pengharapan yang hidup melalui ke-
bangkitan Yesus Kristus.
Merasakan: Mengalami sukacita keselamatan.
Melakukan: Hidup sebagai bagian dari umat perjanjian Allah, yang di-
panggil Allah untuk menghidupkan iman, pengharapan, kasih, dan keku-
dusan.

ÂÂGaris-garis Besar Pelajaran:


I. Mengetahui: Lahir Baru ke dalam Hidup yang Berpengharapan
A. Apakah artinya dilahirkan kembali melalui kebangkitan Yesus da-
ri kematian?
B. Apakah arti tersirat (implikasi) dari menjadi bagian dari umat per-
janjian Allah, yang dipanggil untuk menjadi kudus?
II. Merasakan: Bukan Lagi Orang Asing Melainkan Lahir ke dalam
Rumah Tangga (Keluarga) Allah
A. Bagaimanakah rasanya menjadi orang asing dan bukan anggota da-
ri rumah tangga (keluarga) umat Allah?
B. Bagaimanakah kita mengalami sukacita menerima sasaran dari
iman kita, yaitu keselamatan jiwa kita?
III. Melakukan: Hidup sebagai Anggota Umat Perjanjian
A. Kualitas apakah yang direkomendasikan Petrus bagi mereka yang
dipanggil untuk menjadi anggota komunitas iman perjanjian yang
baru?
B. Motivasi apakah yang disediakan Petrus untuk menghidupkan ke-
hidupan penuh rasa hormat dan yang kudus?

Ringkasan: Petrus mengingatkan para pembacanya—yang merupakan


orang asing yang tersebar di dunia—bahwa mereka itu adalah merupakan ke-
lanjutan dari umat Allah yang terdapat dalam Perjanjian Lama, yang telah di-
selamatkan dari cara hidup mereka yang sisa-sia dan dilahirkan kembali ke da-
lam hidup yang berpengharapan melalui kebangkitan Yesus. Itulah sebabnya,
mereka harus bersikap seperti anggota komunitas iman (umat yang beriman)
dalam pandangan penghakiman yang akan datang pada saat kedatangan Kris-
tus.

24 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU

Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 1 Petrus 1:3–5
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Melalui rahmat Allah, kita te-
lah menerima kelahiran baru, yang memimpin kepada pengharapan melalui ke-
bangkitan Yesus Kristus dari kematian. Pengharapan ini menjanjikan kita suatu
warisan yang kekal, tanpa noda,dan yang tidak dapat binasa. Allah telah meren-
canakannya di surga bagi kita yang telah dipelihara (dijaga) oleh kuasa-Nya me-
lalui iman untuk keselamatan yang akan segera dinyatakan pada saat kedatangan
Kristus. Kita menemukan sukacita yang besar dalam pengharapan ini, bahkan
ketika kita mengalami berbagai cobaan. Pembangunan tabiat kita di dalam dan
melalui pencobaan ini akan menghasilkan pujian, kemuliaan, dan kehormatan
bagi Allah apabila Kristus dinyatakan.
Untuk Guru: Tampak jelas bahwa Petrus menulis, dalam 1 Petrus 1:1, un-
tuk orang-orang yang tersebar di seluruh provinsi Asia Kecil, entah oleh karena
penganiayaan ataupun oleh karena untuk tujuan ditempatkan kembali oleh pe-
nguasa Romawi. Dalam kedua kasus ini, rumah mereka pasti sudah dirampas
dan mereka merasa seperti orang asing yang berada di antara masyarakat yang
asing. orang seperti itu perlu pengharapan dalam sebuah warisan yang abadi.
Petrus menawarkan harapan semacam itu untuk para pembacanya.
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS untuk membaca Mazmur 64. Diskusikan
mengenai suasana di mana mazmur Daud ini tampaknya ditulis dan bagaimana
para pembaca Petrus mungkin telah mengenal perasaan Daud yang dikucilkan
dan keinginan untuk harapan dan keselamatan dari Allah. Doronglah anggota
UKSS untuk mengingat saat-saat ketika mereka mungkin merasakan perasaan
yang sama yaitu ketika hak mereka dari komunitas mereka dicabut dan keingin-
an untuk berharap pada Allah dan keselamatan-Nya. Apakah janji Alkitab yang
telah memberikan pengharapan dan sukacita pada saat seperti itu?

ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Komentator Karen H. Jobes berpendapat yang cukup meyakin-
kan sehubungan program kolonisasi Romawi di bawah Kaisar Claudius sebagai
penjelasan yang masuk akal untuk deskripsi Petrus tentang penerima suratnya
sebagai “orang asing yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia, dan Bi-
tinia” (1 Ptr. 1:1). “Seluruh kitab 1 Petrus keduanya (1 Ptr. 1:1; bandingkan de-
ngan 1 Ptr. 5:13) dan juga penuh dengan istilah buangan dan keterasingan.”—1
Peter, Baker Exegetical Commentary on the New Testament (Grand Rapids,
Mich.: Baker Academic, 2005), hlm. 39. Jika teori ini benar, orang-orang per-
caya yang dimaksudkan Petrus mungkin tidak memiliki kewarganegaraan Ro-
mawi yang melindungi mereka dari apa yang paling mungkin yaitu dibuang
atau diasingkan dengan paksa dan untuk kepentingan menambah jumlah jajahan
kaisar yang baru didirikan di Asia Kecil. Gambaran Petrus tentang keadaan me-

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 25


PENUNTUN GURU
reka sebagai “yang telah dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita” dan
“dilahirkan ke dalam suatu hidup yang berpengharapan oleh kebangkitan Yesus
Kristus dari antara orang mati” (1 Ptr. 1:2, 3) menunjuk mereka kepada tujuan
akhir Allah bagi keadaan mereka. Mereka hidup sebagai pendatang dan orang
asing di bumi, karena warisan mereka adalah “tersimpan di sorga bagi kamu...
suatu keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir” (1
Ptr. 1:4, 5).

Komentar Alkitab
I. Dipilih oleh Pengetahuan Allah Sebelumnya
(Tinjau Kembali 1 Petrus 1:1, 2 Bersama UKSS Anda.)
Petrus menyapa para penerima surat pertamanya dengan mengingatkan mere-
ka bahwa meskipun mereka merupakan orang asing di provinsi di mana mereka
tinggal saat itu, Allah telah memilih mereka sesuai dengan ramalan Ilahi-Nya.
Mereka telah ditetapkan oleh Roh Allah untuk tujuan khusus, yaitu, untuk taat
dan untuk dipercik dengan darah Yesus Kristus. Yang terakhir ini tampaknya
menjadi perumpamaan bagi pembentukan perjanjian Musa di mana orang-orang
berjanji untuk taat kepada perjanjian. Perjanjian itu kemudian disahkan oleh
percikan darah korban yang mewakili umat manusia (lihat Kel 24:3-8). Petrus
kemudian menyatakan kepada para pembacanya satu permintaan atas kasih ka-
runia dan damai sejahtera bersama mereka dalam ukuran yang penuh.
Pertimbangkan Hal Ini: Dalam cara apakah kita boleh dianggap sebagai
orang asing di dunia ini? (Lihat Ibr. 11:9, 10, 13–16.) Bagaimanakah kita bisa
membuktikan panggilan kita dan status kita melalui gaya hidup kita?

II. Dilahirkan Kembali kepada Hidup yang Berpengharapan


(Tinjau Kembali 1 Petrus 1:3–9 Bersama UKSS Anda.)
Hidup baru dimulai dengan sebuah konsepsi yang baru. Hidup ini berasal dari
anugerah Allah bagi orang-orang berdosa yang tidak layak. Hasilnya bagi orang
percaya adalah hidup yang berpengharapan, yang berasal dari kebangkitan dari
kematian Yesus sendiri. Pengharapan ini didasarkan pada warisan yang sudah
dipersiapkan di surga bagi mereka yang dilindungi oleh kuasa Allah melalui
iman. Hal itu mencapai puncaknya dalam keselamatan yang sudah siap untuk
dinyatakan pada kedatangan Kristus pada hari terakhir. Pengharapan semacam
itu menghasilkan sukacita yang besar bagi orang percaya meskipun berbagai
pencobaan menempatkan iman mereka untuk diuji, dan itu akan mengakibatkan
pujian, kemuliaan, dan kehormatan apabila Yesus Kristus dinyatakan. Sukacita
yang tak terlukiskan merupakan pengalaman dari semua yang akan mencapai
tujuan iman mereka: Keselamatan jiwa mereka.
Pertimbangkan Hal Ini: Bagaimanakah saya dapat mengalami harapan
dan sukacita dari seseorang yang telah dilahirkan kembali? Apakah bukti-bukti
hal ini di dalam hidup saya?

26 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU
III. Injil Disampaikan oleh Para Nabi
(Tinjau Kembali 1 Petrus 1:10–12 Bersama UKSS Anda.)
Para nabi Perjanjian Lama meramalkan kasih karunia yang akan datang ke-
pada para pembaca surat Petrus oleh penderitaan Yesus Kristus dan pemulia-
an selanjutnya pada kebangkitan dan kenaikan-Nya. Mereka ingin memahami
hal ini lebih baik daripada pemahaman mereka sendiri, tetapi kepada mereka
telah diberitahukan bahwa dalam pelayanan kenabian mereka bukan melayani
diri mereka sendiri tetapi orang-orang percaya yang diwakili oleh para pembaca
Petrus yang akan datang sesudahnya. Jadi,kabar baik yang mereka sampaikan­
tidak sepenuhnya dipahami oleh mereka—atau bahkan oleh para malaikat. Na-
mun sekarang bahwa Kristus telah datang, Injil kasih karunia lebih lengkap di-
pahami oleh pembaca Petrus daripada yang pernah ada yang dinyatakan oleh
para nabi, meskipun faktanya bahwa mereka memiliki Roh Kristus di dalam diri
mereka (1 Ptr. 1:11).
Pertimbangkan Hal Ini: Bagaimanakah pemberitaan tentang rahmat ini ber-
laku bagi kita, para pembaca surat Petrus, saat ini? Bagaimanakah kita dapat
memahami kata-kata Petrus untuk diterapkan lebih jauh untuk keadaan kita saat
ini daripada zaman Petrus sendiri?

IV. Panggilan untuk Hidup Kudus


(Tinjau Kembali 1 Petrus 1:13–25 Bersama UKSS Anda.)
Para pembaca surat Petrus telah ditebus oleh darah Yesus yang sangat ber-
harga dari cara hidup hampa yang mereka warisi dari nenek moyang mereka.
Mengingat fakta ini, Petrus mengimbau mereka untuk mempersiapkan pikiran
mereka untuk bertindak dengan cara menjadi benar-benar sadar dan menetapkan
harapan mereka sepenuhnya pada anugerah yang akan dibawa kepada mereka
pada ilham akan kedatangan Yesus Kristus yang tampak). Mereka dipanggil un-
tuk menjadi kudus dalam semua perilaku mereka, karena Allah, yang memang-
gil mereka, adalah kudus. Mereka perlu hidup dalam kesadaran akan adanya
penghakiman yang akan datang, dengan hormat kepada Bapa, yang menghakimi
secara adil sesuai dengan perbuatannya (1 Ptr. 1:17). Kesadaran ini menyiratkan
bahwa mereka akan menunjukkan saling cinta yang tulus dari hati yang murni,
karena mereka telah dilahirkan kembali melalui firman Tuhan yang hidup dan
yang kekal.
Ellen G. White mengamati, “Allah telah memerintahkan kita, ‘Kuduslah
kamu; sebab Aku kudus,’ dan seorang rasul yang diilhami menyatakan bahwa
tanpa kekudusan ‘tidak seorang pun akan melihat Tuhan’ Kekudusan adalah
perjanjian dengan Allah. Oleh dosa gambar Allah dalam manusia dirusak dan
hampir-hampir lenyap; adalah pekerjaan Injil untuk mengembalikan apa yang
telah hilang; dan kita bekerja sama dengan agen Ilahi dalam pekerjaan ini.”—
Testimonies for the Church, jld. 5, hlm. 743.
Pertanyaan Diskusi:
;; Kecuali seseorang memiliki sesuatu untuk dihidupkan di masa mendatang,
apakah yang memotivasi seseorang untuk bertindak?

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 27


PENUNTUN GURU
;; Nilai apakah yang ditempatkan Petrus pada warisan yang dia pegang di ha-
dapan para pembaca suratnya?
;; Nilai apakah yang ditempatkan Petrus pada diri para pembaca sendiri, ber-
dasarkan harga yang dibayarkan untuk penebusan mereka? Apakah kewa-
jiban yang dibuat oleh harga ini, yang pada gilirannya akan, diletakkan pada
para pembaca surat Petrus?

ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Ingatkan UKSS atas pengalaman tokoh Alkitab lainnya—se-
perti Abraham, Yusuf, Daud, dan Daniel—yang melewati pengalaman menjadi
orang asing di tanah asing dan yang belajar untuk mengandalkan janji Allah un-
tuk suatu warisan yang tersedia di masa mendatang. Ajaklah UKSS untuk mem-
baca secara bersama-sama Ibrani 11:8–10, 13–16, dan diskusikanlah sikap yang
menanamkan iman dan pengharapan pada para Bapa (leluhur). Bandingkanlah
keadaan kita sendiri, sebagaimana yang disinggung dalam Ibrani 11:39, 40.
Pertanyaan Pemikiran:
;; Apakah intisari Injil yang disampaikan oleh para nabi Perjanjian Lama dan
yang dinyatakan oleh Roh Kudus?
;; Apakah beberapa cara di mana Anda sadar akan harga yang harus dibayar
untuk menebus kita dari cara hidup kita yang hampa ? Perbedaan apakah
yang dibuat oleh pengetahuan ini yang membuat bagaimana kita seharus-
nya hidup?
;; Dengan cara apakah kita mengalami sukacita keselamatan kita setiap hari?
Kegiatan: Ambillah waktu beberapa menit untuk membagikan kesaksian
mengenai pengharapan yang dialami oleh anggota UKSS sebagai suatu akibat
dari menemukan sukacita keselamatan dalam Kristus.

ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Banyak orang merasa sulit untuk mengetahui bagaimana ber-
saksi kepada orang lain mengenai pengharapan dan sukacita keselamatan. Per-
tama, seseorang perlu mengalami harapan dan sukacita itu dalam cara yang
penuh arti. Mungkin akan membantu dengan cara mempraktikkannya dengan
membagikan kepada satu sama lain sebelum mencoba untuk membagikannya
kepada orang asing. Kelas Sekolah Sabat adalah suatu kesempatan untuk berla-
tih berbagi sampai seseorang merasa nyaman untuk mengetahui apa yang harus
dilakukan dan dikatakan.
Kegiatan: Berikan kesempatan bagi anggota UKSS untuk mendapatkan
pengalaman dalam menyaksikan iman mereka dengan menciptakan situasi dra-
ma di mana seorang anggota bersaksi kepada satu sama lain seolah-olah dia
bersaksi kepada masyarakat. Mulailah dengan anggota yang berpengalaman, ke-
giatan bersaksi dengan menjadi teladan; kemudian doronglah orang lain untuk
meniru teladan yang mereka lihat sampai mereka percaya diri.

28 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Pelajaran 3 8–14 April*

Imamat Yang Rajani

SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 1 Ptr. 2:1–3; Ibr. 4:12;
1 Ptr. 2:4–8; Yes. 28:16; Kel. 19:3–6; 1 Ptr. 2:5, 9, 10.
Ayat Hafalan: “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang ra-
jani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah
memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang aja-
ib” (1 Petrus 2:9).

K
arena sangat terlibat dengan budaya, agama, dan sejarah Yahudi, Petrus
menghubungkan orang Kristen yang dia surati sebagai “bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri.” Dengan demikian, dia meng-
gunakan bahasa perjanjian yang Perjanjian Lama gunakan menunjuk kepada
bangsa Israel kuno, digunakannya di sini untuk gereja Perjanjian Baru.
Dan tidak heran: Orang-orang dari bangsa lain yang percaya kepada Ye-
sus telah dicangkokkan kepada umat perjanjian Allah. Mereka juga sekarang
mendapat bagian dari janji-janji perjanjian itu. “Karena itu apabila beberapa
cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di an-
taranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah,
janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu berme-
gah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu
yang menopang kamu. (Rm. 11:17, 18)
Dalam ayat-ayat pekan ini, Petrus menunjukkan kepada pembacanya tang-
gung jawab kudus dan panggilan penting yang mereka miliki sebagai umat
perjanjian Allah, mereka yang (menggunakan bahasanya Paulus) telah dicang-
kokkan ke pohon zaitun. Dan tanggung jawab itu di antaranya adalah sama
dengan apa yang bangsa Israel kuno miliki—memproklamasikan kebenaran
agung keselamatan yang ditawarkan di dalam Tuhan.

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 15 April.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 29


Minggu 9 April
Hidup sebagai Seorang Kristen
Satu Petrus 2:1 dimulai dengan “Karena itu” yang berarti bahwa apa yang
dicatat berikutnya adalah hasil dari apa yang telah dicatat sebelumnya. Kita
telah lihat 1 Petrus 1 adalah sebuah maha karya dalam hal apa yang Kristus
telah buat bagi kita dan bagaimana kita harus menanggapi apa yang telah Dia
lakukan bagi kita. Dalam pasal berikutnya, Petrus mengambil tema ini dan
menjelaskannya lebih lanjut.
Bacalah 1 Petrus 2:1-3. Apakah yang Petrus katakan kepada kita ten-
tang bagaimana sebaiknya kita hidup?
Petrus menggunakan dua gambaran berbeda untuk menunjukkan bahwa
orang Kristen memiliki tugas ganda. Yang satunya adalah negatif, bahwa ada
beberapa hal yang dibuang; yang lainnya adalah positif, bahwa kita harus ber-
usaha untuk melakukan sesuatu.
Pada gambaran pertama, Petrus mendorong orang Kristen untuk member-
sihkan diri dari kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, kedengkian, dan semua
fitnah (1 Ptr. 2:1). Dengan demikian, orang Kristen sedang melakukan susuatu
yang berbeda dengan yang dilakukan oleh kebanyakan orang di sekitar mere-
ka. Karena mereka telah membuang kedengkian, mereka tidak berkeinginan
untuk menyakiti orang lain tetapi, sebaliknya, akan memandang pada keba-
ikannya. Karena orang Kristen telah membuang tipu muslihat, mereka tidak
akan menipu orang lain tetapi akan lugas dan jujur. Orang Kristen tidak akan
dengki terhadap orang yang memiliki lebih banyak daripada yang mereka mi-
liki. Mereka akan puas dengan kehidupannya dan maju di tempat yang Tuhan
tentukan. Mereka juga tidak akan membuat pernyataan-pernyataan yang de-
ngan sengaja akan merusak reputasi orang lain.
Gambaran kedua yang Petrus gunakan—yaitu bayi yang selalu ingin air
susu (1 Ptr. 2:2)­—Memberikan sisi positif dari nasihatnya. Kehidupan orang
Kristen bukan semata-mata soal meninggalkan hal-hal buruk. Kehidupan se-
perti itu akan hampa. Tidak demikian, kehidupan itu adalah soal mencari san-
tapan rohani tetapi dengan intensitas yang sama dengan bayi yang haus me-
nangis untuk mendapat air susu. Dia menunjukkan kepada pembaca sumber
santapan rohani itu (lihat juga Ibr. 4:12; Mat. 22:29; 2 Tim. 3:15-17), Firman
Allah, Alkitab. Ada dalam Firman Tuhan bahwa kita dapat bertumbuh secara
rohani dan moral, karena di dalamnya kita memiliki penyataan yang paling
lengkap, setidaknya bagi kita, akan Yesus Kristus. Dan di dalam Yesus kita
memiliki representasi karakter dan hakikat Allah terbesar yang Kudus yang
kita kasihi dan layani.
Bagaimanakah kedua gagasan ini terkait satu sama lain: yaitu, menge-
nai mengapa mencari makanan rohani dari Firman itu menolong kita
mengesampingkan perbuatan dan sikap buruk yang Petrus peringatkan
bagi kita?

30 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Senin 10 April
Batu yang Hidup
Bacalah 1 Petrus 2:4-8 (lihat juga Yes. 28:16; Maz. 118:22; Yes. 8:14,
15). Apakah kebenaran penting yang Petrus tunjukkan di sini? Apakah
yang dia katakan kepada kita tentang bagaimana tindakan kita dalam
menyambut Yesus?
______________________________________________________________
Setelah mengatakan kepada pembacanya untuk mencari makanan rohani,
Petrus segera mengarahkan perhatian mereka kepada Yesus Kristus, Batu yang
Hidup, kemungkinan besar menghubungkan dengan Bait Allah di Yerusalem.
Dalam 1 Petrus 2:4-8, ia mengutip tiga ayat Perjanjian Lama yang menyoroti
pentingnya batu penjuru, yang melambangkan peranan Yesus dalam gereja-
Nya. Bukan hanya Petrus sendiri yang menghubungkan ayat-ayat ini kepada
Yesus. Yesus sendiri menggunakan Mazmur 118:22 di akhir salah satu perum-
pamaan-Nya (Mat. 21:42). Petrus melakukan hal yang sama dalam Kisah 4:11,
dalam pidatonya kepada pimpinan-pemimpin Yahudi. Dan Paulus mengguna-
kan Yesaya 28:16 dalam Roma 9:33.
Maksud Petrus adalah bahwa meskipun Yesus ditolak dan disalibkan, Ia te-
lah dipilih Allah untuk menjadi batu penjuru rumah rohani Allah. Orang Kris-
ten, kemudian, menjadi batu-batu yang hidup yang dibangun di rumah rohani
ini. Dengan menggunakan istilah batu penjuru dan batu-batu bangunan, Petrus
sedang menyajikan gambaran gereja itu. Gereja itu didirikan pada Yesus tetapi
terdiri dari mereka yang mengikuti-Nya.
Perhatikanlah bahwa menjadi seorang Kristen berarti bahwa Anda menjadi
bagian dari komunitas Kristen, atau jemaat setempat. Sama seperti batu bata
dibangun pada bangunan yang lebih besar, demikian juga orang Kristen tidak
dipanggil untuk menjadi pengikut Yesus dengan terisolasi dari orang lain. Se-
orang Kristen yang tidak beribadah dan bekerja sama dengan orang Kristen
lainnya untuk memajukan Kerajaan Allah itu artinya sedang melawan. Orang
Kristen dibaptis dalam Kristus, dan dengan dibaptiskan ke dalam Kristus, me-
reka dibaptis ke dalam gereja-Nya.
Petrus juga berbicara tentang fungsi gereja. Yaitu untuk membentuk “ima-
mat kudus” (1 Ptr. 2:5) untuk mempersembahkan “persembahan rohani.” Da-
lam kitab Ibrani, para imam menjadi pengantara antara Allah dan umat-Nya.
Kata-kata Petrus dan yang lain dalam Perjanjian Baru sering menggunakan
bahasa Bait Suci dan keimamatan untuk menampilkan gereja itu sebagai bait
Allah yang hidup dan umat-Nya sebagai para imamnya. Dia menunjuk kepada
sistem ibadah Perjanjian Lama untuk mengungkapkan kebenaran tentang ba-
gaimana orang Kristen harus hidup dan bersikap sekarang ini.
Baca lagi 1 Petrus 2:5. Apakah artinya “mempersembahkan persem-
bahan rohani”? Bagaimanakah orang Kristen, sebagai bagian dari komu-
nitas yang beribadah, melakukannya?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 31


Selasa 11 April
Umat Perjanjian Allah
Petrus sangat banyak menulis dari sudut pandang Perjanjian Lama. Dan pu-
sat pandangannya adalah ide perjanjian, sebuah tema teologi Yahudi dan Kris-
ten yang penting.
Apakah perjanjian itu?
“Perjanjian” (Bahasa Ibrani, berit) adalah sebuah kata yang menggambar-
kan kesepakatan atau persetujuan resmi antara dua pihak. Hal ini dapat dibu-
at antara dua individu (misalnya, Laban dan Yakub dalam Kejadian 31:44)
atau antara dua raja (misalnya, Salomo dan Hiram dalam 1 Raja-raja 5:12, di
mana berit diterjemahkan “persekutuan” dalam KJV, dan “perjanjian” dalam
NRSV). Hal ini juga dapat dibuat antara raja dan rakyatnya, seperti Daud dan
para tua-tua Israel (2 Sam. 5:3).
Yang menonjol di antara tema-tema perjanjian ini adalah hubungan perjanji-
an khusus antara Allah dan umat pilihan-Nya, keturunan Abraham.

Bacalah Kejadian 17:1-4; Keluaran 2:24; Keluaran 24:3-8. Apakah


yang ayat-ayat ini katakan kepada kita tentang perjanjian yang Allah
buat dengan bangsa Israel?
______________________________________________________________
Kitab pertama Alkitab, Kitab Kejadian, menceritakan bagaimana Tuhan
membuat perjanjian dengan Abraham (Kej. 15:9-21; 17:1-26). Allah “mengi-
ngat” perjanjian ini ketika Ia melepaskan umat-Nya dari penindasan di Mesir
(Kel. 2:24). Allah memperbaruinya pada saat Musa, ketika Dia memberi Sepu-
luh Perintah dan hukum-hukum lain untuk anak-anak Israel (Kel. 19:1-24:8;
terutama Kel. 24:3-8).
Tetapi janji-janji perjanjian itu bukan tidak bersyarat. “Tuhan berjanji bah-
wa jika mereka setia dalam memelihara persyaratan-Nya, Dia akan member-
kati mereka dalam semua peningkatan dan semua pekerjaan tangan mereka.”
—Ellen G. White, Testimonies for the Church, jld. 2, hlm. 574.
Memang, para nabi berulang kali memperingatkan bangsa Israel bahaya
ketidaktaatan kepada hukum Allah, sering menggunakan bahasa yang meng-
ingatkan perjanjian itu. Ada yang berpendapat bahwa kemungkinan pengecu-
alian hanyalah nubuatan Daniel dan Wahyu, banyak nubuatan dalam Alkitab
adalah bersyarat. Demikianlah betapa pentingnya ide penurutan terhadap janji-
janji perjanjian itu. Nubuatan perjanjian berkat tergantung pada ketaatan pada
hukuam Allah, dan nubuatan akan hukuman hanya dikenakan kepada mereka
yang tidak menurut.
Apakah artinya bagi Anda berada dalam hubungan perjanjian dengan
Allah? Kewajiban apakah yang hubungan perjanjian ini kenakan bagi
Anda?

32 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Rabu 12 April
Keimamatan yang Rajani
Dalam kitab Keluaran, pasal 19, Tuhan berkata kepada Musa: “Kamu sendi-
ri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku
telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku.
Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan ber-
pegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku
sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.
Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus”(Kel.
19:4-6).
Di sinilah kabar injil itu, telah diungkapkan ribuan tahun sebelum Salib: Tu-
han menebus umat-Nya, menyelamatkan mereka dari dosa dan belenggu dosa,
dan kemudian Dia memerintahkan mereka untuk mengasihi dan menaati-Nya
sebagai umat perjanjian khusus dihadapan-Nya dan dihadapan dunia.
Bacalah 1 Petrus 2:5, 9, 10 dan Keluaran 19:6. Apa yang Petrus mak-
sudkan ketika ia menyebut orang Kristen sebagai “imamat yang rajani”
dan “bangsa yang kudus” (1 Ptr. 2:9)? Apakah yang dikatakan ungkapan
ini kepada kita sebagai orang Kristen Masehi Advent Hari Ketujuh ten-
tang kewajiban kita?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
“Rumah rohani,” “bangsa yang terpilih,” “imamat yang rajani,” dan “umat
kepunyaan Allah sendiri” adalah istilah kehormatan bahwa dalam Alkitab
menggambarkan hubungan khusus yang Tuhan miliki dengan keturunan Abra-
ham. Sekarang, dalam konteks Perjanjian Baru, dalam konteks Yesus dan Sa-
lib, Petrus menggunakan bahasa perjanjian yang sama dan menerapkannya ke-
pada anggota gereja. Janji-janji perjanjian yang dibuat kepada Israel kini telah
diperluas untuk mencakup bukan hanya orang-orang Yahudi yang percaya ke-
pada Yesus, tetapi orang percaya yang bukan Yahudi juga. Ya, melalui Yesus,
bangsa lain, juga, dapat mengklaim sebagai anak-anak Abraham. “Dan jikalau
kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan
berhak menerima janji Allah”(Gal 3:29). Melalui Kristus, siapa pun, tanpa me-
pandang kelahirannya, dapat menjadi bagian dari “imamat yang rajani” ini.
Bangsa yang kudus? Imamat yang rajani? Diterapkan pada diri kita
sendiri, apakah seharusnya makna istilah seperti ini dalam cara kehidup-
an yang kita jalani, baik sebagai pribadi maupun sebagai komunitas? Ba-
gaimanakah kita bisa hidup dengan lebih baik terhadap panggilan yang
mulia ini?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 33


Kamis 13 April
Mengabarkan Puji-pujian
Kesejajaran dengan gereja Perjanjian Lama tidak berakhir hanya dengan
keselamatan dan kondisi kita yang dipanggil dan dipilih oleh Allah. Pertanya-
annya adalah, terpanggil dan terpilih untuk apa? Petrus dengan cepat membe-
rikan jawabannya.
Petrus menunjukkan bahwa hubungan khusus ini adalah untuk suatu tujuan.
Orang Kristen harus “memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia,
yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang
ajaib” (1 Ptr. 2:9). Inilah yang bangsa Israel kuno harus lakukan. Allah me-
manggil mereka untuk menjadi saksi-Nya kepada dunia. Tujuan Allah adalah
untuk memberkati seluruh dunia melalui bangsa Israel kuno, umat perjanjian-
Nya.
Bacalah ayat-ayat berikut ini. Satu hal apakah yang mereka semua
sama-sama memiliki? Ul. 4:6; 26:18, 19; Yes. 60:1-3; Za. 8:23.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Bangsa Israel kuno, sebagai umat perjanjian, memiliki misi untuk menjang-
kau dunia dengan Injil, keselamatan yang ditawarkan Allah. Orang Kristen
memiliki misi Ilahi yang sama. Mereka dipanggil untuk berbagi dengan orang
lain pengalaman dan pengetahuan mereka tentang Tuhan dan apa yang telah Ia
lakukan bagi dunia melalui Kristus.
Bacalah 1 Petrus 2:10. Mengapakah ayat ini menjadi pusat seluruh
misi dan tujuan orang Kristen?
______________________________________________________________
Dunia telah tenggelam di dalam dosa, kematian, hukuman yang akan da-
tang. Tetapi Yesus memberikan nyawa-Nya untuk menyelamatkan semua
orang dari kehancuran ini. Seperti bangsa Israel dulu, sebutan kehormatan dan
juga syarat-syarat tanggung jawab. Orang Kristen memiliki status yang sangat
tinggi: Yaitu umat Allah. Tetapi status ini menghadapkan tanggung jawab un-
tuk mengajak orang lain ambil bagian di dalam status yang tinggi itu. Sebagai-
mana 1 Petrus 2:10 nyatakan, umat Kristen sekarang membentuk komunitas-
nya sendiri. Mereka yang dahulu bukan umat, tetapi sekarang telah menerima
rahmat untuk menjadi umat yang kudus (lihat Hosea 1, 2). Dalam Alkitab,
“kudus” biasanya memiliki arti diasingkan untuk tujuan ibadah. Oleh karena
itu, sebagai bangsa yang “kudus”, orang Kristen harus dipisahkan dari dunia,
perbedaan terlihat pada jenis kehidupan yang mereka hidupkan. Mereka juga
menjadi seperti api pada malam yang dingin, yang akan menarik orang lain ke-
pada kehangatannya. Orang Kristen bertugas dengan tanggung jawab berbagi
kepada orang lain keselamatan mulia yang di dalamnya mereka ambil bagian.

34 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Jumat 14 April
Pendalaman: “Sidang sangat berharga dalam pemandangan Allah. Ia meng-
hargainya bukan karena kehebatan luarnya, tetapi karena kesalehan ikhlas
yang membedakannya dari dunia. Ia menilainya menurut pertumbuhan ang-
gota-anggotanya dalam pengenalan akan Kristus, menurut kemajuannya da-
lam pengalaman kerohanian.”
“Kristus dahaga untuk menerima dari kebun anggur-Nya buah kesucian dan
sifat tidak mementingkan diri. Ia menantikan azas-azas cinta dan kebaikan.
Tidak semua keindahan seni dapat menyampaikan persamaan dengan kein-
dahan perangai dan tabiat yang akan dinyatakan dalam diri orang yang menja-
di wakil-wakil Kristus. Adalah suasana karunia yang mengelilingi jiwa umat
percaya, Roh Kudus yang bekerja di atas pikiran dan hati, yang menjadikan
dia penyedap hidup untuk hidup dan menyanggupkan Allah untuk memberkati
pekerjaannya.”—Ellen, G. White, Perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus,
hlm. 215.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:


1. Seperti apakah yang disebut keluar dari kegelapan kepada “terang-
Nya yang ajaib.” Apakah yang hal itu maksudkan? Jika Anda hen-
dak menjelaskan ide ini kepada seseorang yang tidak percaya kepa-
da Yesus, apakah yang Anda akan katakan? Apakah kegelapan itu?
Apakah terang itu? Dan apakah perbedaan antara keduanya dalam
konteks yang Petrus sedang bicarakan?
2. “Ingatlah, aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepa-
damu, seperti yang diperintahkan kepadaku oleh TUHAN, Allahku,
supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri, yang akan
kamu masuki untuk mendudukinya. Lakukanlah itu dengan setia, se-
bab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di
mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan
ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang
bijaksana dan berakal budi. Sebab bangsa besar manakah yang mem-
punyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti TUHAN, Al-
lah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya? Dan bangsa besar
manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil
seperti seluruh hukum ini, yang kubentangkan kepadamu pada hari
ini?” (Ul. 4:5-8). Dengan cara apakah kata-kata ini berlaku bagi kita
sebagai orang Advent dan untuk apakah kita telah dipanggil Allah
melakukan semua yang telah diberikan kepada kita?
3. Bacalah 1 Ptr. 2:3. Apakah yang Petrus maksudkan ketika ia katakan,
“jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan”? Bagaima-
nakah [perasaan] Anda setelah “mengecap” kasih karunia-Nya?
4. Lihatlah di sekitar jemaatmu. Jika ada, apakah yang membuat jema-
at Anda dan Anda yang tergabung di sana menarik bagi mereka yang
belum mengetahui apa-apa tentang gereja Masehi Advent Hari Ketu-
juh atau tentang apa yang kita percayai?
Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 35
PENUNTUN GURU

Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 1 Petrus 2:4, 5, 9, 10
ÂÂAnggota Kelas Akan:
Mengetahui: Memahami panggilan yang mulia bahwa dia (pria dan wani-
ta)menjadi umat perjanjian Allah.
Merasakan: Menghargai status khusus yang oleh mana Allah telah me-
manggil umat perjanjian-Nya —“bangsa yang terpilih, imamat yang rajani,
bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah” (1 Ptr. 2:9).
Melakukan: Memilih untuk memenuhi tujuan untuk mana Allah telah me-
manggil umat-Nya.

ÂÂGaris-garis Besar Pelajaran:


I. Mengetahui: Imamat yang Rajani, Bangsa yang Kudus
A. Apakah artinya menjadi batu yang hidup di sebuah rumah rohani
yang dibangun di atas fondasi yang berharga yaitu Batu yang Hi-
dup?
B. Apakah arti tersirat (implikasi) dari ungkapan “imamat yang rajani,
bangsa yang kudus” (1 Ptr. 2:9)?
II. Merasakan: Tanda Pengenal Umat Kristus
A. Bagaimanakah rasanya dipotong dari penambangan yang sama
(bandingkan dengan Yes. 51:1) dan dibangun ke rumah yang sa-
ma sebagai fondasi?
B. Bagaimanakah kita berperilaku begitu kita menyadari bahwa kita
dipotong dari penambangan yang sama?
III. Melakukan: Menyatakan Puji-pujian-Nya
A. Bagaimanakah Petrus menggambarkan tujuan Allah memanggil
umat perjanjian-Nya?
B. Dalam cara bagaimanakah kita memenuhi tujuan Allah memang-
gil kita untuk diri-Nya?

Ringkasan: Petrus mengutip beberapa ayat Perjanjian Lama untuk mengi-


ngatkan para pembacanya tentang status khusus mereka di hadapan Allah se-
bagai anggota umat perjanjian Allah yang baru sebagai kesinambungan dari
umat perjanjian dalam Perjanjian Lama dan dibangun di atas fondasi yang
sama—sang Mesias.

36 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU

Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 1 Petrus 2:4, 5
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Kita mendapatkan identitas
rohaniah kita dari Kristus, Batu yang hidup, suatu fondasi yang dipilih dan
yang sangat berharga. Sebagai batu yang hidup yang digali dari tambang yang
sama (Yes 51:1), kita sedang dibangun ke dalam rumah rohani dengan maksud
untuk dipersembahkan sebagai persembahan rohani yaitu imamat rajani yang
diterima Allah melalui Yesus. Di dalam rahmat, Allah memilih kita bagi diri-
Nya menjadi imamat yang rajani dan bangsa yang kudus di mana kita dapat
menyatakan pujian untuk Dia yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan
kepada cahaya-Nya yang ajaib. Pernyataan perjanjian ini mengingatkan kita
pada Keluaran 19:5, 6, menciptakan sebuah kesinambungan di antara umat
perjanjian Allah dalam Perjanjian Lama dan umat perjanjian-Nya dalam Per-
janjian Baru.
Untuk Guru: Sangat penting untuk memberikan perhatian pada bagian ini
kepada kutipan dan kiasan Petrus, dari Perjanjian Lama. Petrus menarik, ma-
sing-masing, dari Yesaya 28:16; Mazmur 118: 22; Yesaya 8:14; dan Keluaran
19:5, 6. Pelajari dan selidikilah ayat-ayat ini dan bagaimana Petrus menggu-
nakan ayat-ayat ini untuk mengajarkan kebenaran yang diperlukan oleh para
pembaca untuk dipahami. Bagaimanakah Yesus menggunakan ayat-ayat batu
merujuk kepada diriNya sebagai Mesias yang ditolak? (Lihat Mat. 21:42, Mrk.
12:10, Luk. 20:17). Bagaimanakah Petrus menggunakan ide yang sama dalam
Kisah Para Rasul 4:11? Apakah manfaatnya Paulus membuat ide ini dalam
Efesus 2:20? Kiasan apakah dalam Keluaran 19:5, 6 yang tampaknya dibuat di
dalam Wahyu 1:6; 5:10; 20:6?
Diskusi Pembuka: Ajaklah UKSS membaca secara bersama-sama 1 Petrus
2:4–6 dan Yesaya 51:1. Diskusikanlah implikasi hubungan antara Batu yang
Hidup, yaitu fondasi yang telah dipilih dan yang sangat berharga, dan batu
yang hidup yang dibangun bersama-sama ke dalam rumah rohaniah sehingga
mereka boleh mempersembahkan persembahan rohani yang berterima kepada
Allah melalui Yesus Kristus.
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Pertimbangkanlah peralihan yang terjadi antara ayat 1 Petrus
2:1-3, 4, 5. Ayat 1-3 menyimpulkan bagian sebelumnya,yang berbicara tentang
kelahiran baru “firman Allah, yang hidup, dan yang kekal” (1 Ptr. 1:23). Para
pembaca Petrus dikatakan, “seperti bayi yang baru lahir,” yang “selalu ingin
akan air susu murni, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamat-
an, jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Allah” (1 Ptr. 2:2, 3).

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 37


PENUNTUN GURU
Namun, kiasan itu berubah, sebagaimana Petrus berpindah ke bagian beri-
kutnya, dalam 1 Petrus 2:4, 5. Tiba-tiba para pembaca Petrus tidak lagi bayi
tetapi batu yang hidup yang dibangun bersama ke dalam sebuah rumah roha-
niah. Mereka juga adalah suatu imamat kudus yang dipersembahkan sebagai
persembahan yang rohani kepada Allah. Kiasan berikutnya terus berlanjut da-
lam 1 Petrus 2:9 sebagai orang percaya yang digambarkan sebagai “bangsa
yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, milik khusus Allah,”
yang dibangun di atas bahasa perjanjian dari Perjanjian Lama.

Komentar Alkitab
I. Bayi yang Sangat Membutuhkan Susu Rohani yang Murni
(Tinjau Kembali 1 Petrus 2:1–3 Bersama UKSS Anda.)
Petrus menuntut mereka yang telah dilahirkan kembali melalui firman Al-
lah (1 Ptr. 1:23) dan telah merasakan bahwa Tuhan itu adalah baik (1 Ptr. 2:
3). Sebagai bayi yang baru lahir, untuk mendambakan, susu rohani yang murni
yang akan menghasilkan pertumbuhan rohani dalam diri mereka. Sebuah pa-
ralel dengan 2 Petrus 3:18 dapat menunjukkan bahwa susu rohani yang murni
adalah pengetahuan tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan penerimaan akan
anugerah-Nya. (Di sini Petrus bertanggung jawab untuk memohonkan susu ro-
hani yang murni tidak harus dilihat sebagai sesuatu yang bertentangan dengan
kecaman Paulus, dalam 1 Korintus 3: 1, 2 dan Ibrani 5: 12-14, tentang mereka
yang gagal untuk beralih kepada makanan keras ketika mereka tumbuh. Petrus
sedang berbicara dalam konteks kelahiran baru.)
Pertimbangkan Hal Ini: Apakah ciri-ciri kedewasaan rohani yang diidenti-
fikasi oleh Petrus, apakah saya mewujudkannya dalam kehidupan rohani saya
sendiri? Bagaimanakah saya bisa membuat bahwa mempelajari Firman Allah
adalah merupakan prioritas bagi saya?

II. Batu yang Hidup Dibangun dalam Rumah Rohani


(Tinjau Kembali 1 Petrus 2:4, 5 Bersama UKSS Anda.)
Petrus mengawali bagian ini dengan perkataan, “Dan datanglah kepada-Nya,
batu yang hidup itu,” (1 Ptr. 2:4), mengacu pada Tuhan, dalam ayat 3. Ini mem-
bentuk alasan bagi Anda juga, seperti batu yang hidup yang dibangun menjadi
suatu rumah rohaniah. Seseorang tidak dapat dibangun menjadi sebuah rumah
rohaniah tanpa datang kepada Tuhan Yesus Kristus. Sama seperti Dia adalah
Batu yang hidup, kita harus menjadi “sebagai batu hidup”(1 Ptr. 2:5),seperti
Dia, yang dari padanya kamu terpahat (Yes. 51:1). Dia adalah batu yang terpi-
lih dan batu penjuru yang mahal (1 Ptr. 2:6) dari rumah rohaniah di mana kita
sedang dibangun. Batu penjuru adalah batu yang darinya sisa bangunan diukur,
diselami, dan ditegakkan. Orang-orang percaya juga haruslah “menjadi suatu
imamat yang kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang kare-
na Yesus Kristus berkenan kepada Allah” (1 Ptr. 2:5). Mengenai persembahan
rohani yang mana yang berterima bagi Allah, lihat Mazmur 4:5; 51:17; 107:22;

38 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU
Roma 12:1; Ibrani 13:15, 16.
Pertimbangkanlah Hal ini: Dengan cara apakah saya sedang dibangun ke
dalam rumah rohani bagi Allah? Apakah persembahan rohani yang saya per-
sembahkan kepada Allah sebagai salah seorang yang tergolong sebagai ima-
mat yang kudus?

III. Seorang yang Dipilih oleh Allah dan untuk Allah


(Tinjau Kembali 1 Petrus 2:9–12 Bersama UKSS Anda.)
Di dalam Alkitab, Allah memilih dan memanggil; manusia memberikan res-
pons. Mereka yang menanggapi dengan cara yang positif disebut sebagai yang
dipilih atau yang terpilih. Yesus berkata, “Banyak yang dipanggil, tetapi sedi-
kit yang dipilih” (Mat. 22:14). Fakta bahwa Petrus menyebut para pembacanya
“bangsa yang terpilih” (1 Ptr. 2:9) menunjukkan bahwa mereka telah menang-
gapi panggilan Allah dan telah masuk ke dalam hubungan perjanjian dengan-
Nya.
“Imamat yang rajani, bangsa yang kudus” menunjuk pada Keluaran 19:5, 6,
di mana Allah mengatakan kepada Israel bahwa jika mereka memelihara per-
janjian-Nya, mereka akan bagi-Nya menjadi “imamat yang rajani dan bangsa
kudus.” Pernyataan ini tidak berarti bahwa semua menjadi imam, yang dapat
melayani di hadapan Tuhan dalam bait suci. Hal itu berarti bahwa umat-Nya
diharapkan, menjadi, sebagai “imamat yang kudus” (1 Ptr. 2:5), untuk memper-
sembahkan persembahan yang rohani seperti pujian, sukacita, kesalehan, dan
melayani orang lain (lihat Ibr. 13:15, 16).
Dengan demikian, Petrus menyatakan, orang-orang percaya telah dipilih se-
hingga mereka “dapat menyatakan pujian tentang dia yang memanggil engkau
keluar dari kegelapan ke dalam terang-Nya yang ajaib” (1 Ptr. 2:9). Kemungkin-
an untuk memberikan pelayanan itu adalah dikarenakan oleh rahmat Allah yang
besar dan anugerah-Nya di dalam memilih mereka (1 Ptr. 2:10, NIV). Karunia
rahmat-Nya yang penuh belas kasihan di dalam jiwa menghasilkan kehidupan
yang menyerupai hidup Allah di dunia, untuk kemuliaan-Nya (1 Ptr. 2:11, 12).
Pertanyaan Diskusi:
;; Apakah petunjuk yang kita miliki sampai sejauh mana kita menginginkan
atau tidak menginginkan susu rohani yang murni?
;; Apakah bukti yang mungkin dapat untuk menarik kesimpulan bahwa kita
sedang dibangun sebagai batu yang hidup ke dalam suatu rumah rohani?
;; Korban rohani apakah kita, sebagai anggota suatu imamat yang kudus, mem-
persembahkan diri kita kepada Tuhan setiap hari? Bagaimanakah kita me-
muliakan Dia yang telah memanggil kita dari kegelapan ke dalam terang?
Pertimbangkanlah Hal ini: Di sini Petrus menghubungkan gereja dengan
Israel kuno, umat perjanjian Allah. Dalam cara apakah saya harus merasakan
hubungan dengan Israel historis? Dengan dasar Advent saya sendiri?
ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 39
PENUNTUN GURU
Untuk Guru: Di dalam Alfa dan Omega, Jld. 6 hlm. 222, 223, Ellen G. White
memberikan sebagian latar belakang sejarah yang signifikan terhadap gambar
batu penjuru itu. Sebuah peristiwa yang nyata dalam sejarah pembangunan Bait
Suci Salomo ada di balik nubuatan Yesaya. Satu batu yang luar biasa ukurannya
dan aneh bentuknya telah disiapkan sebagai batu penjuru, tetapi ketika batu itu
di bawa ke tempat pembangunan itu, para pekerja menolak batu itu. Sebagai
gantinya, batu-batu yang lainnya telah dipilih, tetapi masing-masing batu itu ti-
dak berhasil memenuhi tuntutan cuaca serta tekanan. Akhirnya, batu yang sudah
ditolak itu diambil kembali. Batu itu memenuhi semua tuntutan yang diletakkan
di atasnya. Ternyata menjadi cocok dan akhirnya diterima menjadi batu penjuru
Bait Suci. “Dalam khayal nubuatan, kepada Yesaya ditunjukkan bahwa batu itu
melambangkan Kristus.”—hlm. 223.
Pertanyaan Pemikiran:
;; Dalam cara apakah saya mempertunjukkan bahwa saya adalah sebuah batu
yang hidup untuk pembangunan sebuah rumah rohani?
;; Apakah artinya bagi saya menjadi bagian dari imamat yang rajani dan bang-
sa yang kudus?
;; Bagaimanakah caranya saya supaya tidak tersandung pada batu yang hidup,
Batu penjuru yang sangat berharga itu?
Kegiatan: Ambillah waktu bagi anggota UKSS untuk mengungkapkan pu-
jian kepada Allah karena telah memanggil mereka keluar dari kegelapan kepa-
da terang-Nya yang ajaib.
ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Hal ini mungkin berguna bagi UKSS agar menjadi terbiasa
dengan alat dan metode tukang batu. Membangun dengan menggunakan batu
selalu dimulai dari batu penjuru yang di sudut pada bagian dasar. Hal ini penting
untuk batu pertama yang horizontal dan vertikal perseginya agar tepat, kare-
na setiap batu lain keselarasannya akan diambil dari batu penjuru itu. Benang
direntang secara vertikal di sepanjang tepi atas batu penjuru setelah ia diatur
benar dengan tingkat. Sebuah bandul timbang tegak lurus di sudut menyediakan
garis vertikal yang benar. Sebuah pita pengukur menentukan jarak dari garis
horizontal dan vertikal. Awalnya, batu-batu besar yang disebut ashlars dipotong
pada tambang dan diatur pada satu sama lain tanpa adukan. Ukuran dan berat
mereka menahan mereka di tempat, kadang-kadang dengan timah cair dituang-
kan ke dalam lekukan sebelah di atas untuk mengunci mereka ke tempat pas.
Kegiatan: Bandingkanlah kiasan gereja sebagai bangunan yang tumbuh, da-
lam Efesus 2:19-22, dengan kiasan gereja sebagai tubuh yang tumbuh, dalam
Efesus 4:12-16. Bahaslah bagaimana anggota perlu menyesuaikan diri dengan
struktur masing-masing untuk pertumbuhan yang efektif pada setiap kiasan. Ba-
gaimanakah batu yang hidup mengadaptasikan dirinya?

40 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Pelajaran 4 15-21 April*

Hubungan Sosial

SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 1 Ptr. 2:13–23; 1 Ptr.
3:1–7; 1 Kor. 7:12–16; Gal. 3:27, 28; Kis. 5:27–32; Im. 19:18.
Ayat Hafalan: “Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh se-
orang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa”(1
Petrus 4:8).

S
urat Petrus juga menangani secara langsung beberapa pertanyaan sosial
yang sulit pada waktu itu. Misalnya, bagaimana orang Kristen harus hi-
dup dengan pemerintahan yang menindas dan korup, yang kebanyakan
dari mereka mengalaminya: Kekaisaran Romawi kafir? Apakah yang Petrus
katakan kepada pembacanya, dan apakah maksud dari nasihatnya bagi kita se-
karang ini?
Bagaimanakah seharusnya budak-budak Kristen merespons ketika tuannya
memperlakukan mereka dengan kasar dan tidak adil? Meskipun hubungan
pemberi kerja dan pekerja modern berbeda dengan yang ada di abad pertama,
hubungan tuan dan budak, apakah yang Petrus katakan yang pasti bergema
kepada mereka yang harus berurusan dengan bos-bos yang keterlaluan. Begitu
menarik bahwa Petrus menunjuk kepada Yesus dan bagaimana Dia merespons
perlakuan buruk menjadi contoh bagaimana orang Kristen lakukan sendiri ke-
tika berhadapan dengan situasi yang sama (1 Ptr. 2:21-24).
Bagaimanakah seharusnya para suami dan para istri berinteraksi satu sama
lain, terutama ketika mereka berbeda pada sesuatu yang mendasar seperti ke-
yakinan agama?
Akhirnya, bagaimanakah orang Kristen seharusnya berhubungan dengan
aturan sosial ketika, dalam kenyataannya, aturan sosial dan/atau politik bisa
saja terbukti korup dan bertentangan dengan iman Kristen?

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 22 April.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 41


Minggu 16 April
Gereja dan Negara
Meskipun telah ditulis dahulu kala, Alkitab tetap saja menyentuh isu-isu
yang sangat relevan sekarang ini, seperti hubungan antara orang Kristen dan
pemerintahnya.
Dalam beberapa hal, sudah cukup jelas. Wahyu 13 berbicara tentang ketika
mematuhi kekuatan politik dapat berarti tidak menaati Allah. Dalam hal seperti
itu, pilihan kita sudah jelas. (Lihat pelajaran hari Kamis.)
Bacalah 1 Petrus 2:13-17. Apakah yang secara umum Firman itu kata-
kan di sini tentang bagaimana berhubungan dengan pemerintah?
Kejahatan Kekaisaran Romawi sangat dikenal oleh mereka yang hidup di
sekitar perbatasan. Kerajaannya bertumbuh dengan orang-orang berubah-ubah
yang berambisi dengan menggunakan kekuatan militer yang kejam. Yang
menghadapi setiap perlawanan dengan kekerasan. Penyiksaan sistematis dan
kematian dengan cara penyaliban hanyalah sebagian dari kengerian yang di-
timpakan kepada mereka yang terhukum. Pemerintah Romawi penuh dengan
nepotisme dan korupsi. Orang-orang besar yang memerintah menjalankan ke-
kuasaan dengan penuh kesombongan dan kekejaman. Meskipun demikian,
Petrus mengajak para pembacanya untuk menerima setiap otoritas lembaga
manusia di dalam kekaisaran, dari kaisar sampai kepada gubernur (1 Ptr. 2:13,
14).
Petrus berpendapat bahwa kaisar dan gubernur menghukum mereka yang
berbuat salah, dan pujilah orang-orang yang berbuat benar (1 Ptr. 2:14). De-
ngan melakukan hal ini, mereka memiliki peranan penting dalam membentuk
masyarakat.
Faktanya, dengan segala kekurangannya, Kekaisaran Romawi memberikan
stabilitas. Mereka membebaskan dari perang. Mereka mendistribusikan kea-
dilan yang keras tetapi keadilan yang tetap berdasarkan aturan hukum. Mereka
membangun jalan-jalan dan mendirikan sistem keuangan untuk mendukung
kebutuhan militernya. Dengan demikian, Roma menciptakan suatu lingkungan
di mana penduduk dapat bertumbuh dan dalam banyak hal menjadi makmur.
Dilihat dari sudut ini, komentar Petrus tentang pemerintah adalah masuk akal.
Tidak ada pemerintahan yang sempurna, dan tentu saja bukan pula di tempat
Petrus tinggal dan jemaat yang ia surati. Jadi apa yang bisa kita pelajari darinya
adalah bahwa orang Kristen harus berusaha untuk menjadi warga negara yang
baik, menaati hukum negara sedapat mungkin, apalagi jika berada di tempat
yang pemerintahannya lebih baik.
Mengapakah adalah penting bagi orang Kristen sedapat mungkin men-
jadi warga negara yang baik, bahkan di dalam situasi politik yang kurang
ideal sekalipun? Apakah yang dapat Anda lakukan untuk membuat ma-
syarakat Anda menjadi lebih baik, walaupun dengan cara yang sederha-
na?

42 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Senin 17 April
Tuan dan Hamba
Bacalah 1 Petrus 2:18-23. Bagaimanakah kita sekarang ini memahami
hal-hal yang sulit di dalam ayat-ayat ini? Prinsip apakah yang bisa diam-
bil dari ayat-ayat ini untuk diri kita sendiri?
Membaca 1 Petrus 2:8-23 dengan cermat mengungkapkan bahwa gantinya
memberikan dukungan kepada perbudakan, ayat-ayat ini memberikan nasihat
rohani tentang memikirkan keadaan yang sulit, yang pada saat itu, tidak bisa
diubah.
Kata yang diterjemahkan sebagai “hamba” atau “budak” dalam 1 Petrus
2:18, oiketes, digunakan secara khusus untuk hamba rumah tangga. Kata yang
lebih lazim untuk budak, doulos, digunakan dalam Efesus 6:5, satu ayat yang
memberikan nasihat yang sama bagi hamba-hamba.
Dalam Kekaisaran Romawi yang memiliki tingkatan masyarakat, budak
dianggap milik sah di bawah pengawasan mutlak tuan mereka, yang dapat
memperlakukan mereka dengan baik atau kejam. Budak berasal dari berba-
gai sumber: Tentara yang dikalahkan, anak-anak dari para budak, atau mereka
yang “dijual” untuk melunasi utangnya. Beberapa budak diberi tanggung ja-
wab besar. Ada yang mengatur perkebunan yang besar dari pemiliknya. Yang
lain mengurus harta kekayaan dan urusan bisnis pemiliknya, dan ada yang
bahkan mendidik anak-anak tuannya.
Kebebasan seorang budak dapat dibayar, dalam hal demikian budak
itu digambarkan “ditebus.” Paulus menggunakan ungkapan ini untuk
menjelaskan apa yang Yesus telah buat bagi kita (Ef. 1:7; Rm. 3:24; Kol.
1:14; 1 Ptr. 1:18, 19).
Penting untuk diingat bahwa sejumlah orang Kristen mula-mula adalah bu-
dak. Dengan demikian, mereka dapati diri mereka terjebak dalam sistem yang
tidak dapat mereka ubah. Mereka yang kurang beruntung memiliki tuan yang
keras dan keterlaluan berada dalam situasi yang sangat sulit; mereka juga de-
ngan tuan yang lebih baik dapat menghadapi keadaan yang sulit. Nasihat Pe-
trus bagi semua budak yang Kristen konsisten dengan pernyataan lain dalam
Perjanjian Baru. Mereka harus tunduk dan bertahan, sama seperti Kristus telah
tunduk dan bertahan (1 Ptr. 2:18-20). Tidak ada kredit untuk mereka yang
menderita hukuman karena berbuat salah. Tidak, roh Kristus yang sejati di-
tunjukkan ketika mereka menderita secara tidak adil. Seperti Yesus, pada saat
seperti itu orang Kristen tidak membalas menyakiti, atau mengancam, tetapi
mempercayakan dirinya kepada Tuhan, yang akan menghakimi dengan adil (1
Ptr. 2:23).
Aplikasi praktis apakah yang dapat kita buat dari apa yang Petrus tu-
liskan di sini? Lalu, apakah itu berarti, bahwa kita tidak usah menuntut
hak-hak kita? Bawalah jawaban Anda ke UKSS pada hari Sabat.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 43


Selasa 18 April
Istri dan Suami
Bacalah 1 Petrus 3:1-7. Keadaan khusus apakah yang Petrus bicara-
kan pada bagian ini? Bagaimanakah apa yang dikatakannya berhubung-
an dengan pernikahan pada masyarakat dewasa ini?
______________________________________________________________
Ada satu petunjuk penting dalam ayat ini yang memungkinkan bagi pem-
baca yang cermat dapat temukan sehubungan dengan masalah yang Petrus se-
dang hadapi dalam 1 Petrus 3:1-7. Di pasal 3, ayat 1, Petrus mengatakan dia
sedang berbicara mengenai suami yang “tidak taat pada Firman.” Dengan kata
lain, Petrus sedang berbicara mengenai apa yang seharusnya terjadi ketika se-
orang istri yang adalah seorang Kristen menikah dengan suami yang bukan
[Kristen] (meskipun jumlahnya sedikit).
Seorang istri Kristen akan menemui banyak kesulitan jika menikah dengan
suami yang berbeda imannya. Apakah yang terjadi dalam situasi seperti ini?
Haruskah ia berpisah dari suaminya? Petrus, seperti halnya Paulus di ayat yang
lain, tidak menganjurkan agar istri Kristen meninggalkan suami mereka yang
tidak beriman (lihat 1 Korintus 7:12-16). Sebaliknya, kata Petrus, istri dengan
suami yang tidak beriman harus hidup menjadi teladan.
Wanita memiliki peran di abad pertama Kekaisaran Romawi yang ditentu-
kan terutama oleh masing-masing masyarakatnya. Istri bangsa Romawi, mi-
salnya, memiliki lebih banyak hak berdasarkan hukum sehubungan dengan
harta dan hukum ganti rugi dibandingkan dengan sebagian besar wanita kepa-
da siapa Petrus mengirim suratnya. Namun dalam beberapa masyarakat abad
pertama, perempuan tidak terlibat dalam politik, pemerintahan, dan kepemim-
pinan dalam kebanyakan agama. Petrus mendorong para wanita Kristen un-
tuk menggunakan satu perangkat standar yang mengagumkan dalam konteks
di mana mereka menemukan jati diri mereka. Dia mengimbau mereka dalam
hal kemurnian dan hormat (1 Ptr. 3:2). Dia menyarankan bahwa seorang wa-
nita Kristen harus lebih tertarik pada kecantikan batiniah daripada perhiasan
dengan gaya rambut yang modis, perhiasan, dan pakaian yang mahal (1 Ptr.
3:3-5). Seorang wanita Kristen akan bertingkah laku dengan cara yang akan
memperkenalkan Kekristenan kepada orang yang tinggal bersama dia dengan
cara yang paling intim—suaminya.
Ucapan Petrus janganlah digunakan oleh suami sebagai izin untuk mem-
perlakukan istri mereka sesukanya. Karena ia juga menunjukkan, suami harus
menunjukkan perhatian kepada istrinya (1 Ptr. 3:7).
Pada saat Petrus membicarakan hal khusus—istri Kristen yang menikah de-
ngan orang tidak beriman—kita dapat melihat pernikahan Kristen yang ideal
itu: Pasangan Kristen haruslah hidup dengan saling mendukung, hidup dengan
integritas yang transparan karena mereka menyembah Allah dalam setiap ke-
giatan mereka sehari-hari.

44 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Rabu 19 April
Hubungan Sosial
Bacalah Roma 13:1-7; Efesus 5:22-33; 1 Korintus 7:12-16; dan Galatia
3:27, 28. Bagaimanakah membandingkan apa yang Paulus katakan de-
ngan apa yang Petrus katakan dalam 1 Petrus 2:11-3:7?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Paulus membahas beberapa dari isu yang diangkat dalam 1 Petrus 2:11-3:7
dalam beberapa suratnya. Apa yang dikatakannya adalah sangat konsisten de-
ngan apa yang terdapat dalam 1 Petrus. Misalnya, seperti Petrus, Paulus men-
dorong pembacanya untuk takluk pada “pemerintah yang di atasnya” (Rm.
13:1). Pemerintah ditunjuk Allah dan menakutkan bagi yang berbuat jahat,
bagi yang berbuat tidak baik (Rm. 13:3). Dengan demikian, seorang Kristen
haruslah, membayar “kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: Pajak
kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak
menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan
hormat kepada orang yang berhak menerima hormat (Rm. 13:7).
Paulus juga menekankan bahwa perempuan yang menikah dengan suami
tidak beriman harus menjadi contoh, dan sebagai hasilnya suami mereka dapat
bergabung dengan jemaat (1 Kor. 7:12-16). Model pernikahan Kristen bagi
Paulus juga saling mendukung. Suami harus mengasihi istrinya sama seperti
Kristus telah mengasihi jemaat (Ef. 5:25). Selanjutnya, ia menunjukkan bahwa
hamba harus menaati tuannya di dunia sebagaimana kamu taat kepada Kristus
(Ef. 6:5).
Paulus, kemudian, bersedia bekerja dalam batas-batas budaya yang diwa-
jibkan secara hukum. Dia mengerti apa yang dapat diubah dari budayanya dan
apa yang tidak dapat diubah. Namun, dia juga melihat sesuatu dalam Kekris-
tenan yang dapat mengubah cara berpikir masyarakat mengenai bangsanya.
Sama seperti Yesus tidak berusaha untuk membawa sejenis revolusi politik
untuk mengubah tatanan sosial, begitu pula Petrus atau Paulus. Sebaliknya,
perubahan dapat terjadi, dengan pengaruh mengkhamirkan dari orang-orang
saleh di dalam masyarakatnya.
Bacalah Galatia 3:27-29. Meskipun dengan jelas ini adalah pernyataan
teologis, apakah implikasi sosial yang kuat yang terkandung dalam ayat
ini tentang bagaimana orang Kristen bergaul satu sama lain karena apa
yang Yesus telah buat bagi mereka?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 45


Kamis 20 April
Kekristenan dan Tatanan Sosial
Meskipun tahu bahwa organisasi-organisasi kemanusiaan dan pemerintahan
memiliki kelemahan dan kadang-kadang penuh dengan dosa, dan meskipun
memiliki pengalaman buruk dengan pemerintah dan pemimpin agama, baik
Paulus dan Petrus mengimbau orang Kristen mula-mula untuk tunduk kepada
penguasa manusia (1 Ptr. 2:13-17; Rm. 13:1-10). Orang Kristen, kata mereka,
harus membayar pajak dan berkontribusi pada tanggung jawab wajib pekerja.
Sedapat mungkin, orang Kristen seharusnya menjadi warga negara teladan.
Bacalah Kisah 5:27-32. Apakah hubungan antara ketaatan yang Petrus
katakan untuk tunduk pada pihak berwenang (1 Ptr. 2:13-17) dengan apa
yang Petrus dan para rasul lainnya benar-benar lakukan dalam peristiwa
ini?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Keberhasilan awal gereja Kristen menyebabkan penangkapan Petrus dan
Yohanes (Kis. 4:1-4). Mereka telah diperiksa oleh para penguasa, tua-tua, dan
ahli-ahli Taurat, dan kemudian dilepaskan dengan peringatan keras bahwa me-
reka harus berhenti memberitakan (Kis. 4:5-23). Segera setelah itu mereka di-
tangkap lagi dan ditanya mengapa mereka tidak mengikuti apa yang pihak ber-
wenang katakan kepada mereka untuk lakukan (Kis. 5:28). Petrus menjawab:
“Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia” (Kis. 5:29).
Apakah kebenaran penting yang harus kita ambil dari ucapan ini?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Petrus tidak munafik, mengatakan sesuatu dan melakukan yang lain. Ketika
hal itu menjadi masalah untuk mengikut Tuhan atau mengikut manusia, pilih-
annya jelas. Sampai saat itu, orang Kristen harus mendukung dan taat kepada
pemerintah, apalagi jika mereka juga berusaha membawa sikap perubahan so-
sial. Ketika isu-isu moral dipertaruhkan, orang Kristen sudah dan masih harus
terlibat dalam mempromosikan perubahan sosial yang sah yang mencermin-
kan nilai-nilai dan ajaran Yesus. Bagaimana hal ini harus dilakukan tergantung
pada banyak faktor, tetapi menjadi warga negara yang setia dan beriman tidak
secara otomatis berarti bahwa orang Kristen tidak dapat atau tidak berusaha
membantu mengembangkan masyarakat.
Bacalah Imamat 19:18 dan Matius 22:39. Bagaimanakah perintah un-
tuk mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri termasuk kebutuhan un-
tuk bekerja bagi perubahan ketika perubahan itu memang dapat mem-
buat hidup lebih baik dan lebih adil bagi sesamamu?
______________________________________________________________

46 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Jumat 21 April
Pendalaman: Bacalah Ellen G. White, “Pertentangan yang Segera akan Ter-
jadi,” hlm. 612–623; “Alkitab Suatu Perlindungan,” hlm. 624–634; dan “Waktu
Kesesakan yang Besar,” hlm. 646–669 dalam Alfa dan Omega, jld. 8.
Ellen G. White menganjurkan bahwa umat Masehi Advent Hari Ketujuh
menjadi warga negara yang baik dan taat hukum di negerinya. Dia bahkan me-
ngatakan kepada umat untuk tidak secara terbuka dan terang-terangan tidak me-
matuhi undang-undang hari Minggu setempat; yang, meskipun mereka harus
menjaga kesucian Sabat hari ketujuh, sebagaimana yang Allah telah perintah-
kan, mereka tidak usah dengan sengaja melanggar undang-undang yang me-
larang bekerja pada hari Minggu. Walaupun, dalam suatu kasus tertentu, dia
dengan jelas bahwa orang Advent tidak harus mematuhi hukum itu. Jika seorang
budak melarikan diri dari tuannya, hukum mewajibkan budak itu dikembalikan
kepada tuannya. Dia mencela hukum itu dan mengatakan orang Advent tidak
usah mematuhinya, apa pun konsekuensinya: “Ketika hukum manusia berten-
tangan dengan Firman dan hukum Allah, kita harus mematuhi Firman dan hu-
kum Allah, apa pun kemungkinan konsekuensinya. Hukum negara kita mengha-
ruskan kita menyerahkan budak kepada tuannya, kita tidak harus mematuhinya,
dan kita harus siap dengan konsekuensi melanggar hukum ini. Budak bukanlah
milik siapa pun. Allah adalah tuannya yang sah, dan manusia tidak memiliki hak
untuk mengambil pekerjaan tangan Allah ke tangannya, dan mengaku dia seba-
gai miliknya.”—Testimonies for the Church, jld. 1, hlm. 201, 202.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:


1. Di UKSS, diskusikan jawaban Anda untuk pertanyaan di akhir pela-
jaran hari Senin tentang hal ini: Haruskah orang Kristen tidak usah
menuntut hak-hak mereka? Saat yang sama, pertimbangkan juga per-
tanyaan yang satu ini: Apakah sebenarnya hak-hak kita?
2. Apa sajakah contoh di mana dampak orang Kristen dalam masyarakat
telah menjadi kekuatan yang ampuh dalam mengubah masyarakat itu
kepada kebaikan? Pelajaran apakah yang dapat kita ambil dari kisah
tersebut?
3. Apakah saja contoh di mana orang Kristen, bukannya membantu
mengubah penyakit masyarakat, menerima penyakit masyarakat itu
dan bahkan membantu membenarkannya? Pelajaran apakah juga
yang dapat kita ambil dari kisah tersebut?
4. Satu Petrus 2:17, mengatakan, “Hormatilah Kaisar” (NIV). Kaisar
pada waktu itu mungkin Nero, salah seorang yang paling keji dan ja-
hat dari manusia yang pernah ada. Nasihat apa yang ada bagi kita se-
karang ini? Bagaimanakah apa yang Petrus tuliskan di awal ayat itu,
“Hormatilah semua orang,” bisa menolong kita lebih memahami apa
yang dia katakan?
5. Bacalah 1 Petrus 2:21-25 di UKSS. Bagaimanakah kabar Injil dirumus-
kan dalam ayat-ayat ini? Harapan apakah yang ayat ini tawarkan bagi
kita? Apakah yang ayat ini minta untuk kita lakukan? Seberapa ba-
ikkah kita mengikuti apa yang telah dikatakannya untuk dilakukan?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 47


PENUNTUN GURU

Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 1 Petrus 2:13–17
ÂÂAnggota UKSS akan:
Mengetahui: Mengakui bahwa Allah telah menetapkan berbagai tingkatan
otoritas di dalam dunia ini dan bahwa orang Kristen diwajibkan untuk tun-
duk kepada semua otoritas yang telah ditetapkan.
Merasakan: Menghargai sistem keteraturan dan otoritas Allah dan merasa
bertanggung jawab tunduk kepada hal tersebut.
Melakukan: Mengikuti nasihat Petrus dan teladan Yesus mengenai bagai-
mana orang percaya itu harus berhubungan dengan otoritas yang telah ter-
bangun.

ÂÂGaris-garis Besar Pelajaran:


I. Mengetahui: Sistem Keteraturan Allah
A. Apakah yang Petrus sampaikan kepada kita tentang tanggung ja-
wab kita dalam melihat pemerintah atau kekuasaan yang telah dite-
tapkan Allah? (Bandingkan dengan pengajaran Paulus dalam Ro-
ma 13:1-7.)
B. Apakah yang Allah kehendaki dari umat-Nya dalam hal berbuat
baik (1 Ptr. 2:15-17)?
II. Merasakan: Mengikuti Teladan Kristus
A. Dengan cara bagaimanakah Petrus menetapkan Kristus sebagai te-
ladan kita dalam hal bagaimana kita harus memandang pencobaan
dan penderitaan yang mereka bisa bawa (1 Ptr. 2:21-24).?
B. Apakah yang diisyaratkan Petrus dengan menyebut Yesus Gemba-
la dan Penilik jiwa kita? (Bandingkan dengan 1 Ptr. 5:2-4).
III. Melakukan: Penyerahan yang Tepat kepada Ketertiban Allah
A. Dalam terang 1 Petrus 2:21-23, bagaimanakah seharusnya kita me-
mahami nasihat Petrus kepada budak atau pembantu untuk tunduk
kepada tuan mereka?
B. Apakah nasihat Petrus kepada suami dan istri, dan apa model yang
ia kutip dalam 1 Petrus 3:5, 6?
Ringkasan: Petrus menguraikan kehendak Allah dalam cara di mana seo-
rang Kristen berhubungan dengan berbagai tingkat kewenangan, melakukan
apa yang benar dan baik untuk membawa kemuliaan bagi Allah. Dia mengutip
contoh dari Yesus, serta contoh wanita suci berusia, sebagai pola bagi Kristen
Perjanjian Baru.

48 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU

Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 1 Petrus 2:13-15
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Jika kita mengikuti teladan
Yesus, serta dari contoh orang-orang yang beriman lainnya dalam Alkitab, kita
akan menemukan bahwa Allah telah menetapkan berbagai tingkat kewenang-
an yang mana kita diminta untuk tunduk sebagaimana mestinya, sesuai dengan
kehendak-Nya (1 Ptr. 2:15) dan “demi Tuhan” (1 Ptr. 2:13). (Paulus memberi-
kan instruksi yang sangat mirip dalam Roma 13, Efesus 5:21-6:9, dan Kolose
3:18-4:1) Orang percaya diharapkan menjadi model perilaku yang baik untuk
kemuliaan Allah dengan tunduk kepada pihak berwenang, baik di lingkungan
pemerintahan sipil, dalam hubungan pekerjaan, atau di rumah dan di gereja.
Untuk Guru: Sementara topik pelajaran ini dibahas, akan sangat membantu
untuk mengkaji paralel yang dijelaskan di atas di dalam tulisan-tulisan Paulus
untuk tujuan melihat gambaran kanonikal yang besar. Roma 13: 2 berbicara sa-
ngat tegas tentang orang-orang yang menolak otoritas bahwa Allah telah mene-
tapkan dan bagaimana mereka akan dihakimi (bandingkan dengan 1 Ptr. 2:9,
10; Yudas 6, 8). Kelas harus mendiskusikan konsekuensi dari nasihat tersebut
untuk semua hubungan antar manusia.
Diskusi Pembuka: Ajaklah UKSS untuk membaca 1 Petrus 2:13-15 dan
Roma 13:1-5 secara bersama-sama. Diskusikan secara paralel kedua bagian ini
dan bagaimana kedua ayat tersebut mendukung dan saling memperkuat satu
sama lain. Dalam berbagai cara apakah ayat-ayat tersebut memperkenalkan Al-
lah dan kehendak-Nya ke dalam gambaran itu? Apakah ayat-ayat ini memberi
wewenang secara menyeluruh kepada individu, atau kepada kedudukan atau po-
sisi yang mereka pegang? Jelaskan. Kepada otoritas yang lebih tinggi apakah
orang-orang ini, pada gilirannya, diharapkan akan tunduk?
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Bandingkanlah 1 Petrus 2:16 dengan Galatia 5:13. Apakah
poin yang dibuat oleh kedua bagian ini? Bahaya apakah yang ada bilamana kita
berpikir bahwa kita bebas dari semua kekangan atau hukum? Lihat 2 Petrus 18-
20. Diskusikanlah secara bersama-sama argumen Paulus, dalam Roma 6:15-22,
tentang manfaat menjadi hamba kebenaran sebagai lawan dari menjadi hamba
dosa. Bagaimana cara berpikir seperti ini dimainkan ke dalam diskusi yang lebih
besar dalam 1 Petrus mengenai tunduk kepada penguasa? Mengapakah Petrus
mengakhiri ayat 16, yang dimulai dengan “hidup sebagai orang merdeka” (NIV),
dengan mengatakan, “Hidup sebagai hamba Allah “? Bagaimanakah kita harus
memahami antimoni ini?

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 49


PENUNTUN GURU

Komentar Alkitab
I. Hubungan Karyawan Majikan
(Tinjau Kembali 1 Petrus 2:18-20 Bersama UKSS Anda.)
Setelah membahas ketaatan pada otoritas, secara umum, terutama otoritas
sipil, Petrus beralih kepada isu mengenai hubungan antara hamba tuan, yang
membicarakan mengenai hubungan modern antara majikan karyawan. Istilah
doulos mencakup berbagai jenis fungsi hamba, atau budak, akan tetapi yang pa-
ling umum adalah mengacu kepada satu individu yang bekerja untuk melunasi
utang. Dalam setiap kasus, doulos berutang kesetiaan, rasa hormat, dan pelayan-
an, setia kepada tuan untuk siapa dia bekerja. Apa yang diharapkan/direncana-
kan oleh majikan tidak didasarkan pada seberapa baik hamba itu diperlakukan
tetapi berdasarkan otoritas majikan dan tanggung jawab hamba itu untuk tunduk
kepada otoritas itu. Tunduk, meskipun diperlakukan dengan cara kasar, diang-
gap terpuji karena ia menunjukkan kesadarannya akan Allah sebagai Majikan
yang utama atau yang memiliki kewenangan akhir (bandingkan dengan Efesus
6:5-9).
Pertimbangkanlah Hal Ini: Apakah efek yang akan ada terhadap hubungan
saya dengan majikan saya bagi orang-orang yang memperhatikan tindakan saya
setiap hari sebagai orang percaya?
II. Teladan Kristus
(Tinjau Kembali 1 Petrus 2:21-25 Bersama UKSS Anda.)
Petrus menegaskan bahwa para pembacanya yang telah mengalami penderi-
taan karena berbuat baik telah dipanggil untuk mengikuti teladan Kristus, yang
menderita bagi mereka karena berbuat baik. “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu
tidak ada dalam mulutnya” (1 Ptr. 2:22). Di sini Petrus mengutip dari Yesaya
53:9 sebagai bukti bahwa Kristus telah berbuat baik, dan menambahkan,”Ketika
Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita,
Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi
dengan adil” (1 Ptr. 2:23). Kemudian Petrus meminjam sekali lagi dari nubuatan
Mesianik dalam Yesaya 53, disimpulkan, dalam ayat 24 dari suratnya, “Ia sendi-
ri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang
telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu
telah sembuh.”
Korban pengganti yang dibuat oleh Yesus bagi kita meletakkan kepada kita
suatu kewajiban untuk berperilaku dengan kerendahan hati yang sama seperti
yang Ia lakukan dan dengan kesiapan untuk menderita untuk melakukan apa
yang benar. Alasannya Petrus, dalam 1 Petrus 2:25, menjelaskan bahwa meski-
pun masa lalu kita seperti domba yang tersesat, tetapi sekarang kita telah kem-
bali pada Gembala dan Penilik jiwa kita, dan kita memiliki kewajiban untuk
mengikuti jejak-Nya, seperti yang dilakukan oleh domba ketika mereka memi-
liki hubungan yang bermakna dengan gembala.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Yesus mengalami penderitaan dengan cara te-
tap terfokus-Nya kepada tujuan (Ibr. 12:2). Apakah tujuan yang dapat memban-
50 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus
PENUNTUN GURU
tu kita untuk berhasil bertahan sebagaimana yang Dia alami?
III. Hubungan Suami Istri
(Tinjau Kembali 1 Petrus 3:1-7 Bersama UKSS Anda.)
Melanjutkan tema tentang ketaatan kepada otoritas yang telah ditetapkan, Pe-
trus mengalamatkan pembicaraannya kepada para istri, memerintahkan mereka
untuk tunduk kepada suami mereka. Nasihat ini sangat mirip dengan yang di-
berikan oleh Paulus, dalam Efesus 5:22-33 dan dalam Kolose 3:18, 19. Hanya
saja di sini pembicaraan Petrus secara eksplisit mencakup istri dengan suami
yang kafir, yang memperluas aplikasinya bahkan lebih jauh lagi. Dia berpenda-
pat bahwa suami yang kafir dapat dimenangkan kepada Kristus, tanpa kata-kata,
melalui perilaku istri mereka yang baik, murni dan hidup mereka yang saleh (1
Ptr. 3:1, 2).
Petrus melanjutkan dengan membahas keindahan karakter Kristen—“roh
yang lemah lembut dan tenteram” (1 Ptr. 3:3, 4)—bahwa istri sebaiknya me-
nunjukkan, hal-hal yang sifatnya berlawanan dengan penampilan luar seperti
menghiasi rambut , pakaian, dan menggunakan perhiasan. Kemudian ia mengu-
tip contoh “wanita-wanita beragama zaman dahulu” (1 Ptr. 3:5), seperti Sarah,
yang hormat kepada suami dan menaati mereka, menunjukkan rasa hormat de-
ngan melakukan apa yang benar (1 Ptr. 3:6). Akhirnya, Petrus membahas me-
ngenai suami yang, “dengan cara yang sama,” adalah menjadi perhatian un-
tuk istri mereka, memperlakukan mereka “[dengan kelembutan yang besar dan
bijaksana, dan dengan cerdas memperhatikan hubungan pernikahan], sebagai
seseorang yang secara fisik lebih lemah, karena dia adalah seorang wanita. Be-
rikan penghormatan dan penghargaan kepadanya “sebagai teman pewaris kasih
karunia yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang “(1 Ptr. 3:7).
Pertimbangkanlah Hal Ini: Ungkapan “lebih lemah.” dalam ayat 7 bagi be-
berapa terjemahan, tidak mengacu pada kelemahan fisik atau emosional. Hal ini
secara mengacu kepada piring (keramik) yang dibuat dengan cara yang halus.
Sangat besar kemungkinan itu adalah merujuk pada bagaimana laki-laki harus
memperlakukan para wanita, bagaimana berperilaku terhadap mereka karena
mereka berharga bagaikan sebuah keramik buatan Cina, yang harus ditangani
dengan sangat hati-hati dan jangan sampai rusak dengan cara yang sia-sia. Eks-
presi ini adalah merupakan penilaian positif tentang nilai seorang istri dan sikap
perhatian dan lembut, bagaimana dia harus diperlakukan. Bagaimanakah kita
mengukur nilai para wanita dalam kehidupan kita?
Pertanyaan Diskusi:
;; Bagaimanakah kita harus memperlihatkan rasa hormat kepada otoritas si-
pil yang mungkin saja tidak akan berfungsi sebagaimana seharusnya yai-
tu selaras dengan prinsip-prinsip melakukan dengan baik dan menghukum
yang bersalah?
;; Mengapakah tidak sah untuk menggunakan 1 Petrus 2:18-20 untuk menco-
ba untuk membenarkan perbudakan?
;; Apakah hal spesifik yang dimaksudkan Petrus dalam pembahasannya ten-
tang hubungan suami istri?
Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 51
PENUNTUN GURU

ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Ketika Petrus mengatakan, dalam 1 Petrus 2:17, “Tunjukkan-
lah hormat kepada semua orang,” ia mengidentifikasi tiga kelompok khusus se-
lain hamba dan majikan dan suami dan istri yang kemudian ia bahas langsung.
Hal ini ialah mengenai keluarga (orang beriman), kaisar, dan Tuhan. Allah be-
rada pada tingkat yang sangat tinggi dan harus ditakuti atau menunjukkan hor-
mat dan penghormatan, ini akan meliputi ibadah. Kaisar, atau raja, merupakan
perwakilan otoritas tingkat tertinggi di bumi, dan ia harus dihormati atas otoritas
sipil lainnya. Keluarga orang beriman adalah semua orang yang berada pada
pokok (landasan) yang sama dengan diri kita sendiri, karena di dalam Kristus
“tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merde-
ka, tidak ada laki-laki dan perempuan, karena kamu semua adalah satu” (Gal
3:28). Kita harus mengasihi keluarga gereja ini dengan kasih Allah dan Kristus
yang rela mengorbankan diri (agape) . Bagaimanakah pengajaran ini merang-
kum maksud Petrus?
Pertanyaan Pemikiran:
;; Mengapakah penting bagi para pekerja yang beriman untuk tunduk dengan se-
gala hormat kepada atasan atau majikan bahkan seorang yang kasar dan tidak
adil, juga terhadap orang yang baik dan penuh perhatian?
;; Bagaimanakah cara saya bersikap jika saya merasa bahwa saya telah dipanggil
untuk mengikuti jejak Yesus dalam penderitaan karena melakukan apa yang benar?
;; Bagaimanakah saya memfokuskan untuk memiliki sebuah karakter yang indah
gantinya pada perhiasan luar? Bagaimanakah para wanita yang kudus pada za-
man dulu membuat diri mereka cantik, menurut Petrus?
Kegiatan: Biarkan UKSS membahas secara spesifik tentang penderitaan
Kristus demi kebenaran dan cara-cara di mana kita dapat mengikuti jejak-Nya.
ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Dalam pembahasan Paulus mengenai sikap tunduk kepada
satu sama lain (Efesus 5:21-6:9), ada empat contoh bagaimana kita tunduk yang
melibatkan hubungan di mana penyerahan adalah salah satu cara yang tidak
bersifat timbal balik: Istri kepada suami, gereja kepada Kristus, anak-anak ke-
pada orang tua, dan hamba atau budak kepada majikan. Suami tidak pernah
diperintahkan untuk tunduk kepada istri, atau Kristus kepada gereja, atau orang
tua kepada anak-anak, ataupun majikan kepada hamba. Otoritas dan kepatuhan
bekerja hanya dalam satu arah. Prinsip ini meliputi Kitab Suci, dan mencapai ke
surga (1 Kor 11:3). dan, dalam beberapa hal, menuju kekekalan (1 Kor. 15:28).
Kegiatan: Anjurkanlah UKSS agar membuat grafik yang merepresentasikan
hubungan dalam Kitab Suci yang melibatkan otoritas dan sikap tunduk, terma-
suk hubungan dalam kemanusiaan, antara bumi dan langit, dan di dalam kelu-
arga surgawi. Perhatikan ayat-ayat Alkitab yang mengidentifikasikan hubungan
tersebut. Amatilah bagaimana mereka itu sesuai dengan pola hubungan seperti
yang diidentifikasi oleh Petrus dalam pelajaran pekan ini

52 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Pelajaran 5 22–28 April*

Hidup Bagi Allah

SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 1 Ptr. 3:8–12; Gal.
2:20; 1 Ptr. 4:1, 2; Rm. 6:1–11; 1 Ptr. 4:3–11; 2 Sam 11:4.
Ayat Hafalan: “Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar,
dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, te-
tapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat” (1 Pe-
trus 3:12).

P
ara penulis Alkitab memahami realitas keberdosaan manusia. Bagaima-
na tidak? Dunia ini berbau dosa. Selain itu, mereka juga mengenal dosa
mereka sendiri (lihat 1 Tim. 1:15). Mereka juga tahu betapa seriusnya
dosa itu; setidaknya, memandang akibatnya—salib Yesus Kristus—untuk me-
nyelesaikan masalah dosa. Demikianlah betapa dalam dan meluasnya realitas
dosa itu sebenarnya.
Tetapi para penulis Alkitab juga sangat menyadari kuasa Kristus untuk
mengubah kehidupan kita dan menjadikan kita manusia baru di dalam Dia.
Pekan ini, Petrus melanjutkannya di jalur yang sama: Jenis kehidupan baru
yang orang Kristen akan temukan di dalam Kristus setelah mereka menyerah-
kan diri mereka kepada-Nya dan telah dibaptis. Bahkan, perubahan itu menjadi
begitu hebat sehingga orang lain akan memperhatikannya. Petrus tidak menga­
takan bahwa perubahan ini akan selalu mudah; malah, ia berbicara menge-
nai perlunya menderita secara badani (1 Ptr. 4:1) untuk memiliki kemenangan
yang dijanjikan kepada kita.
Petrus melanjutkan tema yang tersebar di seluruh Alkitab, realitas kasih da-
lam kehidupan orang yang percaya Yesus. “Kasih,” tulisnya, “akan menutupi
banyak sekali dosa” (1 Ptr. 4:8). Ketika kita mengasihi, ketika kita mengam-
puni, kita memantulkan apa yang telah dan sedang dilakukan Yesus bagi kita.

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 29 April.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 53


Minggu 23 April
Menjadi “Seia Sekata”
Bacalah 1 Petrus 3:8-12. Apakah pokok penekanan yang Petrus beri-
kan di sini tentang bagaimana orang Kristen seharusnya hidup? Apakah
yang dia ulangi yang telah ditulisnya dalam 1 Petrus 2:20, 21?
Petrus mulai memberitahu mereka semua untuk menjadi “seia sekata” (ho-
mofrones). Dia tidak berbicara tentang keseragaman, dalam arti setiap orang
harus berpikir, melakukan, dan percaya dengan cara yang tepat sama. Contoh
terbaik dari ide ini terdapat dalam 1 Korintus 12:1-26, di mana Paulus menun-
jukkan bahwa sama seperti tubuh terdiri dari anggota-anggota, seperti tangan
dan mata, tetapi masih memiliki kesatuan yang hakiki, demikian juga, gere-
ja terdiri dari individu-individu dengan karunia rohani yang berbeda. Namun
demikan, bahkan dengan perbedaan-perbedaan ini, mereka memiliki kesatuan
tujuan dan semangat dalam arti berfungsi bersama-sama untuk membentuk se-
buah komunitas yang bersatu.
Tentu saja, kesatuan tersebut tidak selalu mudah, karena sejarah gereja Kris-
ten secara luas (dan disayangkan) telah memperlihatkannya. Namun, setelah
peringatan ini, dia mengatakan kepada para pembacanya bagaimana mereka
dapat memperlihatkan dan menyampaikan impian orang Kristen ini.
Misalnya, orang Kristen harus bersimpati (1 Ptr. 3:8). Simpati berarti bah-
wa ketika seorang Kristen menderita, maka orang Kristen yang lain akan turut
menderita dengan mereka; ketika orang Kristen yang lain bergembira, orang
Kristen lainnya akan bersukacita dengan mereka (bandingkan dengan 1 Kor.
12:26). Simpati memungkinkan kita untuk melihat perspektif orang lain, se-
buah langkah penting dalam perjalanan kepada persatuan. Petrus kemudian
mengatakan kita harus “mengasihi saudara-saudara” (1 Ptr. 3:8). Yesus sendiri
mengatakan bahwa cara Anda dapat mengenali murid-murid-Nya yang sejati
adalah bahwa mereka saling mengasihi (Yoh. 13:35). Selanjutnya, Petrus me-
ngatakan bahwa orang Kristen memiliki hati yang penuh kasih sayang (1 Ptr.
3:8). Mereka memiliki belas kasihan terhadap kesulitan dan kegagalan satu
dengan yang lain.
“Salibkanlah diri; hargai orang lain lebih baik dari dirimu. Dengan demikian
Anda akan dibawa kepada kesatuan dengan Kristus. Di hadapan alam semesta
surgawi, dan di hadapan gereja dan dunia, Anda akan menyandang bukti yang
jelas bahwa Anda adalah putra dan putri Allah. Allah akan dimuliakan dalam
teladan yang Anda tetapkan.”—Ellen G. White, Testimonies for the Church,
jld. 9, hlm. 188.
Seberapa seringkah kita melakukan apa yang Petrus katakan di sini,
terutama bagian mengenai “janganlah membalas kejahatan dengan keja-
hatan” (1 Ptr. 3:9)? Kematian diri sendiri yang bagaimanakah yang harus
kita alami sesuai dengan ucapan ini? Bagaimanakah kita dapat memiliki
kematian yang demikian? (Lihat Gal. 2:20). 

54 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Senin 24 April
Menderita dalam Daging
Benar, Yesus mati untuk dosa-dosa kita, dan harapan kita akan keselamatan
hanya ditemukan di dalam Dia, di dalam kebenaran-Nya, yang menutupi kita
dan membuat kita diperhitungkan sebagai orang benar di mata Allah. Karena
Yesus, Anda “diterima di hadapan Allah bagaikan seorang yang tidak pernah
berdosa.”—Ellen G. White, Kebahagiaan Sejati, hlm. 72.
Tetapi kasih karunia Allah tidak berakhir hanya dengan ucapan, pernyataan
bahwa dosa-dosa kita telah diampuni. Allah juga memberikan kuasa untuk me-
ngalahkan dosa-dosa kita.
Bacalah 1 Petrus 3:18, 21; 1 Petrus 4:1, 2, juga Roma 6:1-11. Apakah
hubungan antara menderita dan kemenangan atas dosa?
______________________________________________________________
Ada satu kata pendek bahasa Yunani yang digunakan dalam 1 Petrus 3:18
yang menekankan hakikat pengorbanan Yesus yang menyeluruh. Yaitu kata
hapax, yang berarti “sekali untuk semua.” Petrus menggunakan hapax untuk
menekankan hakikat menyeluruh dari penderitaan Yesus dan kematian-Nya
bagi kita.
Frase “Jadi, karena” dalam 1 Petrus 4:1 menghubungkan 1 Petrus 4:1, 2
dengan apa yang baru saja dikatakan dalam 1 Petrus 3:18-22. Dalam ayat-
ayat sebelumnya, Petrus menunjukkan bahwa Kristus telah menderita untuk
dosa-dosa kita supaya Ia membawa kita kepada Allah (1 Ptr. 3:18), dan bahwa
“kamu sekarang diselamatkan oleh... baptisan” (1 Ptr. 3:21).
Maka Baptisan, barangkali adalah konteks terbaik untuk memahami kata-
kata Petrus “... karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia te-
lah berhenti berbuat dosa” (1 Ptr. 4: 1). Melalui baptisan, orang Kristen turut
serta dalam penderitaan dan kematian dan kebangkitan Yesus; orang Kristen
telah membuat pilihan “supaya waktu yang sisa... kamu pergunakan... menurut
kehendak Allah” (1 Ptr. 4:2). Ini dapat dicapai hanya dengan penyerahan diri
sehari-hari kepada Tuhan dan penyaliban “daging dengan segala hawa nafsu
dan keinginannya” (Gal. 5:24).
Dalam Roma 6:1-11, Paulus mengatakan bahwa pada saat baptisan, orang
Kristen bersama-sama dengan Yesus dalam kematian dan kebangkitan-Nya.
Pada saat dibaptis, kita telah mati bagi dosa. Yang kita butuhkan sekarang ada-
lah untuk membuat bahwa mati bagi dosa nyata dalam kehidupan kita. Per-
kataan Paulus, “Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: Bahwa kamu
telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (Rom.
6:11), memberitahukan rahasia kehidupan orang Kristen itu.
Kapan terakhir kali Anda dapati dirimu sendiri “menderita dalam da-
ging” untuk melawan dosa? Apakah yang jawabanmu katakan kepada-
mu tentang kehidupan Kristiani Anda?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 55


Selasa 25 April
Lahir Kembali
Di dalam Kristus, kita memiliki hidup baru, sebuah awal baru. Kita dilahir-
kan kembali. Jika hal ini memiliki arti, terutama bagi mereka yang telah mene-
rima Kristus setelah masa kanak-kanak, hal itu haruslah berarti bahwa mereka
akan hidup berbeda dari kehidupan mereka sebelumnya. Siapakah yang belum
mendengar kisah luar biasa dari mereka yang, berada di dunia, mengalami
transformasi radikal karena Yesus dan anugerah keselamatan-Nya?
Bahkan, setelah berbicara mengenai kematian diri sendiri dan kehidupan
baru yang kita miliki di dalam Yesus (setelah dibaptis dalam kematian dan
kebangkitan-Nya), Petrus kemudian berbicara mengenai jenis perubahan yang
seseorang akan alami.
Bacalah 1 Petrus 4:3-6. Perubahan apakah yang akan terjadi dalam
kehidupan seseorang, dan bagaimanakah orang lain menanggapi peru-
bahan tersebut?
Tiga istilah yang Petrus gunakan berhubungan dengan penyalahgunaan al-
kohol yaitu “anggur yang berlebihan”(KJV) atau “kemabukan”, “pesta pora,”
dan “perjamuan minum” atau “berpesta minum-minum”(NRSV). Dengan
menggunakan istilah modern, hari-hari berpesta telah usai. Bahkan, menu-
rut Petrus, perubahan yang dialami orang Kristen haruslah sebegitu hebatnya
sehingga mereka yang mengetahui masa lalu orang Kristen itu akan “heran”
karena ia tidak turut bersama-sama mereka di dalam ketidaksenonohan yang
sama. (1 Ptr. 4:4). Dengan demikian, kita dapat lihat di sini suatu kesempatan
bersaksi kepada orang-orang tidak percaya tanpa harus berkhotbah. Suatu ke-
hidupan Kristen yang saleh dapat menjadi sebuah kesaksian yang lebih hebat
daripada semua khotbah di dunia.
Apakah yang Petrus katakan dalam ayat-ayat ini mengenai pengha-
kiman?
______________________________________________________________
Di sini, seperti di tempat lain dalam Alkitab (Yoh. 5:29; 2 Kor. 5:10; Ibr.
9:27), Petrus menjelaskan bahwa suatu hari akan ada penghakiman untuk per-
buatan yang dilakukan “menurut keinginan manusia” (1 Ptr. 4:2). Ketika Pe-
trus berbicara tentang Injil yang “diberitakan juga kepada orang-orang mati”
(1 Ptr. 4:6), ia mengatakan bahwa bahkan di masa lalu, orang-orang yang seka-
rang sudah mati memiliki, ketika mereka masih hidup, kesempatan untuk me-
ngenal anugerah Tuhan yang menyelamatkan. Dengan demikian, Allah dengan
adil dapat menghakimi mereka juga.
Sebagai orang percaya di dalam Yesus, apakah perbedaan kehidupan
Anda sekarang dibandingkan dengan kehidupan ketika Anda belum per-
caya kepada-Nya? Perbedaan apakah yang Yesus telah buat di dalam ke-
hidupanmu?

56 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Rabu 26 April
Dosa Daging
Dalam memberikan daftar hal-hal yang salah yang orang-orang telah laku-
kan di masa lalu, dan bahwa mereka berhenti melakukannya setelah menjadi
umat percaya kepada Yesus, Petrus juga memberikan daftar apa yang dapat
disebut “dosa seksual.”
Baca lagi 1 Petrus 4:3. Apa lagikah yang Petrus cantumkan di sana?
______________________________________________________________
Dua kata yang khusus memiliki konotasi seksual: “Hawa nafsu” (aselgeia,
yang berarti “sensualitas”) dan “keinginan” (epitumia, yang berarti “nafsu”
atau “gairah”).
Meskipun, semuanya terlalu mudah bagi orang Kristen untuk memberikan
kesan yang salah tentang seksualitas. Alkitab tidak menentang seks. Sebalik-
nya, Allah menciptakan seks, dan Dia memberikan seksualitas kepada umat
manusia untuk menjadi berkat yang besar. Seksualitas ada di Eden, pada mu-
lanya. “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya
dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mere-
ka keduanya telanjang, manusia dan istrinya itu, tetapi mereka tidak merasa
malu”(Kej. 2:24, 25). Hal itu menjadi salah satu bahan utama yang akan mem-
persatukan suami dan istri dalam komitmen seumur hidup yang membentuk
latar belakang terbaik untuk membesarkan anak-anak. Dan kedekatan dan ke-
intiman ini akan menjadi cerminan juga dari apa yang Tuhan usahakan dengan
umat-Nya (lihat Yeremia 3, Yehezkiel 16, Hosea 1-3).
Pada tempatnya yang benar, antara seorang pria dan seorang wanita dalam
pernikahan, seksualitas adalah berkat yang besar; di tempat yang salah, da-
lam konteks yang salah, hal itu dapat menjadi salah satu kekuatan terbesar
yang merusak di dunia. Konsekuensi langsung yang sangat menghancurkan
dari dosa ini di luar perhitungan manusia. Siapakh di antara kita yang tidak
tahu mengenai kehidupan yang hancur karena penyalahgunaan karunia yang
indah ini?
Apakah persamaan yang ada di ayat-ayat berikut ini? 2 Sam. 11:4; 1
Kor. 5:1; Kej. 19:5; 1 Kor. 10:8.
Tentu saja, tanpa Alkitab pun seseorang dapat mengetahui sakitnya dan pen-
deritaan yang disebabkan oleh dosa ini.
Namun, kita harus berhati-hati juga. Memang, dosa jenis ini dapat memiliki
efek negatif yang kuat kepada masyarakat, dan masyarakat cenderung tidak
menyukainya. Tetapi dosa adalah dosa, dan kematian Kristus mencakup dosa
seksual juga. Sebagai seorang Kristen, Anda harus berhati-hati, terutama di
daerah yang sensitif ini, untuk memastikan bahwa Anda “keluarkanlah dahulu
balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluar-
kan selumbar itu dari mata saudaramu” (Luk. 6:42).

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 57


Kamis April 27
Kasih Menutupi Segalanya
Di zaman Petrus pun, orang Kristen hidup dengan harapan Yesus akan da-
tang segera dan kesudahan dunia ini. Kita mengetahui hal ini karena dalam
1 Petrus 4:7 ia menulis: “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu
kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa” (1 Ptr. 4:7).
Dengan kata lain, bersedialah untuk kesudahannya. Dalam arti yang sangat
jelas juga, “kesudahan” itu, sejauh yang masing-masing kita pikirkan, adalah
tidak lebih dari sesaat setelah kita mati. Kita menutup mata kita dalam kema-
tian, dan—apakah ribuan tahun berlalu, atau hanya beberapa hari saja—hal
berikutnya yang kita ketahui adalah kedatangan Yesus yang kedua dan kesu-
dahan dunia ini.
Menurut Petrus, karena “kesudahan segala sesuatu” sudah dekat, ba-
gaimanakah seharusnya kehidupan orang Kristen itu? Lihat 1 Petrus.
4:7-11.
______________________________________________________________
Selain tekun dan berjaga-jaga dalam doa, orang Kristen hendaklah menga-
sihi ”sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak
sekali dosa” (1 Ptr. 4:8).
Apakah artinya hal itu? Bagaimanakah kasih menutupi dosa? Kuncinya ter-
dapat di ayat yang Petrus kutip, Amsal 10:12, yang berbunyi: “Kebencian me-
nimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran.” Ketika
kita saling mengasihi, kita lebih rela dan mudah mengampuni mereka yang
menyakiti kita, yang menyinggung perasaan kita. Kasih Kristus menyebabkan
Ia mengampuni kita; kasih kita haruslah menuntun kita untuk mengampuni
orang lain. Di mana kasih berlimpah, pelanggaran kecil, dan bahkan beberapa
yang besar, lebih mudah diabaikan dan dilupakan.
Petrus tentunya mengungkapkan ide yang sama seperti Yesus dan Paulus,
yang mengatakan bahwa seluruh hukum Taurat tercakup dalam tanggung ja-
wab untuk mengasihi Allah dengan segenap hati kita dan mengasihi sesama
kita seperti diri kita sendiri (Mat. 22:34-39; Rm. 13:8-10).
Petrus juga mendorong orang Kristen untuk ramah. Kedatangan Kedua
mungkin sudah dekat, dan orang Kristen seharusnya tidak menarik diri dari
hubungan sosial karena hal tersebut. Pastinya, ketika orang Kristen berbicara,
mereka harus melakukan juga yang demikian sebagai orang-orang yang berbi-
cara Firman Allah. Dengan kata lain, gentingnya waktu itu menuntut komuni-
kasi yang serius tentang kebenaran-kebenaran rohani.
“Kasih menutupi banyak sekali dosa.” Siapakah yang bersalah kepa-
damu? Bagaimanakah Anda dapat menunjukkan kasih yang diperlukan
untuk “menutupi” pelanggaran itu? Mengapakah adalah untuk keun-
tunganmu sendiri bila melakukannya?

58 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Jumat 28 April
Pendalaman: “Kasih yang panjang sabar dan baik hati tidak akan memper-
besar suatu perbuatan yang kurang bijaksana menjadi suatu pelanggaran yang ti-
dak dapat diampuni, tidak juga akan melakukan keburukan atas milik orang lain.
Kitab Suci dengan jelas mengajarkan bahwa mereka yang sesat harus diperla-
kukan dengan sabar dan pertimbangan. Jika jalan yang benar diikuti, hati yang
tampaknya tidak menurut dapat dimenangkan bagi Kristus. Kasih Yesus menu-
tupi banyak dosa. Kasih karunia-Nya tidak pernah mengarah kepada membong-
kar kesalahan orang lain, kecuali hal itu diyakini untuk maksud baik”—Ellen
G. White, Counsels to Parents, Teachers, and Students, hlm. 267. Pikirkanlah,
misalnya, mengenai Yesus dan wanita yang tertangkap dalam perzinaan (Yoh.
8:1-11). Kita biasanya melihat hal ini sebagai kisah kasih karunia Kristus kepa-
da seorang wanita yang telah jatuh, dan itu benar. Tetapi ada unsur yang lebih
dalam juga. Dalam menghadapi pemimpin agama yang membawa perempuan
itu kepada-Nya, mengapa Yesus menuliskan “rahasia-rahasia kesalahan dari ke-
hidupan mereka sendiri” (Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 73) di
tanah, di mana tulisan itu akan segera lenyap? Mengapa Dia tidak secara terbu-
ka menuduh mereka, menyatakan dihadapan semua orang apa yang Dia keta-
hui tentang dosa-dosa mereka sendiri, yang mungkin seburuk atau bahkan lebih
buruk dari wanita itu? Sebaliknya, Yesus menunjukkan kepada mereka bahwa
Dia tahu kemunafikan dan kejahatan mereka, namun tidak akan mengekspos
kepada orang lain. Mungkin inilah cara Yesus sendiri menjangkau orang-orang
ini, menunjukkan kepada mereka Dia tahu tujuan mereka dan dengan demikian
memberi mereka kesempatan untuk diselamatkan. Apakah pelajaran yang tegas
bagi kita ketika kita harus menghadapi orang-orang yang telah berbuat salah.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:


1. Pikirkanlah lebih dalam pertanyaan mengenai persatuan ketika di-
bandingkan dengan keseragaman. Adakah area di mana kita perlu
berada dalam kesatuan pemikiran yang utuh agar dapat berfungsi se-
bagai gereja? Jika demikian, dalam hal apa sajakah, dan bagaimana
kita dapat menemukan keseragaman yang diperlukan itu? Sebalik-
nya, di area apa sajakah di mana perbedaan pendapat tidak memba-
hayakan tetapi, justru, bisa membantu?
2. Apakah yang menjadi pengalamanmu sendiri dengan konsep perlu-
nya “menderita dalam daging” untuk berhenti dari dosa? Apakah ar-
tinya hal itu? Apakah kuasa Allah dalam hidup kita untuk mengubah
kita berarti secara otomatis bahwa kita tidak menderita dalam daging
untuk memiliki kemenangan? Jika tidak, mengapa tidak?
3. Lihatlah kehancuran yang disebabkan alkohol dalam kehidupan ba-
nyak orang. Apakah yang dapat kita lakukan sebagai gereja untuk
menolong orang lain melihat bahaya minuman ini? Apakah yang da-
pat kita lakukan untuk membuat orang-orang muda kita menyadari
kesalahan yang terjadi juga hanya dengan bereksperimen dengan zat
yang dapat menyakiti mereka sedemikian mengerikan?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 59


PENUNTUN GURU

Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 1 Petrus 3:8, 9; 4:7, 8
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Memahami bahwa menghidupkan kehidupan yang penuh
cinta, harmonis, kerendahan hati, dan kasih sayang adalah prioritas utama
setiap orang percaya.
Merasakan: Merasakan suatu tanggung jawab untuk meneladani contoh
yang diberikan Yesus dalam hidup bagi orang lain.
Melakukan: Memilih untuk menerima panggilan Kristus untuk menjalani
prinsip-prinsip pemerintahan Allah, di mana kasih adalah prinsip utama dan
yang mendasar.

ÂÂGaris-garis Besar Pelajaran:


I. Mengetahui: Hidup dan Mengasihi
A. Apakah lima imperatif yang “akhirnya” diperintahkan Petrus kepa-
da para pembacanya dalam 1 Petrus 3:8?
B. Apakah tiga imperatif yang ditambahkan Petrus dalam 1 Petrus 4:
7, 8 di dalam pandangan tentang fakta bahwa akhir dari segala se-
suatu sudah dekat? Manakah yang “tertinggi”?
II. Merasakan: Mengalami Belas Kasihan Kristus
A. Apakah yang penting agar dapat mengalami empati, cinta, dan ka-
sih sayang bagi orang lain (1 Ptr. 3:8)?
B. Apakah artinya “saling mencintai secara mendalam” (1 Ptr. 4:8,
NIV)?
III. Melakukan: Menerima Panggilan Allah
A. Kepada apakah Petrus mengatakan (di dalam 1 Ptr. 3:9). Kita di-
panggil, sehingga kita dapat mewarisi berkat?
B. Dalam konteks apakah Petrus memerintahkan para pembacanya
untuk memiliki pikiran yang jernih dan mengendalikan diri sehing-
ga mereka dapat berdoa (1 Ptr. 4:7)?
Ringkasan: Petrus mengimbau para pembacanya, dalam konteks pengha-
kiman yang segera, untuk menghidupkan kehidupan hingga seperti kehidupan
Kristus, meneladani cinta, simpati, kerendahan hati, harmonis, dan kasih sa-
yang, di antara karakter yang baik lainnya bahwa ia memberikan pujian kepada
pembacanya. Ia memandang model standar ini sebagai panggilan Tuhan dalam
kehidupan seorang Kristen, yang menghasilkan berkat Tuhan.

60 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU

Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 1 Petrus 4:1, 2
Kunci Utama Untuk Pertumbuhan Rohani: Yesus adalah teladan kita dalam
segala hal. Penderitaan yang dialami-Nya memampukan Dia untuk mengalah-
kan dosa (bandingkan dengan Ibr. 2:10; 5:8, 9). Penderitaan kita atas nama-Nya
akan memampukan kita juga untuk menang, jika kita belajar dan bertumbuh
dari pengalaman kita. Petrus menyatakan, “karena barangsiapa telah menderi-
ta penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa” (1 Ptr. 4:1). Pengalaman
pertumbuhan ini sangat jelas dalam konteks melakukan apa yang benar (1 Ptr.
2:20, 21; 3:14, 17). Orang tidak menderita karena melakukan apa yang benar se-
mentara pada saat yang sama menghargai kebiasaan berdosa. Hanya orang yang
berkomitmen untuk menjauhkan dosa dari kehidupan bersedia menderita karena
melakukan apa yang benar. Peringatan ini harus berfungsi sebagai pendorong
bagi para pembaca surat Petrus yang sedang mengalami penderitaan karena ke-
setiaan terhadap keyakinan mereka.
Untuk Guru: Banyak perdebatan yang telah dilancarkan terhadap konteks
penderitaan yang dimaksudkan oleh Petrus. Apakah itu hanya merupakan ke-
kerasan lisan, fitnah, dan pembicaraan yang berbahaya? Atau apakah itu juga
mencakup kekerasan fisik? Poin Petrus tidak difokuskan pada jenis pengania-
yaan tetapi mengapa terjadi penganiayaan. Karen Jobes mencatat bahwa bagi
Petrus, “takdir Kristus adalah juga merupakan takdir orang Kristen.” Mengenai
penyebab mengapa terjadi penganiayaan, ia mengamati, “Rasul itu dengan sak-
sama menetapkan jenis penderitaan dalam arti yang disebabkan hanya oleh ka-
rena memikul nama Kristus (4:14-16).”—1 Peter (Grand Rapids, Mich.: Baker
Academic, 2005), hlm. 45.
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS membaca 1 Petrus 3: 13-17 secara bersa-
ma-sama. Diskusikan apa yang diharapkan Petrus dari para pembacanya dalam
hal perilaku mereka sebagai saksi kepada orang-orang kafir. Kuncinya bagi me-
reka adalah untuk “menguduskan Kristus sebagai Tuhan” (1 Ptr. 3:15) di dalam
hati mereka dan untuk menjaga “hati nurani yang murni, supaya mereka, yang
memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu kare-
na fitnahan mereka itu” (1 Ptr. 3:16).

ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Dalam pasal 3, ayat 8 dan 9, dari suratnya yang pertama, Pe-
trus menyimpulkan pembahasannya tentang bagaimana hidup di dalam dunia,
yang dimulai dalam pasal 2, ayat 11. Yang ditutup dengan ungkapan kepada de
telos (yang berarti “akhirnya,” “dalam kesimpulan,” atau “dalam ringkasan”),
Ia memohon kepada semuanya untuk menghidupkan kehidupan yang harmonis,
simpati, cinta, kasih sayang, dan kerendahan hati. Orang beriman jangan mem-
balas kejahatan dengan kejahatan atau penghinaan atas penghinaan. Sebaliknya,
Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 61
PENUNTUN GURU
mereka menerima berkat, karena mereka telah dipanggil kepada cara hidup se-
perti ini agar mereka bisa mewarisi berkat. Semua yang mengikuti, hingga ke
“Amin” pada akhir 1 Petrus 4:11, dalam konteks ini.

Komentar Alkitab
I. Mewarisi Berkat
(Tinjau Kembali 1 Petrus 3:8-12 Bersama UKSS Anda.)
Setelah meminta para pembacanya untuk menghidupkan kehidupan yang me-
nyerupai Kristus, Petrus mengutip dari Mazmur 34:12-16 untuk menjelaskan
bagaimana seseorang dapat mewarisi berkat bahkan ketika menghadapi perla-
wanan dari orang yang jahat. Rahasianya ada dua: Pertama, seseorang harus ber-
balik (beralih) dari membicarakan dan melakukan yang jahat dan, sebaliknya,
berbuat baik, mengejar kedamaian (1 Ptr. 3:10, 11). Kedua, kita harus percaya
bahwa Tuhan mendengar doa orang yang benar dan membela mereka dalam
menentang orang yang berbuat jahat (1 Ptr. 3:12). Daud, yang menulis Mazmur
34 saat melarikan diri dari orang-orang yang ingin menghancurkannya, belajar
bagaimana untuk percaya kepada Allah dan membalas kejahatan dengan kebaik-
an. Bacalah seluruh Mazmur dan renungkanlah perlakukan baik Daud terhadap
musuhnya, Raja Saul, dan berkat yang diwarisi Daud.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Apakah yang saya lakukan dalam hubungan
saya yang akan mengarahkan saya untuk mewarisi berkat?

II. Baptisan: Mati dalam Tubuh, Hidup dalam Roh


(Tinjau Kembali 1 Petrus 3:18-22 Bersama UKSS Anda.)
Bagian yang sulit ini mengharuskan kita untuk tidak melupakan poin utama
karena masalah yang disinggung dan yang diperkenalkan Petrus. Kristus telah
mati karena dosa-dosa kita untuk membawa kita kepada Allah; dan baptisan
melambangkan bahwa kita telah mati kepada dosa untuk membawa kita kepa-
da hidup yang baru di dalam Roh. Melalui baptisan kita ikut secara simbolis
mati di dalam kematian Kristus, bangkit kepada hidup baru (bandingkan dengan
Roma 6:3, 4). Baptisan menyelamatkan kita, bukan dengan proses eksternal ya-
itu dengan cara mencuci kotoran dari tubuh, tetapi oleh kebangkitan Kristus dan
komitmen kita untuk memiliki hati nurani yang bersih di hadapan Allah (1 Ptr.
3:21, 22).
Bagian yang sulit dari ayat itu, terdapat dalam ayat 19 dan 20, yang memper-
kenalkan cerita tentang air bah dalam rangka untuk membentuk gagasan tentang
bahtera Nuh sebagai lambang bagi baptisan (1 Ptr. 3:21). “Roh-roh dalam pen-
jara” merujuk pada masa sebelum air bah, yang “tidak taat kepada Allah, ketika
Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahtera-
nya,” (1 Ptr. 3:20). Kristus memberitakan Injil dalam Roh “kepada mereka yang
mati” melalui pemberitaan Nuh sehingga akan ada dasar untuk penilaian mereka
(1 Ptr. 4:6). Mereka disebut sebagai roh dalam penjara karena itulah kiasan yang
dimiliki atau disediakan untuk penghakiman pada hari terakhir (bandingkan de-
ngan 2 Ptr. 2:4, 9; Yudas 6; Wahyu 20:1-3).
62 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus
PENUNTUN GURU

Pertimbangkanlah Hal Ini: Bagaimanakah saya harus menanggapi pem-


beritaan tentang Kristus di dalam Roh melalui agen-Nya? Apakah yang dapat
saya lakukan untuk bekerja sama dengan Tuhan untuk memastikan bahwa hasil
tanggapan saya atas keselamatan, hal-hal yang sifatnya berlawanan dengan diri
saya dicadangkan untuk penghakiman?
III. Hidup dalam Sudut Pandang Penghakiman
(Tinjau Kembali 1 Ptr. 4:7-11 Bersama UKSS Anda.)
Sekarang Petrus menutup bagian tentang bagaimana untuk hidup sebagai
pendatang dan orang asing di dunia. Dia mengajak para pembacanya untuk sa-
dar akan penghakiman eskatologis: “ Kesudahan segala sesuatu sudah dekat,” (1
Ptr. 4:7). Dalam pandangan tentang penghakiman ini, Petrus mengimbau untuk
memelihara kejernihan pikiran yang dibutuhkan untuk doa yang efektif dan, di
atas segalanya, untuk memiliki kasih yang mendalam satu sama lain. Dia me-
narik dari Amsal 10:12, yang menyatakan bahwa kasih menutupi banyak se-
kali dosa (bandingkan dengan Yakobus 5:20), artinya “tidak memperhitungkan
kejahatan yang dilakukan untuk itu [itu tidak memperhatikan kesalahan yang
dideritanya]” (1 Korintus 13:5, AMPC). Allah memperlakukan orang percaya
dengan kasih yang tidak berkurang. Oleh karena itu, tanggung jawab kita, ada-
lah untuk “melayani orang lain, sebagai penatalayanan kasih karunia Allah yang
setia dalam berbagai bentuk” (1 Ptr. 4:10, NIV). Pelayanan ini harus diberikan
“da dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan da-
lam segala sesuatu karena Yesus Kristus” (1 Ptr. 4:11).
Pertimbangkanlah Hal Ini: Apakah bukti dalam hidup saya yang menun-
jukkan bahwa saya hidup dengan merasakan bahwa penghakiman itu sudah de-
kat? Bagaimanakah saya akan hidup jika saya percaya bahwa setiap hari meru-
pakan hari terakhir saya?
Pertanyaan Diskusi:
;; Apakah berkat yang sudah kita terima karena kita telah melakukan apa yang
benar dan memercayai Allah dengan hasilnya?
;; Menurut 1 Petrus 3:12 dan 4:7, peran apakah yang dimainkan oleh doa di
bandingkan bagi orang percaya untuk hidup dengan kesadaran akan peng-
hakiman yang sudah dekat?

ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Orang-orang Kristen sering disalahpahami oleh tetangga me-
reka dan di dalam masyarakat mereka. Pertemuan-pertemuan mereka sering di-
anggap sebagai upacara rahasia karena mereka berkumpul di rumah pribadi dan
menyembah dengan cara yang tidak biasa. Karena mereka memakan “tubuh”
dan minum “darah” dari seseorang yang mereka sembah dalam perayaan Perja-
muan Tuhan, mereka dituduh kanibal. Karena mereka memanggil satu sama lain
sebagai “saudara laki-laki” dan “saudara perempuan,” merayakan “pesta kasih,”
dan mencium satu sama lain bagaikan anggota keluarga dengan “ciuman kasih”

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 63


PENUNTUN GURU
(1 Ptr. 5:14), mereka juga dituduh mempraktikkan hubungan inses dan berba-
gai kejahatan tidak bermoral lainnya. Mengingat kesalahan akan gambaran ini,
Petrus ingin agar orang yang beriman merepresentasikan Kristen dengan benar
di hadapan sesama mereka sehingga tidak akan ada kesalahpahaman atau dasar
untuk memberikan tuduhan yang salah. Namun, Kristus dijatuhi hukuman mati,
meskipun la tidak bersalah atas kejahatan apa pun; orang beriman tidak harus
mengharapkan untuk diperlakukan dengan lebih baik.
Pertanyaan Pemikiran:
;; Bagaimanakah saya bisa dipermalukan melalui tuduhan palsu atas perilaku
atau keyakinan saya?
;; Bagaimanakah cara saya hidup dalam kesadaran akan singkatnya hidup dan
penghakliman yang sudah dekat?
Kegiatan: Mintalah UKSS untuk mendiskusikan persepsi masyarakat ten-
tang Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dan adanya kemungkinan kesalahpa-
haman terhadap orang-orang Advent. Bagaimanakah langkah-langkah proaktif
yang bisa diambil untuk menghindari atau memperbaiki kesalahpahaman ter-
sebut? Bagaimanakah kita dapat mewakili Kristus dan gereja-Nya lebih efektif
kepada masyarakat?

ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Banyak yang berjuang agar dapat diterima di lingkungan me-
reka atau yang menghadapi kesulitan dalam situasi sosial mereka mendapati
diri mereka berhadapan dengan masalah harga diri atau bahkan depresi. Mereka
yang spesialis dalam psikologi telah mengamati bahwa salah satu cara terbaik
untuk menangani masalah ini adalah menjangkau dan melayani orang lain. Su-
kacita dan kepuasan dalam melayani orang lain yang mungkin saja lebih buruk
dari kebutuhan diri sendiri memberikan dorongan kimiawi otak—seperti endor-
fin, dopamin, dan oxytocin—yang meningkatkan rasa kenikmatan seseorang,
kebahagiaan, dan kepuasan, dan membantu untuk mengurangi rasa sakit dan
stres. Manfaat bagi diri muncul ketika orang-orang yang telah melayani me-
nyampaikan penghargaan mereka. Petrus menasehati agar mengasihi satu sama
lain secara mendalam, untuk menawarkan keramahan kepada satu sama lain
tanpa mengeluh, dan menggunakan apapun anugerah yang telah diterima un-
tuk melayani orang lain adalah sangat sejalan, ini berarti mencapai berkat yang
dijanjikan.
Kegiatan: Doronglah UKSS untuk membuat daftar imperatif (sesuatu yang
harus) dan perintah dalam 1 Petrus 3:8-4:11, bersama daftar lainnya tentang
manfaat dan berkat yang dapat diharapkan oleh seseorang untuk ditambahkan
sebagai hasil menjalankan petunjuk. Diskusikan satu atau dua tindakan yang
dapat diambil oleh UKSS dalam rangka menerapkan nasihat-nasihat yang dite-
mukan dalam pelajaran ini.

64 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Pelajaran 6 29 April–5 Mei*

Menderita Karena Kristus

SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 1 Ptr. 1:6; 3:13–22; 2
Tim. 3:12; 1 Ptr. 4:12–14; Why. 12:17; 1 Ptr. 4:17–19
Ayat Hafalan: “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus-
pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan ba-
gimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (1 Petrus 2:21).

S
ejarah penganiayaan di beberapa abad pertama Kekristenan sudah ba-
nyak orang yang tahu. Alkitab sendiri, terutama kitab Kisah Para Rasul,
memberikan sekilas apa yang akan terjadi pada gereja. Penganiayaan,
dengan penderitaan yang disebabkannya, juga jelas merupakan realitas kehi-
dupan orang Kristen saat itu kepada siapa Petrus mengirimkan suratnya.
Pada pasal pertama, Petrus berkomentar bahwa “sekalipun sekarang ini
kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud se-
muanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu—yang jauh lebih
tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan
api—sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan
pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya” (1 Ptr. 1:6, 7). Komentar terak-
hir dalam suratnya juga hampir berhubungan dengan ide yang sama: “Dan Al-
lah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus
kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguat-
kan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya” (1
Ptr. 5:10).
Di dalam suratnya yang pendek, sekurang-kurangnya ada tiga perikop pan-
jang yang berhubungan dengan penderitaan dari pembaca suratnya karena
Kristus (1 Ptr. 2:18-25; 3:13-21; 4:12-19). Dengan demikian, bagaimanapun
pertimbangannya, penderitaan yang disebabkan oleh karena penganiayaan
menjadi tema utama 1 Petrus, dan itulah yang akan kita bahas.

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 6 Mei.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 65


Minggu 30 April
Penganiayaan Orang Kristen yang Mula-mula
Bacalah 1 Petrus 1:6; 5:10. Hal apakah yang Petrus bicarakan, dan ba-
gaimanakah dia beritahukan kepada pembacanya menanggapi apa yang
mereka sedang hadapi?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Selama beberapa abad pertama, menjadi seorang Kristen saja bisa menga-
kibatkan kematian yang mengerikan. Sebuah surat yang dikirim kepada Kai-
sar Romawi Trianus menggambarkan bagaimana gentingnya keamanan orang
Kristen yang mula-mula. Surat itu dari Plinius, yang pada saat menulis adalah
gubernur Pontus dan Bitinia (111-113 M.), dua daerah yang disebutkan dalam
1 Petrus 1:1.
Plinius menulis kepada Trianus meminta tuntunan sehubungan dengan apa
yang harus dilakukan kepada mereka yang dituduh karena mereka orang Kris-
ten. Dia menjelaskan bahwa mereka yang dengan tegas mengatakan bahwa
mereka adalah orang Kristen yang telah dia eksekusi. Yang lainnya menga-
takan bahwa memang mereka dulunya adalah orang Kristen, sekarang tidak.
Plinius membolehkan mereka untuk membuktikan bahwa mereka tidak bersa-
lah dengan menyuruh mereka mempersembahkan dupa ke patung Trianus dan
dewa-dewa lain dan mengutuk Yesus.
Menyembah seorang kaisar yang masih hidup jarang dipraktikkan di Roma,
namun demikian di bagian timur Kekaisaran Romawi ke mana kitab 1 Petrus
dikirimkan, kaisar dibolehkan dan kadang-kadang memprakarsai pengatur-
an tempat pemujaan bagi diri mereka sendiri. Di beberapa tempat, pemujaan
ini memiliki imam dan mazbah untuk pengorbanan. Ketika Plinius menyuruh
orang Kristen untuk menunjukkan kesetiaan mereka kepada Kekaisaran de-
ngan mempersembahkan dupa dan menyembah patung kaisar, ia mengikuti
praktik yang sudah berlangsung lama di Asia Kecil.
Ada saat-saat di abad pertama di mana orang Kristen menghadapi bahaya
yang serius hanya karena menjadi orang Kristen. Hal ini terutama terjadi di
bawah Kaisar Nero (54-68 M) dan Domitianus (81-96 M).
Sekalipun, penganiayaan yang digambarkan dalam 1 Petrus lebih bersifat
lokal. Contoh-contoh spesifik dari penganiayaan yang Petrus maksudkan ha-
nya sedikit dalam suratnya, tetapi kemungkinan hal itu termasuk difitnah (1
Ptr. 2:12) dan dicela dan dihina (1 Ptr. 3:9; 4:14). Di saat ujian yang berat,
tampaknya tidak berakibat pada pemenjaraan yang meluas atau kematian, seti-
daknya pada saat itu. Meskipun demikian, hidup sebagai seorang Kristen dapat
menempatkan orang-orang percaya bertentangan dengan unsur-unsur penting
dalam masyarakat abad yang mula-mula secara luas, mereka dapat menderita
karena keyakinannya. Dengan demikian, Petrus sedang membicarakan masa-
lah yang serius ketika dia menulis surat yang pertama ini.

66 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Senin 1 Mei
Penderitaan dan Teladan Kristus
Bacalah seluruh 1 Petrus 3:13-22. Bagaimanakah seharusnya orang
Kristen membalas mereka yang akan mendatangkan kepada mereka pen-
deritaan karena imannya? Apakah hubungan antara penderitaan Yesus
dan penderitaan yang dialami oleh orang-orang percaya karena iman-
nya?
Ketika Petrus mengatakan, “tetapi sekalipun kamu harus menderita juga
karena kebenaran, kamu akan berbahagia” (1 Ptr. 3:14), yang dilakukannya
adalah menggemakan ucapan Yesus: “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh
sebab kebenaran”(Mat. 5:10). Dia kemudian mengatakan bahwa orang Kristen
tidak perlu takut kepada orang-orang yang menyerang mereka, tetapi mereka
harus menguduskan (menghormati) Kristus sebagai Tuhan di dalam hatimu (1
Ptr. 3:15). Penegasan adanya Yesus di dalam hati akan menolong untuk gigih
melawan rasa takut yang mereka hadapi dari penentang-penentang mereka.
Dia kemudian menyarankan supaya orang Kristen harus selalu dapat menje-
laskan harapan yang mereka miliki itu, tetapi melakukannya dengan cara yang
menarik—dengan lemah lembut dan hormat (lihat 1 Ptr. 3:15, 16).
Petrus menegaskan bahwa orang Kristen harus memastikan bahwa mereka
tidak memberikan orang lain alasan menuduh mereka. Mereka harus menjaga
hati nuraninya yang murni (1 Ptr. 3:16). Hal ini penting, karena kemudian me-
reka yang memfitnah orang Kristen akan mendapat malu oleh kehidupan orang
Kristen yang sedang difitnah yang kehidupannya tidak bersalah.
Jelas sekali, tidak ada manfaatnya menderita karena berbuat jahat (1 Ptr.
3:17). Penderitaan karena berbuat baiklah, karena melakukan hal yang benar,
yang membuat perbedaan krusial. “Sebab lebih baik menderita karena berbuat
baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat”
(1 Ptr. 3:17).
Petrus kemudian menggunakan teladan Yesus. Kristus sendiri menderita un-
tuk orang-orang benar milik-Nya; kekudusan dan kemurnian kehidupan-Nya
berdiri sebagai teguran terus-menerus bagi mereka yang membenci-Nya. Jika
ada seseorang yang menderita karena berbuat benar dan bukan yang salah,
dialah Yesus.
Dan penderitaan-Nya juga menghasilkan satu-satunya sarana keselamatan.
Dia mati demi orang-orang berdosa (“benar untuk orang-orang yang tidak be-
nar,” 1 Ptr. 3:18), supaya mereka yang percaya kepada-Nya akan memperoleh
janji hidup kekal.
Pernahkah Anda menderita, bukan karena Anda telah berbuat salah,
tetapi karena Anda telah melakukan yang benar? Bagaimanakah penga-
laman itu, dan apakah yang Anda pelajari tentang artinya menjadi seo-
rang Kristen dan memantulkan tabiat Kristus?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 67


Selasa 2 Mei
Api Siksaan
Bacalah 1 Petrus 4:12-14. Mengapakah Petrus mengatakan bahwa ja-
ngan heran jika kamu harus menderita? Lihat juga 2 Tim. 3:12; Yoh.
15:18.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Petrus menjelaskan bahwa menderita aniaya karena menjadi orang Kristen
ambil bagian dalam penderitaan Kristus. Hal itu bukanlah sesuatu yang kebe-
tulan. Sebaliknya, seperti yang Paulus tuliskan: “Memang setiap orang yang
mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2 Tim.
3:12). Yesus sendiri memperingatkan para pengikut-Nya mengenai apa yang
mereka akan hadapi: “Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa,
dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku,
dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan sa-
ling membenci” (Mat. 24:9-10).
Menurut Ellen G. White: “Demikianlah akan jadi kepada semua orang yang
akan hidup saleh dalam Kristus Yesus, aniaya dan hinaan menunggu semua
orang yang diilhami dengan Roh Kristus. Sifat dari aniaya itu berubah beru-
lang kali, tetapi prinsip itu—roh yang mendasarinya—adalah sama yang telah
membunuh umat pilihan Tuhan sejak zaman Habel.”—Alfa dan Omega, jld.
7, hlm. 486.
Bacalah Wahyu 12:17. Apakah yang dikatakannya mengenai realitas
penganiayaan bagi orang Kristen di akhir zaman?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Sudah pasti, bagi seorang Kristen yang setia, penganiayaan dapat menjadi
kenyataan yang terus ada, itulah yang Petrus maksudkan di sini dalam mem-
peringatkan pembacanya mengenai “api siksaan” yang mereka hadapi.
Api adalah kiasan yang baik. Api dapat merusak, tetapi dapat juga mem-
bersihkan kotoran. Hal itu tergantung pada apa yang dialami api itu. Rumah-
rumah dihancurkan oleh api; perak dan emas dimurnikan olehnya. Meskipun
kita tidak boleh dengan sengaja mendatangkan penganiayaan, Tuhan dapat
mendatangkan kebaikan darinya. Itulah sebabnya, Petrus mengatakan kepa-
da para pembacanya (dan kepada kita): Benar, penganiayaan itu buruk, tetapi
jangan kecewa olehnya kalaupun hal itu terjadi tanpa diharapkan. Maju terus
dalam iman.
Apakah yang kita dapat buat untuk mengangkat, mendorong, dan bah-
kan menolong mereka yang menderita karena imannya?
______________________________________________________________

68 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Rabu 3 Mei
Penghakiman dan Umat Allah
Bandingkanlah 1 Petrus 4:17-19 dengan Yesaya 10:11, 12 dan Maleakhi
3:1-6. Apakah kesamaan ucapan mereka?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Dalam semua ayat-ayat ini, proses penghakiman itu digambarkan dimulai
dengan umat Allah. Petrus bahkan menghubungkan penderitaan para pembaca
suratnya kepada penghakiman Allah. Baginya, penderitaan yang dialami oleh
orang Kristen pembaca suratnya tidak ada yang luput dari penghakiman Allah,
yang dimulai dengan rumah Allah. “Karena itu baiklah juga mereka yang harus
menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbu-
at baik, kepada Pencipta yang setia” (1 Ptr. 4:19).
Bacalah Lukas 18:1-8. Bagaimanakah hal ini menolong kita memahami
penghakiman Allah?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Pada zaman Alkitab, penghakiman biasanya adalah sesuatu yang sangat di-
inginkan. Gambaran seorang janda miskin dalam Lukas 18:1-8 mencatat sikap
yang lebih luas terhadap penghakiman. Janda itu tahu bahwa dia akan menang
dalam kasusnya kalau saja dia bisa menemukan seorang hakim yang akan me-
nangani kasusnya. Dia tidak memiliki cukup uang dan status supaya kasus-
nya diperiksa, tetapi dia akhirnya membujuk hakimnya untuk memeriksa dan
memberikan apa yang layak baginya. Seperti yang Yesus katakan: “Tidakkah
Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru
kepada-Nya?” (Luk. 18:7). Dosa telah membawa masuk kejahatan ke dalam
dunia, dan umat Allah sepanjang zaman telah lama menunggu Allah untuk me-
mulihkannya kembali.
“Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-
Mu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan
sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakiman-
Mu” (Why. 15:4).
Pikirkanlah semua kejahatan yang telah terjadi di dunia ini, dan masih
berjalan, tanpa hukuman. Lalu, mengapakah konsep keadilan, dan peng-
hakiman Allah yang adil, sangat penting bagi kita sebagai orang Kristen?
Harapan apakah yang Anda dapatkan dari janji bahwa keadilan akan
terjadi?
______________________________________________________________
______________________________________________________________

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 69


Kamis 4 Mei
Iman di Tengah Pencobaan
Sebagaimana yang kita telah lihat, Petrus menulis suratnya kepada orang
percaya yang sedang menderita karena imannya. Dan sebagaimana sejarah
Kristen telah tunjukkan, segalanya hanya menjadi lebih buruk, setidaknya un-
tuk sementara waktu. Pastilah ada banyak orang Kristen di tahun-tahun beri-
kutnya yang menemukan kedamaian dan penghiburan dalam apa yang Petrus
tuliskan. Tentu saja, hal itu dialami juga oleh banyak orang sekarang ini.
Mengapa menderita? Pertanyaan ini, tentu saja, sudah sejak dahulu kala.
Kitab Ayub, salah satu buku Alkitab pertama yang ditulis, penderitaan telah
menjadi tema utama. Sungguh, jika ada orang (selain Yesus) yang menderita
bukan sebagai “pembunuh, atau pencuri atau penjahat, atau pengacau” (1 Ptr.
4:15), itulah Ayub. Akhirnya, bahkan Allah berkata mengenai Ayub: “Apakah
engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi se-
perti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi
kejahatan” (Ayub 1:8). Namun demikian, lihat betapa buruk yang dialaminya,
bukan karena ia jahat, melainkan karena ia baik!
Bagaimanakah ayat-ayat ini menolong menjawab pertanyaan menge-
nai asal mula penderitaan? 1 Ptr. 5:8; Why. 12:9; Why. 2:10.
______________________________________________________________
Jawaban singkatnya adalah bahwa kita menderita karena kita berada di
tengah-tengah pertentangan besar antara Kristus dan Setan. Pertentangan ini
bukan sekadar kiasan atau lambang akan sifat kita yang baik dan yang jahat.
Ada kejahatan sungguhan dan Yesus sungguhan yang sedang bertarung dalam
pertempuran sungguhan demi umat manusia.
Bacalah 1 Petrus 4:19. Bagaimanakah supaya apa yang Petrus tuliskan
di sini menolong kita dalam pergumulan apa pun yang kita sedang hadapi
sekarang?
Ketika kita menderita, khususnya ketika penderitaan itu bukan karena ke-
salahan kita sendiri, kita secara alami akan bertanya pertanyaan yang Ayub
telah tanyakan, terus-menerus: Mengapa? Dan, begitu sering terjadi, kita tidak
mendapatkan jawabannya. Sebagaimana yang Petrus katakan, apa yang dapat
kita buat, sekalipun di tengah-tengah penderitaan, adalah menyerahkan jiwa
kita kepada Tuhan, percayalah kepadaNya, “Pencipta yang setia,” dan “selalu
berbuat baik” (1 Ptr. 4:19).
Mengapakah merupakan bagian yang penting bagi seorang Kristen
untuk mengetahui tabiat Allah secara pribadi, mengetahui kebaikan-Nya
dan kasih-Nya bagimu secara pribadi, khususnya bagi seorang yang se-
dang menderita? Bagaimanakah kita semua dapat belajar untuk menge-
nal Allah dan realitas kasih-Nya dengan lebih baik?

70 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Jumat 5 Mei
Pendalaman: Pelajaran hari Minggu berbicara mengenai penganiayaan yang
dihadapi orang Kristen. Inilah kutipan selengkapnya dari surat yang ditulis ke-
pada kaisar mengenai apa yang orang Kristen derita di abad-abad permulaan itu:
“... cara yang telah saya lakukan terhadap mereka yang telah diadukan kepada
saya sebagai orang Kristen, begini: Saya menginterogasi mereka apakah me-
reka orang Kristen; jika mereka mengakuinya saya mengulangi pertanyaan itu
dua kali lagi, dengan menambahkan ancaman hukuman mati; jika mereka masih
bersikeras, saya perintahkan mereka untuk dieksekusi. Karena apa pun sifat dari
keyakinan mereka, saya sedikitnya dapat merasakan tanpa keraguan bahwa sifat
keras kepala dan kebebalan yang kaku layak untuk disiksa.”
“Mereka yang menyangkal jika mereka adalah, atau pernah menjadi, orang
Kristen, yang mengikuti saya berdoa kepada dewa-dewa, dan menyembah-
kan pemujaan dengan anggur dan kemenyan, kepada patungmu, yang telah
saya perintahkan dibawa untuk maksud tersebut, bersama-sama patung dewa-
dewa, dan akhirnya mengutuk Kristus, saya pikir mereka yang tepat untuk
dilepaskan; tidak ada dari tindakan ini, yang telah disebutkan, bagi mereka
yang benar-benar Kristen dapat dipaksa untuk melakukannya. Yang lain yang
disebut oleh informan pada awalnya mengaku dirinya Kristen, dan kemudian
menyangkalnya; benar, mereka telah bersama keyakinan itu tetapi mereka te-
lah meninggalkannya, sekitar tiga tahun, yang lain telah bertahun-tahun, dan
ada beberapa sejak dua puluh lima tahun yang lalu. Mereka semua menyembah
patung kaisar dan patung para dewa, dan telah mengutuk Kristus.”—Pliny Let-
ters (London: William Heinemann, 1915), buku 10:96 (jld. 2, hlm. 401-403).

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:


1. Apakah masalah utama yang dihadapi orang Kristen, sebagaimana ter-
ungkap dalam surat yang menarik ini? Persamaan apakah yang dapat
kita lihat di sini dengan apa yang akan terjadi di hari-hari terakhir, se-
bagaimana terungkap dalam pekabaran malaikat ketiga Wahyu 14:9-12?
Apakah yang hal ini katakan kepada kita tentang beberapa masalah men-
dasar dalam pertentangan besar itu sendiri?
2. “Mereka yang menghormati hukum Allah telah dituduh mendatangkan
pehukuman atas dunia ini, dan mereka akan dianggap sebagai penyebab
goncangan-goncangan alam yang menakutkan dan perselisihan serta per-
tumpahan darah di antara umat manusia yang memenuhi dunia ini de-
ngan kesengsaraan. Kuasa yang menyertai amaran terakhir telah menim-
bulkan amarah orang-orang jahat. Kemarahan mereka disulut terhadap
mereka yang menerima pekabaran itu, dan Setan akan membangkitkan
roh kebencian dan penganiayaan yang lebih besar lagi.”—Ellen G. White,
Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 648. Meskipun kita tidak mengetahui ka-
pan semua peristiwa ini akan terjadi, bagaimanakah kita selalu bersedia
menghadapi pertentangan terhadap iman kita, dalam bentuk apa pun da-
tangnya pertentangan itu? Apakah kunci untuk bersedia?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 71


PENUNTUN GURU

Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 1 Petrus 4:12-14, 19
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Memahami konsep bahwa cobaan dan penderitaan adalah ba-
gian dari yang diharapkan oleh para pengikut Kristus dan sebaiknya dilihat
baik sebagai hak istimewa maupun sebagai berkat.
Merasakan: Mengalami sukacita dalam mengetahui bahwa cobaan adalah
bagian dari rencana Tuhan untuk menyelamatkan orang-orang berdosa.
Melakukan: Menyerahkan diri sendiri kepada Pencipta yang setia dan te-
rus berbuat kebajikan.

ÂÂGaris-garis Besar Pelajaran:


I. Mengetahui: Mengharapkan Pencobaan dan Penderitaan.
A. Mengapakah orang beriman harus mengharapkan cobaan untuk
menjadi bagian yang normal dari kehidupan Kristen?
B. Bagaimanakah nasihat Petrus sejalan dengan ayat Perjanjian Baru
lainnya? (Lihat Matius 5:10-12; 24:9; Yoh. 15:20; 2 Kor. 12:10; 2
Tim 3:12; 1 Ptr. 1:6, 7; Yak. 1:2-4, 12.)
II. Merasakan: Bersukacitalah Apabila Mengalami Pencobaan
A. Mengapakah, menurut Petrus, orang yang beriman harus bersuka-
cita ketika mengalami cobaan yang berat?
B. Bagaimana kita harus merespons bilamana dihina oleh karena na-
ma Kristus?
III. Melakukan: Berkomitmen untuk Jadi Setia
A. Apakah perbedaan antara keinginan untuk setia dan memiliki ko-
mitmen untuk setia?
B. Mengapa Petrus menyebutkan “Pencipta yang setia” (1 Ptr. 4:19)?
(Bandingkan dengan Why. 3:14.) Apakah implikasi komitmen ki-
ta untuk kesetiaan?

Ringkasan: Para pembaca Petrus diperintahkan untuk mengharapkan bebe-


rapa nyala api siksaan terjadi di antara mereka dalam hal ini untuk menguji me-
reka, “rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi” (1 Ptr. 4:17).
Mereka tidak menemukan itu sebagai hal yang aneh melainkan untuk bersuka-
cita bahwa mereka akan ikut serta dalam penderitaan Kristus dan berkomitmen
kepada Pencipta yang setia dan terus berlatih melakukan apa yang benar.

72 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU

Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 1 Petrus 4:12, 13, 19
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Allah, yang melihat akhir dari
sejak semula, tahu apa yang terbaik bagi kita dan untuk pertumbuhan rohani
kita. Dia melihat proses pembangunan tabiat yang dihasilkan oleh cobaan dan
ujian ke dalam hidup kita (1 Ptr. 1:6, 7; Yak. 1:2-4). Sama seperti Yesus belajar
untuk taat dan berkembang kepada kesempurnaan tabiat melalui hal-hal yang
Dia alami (Ibr. 2:10; 5:8, 9), demikian juga, kita bisa menjadi dewasa melalui
ambil bagian dalam hal yang sama, jika kita, sebagaimana Dia, bertekad untuk
setia kepada Allah dan terus melakukan apa yang benar. Proses pengembangan
tabiat melalui penderitaan adalah merupakan belas kasihan Tuhan bagi kita (1
Ptr. 4:19).
Untuk Guru: Banyak komentator yang mencatat suatu perubahan yang jelas
dalam ayat 1 Petrus di antara pasal 4:11 dan 4:12. Ayat 11 berakhir dengan sua-
tu kidung pujian dan “Amin.” Ayat 12 dimulai dengan kata benda, seakan-akan
Petrus memperkenalkan suatu pembahasan yang baru yang didasari pada satu
peristiwa yang telah dikembangkan. Beberapa berpendapat bahwa mungkin ka-
bar yang baru saja datang kepada Petrus mengenai kebakaran di Roma pada za-
man Kaisar Nero (64 M.) dan Petrus melihat kebakaran ini berkembang menjadi
“nyala api siksaan” bagi para pembacanya. Waktunya tepat terhadap peristiwa
ini, meskipun kita tidak punya cara untuk mengetahui apakah referensi Petrus di
sini memang kepada terbakarnya Roma. Bagaimanapun juga, Petrus meramal-
kan peningkatan penganiayaan yang segera terjadi bahwa orang percaya akan
menghadapi hal itu. Dia juga melihat penganiayaan seperti itu merupakan keja-
dian yang tepat waktu dalam rangkaian peristiwa eskatologis (“Segala sesuatu
sudah mendekati kesudahannya” [1 Ptr. 4:7]). la mengacu pada Yehezkiel 9:6
untuk kesimpulannya: “Rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama diha-
kimi” (1 Ptr. 4:17). Bukankah Yesus sendiri telah meramalkan suatu skenario
yang seperti itu (Mat. 24:9, Yoh. 16:2)?
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS membaca 2 Timotius 3:12. Diskusikan-
lah faktor-faktor apakah yang cenderung menyebabkan penganiayaan terhadap
umat Allah yang setia. Apakah yang mungkin menjelaskan fakta bahwa anggota
UKSS juga mengalami atau tidak mengalami murka naga seperti yang dijelas-
kan dalam Wahyu 12:17?

ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Tata bahasa dari ayat 1 Ptr. 4:12 dalam bahasa Yunani tidak
memperjelas apakah nyala api siksaan itu adalah pengalaman saat ini, yaitu su-
atu pengalaman yang baru saja dimulai, atau suatu pengalaman yang masih ter-
bentang di masa yang akan datang untuk para pembaca Petrus. Nyala api siksaan
(pyrosis) digambarkan dengan dua partisip ini, keduanya bisa menjadi deskrip-
Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 73
PENUNTUN GURU
tif presents (menggambarkan peristiwa yang sudah sedang berlangsung), ten-
dential presents (menggambarkan peristiwa yang baru saja berlangsung), atau
futuristik presents (menggambarkan peristiwa yang masih terletak pada masa
depan tetapi dipandang sebagai antisipasi di masa sekarang). Namun komentar
Petrus di ayat 17, bahwa itu adalah saatnya penghakiman dimulai, memiliki pe-
ngertian tendential cukup jelas. Juga, “jika” klausa di dalam ayat 14-16 menun-
jukkan suatu peristiwa yang diantisipasi tetapi belum terjadi.

Komentar Alkitab
I. Sikap Kita Terhadap Penderitaan
(Tinjau Kembali 1 Ptr. 4:12, 13 Bersama UKSS Anda.)
Petrus membuat dua poin penting dalam ayat 12 dan 13. Satu adalah bah-
wa kita tidak harus terkejut dengan cobaan dan penderitaan seolah-olah sesuatu
yang luar biasa terjadi kepada kita, karena kita telah diperingatkan (Yohanes 15:
18-21; 16:2-4 ). Yang lain adalah bahwa kita harus bersukacita ketika penderi-
taan tersebut muncul, karena kita memiliki hak istimewa untuk ikut serta dalam
penderitaan Kristus. Ketika kemuliaan-Nya dinyatakan (saat kedatangan-Nya),
sukacita kita akan semakin besar (1 Ptr. 1:6, 7; Yak. 1:2-4). Tidak ada yang tidak
bisa kita atasi, oleh kasih karunia Allah, jika kita memelihara sikap ini.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Bagaimanakah kita harus merespons cobaan
dan penderitaan? Mengapa hal ini tidak membuat kita terkejut?
II. Pengalaman Kita dalam Penderitaan
(Tinjau Kembali 1 Ptr. 4:14-16 Bersama UKSS Anda.)
Ayat 14 dan 16 mengandung dua klausa “jika”, yang masing-masing adalah
kondisi benar-kepada-fakta (dalam bahasa Yunani) dan mengasumsikan penghi-
naan dan penderitaan sebagai fakta, apakah sekarang ini atau dalam antisipasi
masa depan. Petrus menasihati para pembacanya bagaimana mereka harus ber-
urusan dengan pengalaman-pengalaman nyata, memandang penghinaan karena
nama Kristus sebagai berkat, dan menderita sebagai seorang Kristen sebagai
akibat dari memuliakan Allah. Di antaranya, di dalam ayat 15, Petrus menggu-
nakan konstruksi imperatif yang menjadi penghalang, yang memiliki arti masa
depan voluntative, untuk menasihati pembacanya bahwa tidak satu pun dari me-
reka menderita karena berbuat salah. Sebaliknya, mereka harus menderita tanpa
malu sebagai seorang Kristen, bersyukur bahwa mereka memiliki hak istimewa
untuk menyandang nama Kristus.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Istilah “Kristen” digunakan dalam Perjanjian
Baru hanya di sini dan dalam Kis. 11:26 dan 20:26. Non Kristen biasanya meng-
gunakannya sebagai istilah penghinaan. Pada zaman para rasul, betapa sangat
menderita melakukan hal apa yang benar menolong untuk menata ulang peng-
gunaan istilah itu?

74 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU
III. Saat Penghakiman
(Tinjau Kembali 1 Ptr. 4:17, 18 Bersama UKSS Anda.)
Dalam ayat 17, Petrus memberikan alasan mengapa para pembacanya harus
mengharapkan cobaan berat yang berapi-api pada saat ini. la sudah menyatakan,
“akhir segala sesuatu sudah dekat” (1 Ptr. 4:7). Dalam eskatologinya, ia memba-
yangkan penghakiman pra-Advent, seperti yang dinubuatkan dalam Yehezkiel
9, yang akan dimulai di rumah Allah (yang sekarang ini adalah gereja ketimbang
bait suci). Hal ini akan memurnikan anggota keluarga Allah dengan memisah-
kan orang jahat dari mereka yang “berkeluh kesah karena segala sesuatu yang
keji yang dilakukan di sana?” (Yeh. 9:4). Nyala api siksaan penganiayaan akan
berfungsi saat itu. Yehezkiel 9:6 mencatat kata-kata dari orang yang berpakaian
lenan: “Mulailah [pembantaian] di tempat kudus-Ku.’ Maka mereka memulai
tugas mereka dengan membunuh para pemimpin Israel yang sedang berdiri di
Rumah TUHAN.” Mengutip Amsal 11:31 sebagai sebuah preseden, Petrus ber-
tanya, “jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya
dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah” (1 Ptr. 4:17).
Pertimbangkanlah Hal Ini: Dalam Yehezkiel 8, kita baca bahwa Allah me-
nunjukkan kepada nabi, dalam penglihatan, empat hal besar yang menjijikkan
yang sedang dilakukan di dalam rumah Allah (Bait Allah di Yerusalem), yang
memicu Dia menjadi marah. Yehezkiel 9 mencatat penghakiman Allah atas
umat-Nya yang telah melakukan kekejian ini di rumah-Nya. Allah memerintah-
kan seorang yang satu orang di antara mereka berpakaian lenan dan di sisinya
terdapat suatu alat penulis. “Berjalanlah dari tengah-tengah kota, yaitu Yeru-
salem dan tulislah huruf T pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena
segala perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di sana” (Yehezkiel. 9:4). Ke-
mudian enam orang dengan senjata pembantai di tangan mereka disuruh untuk
mengikuti orang dengan pakaian linen melalui kota itu dan tanpa belas kasihan
membunuh semua.“ Tetapi semua orang yang ditandai dengan huruf T itu, ja-
ngan singgung” (Yehezkiel. 9:6). Petrus melihat dalam hal ini sebuah tipe yang
menunjukkan bahwa penghakiman itu dimulai di rumah Allah. Apa arti yang
dilambangkan oleh tanda ini, dan mengapa umat Allah harus berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk menerimanya?
Pertanyaan Diskusi:
;; Bagaimanakah sikap kita terhadap cobaan dan penderitaan yang ada dalam
kehidupan kita sendiri?
;; Mengapakah kita harus mempercayakan diri kita kepada Allah sebagai Pen-
cipta yang setia dan terus melakukan apa yang benar, bahkan ketika berju-
ang dengan ujian yang sulit dan cobaan?

ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Petrus menulis, dengan mengutip Amsal 11:31, “Kalau orang-
orang yang baik pun sudah sukar untuk diselamatkan, apa pula yang akan terjadi
dengan orang-orang berdosa yang tidak mengenal Tuhan?” (1 Ptr. 4:18, NIV).
Keadaan ini benar-benar merupakan fakta, artinya bahwa memang sulit orang

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 75


PENUNTUN GURU
benar akan selamat. Apakah yang dimaksudkan Alkitab ketika membuat per-
nyataan ini? Beberapa orang bersikukuh mengatakan bahwa lebih mudah dise-
lamatkan daripada hilang. Bagaimanakah seharusnya orang Kristen memahami
masalah ini?
Pertanyaan Pemikiran:
;; Jika saya menemukan diri saya bertanya mengapa saya harus bersabar da-
lam menghadapi pencobaan dalam hidup, mengapa sikap yang seperti yang
satu ini salah?
;; Apakah yang harus terjadi dalam hidup saya agar memungkinkan saya un-
tuk memiliki sikap yang benar ketika ujian dan pencobaan datang? Bagai-
manakah saya saat ini menanggapi pencobaan tersebut?
;; Dalam hal apakah Allah telah terbukti setia, Pencipta yang dapat dipercaya
dalam hidup saya sendiri?
Kegiatan: Diskusikanlah bersama dengan UKSS wilayah di dunia di mana
orang-orang Kristen saat ini sedang menderita penganiayaan karena iman mere-
ka dan cara-cara di mana mereka menghadapi penganiayaan. Aturlah kelompok
doa untuk berdoa bagi mereka dan bagi anggota UKSS yang mungkin akan me-
lalui cobaan dalam diri mereka atau mungkin mereka akan segera mengalami
ujian dan pencobaan.

ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Banyak dari anggota UKSS Anda secara pribadi mungkin ti-
dak pernah mengalami penganiayaan yang signifikan oleh karena nama Kris-
tus, meskipun sebagian besar akan mengalami beberapa jenis pencobaan dalam
hidup. Di sini Petrus tidak berbicara tentang pencobaan yang bersifat umum
melainkan tentang penganiayaan secara khusus karena menjadi seorang Kristen
(1 Ptr. 4:14, 16). Mungkin perlu harus masuk mengalami sendiri ke dalam peng-
alaman orang lain agar dapat berempati dengan keadaan para pembaca Petrus
yang pertama. Hal ini akan membantu untuk dapat membagikan beberapa cerita
kehidupan nyata masa kini bersama dengan anggota UKSS agar mereka merasa-
kan perasaan apa yang akan orang lain lalui bahkan saat ini. Sebuah contoh dari
sumber cerita semacam itu terdapat di live.opendoorsusa.org/stories.
Kegiatan: Jika memungkinkan, ambillah peta dunia kemudian pasangkanlah
itu pada papan gabus atau papan sejenisnya dengan ukuran yang besar. Mulailah
dengan mengidentifikasi tempat-tempat di seluruh dunia di mana kisah pengani-
ayaan oleh karena nama Kristus sedang berlangsung. Berjanjilah untuk berdoa
dengan cara yang berkesinambungan untuk orang-orang percaya di tempat ter-
sebut, bahkan sebutkanlah nama-nama pribadi tertentu yang mengalami penga-
niayaan karena iman mereka.

76 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Pelajaran 7 6–12 Mei*

Kepemimpinan
Yang Melayani

SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 1 Ptr. 5:1–10; Kis. 6:1–
6; Yer. 10:21; Mat. 20:24–28; Ams. 3:34; Why. 12:7–9.
Ayat Hafalan: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab
Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:7).

K
ajian-kajian mengenai pertumbuhan gereja hampir selalu menyoroti
pentingnya kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan yang meng-
ambil visinya dari Allah dan Firman-Nya dan memberikan kesempatan
bagi semua orang di jemaat untuk menggunakan karunia rohaninya sendiri da-
lam usaha melaksanakan amanat Injil.
Tetapi kepemimpinan jemaat itu sangat menantang. Mereka bekerja secara
sukarela, sering memberikan waktunya meskipun sibuk, sebagian besar wak-
tunya digunakan untuk menjalankan jemaat. Anggota jemaat dapat saja “tidak
mendukung” dengan berhenti mengurus jemaat jika ada sesuatu yang mereka
tidak mampu tangani terjadi. Selain itu, seorang pemimpin Kristen yang efek-
tif harus juga memiliki kerohanian yang dalam. Dan jangan lupa bahwa Petrus
mengirim surat kepada jemaat-jemaat yang sedang mengalami penganiayaan.
Para pemimpin jemaat sangat rentan saat itu. Lalu siapakah yang disiapkan
untuk tugas ini?
Dalam 1 Petrus 5:1-10, Petrus membahas mengenai kepemimpinan Kristen
di tingkat jemaat setempat. Di dalam ayat-ayat ini, ia menulis mengenai bebe-
rapa karakteristik penting yang dibutuhkan tidak hanya oleh para pemimpin
jemaat, tetapi juga bagi para anggota. Ucapannya begitu relevan bagi kita se-
karang ini sebagaimana bagi mereka saat itu.

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 13 Mei.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 77


Minggu 7 Mei
Para Penatua dalam Jemaat Mula-mula
Lihatlah ayat-ayat berikut ini: Kis. 6:1-6; 14:23; 15:6; 1 Tim. 5:17; 1
Ptr. 5:2. Pandangan apakah yang ayat-ayat ini berikan kepada kita me-
ngenai tantangan yang dihadapi oleh jemaat mula-mula dan peranan
para pemimpinnya?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Sekelompok besar masyarakat menjadi percaya dan bergabung dengan je-
maat menjadi suatu berkat yang besar dari Allah. Namun, sebagaimana digam-
barkan oleh pengalaman orang-orang Kristen yang mula-mula, pertumbuhan
yang cepat dapat menimbulkan masalah.
Misalnya, Kisah Para Rasul 1-5 membuktikan pimpinan Roh Kudus dan
pertobatan orang banyak menjadi Kristen. Kisah Para Rasul 6:1-6 menunjuk-
kan hasilnya: Kelompok itu menjadi sangat besar untuk dipimpin, dan diperlu-
kan adanya struktur untuk mengelola fungsi jemaat sehari-hari.
Masalah yang menyebabkan kelemahan struktur organisasi memuncak ada-
lah keluhan diskriminasi. Kelompok yang berbahasa Yunani mengeluhkan
bahwa janda-janda mereka diabaikan dalam pembagian makanan setiap hari.
Menanggapi hal itu, sekelompok orang, para diaken, ditunjuk khusus untuk
membantu ke-12 rasul dalam mengelola sumber daya jemaat.
Adalah benar bahwa jemaat mula-mula dipimpin oleh Roh Kudus dengan
cara yang istimewa. Tetapi bahkan saat itu, adalah sangat penting untuk mem-
bentuk struktur jemaat. Kelompok kunci pemimpin jemaat yang pertama di-
perlukan adalah penatua-penatua, yang ditetapkan bagi setiap jemaat setempat.
Buktinya, mengangkat penatua-penatua untuk memimpin kelompok-kelom-
pok umat Kristen yang baru dibentuk ini menjadi hal yang Paulus dan Bar-
nabas lakukan ketika mereka pergi ke tempat-tempat yang harus mendengar
tentang Yesus (Kis. 14:23).
Penatua-penatua diberikan banyak peranan berbeda di awal Kekristenan.
Sebagai pemimpin dari komunitas setempatnya, dari waktu ke waktu mereka
bertindak sebagai instruktur-instruktur dalam mengajar para petobat baru. Me-
reka membawakan pekabaran, dan mereka memastikan supaya hal-hal yang
perlu dilakukan demi kesejahteraan komunitasnya (Kis. 15:6, 1 Tim. 5:17, 1
Ptr. 5:2).
Cara-cara apakah yang Anda dapat pelajari untuk bekerja sama lebih
baik dengan para pemimpin di jemaatmu, sekalipun di saat Anda tidak
setuju dalam beberapa hal?
______________________________________________________________
______________________________________________________________

78 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Senin 8 Mei
Para Penatua
Bacalah 1 Petrus 5:1-4. Sikap apakah yang para pemimpin harus ba-
wakan dalam perannya di jemaat? Bagaimanakah prinsip-prinsip ini da-
pat berlaku untuk masing-masing kita, apa pun peran kita?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Petrus memulai nasihatnya kepada para penatua dengan melihat dirinya sen-
diri sebagai sesama penatua. Ia kemudian mencatat dua hal mengenai dirinya:
Ia sebagai saksi penderitaan Kristus, dan ia mengharapkan mendapat bagian
dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. Dengan mengatakan hal ini, Pe-
trus menyoroti karakteristik pertama yang harus ditemukan dalam diri seorang
penatua: Seorang penatua haruslah memahami pentingnya mengapa Kristus
telah menderita demi kita dan harapan besar apakah yang Dia tawarkan bagi
kita.
Petrus menyamakan peran seorang penatua dengan seorang gembala yang
menjaga kawanan domba Allah. Dia membandingkan jemaat dengan domba
yang memberi kesan bahwa, seperti domba, anggota jemaat bisa saja pergi
mengikuti jalan mereka sendiri. Itu sebabnya, mereka perlu gembala untuk
menuntun mereka kembali ke kelompoknya dan menolong mereka bekerja de-
ngan harmonis dengan kelompoknya. Penatua harus juga berfungsi sebagai
teladan kerendahan hati, bagaimana orang Kristen itu harus bertindak.
Peringatan apakah yang kita temukan di sini bagi mereka para gemba-
la? Yer. 10:21; Yeh. 34:8-10; Za. 11:17.
______________________________________________________________
Peran penting kepemimpinan Kristen ialah bekerja dengan anggota-anggot-
anya di jemaat dengan sabar sebagaimana para gembala harus bekerja dengan
dombanya. Penatua haruslah dengan lemah lembut membawa mereka bersa-
ma-sama beribadah dan untuk membagikan pekabaran Yesus dengan mereka
yang perlu mengenal-Nya dan keselamatan yang terdapat di dalam Dia.
Petrus juga melihat bahwa penatua-penatua haruslah melakukan pengawas-
an dengan sukarela dan bukan di bawah tekanan. Tidaklah selalu mudah men-
dapatkan orang yang rela memikul tantangan kepemimpinan di jemaat. Hal ini
terbukti khususnya di sekitar waktu rapat pemilihan. Supaya suatu jemaat ber-
jalan dengan baik, ada sejumlah peranan khusus yang perlu diisi. Ada banyak
alasan sehingga banyak orang enggan untuk menerima peran kepemimpinan.
Beberapa dari peran ini menuntut investasi waktu yang cukup banyak, dan
mereka yang cocok untuk peran ini bisa jadi telah memiliki banyak komitmen.
Yang lain lagi merasa jika mereka belum cukup siap untuk memikul peran
tersebut. Tetapi nasihat Petrus bahwa sedapat mungkin, jika diminta, kita ha-
ruslah dengan sukarela menjadi pemimpin.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 79


Selasa 9 Mei
Kepemimpinan yang Melayani
Bacalah 1 Petrus 5:3 dan Matius 20:24-28. Prinsip penting apakah me-
ngenai kepemimpinan Kristiani yang terdapat di dalam ayat-ayat ini?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Dalam bahasa Yunani, kata kunci dalam 1 Petrus 5:3 adalah katakurieuontes.
Kata yang sama terdapat juga dalam Matius 20:25 yang berarti “menjalankan
kekuasaan” atau menjadi “tuan atas” seseorang. Jadi, nasihat yang diberikan
kepada penatua-penatua dalam 1 Petrus 5:3 dapat diterjemahkan “janganlah
bertindak sebagai penguasa terhadap mereka yang dipercayakan kepadamu,”
dan itu mencerminkan kata-kata Yesus dalam Matius 20:25.
Matius 20:20-23 memberikan konteks dari perkataan Yesus dalam Matius
20:24-28. Ibu Yakobus dan Yohanes mendekati Yesus dengan permohonan su-
paya, ketika Yesus berada di kerajaan-Nya, seorang dari anaknya duduk di
samping kanan-Nya dan yang satunya di samping kiri-Nya.
“Yesus bersikap lemah lembut kepada mereka, tidak menempelak sifat me-
mentingkan diri dalam mencari keunggulan melebihi saudara-saudara mereka.
Ia membaca hati mereka. Ia tahu dalamnya kasih mereka kepada-Nya. Kasih
mereka bukan hanya sekadar kasih sayang manusia; meskipun dinajiskan de-
ngan saluran kemanusiaan yang duniawi, kasih itu meluap dari pancaran kasih
penebusan-Nya sendiri. Ia tidak mau memarahi, melainkan menguatkan dan
menyucikan.”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 165.
Yesus menjelaskan bahwa posisi kehormatan ini adalah sesuatu yang dibe-
rikan oleh Bapa, bukan oleh-Nya. Tetapi Dia lalu melanjutkan penjelasannya
bahwa perbedaan utama antara kerajaan-Nya dan kerajaan dari bangsa-bangsa
kafir adalah jenis pemimpin yang tampak di dalam kerejaan-Nya. Mereka yang
ingin memimpin di dalam kerajaan di mana Yesus adalah Raja-Nya haruslah
menjadi pelayan karena para pemimpin di dalam kerajaan Yesus akan menjadi
seperti Yesus. “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan un-
tuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak
orang”(Mat. 20:28).
Dengan demikian, Petrus mengajak para pemimpin jemaat kepada ketela-
danan yang sama: Penyerahan dan penyangkalan diri yang tampak pada Yesus
harus juga tampak di dalam mereka.
Bacalah Filipi 2:4-8. Apakah yang Paulus katakan di sini yang cocok
dengan apa yang ditulis Petrus? Lebih penting lagi, menurut ayat-ayat ini
bagaimanakah kita dapat melakukan sesuatu yang untuknya kita telah
dipanggil?
______________________________________________________________
______________________________________________________________

80 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Rabu 10 Mei
Berpakaian Kerendahan Hati
Masyarakat zaman dulu kala saat Petrus hidup memiliki banyak tingkatan.
Para elit yang berkuasa memiliki apa yang saat ini mungkin disebut “kewi-
bawaan.” Di sekitar mereka berkerumun orang dari golongan yang lebih ren-
dah, dan golongan terendah dari semua adalah seorang budak. Kerendahan
hati adalah sikap yang semestinya yang dimiliki oleh mereka yang berada pada
golongan yang lebih rendah terhadap mereka yang lebih tinggi. Kata Yunani
untuk kerendahan hati mengandung arti “rendah”, “tidak penting,” “lemah,”
dan “miskin.” Kata ini menggambarkan orang-orang yang tidak berstatus dan
berkuasa di dalam masyarakat. Di dunia di luar Yahudi dan Kekristenan, kata
rendah hati berhubungan dengan mereka yang berstatus rendah, dan berlaku
rendah hati bukan menjadi perilaku yang diharapkan sebagai perilaku yang
tepat bagi mereka yang merdeka.
Bacalah 1 Petrus 5:5-7. Dengan memahami konteks dan waktu mereka
saat itu, apakah yang istimewa dengan apa yang Petrus tuliskan di sini?
Di dalam Alkitab, kerendahan hati dilihat dalam pandangan yang berbeda
dengan bagaimana orang melihatnya di zaman dan budaya saat Petrus hidup.
Petrus mengutip Amsal 3:34 dari Septuagin (Kitab Perjanjian Lama bahasa Yu-
nani), sebuah ayat yang juga dikutip dalam Yakobus 4:6. Di Perjanjian Lama,
bagian dari karya Ilahi di dalam sejarah adalah merendahkan orang yang som-
bong dan terhormat (Yes. 13:11, 23:9; Ayb. 40:11).
Sikap seseorang yang tepat terhadap Allah adalah rendah hati. “Karena itu
rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggi-
kan-Nya pada waktunya” (1 Ptr. 5:6). Kerendahan hati, bukan kesombongan,
yang harus menjadi ciri khas hubungan orang Kristen, bukan hanya dengan
Allah tetapi seorang terhadap yang lain (1 Ptr. 5:5).
Orang Kristen, apalagi para pemimpin Kristen, sadar bahwa mereka adalah
pendosa yang diselamatkan oleh kasih karunia Allah. Dalam arti yang paling
penting ini, maka, kita semua adalah sama, dan di depan Salib itu kita semua
harus merendahkan diri. Dan kerendahan hati ini harus ditunjukkan di dalam
hubungan kita dengan orang-orang lain, khususnya kepada mereka yang be-
rada di dalam tanggung jawab kita. Pastilah, setiap orang dapat merendahkan
diri di hadapan Allah, sang Pencipta langit dan bumi. Demikian juga, relatif
mudah untuk merendahkan diri di hadapan mereka yang berada di atas kita,
yang berkuasa atas kita, dan yang “lebih tinggi” statusnya daripada kita. Uji-
an sebenarnya terjadi ketika kita akan menunjukkan kerendahan hati terhadap
mereka yang berada “di bawah” kita, yang tidak memiliki kuasa apa-apa terha-
dap kita. Mengenai kerendahan hati yang demikianlah yang Petrus bicarakan
di sini.
Mengenai apakah Salib itu dan apakah yang dilambangkannya selalu
dapat menolong kita menjadi rendah hati?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 81


Kamis 11 Mei
Seperti Singa yang Mengaum
Sebagaimana kita telah lihat, Petrus menulis dengan latar belakang peng-
aniayaan. Tema pertentangan besar bukan sebuah teologi yang abstrak bagi
pembacanya; mereka sedang mengalaminya dengan cara yang banyak dari kita
tidak alami, setidaknya untuk sekarang ini.
Bacalah 1 Petrus 5:8-10 dan Wahyu 12:7-9. Apakah yang ayat-ayat ini
ajarkan kepada kita mengenai asal mula dosa dan usaha Setan di dunia
kita?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Kitab Wahyu menyatakan bahwa orang Kristen ambil bagian dalam per-
tempuran kosmik antara kekuatan kebaikan dan kekuatan kejahatan. Di dalam
Kitab Wahyu, kekuatan yang baik dipimpin oleh Yesus, yang adalah Firman
Allah, Raja segala Raja dan Tuan di atas segala tuan (Why. 19:13, 16). Kuasa
jahat dipimpin oleh Iblis, yang juga disebut Setan dan digambarkan sebagai
seekor naga (Why. 12:7-9; 20:7, 8). Meskipun media popular dan bahkan se-
bagian orang Kristen menyangkal realitas Setan, kenyataannya Iblis itu adalah
makhluk yang memiliki kekuatan yang niatannya jahat semata-mata bagi kita.
Namun demikian, kabar baiknya adalah bahwa Iblis akan dibinasakan pada
akhirnya (Why. 20:9, 10).
Petrus tidak meremehkan bahaya yang Setan tunjukkan. Iblis adalah seperti
singa yang mengaum-aum yang mencari orang yang dapat ditelannya (1 Ptr.
5:8). Petrus menunjukkan juga, bahwa pembacanya dapat melihat kekuatan
Iblis itu dalam penderitaan mereka sendiri sekarang ini. Namun, penderitaan
ini akan berakhir dalam kemuliaan yang kekal (1 Ptr. 5:10).
Baca lagi 1 Petrus 5:10. Apakah yang Petrus katakan kepada kita di
sini?­
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Meskipun kita tidak mengetahui hakikat pencobaan mereka yang sebenar-
nya, apa yang kita dapat lihat adalah harapan yang Petrus ungkapkan. Benar,
Iblis itu nyata. Pertempuran itu nyata, dan penderitaan kita itu nyata. Tetapi
“Allah, sumber segala kasih karunia” telah mengalahkan Iblis. Jadi apa pun
penderitaan kita, jika kita tetap setia—bahkan mati sekalipun (lihat Ibr. 11:13-
16)—kemenangan itu pasti, bersyukur kepada Yesus.
Bagaimanakah kita dapat belajar berpegang pada iman, bertahan
hingga akhir, apa pun yang menghalangi kita?
______________________________________________________________

82 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Jumat 12 Mei
Pendalaman: Sebuah contoh yang termasyhur akan kepemimpinan Yesus
yang melayani ditemukan dalam perilaku-Nya pada Perjamuan Terakhir. Pada
saat itu, Yesus sepenuhnya sadar siapa Dia (Anak Allah) dan bahwa Dia hen-
dak kembali kepada Bapa-Nya (Yoh. 13:1). Setelah makan Ia membasuh kaki
para murid. Dia kemudian berkata, “Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka
kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan su-
atu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah
Kuperbuat kepadamu” (Yoh. 13:14-15). Setiap kali para pengikut Yesus mem-
basuh kaki satu sama lain, mereka tidak saja mengulangi adegan ini; mereka
saling mengingatkan bahwa untuk menjadi pemimpin di dalam kerajaan Yesus
seseorang harus menjadi seorang pelayan. Tidak diragukan lagi, selama sisa hi-
dup mereka, terutama setelah mereka memahami dengan lebih baik siapa Yesus
sebenarnya, para murid mengingat tindakan kerendahan hati ini pada bagian
dari Guru mereka. Juga, tidak diragukan lagi, ada dalam pikiran Petrus ketika ia
meminta penatua gereja untuk tidak menjadi tuan atas orang lain, tetapi “kena-
kanlah kerendahan hati.”
“Dalam penerimaan-Nya menjadi manusia, Kristus mewujudkan kerendahan
hati yang adalah keajaiban kecerdasan surgawi. Tindakan penerimaan menjadi
seorang manusia tidak akan ada kehinaan kalau bukan karena fakta keadaan
pra-eksistensi Kristus yang ditinggikan. Kita harus membuka pemahaman kita
untuk menyadari bahwa Kristus menanggalkan jubah kerajaan-Nya, mahkota
kerajaan-Nya, komando tertinggi-Nya, dan mengenakan pada keilahian-Nya
kemanusian, supaya Dia dapat menemui manusia di mana pun, dan membawa
kepada keluarga manusia kuasa moral untuk menjadi putra dan putri Allah.
“Kelemahlembutan dan kerendahan hati yang menjadi karakter kehidupan
Kristus akan nyata dalam kehidupan dan tabiat mereka yang ‘berjalan lurus se-
perti Dia.”—Ellen G. White, Sons And Daughters of God, hlm. 81.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:


1. Yesus memulai pelayanan-Nya dengan melawan si Iblis. Menjadi lemah
karena berpuasa 40 hari, Dia dapat mengalahkan pencobaan Iblis de-
ngan mengutip Kitab Suci (Mat. 4:1-11; Mrk. 1:12, 13; Luk. 4:1-13).
Apakah yang kisah ini katakan kepada kita mengenai bagaimana kita
juga dapat mengalahkan iblis di dalam kehidupan kita sendiri?
2. Contoh apakah yang Anda lihat akan apa yang tampaknya suatu ke-
rendahan hati yang sejati pada orang-orang lain? Apakah yang Anda
dapat pelajari dari contoh itu?
3. Di UKSS, jawablah pertanyaan ini: Di samping apa yang Petrus ajar-
kan dalam ayat-ayat pekan ini, apakah kualitas seorang pemimpin
Kristiani yang baik itu? Bagaimanakah bila kualitas itu disamakan de-
ngan kualitas yang baik daripada para pemimpin dunia? Di manakah
letak perbedaannya?
4. Bagaimanakah Anda menanggapi pernyataan bahwa Setan itu semu
dan hanyalah sebuah lambang kejahatan manusia?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 83


PENUNTUN GURU

Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 1 Petrus 5:1-6
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Mengakui bahwa kerendahan hati dan pelayanan untuk orang
lain adalah merupakan kunci utama untuk kepemimpinan yang efektif.
Merasakan: Menghargai semangat kerendahan hati dan pelayanan kasih
yang diteladankan Yesus, dan keinginan untuk mewujudkan hal yang sama
kepada orang lain.
Melakukan: Mengindahkan seruan untuk merendahkan hati di bawah ta-
ngan Tuhan yang kuat sehingga Dia bisa gunakan pria dan wanita secara
efektif sesuai dengan kebutuhan.

ÂÂGaris-garis Besar Pelajaran:


I. Mengetahui: Kepemimpinan Kristen yang Efektif
A. Untuk mewujudkan semangat dan sikap yang umum apakah im-
bauan Petrus bagi para pemimpin gereja?
B. Apakah dua fungsi khusus yang diharapkan Petrus dengan meng-
ajak para penatua untuk memenuhinya? (Bandingkan hal ini de-
ngan Kis. 20:28.)
II. Merasakan: Panggilan kepada Kerendahan Hati dan Pelayanan
A. Apakah tiga sikap khusus apa yang diharapkan dalam 1 Petrus 5:2,
3 yang Petrus nasihatkan untuk memiliki para penatua?
B. Sikap apakah yang diharapkan Petrus dari semua pembacanya (1
Ptr. 5:5, 6)?
III. Melakukan: Rendahkan Dirimu di Bawah Tangan Tuhan yang
Perkasa
A. Dengan cara apakah para pemimpin gereja memberikan contoh ke-
pemimpinan yang melayani sementara pada saat yang sama ber-
fungsi sebagai penilik?
B. Apakah yang diharapkan Petrus dari para pemuda di dalam jema-
at dalam hubungannya dengan orang-orang yang lebih tua (1 Ptr.
5:5)?

Ringkasan: Penatua berfungsi baik sebagai keduanya gembala (pendeta)


maupun pengawas di gereja. Petrus mengajak untuk memiliki roh kerendahan
hati dan pelayanan di dalam kepemimpinan, di antara semua orang beriman, baik
tua maupun muda. Allah akan meninggikan pada waktu yang tepat orang yang
merendahkan hati di bawah tangan-Nya yang kuat.

84 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU

Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 1 Petrus 5:5, 6, 10

Konsep Utama Untuk Pertumbuhan Rohani: Gereja membutuhkan pemim-


pin yang baik yang akan efektif dalam menjalankan fungsi mereka baik sebagai
pengasuh maupun sebagai pengawas. Karena itu mereka harus rendah hati, se-
mangat untuk melayani, dan siap berfungsi sebagai teladan bukannya sebagai
diktator. Para penatua dipanggil untuk mewujudkan semangat pelayanan. Pemu-
da dipanggil untuk tunduk kepada kepemimpinan semacam ini. Dan semua di-
perintahkan untuk menjadikan (menggunakan) pakaian kerendahan hati. Jemaat
yang mewujudkan semangat kerendahan hati dan pelayanan akan dijadikan kuat
dan teguh sebagaimana Allah meninggikan mereka di hadapan lingkungan me-
reka.
Untuk Guru: Gereja yang mula-mula memiliki struktur organisasi yang mi-
nimal. Para rasul adalah pemimpin yang paling awal, tetapi gereja dengan pe-
sat berkembang melebihi kemampuan para rasul untuk mengelolanya dengan
efektif. Kisah Para Rasul 6:1-6 menggambarkan upaya awal untuk membuat
pemimpin tambahan untuk berbagi tanggung jawab dengan lebih efektif. Orang-
orang ini kemudian disebut diaken, yang berarti orang-orang yang melayani ke-
butuhan orang lain (diakonoi). Selanjutnya, para rasul juga menemukan adanya
kebutuhan untuk mengangkat pemimpin rohani dalam setiap jemaat (Kis. 14:23;
Titus 1:5). Orang-orang ini dikenal sebagai penatua (presbyteroi) yang secara
harfiah berarti, orang (pria) yang lebih tua, laki-laki berusia dan yang berpeng-
alaman. Para rasul adalah pemimpin yang berkeliling, sedangkan para penatua
adalah pemimpin gereja setempat. Menurut Kisah Para Rasul 15, kedua kelom-
pok ini datang secara bersama-sama mewakili gereja untuk pertama kalinya da-
lam Konsili di Yerusalem.
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS untuk membaca Kisah Para Rasul 20:17,
18, 28-31. Diskusikanlah fungsi yang diharapkan Paulus yang dimiliki para
penatua di dalam jemaat, dan bandingkanlah dengan fungsi yang diharapkan
Petrus dari para penatua di dalam gereja-gereja yang kepadanya suratnya ditu-
jukan. Kesamaan fungsi apakah yang dimiliki oleh kedua penjelasan tersebut
secara umum? Apakah yang diungkapkan oleh terminologi yang digunakan?

ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Dalam 1 Petrus 5:1-3, tiga istilah khusus yang digunakan un-
tuk pemimpin-penatua, pengawas (penilik), dan gembala, dua yang terakhir di-
nyatakan dalam bentuk verbal. Tiga istilah yang sama ini digunakan juga dalam
Kisah Para Rasul 20:28. Pertama, “penatua,” yang telah dibahas di atas. Penun-
jukan ini adalah merupakan istilah umum yang digunakan untuk para pemimpin
gereja lokal. Dalam Perjanjian Lama, penatua bertugas sebagai penasihat dan
hakim bagi masyarakat. Penatua (“pengawas”) memiliki kualifikasi tertentu jika
mereka berfungsi sebagai pemimpin rohani dalam gereja Perjanjian Baru (1 Tim

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 85


PENUNTUN GURU
3:1-7; Titus 1:6-9). Petrus menyebut dirinya sebagai “sesama penatua” (sym-
presbyteros), menunjukkan identifikasinya dengan mereka (1 Ptr. 5:1).
Istilah kedua dan ketiga adalah fungsional, dinyatakan dalam bentuk verbal.
“Gembala” atau “menjadi gembala” (poimainō, 1 Ptr. 5:2) menjelaskan fungsi
pengasuhan. Hal ini juga dapat diterjemahkan sebagai “pendeta” atau “men-
jadi pendeta,” mengingat bahwa seorang pendeta (poimen) adalah salah satu
yang memimpin kawanan domba ke padang rumput. Dalam 1 Petrus 2:25, Ye-
sus disebut Gembala jiwa kita. Dalam 1 Petrus 5: 4, Ia disebut Gembala Agung
(archipoimēn), menunjukkan bahwa pendeta dan penatua adalah bekerja di
bawah otoritas dan bimbingan-Nya. Ibrani 13:20 menyebut Yesus “Gembala
Agung bagi domba,” sebagaimana la menyebut diri-Nya “’gembala yang baik’”
(Yohanes 10:11, 14), menjadikan Dirinya sendiri sebagai Teladan bagi orang
lain.
Istilah lainnya yang digunakan oleh Petrus “melayani sebagai penilik” (1 Pe-
trus 5:2), atau “melaksanakan pengawasan” (episkopeō, NASB), sebuah istilah
yang menunjukkan fungsi pengawasan atau manajemen. Dalam 1 Petrus 2:25,
Yesus juga disebut Penilik (episkopos) jiwa kita (NIV). Fungsi kepemimpinan
rohani di pihak para tua-tua adalah fungsi yang sama yang dilakukan oleh Yesus
sebagai Dia yang peduli bagi jiwa kita. Hal ini tidak mengherankan bahwa ke-
mudian Ibrani 13:17 memperingatkan orang beriman, “Taatilah pemimpin-pe-
mimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwa-
mu, sebagai orang-orang yang harus memberikan pertanggungjawaban” (ESV).

Komentar Alkitab
I. Kualitas Para Pemimpin Gereja yang Efektif
(Tinjau Kembali 1 Petrus 5:1-4 Bersama UKSS Anda.)
Sebagai seorang penatua, Petrus mengimbau para penatua gereja untuk me-
melihara kawanan domba Allah yang berada di bawah pengasuhan mereka, un-
tuk melaksanakan pengawasan sehingga tidak seorang pun dari domba Kris-
tus itu akan hilang. Kemudian, apabila Gembala Agung itu kembali, mereka
akan menerima mahkota yang tidak binasa yang berasal dari kemuliaan. Ada
tiga kondisi di mana penatua harus melayani: (1) Dengan rela, bukan karena
tugas atau kewajiban; (2) dengan bersemangat, tanpa mengharapkan keuntung-
an finansial; dan (3) dengan rendah hati, tidak mengemudikan (mengendalikan)
kawanan mereka tetapi memimpin dengan memberi contoh.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Dalam cara bagaimanakah Yesus, Gembala
Agung itu, meneladankan tiga kondisi ini?

II. Nasihat-nasihat Kepada Anggota


(Tinjau Kembali 1 Petrus 5:5-7 Bersama UKSS Anda.)
Orang-orang yang lebih muda diharapkan untuk tunduk kepada otoritas dari
orang yang lebih tua, memiliki roh yang sama yakni menempatkan kepentingan
orang lain terlebih dahulu. Sikap tunduk semacam itu dianggap sebagai roh na-
sihat Petrus yang sebelumnya di dalam 1 Petrus 2:13-3:7.
Akhirnya, semuanya diperintahkan untuk mengenakan diri mereka dengan
86 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus
PENUNTUN GURU
kerendahan hati dalam hubungan mereka, menurut nasihat dalam 1 Petrus 3:
10-12, yang didasarkan atas Amsal 3:34. Dalam pandangan Allah yang berten-
tangan dengan kesombongan dan keinginan-Nya untuk memberikan kasih ka-
runia bagi orang yang rendah hati, semua disarankan untuk merendahkan diri di
hadapan Allah dan menunggu Dia untuk meninggikan mereka pada waktu yang
tepat. Meskipun kerendahan hati pada saat itu, dan sekarang ini, umumnya di-
kaitkan dengan kemiskinan dan status sosial yang rendah, orang-orang percaya
tidak perlu khawatir atas hal-hal seperti itu. Mereka hanya perlu membiarkan
Tuhan khawatir tentang kesejahteraan mereka, karena Dia peduli terhadap me-
reka dan dapat dipercaya untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Apakah beberapa cara praktis di mana saya
bisa mengenakan kerendahan hati dalam hubungan antarpribadi saya?

III. Hidup dalam Wilayah Iblis


(Tinjau Kembali 1 Petrus 5:8-11 Bersama UKSS Anda.)
Tuhan peduli terhadap kita. Pada saat yang sama, kita tidak boleh lupa bah-
wa kita hidup di wilayah musuh. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk dapat
menguasai diri dan waspada, karena musuh kita, iblis, adalah seperti singa lapar,
berkeliaran “sambil mengaum mencari mangsanya” (1 Ptr. 5:8). Singa meng-
untit mangsanya secara diam-diam. Mereka berusaha untuk tetap tersembunyi
sampai pada serangan menit terakhir. Kita mungkin tidak menyadari bahaya ke-
cuali kita tetap waspada, berpikiran jernih, dan menguasai diri sehingga tidak
menghambat kemampuan kita untuk berdoa (1 Ptr. 4:7). Kita tidak hanya perlu
tetap waspada dan sadar, tetapi kita juga diberitahukan untuk “melawan dia de-
ngan iman yang teguh” (1 Ptr. 5:9).
Petrus mengingatkan para pembacanya bahwa mereka tidak sendirian dalam
menghadapi murka si musuh itu, “ sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu
di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama”(1 Ptr. 5:9). Namun demi-
kian, Petrus menyimpulkan, “yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepa-
da kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan
mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.” (1 Ptr. 5:10).
Kekuatan kita tidak berada dalam diri kita; itu adalah di dalam Allah kita yang
telah memanggil kita untuk kemuliaan-Nya yang kekal.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Setan (naga itu) khususnya marah kepada
orang-orang di akhir zaman yang “menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki
kesaksian Yesus” (Why. 12:17). Sebagai prajurit Kristus, kita harus sadar dan
waspada. Bagaimanakah saya bisa hidup sebagai seorang prajurit Allah di wi-
layah musuh?
Pertanyaan Diskusi:
;; Roh apakah yang kita tampilkan dalam hubungan kita dengan orang lain,
entah kita sebagai pemimpin rohani, orang yang lebih muda, atau anggo-
ta gereja lainnya?
;; Langkah-langkah apakah yang kita ambil untuk menjadi waspada, berpikir-
an jernih, dan dapat menguasai diri? Apakah cara di mana kita dapat menya-
dari metode Iblis? Bagaimana kita berjaga-jaga dengan doa?

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 87


PENUNTUN GURU
ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Gereja sekarang ini jauh lebih sangat terstruktur daripada ge-
reja yang mula-mula. Tingkat organisasi yang tinggi ini diperlukan karena ke-
rumitan yang ada di gereja dan di dunia. Penatua dalam Perjanjian Baru pada
dasarnya sama dengan pendeta dan penilik (pengawas) (KJV: “bishops”; lihat,
sebagai contoh 1 Tim. 3:1, 2; Titus 1:7; 1 Ptr. 2:25), menjalankan (melaksana-
kan) kedua fungsi tersebut. Satu-satunya pemimpin rohani lainnya adalah para
rasul dan diaken, meskipun diaken tampaknya lebih banyak menangani hal-hal
yang lebih bersifat praktis dan kebutuhan-kebutuhan gereja, sementara para ra-
sul dan penatua khususnya melaksanakan fungsi rohani atau keagamaan (Kis.
6:1-4; 15:2, 4, 6, 22, 23; 16:4; 1 Tim. 5:17).
Pertanyaan Pemikiran:
;; Apakah dasar dari sistem perwakilan organisasi gereja kita, dan apakah
prinsip-prinsip Alkitabiah yang terhubung dengan hal itu?
;; Mengapakah kita boleh memiliki keyakinan atas petunjuk Allah yang berke-
lanjutan atas kepemimpinan di dalam gereja-Nya? Apakah perlunya Yesus,
Gembala Agung, memimpin kawanan-Nya dengan aman?
Kegiatan: Ajaklah UKSS membaca 1 Timotius 5:17 dan Ibrani 13:7, 17. Dis-
kusikanlah cara-cara di mana anggota UKSS dapat memperlihatkan dukungan
dan penghargaan bagi para pemimpin rohani jemaat. Rencanakanlah untuk me-
nempatkan setidaknya satu ide yang nyata dalam tindakan yang segera.

ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Banyak anggota gereja yang hanya memiliki sedikit pengertian
dalam hal struktur organisasi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh saat ini dan
bagaimana hal itu sebagian besar berfungsi atas dasar pemilihan berdasarkan
perwakilan dan dukungan pendanaan (keuangan) dari tingkat jemaat ke atas.
Mereka juga mungkin tidak menyadari bahwa sekali struktur tersebut ditem-
patkan untuk jangka waktu tertentu, beberapa menjaga keseimbangan kendali
dari atas ke bawah yang mungkin dapat diimplementasikan sampai pemilihan
berikutnya pada pertemuan konstitusi atau sesi General Conference. Mungkin
akan membantu mengulas beberapa konsep dasar mengenai cara bagaimana ke-
pemimpinan dan otoritas yang didirikan di Gereja Advent sehingga akan ada
pemahaman yang lebih baik tentang proses dan mengapa gereja menjalankan
fungsi tersebut. Buku Peraturan Gereja adalah alat yang berguna untuk mema-
hami organisasi gereja.
Kegiatan: Jika sumber daya tersedia, buatlah bagan tingkatan kepemimpinan
dan otoritas dalam Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Tunjukkanlah bagaima-
na otoritas itu mengalir di kedua arah di dalam organisasi gereja, dengan tidak
ada satu individu pun atau badan yang memiliki otoritas tertinggi, selain Kristus.

88 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Pelajaran 8 13–19 Mei*

Yesus Dalam Tulisan Petrus

SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 1 Ptr. 1:18, 19; Kol.
1:13, 14; Yes. 53:1–12; Yoh. 11:25; Mzm. 18:50; 2 Ptr. 1:1.
Ayat Hafalan: “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya
di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk
kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” (1 Petrus 2:24).

S
ebagaimana kita telah pelajari Kitab 1 Petrus, sekarang hendaknya su-
dah jelas bahwa bagaimanapun konteksnya, dan apa pun masalah khusus
yang dibicarakannya, Petrus berfokus pada Yesus. Yesus tersebar di selu-
ruh tulisannya; itulah benang emas yang dirajut di seluruh suratnya.
Dari baris pertama, di mana Petrus mengatakan bahwa dia adalah “rasul”
(“yang diutus”) Yesus Kristus, sampai baris terakhir, ketika dia menulis, “Da-
mai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus Yesus” (1
Ptr. 5:14), Yesus adalah tema kuncinya. Dan dalam surat ini ia berbicara me-
ngenai kematian Yesus sebagai korban kita. Dia berbicara mengenai penderita-
an besar yang Yesus lewati dan menggunakan teladan Yesus dalam penderitaan
ini sebagai teladan bagi kita. Dia berbicara mengenai kebangkitan Yesus dan
apa artinya bagi kita. Selain itu, dia berbicara mengenai Yesus bukan hanya
sebagai Mesias, Kristos, “yang diurapi,” tetapi tentang Yesus sebagai Mesias
Ilahi. Artinya, kita melihat dalam 1 Petrus lebih banyak bukti akan kodrat Ila-
hinya Yesus itu. Dia adalah Allah itu sendiri, yang menjadi manusia dan yang
hidup dan mati sehingga kita dapat memiliki harapan dan janji hidup kekal.
Pekan ini kita akan kembali menyelidiki Kitab 1 Petrus dan melihat lebih
dekat apa yang diungkapkannya mengenai Yesus.

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 20 Mei.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 89


Minggu 14 Mei
Yesus, Korban Kita
Satu tema utama dari Alkitab, bahkan mungkin tema yang menyeluruh ini,
ialah akan pekerjaan Allah dalam menyelamatkan manusia yang telah jatuh.
Dari jatuhnya Adam dan Hawa di Kitab Kejadian sampai jatuhnya Babel di
Kitab Wahyu, Alkitab entah bagaimana mengungkapkan karya Allah dalam
mencari dan menyelamatkan “yang hilang” (Luk. 19:10). Dan tema ini diung-
kapkan juga dalam surat Petrus.
Bacalah 1 Petrus 1:18, 19 dan Kolose 1:13, 14. Apakah artinya ditebus,
dan apakah hubungannya darah dengan penebusan?
______________________________________________________________
Satu Petrus 1:18, 19 menggambarkan makna kematian Yesus begini: “Sebab
kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus... bukan dengan barang yang fana, bu-
kan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu
darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak
bercacat.” Ada dua gambaran kunci dalam perkataan ini: Penebusan dan pe-
ngorbanan hewan.
Penebusan digambarkan dalam Alkitab dengan berbagai cara. Misalnya,
anak sulung keledai yang jantan (tidak boleh dikorbankan) dan anak sulung
laki-laki (Kel. 34:19, 20) ditebus oleh pengorbanan seekor domba pengganti.
Uang dapat digunakan untuk membeli kembali (menebus) sesuatu yang telah
dijual karena kemiskinan (Im. 25:25, 26). Yang paling penting, seorang budak
bisa ditebus (Im. 25:47-49). Kitab satu Petrus memberikan informasi kepada
pembaca bahwa harga untuk membeli mereka kembali (penebusan) dari “cara
hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu” (1 Ptr. 1:18)
adalah tidak kurang dari “darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama
seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat “(1 Ptr. 1:19).
Gambaran domba itu, tentu saja, membangkitkan konsep pengorbanan hewan.
Petrus dengan demikian menyamakan kematian Kristus dengan seekor he-
wan korban dalam Kitab Suci Ibrani. Seorang pendosa membawa seekor dom-
ba yang tidak bercacat cela ke Bait Suci. Pendosa itu kemudian meletakkan
tangannya di atas hewan (Im. 4:32, 33). Hewan itu disembelih, dan sebagian
dari darahnya dioleskan pada mezbah; selebihnya dicurahkan di bagian ba-
wah mezbah (Im. 4:34). Kematian hewan korban mengadakan “pendamaian”
bagi orang yang mempersembahkan korban itu (Im. 4:35). Petrus mengatakan
bahwa Yesus mati di tempat kita dan bahwa kematian-Nya menebus kita dari
kehidupan kita sebelumnya dan akan kebinasaan yang seharusnya menjadi ba-
gian kita.
Apakah bukti bahwa harapan keselamatan kita hanya ada dalam peng-
ganti yang terhukum menggantikan kita mengajari kita mengenai keter-
gantungan kita semata-mata hanya kepada Allah?

90 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Senin 15 Mei
Penderitaan Kristus
Orang Kristen seringkali berbicara mengenai “sengsara Kristus.” Kata seng-
sara berasal dari kata kerja bahasa Yunani yang berarti “menderita,” dan kali-
mat “sengsara Kristus” biasanya merujuk pada apa yang Yesus derita di bagian
akhir hidup-Nya, yang dimulai dengan masuknya Yesus ke Yerusalem. Petrus
juga memikirkan tema penderitaan Kristus di hari-hari terakhir itu.
Bacalah 1 Petrus 2:21-25 dan Yesaya 53:1-12. Apakah yang ayat-ayat
ini beritahukan mengenai apa yang diderita Yesus demi kita?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Ada makna khusus penderitaan Yesus. Dia memikul “dosa kita di dalam
tubuh-Nya di kayu salib [merujuk ke salib; bandingkan dengan Kis. 5:30], su-
paya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran” (1 Ptr. 2:24).
Dosa membawa maut (Rm. 5:12). Sebagai orang berdosa, kita pantas untuk
mati. Namun, Yesus yang sempurna—yang tipu tidak ada dalam mulut-Nya (1
Ptr. 2:22)—mati menggantikan tempat kita. Dalam pertukaran itu, kita memi-
liki rencana keselamatan itu.
Baca lagi Yesaya 53:1-12. Apakah yang ayat-ayat ini katakan bahwa
Yesus menderita untuk melaksanakan rencana keselamatan demi kita?
Apakah yang hal ini katakan bagi kita mengenai tabiat Allah itu?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
“Setan dengan godaannya yang ganas memedihkan hati Yesus. Juruse-
lamat tidak dapat melihat melalui pintu kubur. Harapan tidak menunjukkan
kepada-Nya tentang keluar-Nya dari kubur sebagai seorang pemenang, atau
mengatakan kepada-Nya tentang penerimaan Bapa akan pengorbanan itu. Ia
khawatir jangan-jangan dosa begitu mengerikan pada pemandangan Allah se-
hingga perpisahan Mereka akan kekal. Kristus merasakan kesengsaraan yang
akan dirasakan oleh orang berdosa bila kemurahan tidak lagi memohon untuk
umat manusia yang bersalah. Perasaan akan dosa, yang membawa murka Bapa
ke atas-Nya sebagai pengganti manusia, itulah yang menjadikan cawan yang
dimimun-Nya sangat pahit, dan menghancurkan hati Anak Allah.”—Ellen G.
White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 404-405.
Bagaimanakah seharusnya sambutan kita terhadap apa yang Kristus
telah pikul demi kita? Bagaimanakah kita mengikuti teladan-Nya, seperti
yang dikatakan dalam 1 Petrus 1:21?
______________________________________________________________
______________________________________________________________

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 91


Selasa 16 Mei
Kebangkitan Yesus
Bacalah 1 Petrus 1:3, 4, 21; 3:21, Yohanes 11:25, Filipi 3:10, 11; Wahyu
20:6. Harapan yang besar apakah yang mereka hadapi, dan apakah arti-
nya hal itu bagi kita?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Sebagaimana yang kita telah lihat, kitab 1 Petrus ditujukan kepada mereka
yang sedang menderita karena kepercayaan mereka kepada Yesus. Hal ini sa-
ngat tepat, itu sebabnya, tepat di awal suratnya Petrus mengarahkan perhatian
pembacanya pada harapan yang menanti mereka. Sebagaimana yang dikata-
kannya, harapan orang Kristen adalah harapan yang hidup, tepat sekali karena
itu adalah harapan yang bertumpu pada kebangkitan Yesus (1 Ptr. 1:3). Karena
kebangkitan Yesus, orang Kristen dapat memandang ke depan kepada warisan
di surga yang tidak dapat binasa atau layu (1 Ptr. 1:4). Dengan kata lain, tidak
peduli sebegitu buruk pun jadinya, pikirkanlah tentang apa yang menanti kita
ketika semuanya telah berlalu.
Sesungguhnya, kebangkitan Yesus dari antara orang mati adalah jaminan
bahwa kita juga dapat dibangkitkan (1 Kor. 15:20, 21). Paulus mengatakan,
“dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan
kamu masih hidup dalam dosamu” (1 Kor. 15:17). Tetapi karena Yesus telah
dibangkitkan dari antara orang mati, Dia telah menunjukkan bahwa Dia memi-
liki kuasa menaklukkan kematian itu sendiri. Dengan demikian, harapan orang
Kristen menemukan pijakannya dalam peristiwa sejarah kebangkitan Kristus.
Kebangkitan-Nya adalah dasar kebenaran kebangkitan kita di akhir zaman.­
Di manakah kita akan berada tanpa harapan dan janji itu? Segala sesuatu
yang Kristus lakukan bagi kita berpuncak pada janji kebangkitan itu. Tanpa
hal itu, harapan apakah yang kita miliki, terutama karena kita tahu bahwa ber-
beda dengan kepercayaan Kristen populer, orang mati dalam keadaan tidur tak
sadarkan diri di kuburnya?
“Bagi orang Kristen, kematian hanyalah tidur saja, suatu saat ketenangan
dan kegelapan. Hidup terlindung dengan Kristus dalam Allah, dan ‘apabila
Kristus yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menya-
takan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.’ Yohanes 8:51, 52; Kol. 3:4...
Ketika Ia datang kedua kalinya semua orang mati yang mulia itu akan mende-
ngar suara-Nya, dan akan keluar kepada hidup yang mulia dan baka.”—Ellen
G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm 439-440.
Pikirkanlah tentang kepastian kematian yang jelas itu. Hal yang sa-
ngat kejam, tak kenal ampun, dan begitu nyata. Jadi mengapakah, janji
kebangkitan itu adalah sangat penting bagi iman kita dan bagi segala se-
suatu yang kita percayai dan harapkan?

92 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Rabu 17 Mei
Yesus sebagai Mesias
Seperti yang kita telah lihat sebelumnya, salah satu titik balik yang penting
dalam pelayanan Yesus di dunia adalah ketika, dalam menanggapi pertanyaan
tentang siapa Dia, Petrus menjawab: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang
hidup” (Mat. 16:16). Kata Kristus (kristos dalam bahasa Yunani) berarti “yang
diurapi,” “Mesias”; dalam bahasa Ibrani itulah masiakh. Kata ini berasal dari
akar kata yang berarti “mengurapi,” dan itu digunakan dalam berbagai konteks
di Perjanjian Lama. (Bahkan kata ini digunakan di satu tempat untuk menun-
juk kepada seorang raja kafir, Koresh [lihat Yes 45:1]). Jadi, ketika Petrus me-
nyebut Yesus itu Mesias, ia menggunakan satu kata yang mengungkapkan kata
yang tepat yang berasal dari Kitab Suci Ibrani.
Bacalah ayat-ayat dari Perjanjian Lama berikut ini yang mengguna-
kan kata Mesias atau yang diurapi. Apakah yang konteksnya ajarkan ke-
pada kita tentang apa artinya kata itu? Bagaimana mungkin Petrus telah
memahami apa yang dimaksudkannya ketika ia menyebut Yesus Mesias?
Mzm. 2:2_______________________________________________________
Mzm. 18:50_____________________________________________________
Dan. 9:25_______________________________________________________
1 Sam. 24:6_____________________________________________________
Yes. 45:1_______________________________________________________
Meskipun Petrus telah diilhami Tuhan untuk menyatakan Yesus sebagai Me-
sias (Mat. 16:16, 17), tidak diragukan jika ia tidak memahami sepenuhnya apa
artinya sebutan itu. Dia belum memahami siapa sebenarnya Mesias itu, apa
yang ia akan laksanakan, dan, barangkali yang terpenting, bagaimana ia akan
melaksanakannya.
Dalam kurangnya pemahaman itu, Petrus tidak sendirian. Ada begitu banyak
pendapat berbeda di Israel tentang Mesias. Di dalam dan dari mereka sendiri,
penggunaan kata Mesias atau yang diurapi pada ayat di atas tidak memberi-
kan gambaran yang lengkap, tetapi kebanyakan dapat memberikan bayangan
tentang apa yang akan terjadi dan yang akan dilakukan Mesias pada akhirnya.
Yohanes 7:40 mengungkapkan beberapa hal yang diharapkan dari sang Me-
sias: Dia adalah turunan dari Daud, dari Kota Betlehem (Yes. 11:1-16, Mi. 5:
2). Pada bagian itu mereka tepat. Tetapi dalam bayangan populer, sang Mesias
dari garis keturunan Daud akan melakukan apa yang Daud lakukan: Menga-
lahkan musuh-musuh orang Yahudi. Apa yang mereka tidak harapkan adalah
sang Mesias yang akan disalibkan oleh orang Romawi.
Tentunya, pada saat dia menulis surat-suratnya, Petrus telah memahami Ye-
sus sebagai sang Mesias dengan lebih jelas (Dia menyebutkan Yesus Kristus
15 kali dalam kitab 1 dan 2 Petrus) dan semua yang dilakukan-Nya bagi umat
manusia.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 93


Kamis 18 Mei
Yesus, Mesias yang Ilahi
Petrus tahu bahwa Yesus bukan hanya bahwa Yesuslah Mesias, tetapi bahwa
Dia juga adalah Tuhan. Artinya, pada saat surat-suratnya ini, Petrus tahu bah-
wa Mesias adalah Allah itu sendiri. Meskipun sebutan “Tuhan” dapat memiliki
makna sekuler, istilah itu dapat juga menjadi petunjuk yang jelas untuk Keila-
hian. Dalam 1 Petrus 1:3 dan 2 Petrus 1:8, 14, 16, Petrus menunjuk kepada
Yesus, Mesias, Kristus, sebagai Tuhan, sebagai Allah itu sendiri.
Seperti para penulis lainnya dalam Perjanjian Baru, Petrus menjelaskan
hubungan antara Yesus dan Allah dengan sebutan Bapa dan Anak. Misalnya,
“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus” (1 Ptr. 1:3; bandingkan
dengan 2 Ptr. 1:17). Yesus digambarkan sebagai Anak yang dikasihi (2 Ptr.
1:17), dan beberapa otoritas Yesus sebagai Tuhan, dan status surgawi-Nya,
berasal dari hubungan khusus yang dimiliki-Nya dengan Allah Bapa.
Bacalah 2 Petrus 1:1, Yohanes 1:1, dan Yohanes 20:28. Apakah yang di-
katakan ayat-ayat ini kepada kita mengenai Keilahian Yesus itu?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Dua Petrus 1:1 mengatakan “Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
Dalam bahasa asli Yunani, artikel yang sama pasti digunakan baik untuk Allah
maupun Juruselamat. Dipandang dari sudut tata bahasa hal ini berarti bahwa
baik “Allah” dan “Juruselamat” digunakan untuk Yesus. Maka 2 Petrus 1:1
menjadi salah satu indikasi yang sangat jelas dalam Perjanjian Baru tentang
keIlahian penuh dari Yesus.
Sebagaimana orang Kristen yang mula-mula berusaha keras untuk mema-
hami Yesus, mereka setahap demi setahap menghubungkan bukti Perjanjian
Baru. Dalam tulisan-tulisan Petrus, Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah ber-
beda (misalnya, Bapa/Anak: 1 Ptr. 1:3; 2 Ptr. 1:17; Roh Kudus: 1 Ptr. 1:12; 2
Ptr. 1:21), karena memang demikian di seluruh Perjanjian Baru. Namun, pada
saat yang sama, Yesus digambarkan sepenuhnya Ilahi, demikian juga Roh Ku-
dus. Seiring berjalannya waktu, dan setelah banyak pembahasan, gereja me-
ngembangkan doktrin Trinitas untuk menjelaskan sebaik mungkin misteri Ilahi
Ketuhanan. Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh memasukkan doktrin Trinitas
sebagai salah satu dari 28 keyakinan dasar. Jadi, kita lihat dalam kitab Petrus
gambaran yang jelas tentang Yesus bukan hanya sebagai Mesias tetapi sebagai
Allah itu sendiri.
Ketika Anda berpikir tentang kehidupan dan kematian Yesus dan ke-
mudian menyadari bahwa Dia adalah Allah, apakah yang hal ini katakan
kepada Anda mengenai rupa Allah yang kita layani dan mengapa kita
harus mengasihi dan memercayai-Nya? Bawalah jawaban Anda ke UKSS
pada hari Sabat.

94 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Jumat 19 Mei
Pendalaman: “Kelihatannya masuk akal memulai dengan ‘Mesias,’ karena
gereja Kristen meminjam nama itu dari padanan kata Yunani Kristos, ‘Yang Diu-
rapi.’ Sebuah kata Ibrani yang berhubungan dengan sosok pelepas yang dinanti-
nantikan oleh orang Yahudi dan yang akan menjadi agen Allah dalam memulai
era baru bagi umat Allah. Baik sebutan dalam bahasa Ibrani dan bahasa Yunani
berasal dari akar kata yang berarti ‘mengurapi.’ “Terbukti, dengan menyebut-
Nya Kristus, ‘para penulis Perjanjian Baru melihat Yesus sebagai yang diasing-
kan secara khusus untuk tugas khusus.
“Nama Kristos muncul lebih dari 500 kali dalam Perjanjian Baru. Meskipun
terdapat lebih dari satu konsep mengenai Mesias di antara mereka yang hidup
sezaman dengan Yesus, secara umum diakui bahwa pada abad pertama orang
Yahudi memandang Mesias sebagai seseorang yang memiliki hubungan yang
khusus dengan Allah. Dia yang akan menggiring masuk zaman akhir itu, ketika
kerajaan Allah akan mulai didirikan. Dialah seorang yang melaluinya Allah akan
menembus masuk ke dalam sejarah untuk menyelamatkan umat-Nya. Yesus me-
nyetujui sebutan ‘Mesias’, walaupun tidak menganjurkan penggunaannya; ka-
rena sebutan itu bernuansa politis yang membuat penggunaannya menyulitkan.
Meskipun enggan untuk menampilkan diri-Nya di depan umum dengan gelar itu
dalam mengutarakan misi-Nya, Yesus tidak menegur baik Petrus (Mat. 16:16,
17) maupun perempuan Samaria (Yoh. 4:25, 26) untuk menggunakannya. Dia
tahu diri-Nya adalah Mesias itu, seperti yang terlihat dalam penyampaian Mar-
kus mengenai perkataan Yesus tentang memberikan kepada salah satu murid-
Nya secangkir air ‘karena kamu adalah pengikut Kristus’ (Mrk. 9:41)”—The
SDA Bible Commentary, jld. 12, hlm. 165.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:


1. Bacalah Yesaya 53:1-12. Menurut ayat-ayat tersebut, apakah yang Ye-
sus telah lakukan bagi kita? Tuliskanlah secara spesifik apa yang telah
dilakukan-Nya demi kita. Dalam cara bagaimanakah kita dapat melihat
dengan jelas dalam ayat-ayat ini gagasan Yesus sebagai pengganti kita?
Mengapakah kita membutuhkan-Nya sebagai Pengganti kita?
2. Sepanjang sejarah, beberapa orang telah menggunakan janji-janji Alki-
tab mengenai kehidupan setelah kematian untuk membantu orang-orang
yang tertindas. Nah, benar, hidup Anda sulit sekarang ini, tetapi tetap-
lah berfokus pada apa yang Allah telah janjikan bagi kita ketika Yesus
kembali. Karena kebenaran ini yang diajarkan dalam Firman Allah telah
disalahgunakan, banyak orang menolak gagasan Kristen tentang kehi-
dupan setelah kematian; sebaliknya, mereka melihatnya hanya sebagai
siasat oleh beberapa orang untuk menindas orang lain. Bagaimanakah
Anda menanggapi sanggahan ini?
3. Di UKSS, ulangi kembali jawaban Anda untuk pertanyaan hari Kamis
tentang Keilahian Kristus dan apa yang dikatakannya kepada kita me-
ngenai tabiat Allah. Mengapakah keilahian-Nya dan apakah yang diung-
kapkannya mengenai Allah merupakan suatu kabar baik?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 95


PENUNTUN GURU

Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 1 Petrus 1:18-21
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Lihatlah bahwa Yesus Kristus merupakan pusat teologi dan
pengajaran Petrus, termasuk kemesiasan-Nya, penderitaan-Nya dan kema-
tian, kebangkitan-Nya, dan kedatangann-Nya yang kedua.
Merasakan: Memahami hak istimewa dipanggil Allah untuk ikut serta da-
lam penderitaan Kristus, dan mengalami iman dan harapan dalam kemulia-
an yang akan dinyatakan di dalam kita pada kedatanganNya.
Melakukan: Meninggalkan cara hidupmu yang sia-sia dan melakukan De-
ngan setia apa yang benar, melayani orang lain dalam kasih.

ÂÂGaris-garis Besar Pelajaran:


I. Mengetahui: Yesus sebagai Mesias, Penebus, dan Tuhan
A. Apakah aspek-aspek tertentu dari kehidupan dan pelayanan Yesus
yang disoroti Petrus dalam surat ini?
B. Apakah yang tampaknya menjadi fokus utama referensi Petrus un-
tuk kehidupan dan pelayanan Yesus?
II. Merasakan: Panggilan untuk Mengikuti Langkah Yesus
A. Dalam konteks yang spesifik apakah Petrus menyerukan kepada
para pembacanya untuk mengikuti jejak Yesus?
B. Bagaimana Yesus menggenapi nubuatan Perjanjian Lama mempe-
ngaruhi keputusan kita untuk mengikuti Yesus hari ini?
III. Melakukan: Bersiap untuk Kedatangan Yesus Kembali
A. Apakah nasihat Petrus kepada para pembacanya untuk mereka la-
kukan sementara mereka mempersiapkan diri untuk kedatangan
Yesus?
B. Bagaimanakah cara kita melihat penghakiman yang akan datang?
Apakah dengan rasa takut atau dengan bersemangat? Diskusikan.
Ringkasan: Petrus menenun pekabaran yang jelas tentang Yesus dalam se-
mua diskusinya. Yesus adalah Tuhan Mesias dari nubuatan Perjanjian Lama,
diutus untuk menebus umat-Nya dari cara hidup mereka yang berdosa dengan
mengorbankan diri-Nya. Dia dibangkitkan dari antara orang mati dan akan se-
gera dinyatakan kembali dalam kemuliaan. Pengharapan orang Kristen adalah
di dalam Dia.

96 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU

Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 1 Petrus 1:3-9
Kunci Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Allah telah membawa orang
Kristen kepada pengharapan yang hidup melalui kebangkitan Yesus Kristus
dari kematian. Harapan ini termasuk warisan di surga yang tidak pernah da-
pat binasa, rusak, atau memudar. Hal itu dipersiapkan bagi kita yang terlin-
dung melalui iman oleh kuasa Allah sampai datangnya keselamatan yang akan
diungkapkan pada kedatangan Kristus. Kita memuji Tuhan dengan sukacita
karena harapan keselamatan ini, dan perilaku kita pun berubah oleh antisi-
pasi kemuliaan yang akan dinyatakan dalam diri kita. Kita mengasihi Yesus,
dan kita saling mengasihi. Kita bertahan dalam ujian dengan penuh kesabaran.
Kita memercayai Tuhan dan Firman-Nya, dan, akhirnya, kita menerima tujuan
iman kita, keselamatan jiwa kita.
Untuk Guru: Yesus mengubah hidup Petrus. Petrus secara alamiah adalah
seorang yang berani dan kurang ajar, tidak sabar dan blak-blakan. Dia sering
berbicara sebelum memikirkan dengan cermat perkataan-nya. Sebagai akibat-
nya, ia membuat janji-janji yang tidak bisa ditepatinya dan akhirnya dia me-
nyangkal Tuhannya. Namun, tidak seperti Yudas, gantinya kehilangan harapan
dan menyerah, Petrus bertobat dan mencari pengalaman baru bersama Kristus,
menjadi salah seorang pengikut-Nya yang paling bersemangat dan menjadi se-
orang pembela. Barangkali Petrus merupakan seorang pemimpin yang paling
menonjol dalam gereja yang mula-mula, setidaknya hingga Paulus menonjol
sebagai seorang rasul kepada orang bukan Yahudi. Paulus menganggap Petrus
menjadi salah seorang “soko guru” utama gereja (Gal 2:9). Petrus mengetahui
siapa Yesus dan kuasa dalam hidup Yesus. Tidak heran bilamana suratnya pe-
nuh dengan ayat-ayat yang membicarakan akan pentingnya Yesus dalam kehi-
dupan orang percaya.
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS untuk membaca secara bersama-sama
1 Petrus 1:3-9, 18-21. Ajaklah anggota mengenali berbagai unsur dari proses
keselamatan yang disebutkan dalam ayat-ayat ini dan hubungannya dengan
kehidupan dan pekerjaan Yesus.
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Hidup dan pekerjaan Yesus merembes ke dalam surat Petrus
yang pertama. Namun fokus utama kehidupan dan pekerjaan Yesus ditemu-
kan dalam 1 Petrus 3:18, yaitu kematian penebusan Yesus bagi dosa-dosa kita
dan kebangkitan Yesus yang berikutnya untuk hidup dalam Roh. Ada sepu-
luh referensi eksplisit terhadap penderitaan dan kematian Yesus di dalam surat
ini (1 Ptr. 1:2, 11, 19; 2:21, 23, 24; 3:18; 4:1, 13; 5:1), dengan paling tidak
satu referensi dalam setiap pasal. Dan ada empat referensi eksplisit terhadap

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 97


PENUNTUN GURU
kebangkitan-Nya (1 Ptr. 1:3, 21; 3:18, 21). Selain itu, ada satu referensi terha-
dap kenaikan-Nya (1 Ptr. 3:22), dan lima kepada kedatangan-Nya yang kedua
kali (1 Ptr. 1:5, 7, 13; 5:1, 4).

Komentar Alkitab
I. Penderitaan dan Kematian Yesus
(Tinjau Kembali 1 Petrus 1:18, 19; 2:24; 3:18 Bersama UKSS Anda.)

Sebagian besar referensi terhadap kehidupan dan pekerjaan Yesus mengacu


kepada penderitaan dan kematian-Nya. Penderitaan-Nya yang paling sering
disebutkan, kebanyakan sebagai contoh bagi mereka yang juga menderita (1
Ptr. 1:11, 12; 2:21-23; 4:1, 13-16), namun kematian Yesus sebagai korban
untuk dosa-dosa kita secara teologis yang lebih penting bagi keselamatan ke-
kal kita (1 Ptr. 1:18, 19; 2:24; 3:18). Ayat-ayat ini mengajarkan penebusan
penggantian untuk membayar harga penebusan bagi dosa-dosa kita. Terlepas
dari korban pengganti Yesus, tidak akan ada ketentuan untuk keselamatan kita.
Pengaturan ini adalah satu-satunya cara kita bisa mendekati Allah (1 Ptr. 3:18;
Yoh 14:6; Kisah 4:10-12; Ibr. 9:27, 28; 10:19-22).
Pertimbangkanlah Hal Ini: Berapa banyakkah waktu yang saya habiskan
setiap hari atau setiap pekan dalam merenungkan penderitaan dan kematian
Yesus?

II. Kebangkitan Yesus


(Tinjau Kembali 1 Petrus 1:3, 21; 3:18, 21 Bersama UKSS Anda.)
Sama pentingnya dengan kematian Yesus atas keselamatan kita, hal itu tidak
akan menjadi efektif terlepas dari kebangkitan-Nya (1 Ptr. 1:3; 3:21; 1 Kor.
15:14, 17-19). Kita memiliki harapan hidup yang kekal karena Dia tidak mati,
tetapi Dia bangkit (Mat. 28:5, 6; Luk. 24:5, 6), dan Dia telah menjadi “buah
sulung dari orang-orang yang sudah mati” (1 Kor. 15:20). Dalam kebangkitan-
Nya kita memiliki kepastian potensi untuk kebangkitan kita kepada hidup yang
kekal. Petrus dengan jelas memahami prinsip ini dan memegang hal itu di ha-
dapan para pembacanya sebagai dasar untuk pengharapan mereka, tidak peduli
atas penderitaan, atau bahkan kematian, yang mungkin mereka alami dalam
hidup ini.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Dalam Roma 6: 4 Paulus membuat kebangkit-
an Yesus bukan saja harapan kekal kita pada akhirat tetapi juga sejenis hidup
rohani kita yang baru di saat ini. Apakah yang menjadi dasar harapan kehidup-
an kekal kita?

III. Kenaikan dan Kedatangan Kristus Kembali


(Tinjau Kembali 1 Petrus 1:5, 7, 13; 3:22; 5:1, 4. Bersama UKSS Anda.)
Selain penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus, Petrus menunjuk ke-

98 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU
pada beberapa peristiwa penting lainnya dalam kehidupan dan pekerjaan Ye-
sus. Dalam 1 Petrus 3:22, dia menunjuk pada kenaikan Yesus, dan bahkan
mengisyaratkan pelayanan keimambesaran-Nya ketika ia menyatakan bahwa
Dia “berada di sebelah kanan Allah” (NIV; bandingkan dengan Kis. 5:31; Ibr.
8:1; 9:24; 10:11, 12). Kemudian ia merujuk lima kali untuk kedatangan Kris-
tus yang kedua, yang ia sebutkan sebagai pewahyuan-Nya dalam kemuliaan
pada hari terakhir (1 Ptr. 1:5, 7, 13; 5:1), atau kedatangan-Nya (1 Ptr. 5:4).
Kedatangan-Nya dalam kemuliaan ini adalah merupakan puncak pengharapan
orang Kristen (Titus 2:13). Ini akan menjadi warisan berkat yang telah disiap-
kan di surga bagi kita, dan itu merupakan apa yang telah kita cari dan untuk
itulah kita dipanggil (1 Ptr. 1:4; 3:9)
Pertimbangkanlah Hal Ini: Umumnya Yesus dikenal sebagai Yesus Kris-
tus (Christos, Seorang yang Diurapi, Mesias). Dengan demikian, Petrus ber-
ulang kali menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan nubuatan
Perjanjian Lama, dan ia secara eksplisit menunjukkan hal itu dalam 1 Petrus
1: 10-12. Dengan cara apa Yesus sang Mesias yang dijanjikan-bersama semua
penunjukkan ini berarti-bagi saya?
Pertanyaan Diskusi:
;; Apakah peran yang dirujuk oleh Petrus terhadap nabi Perjanjian Lama dan
ramalan mereka dalam 1 Petrus 1:10-12 yang dimainkan dalam fokusnya
terhadap Yesus dan kehidupan dan pelayanan-Nya?
;; Dalam menunjuk pada penderitaan dan kematian Yesus sebagai fokus utama
dari suratnya, mengapa Petrus juga mengambil kesempatan dalam 1 Petrus
3:15 menyuruh para pembacanya untuk “menghormati Kristus sebagai Tu-
han” di dalam hati mereka?
ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Kita sering kali merasa lebih mudah berfokus pada isu-isu
doktrinal daripada masalah hubungan. Pelajaran pekan ini berfokus pada
kedua-duanya, melihat pada beberapa peristiwa dalam kehidupan Yesus yang
penting bagi keselamatan kita dan juga pada hubungan pribadi Petrus dengan
Yesus yang mengubah bagi kehidupan dan pelayanannya sendiri. Dalam meng-
ajarkan pelajaran ini, pastikan bahwa masalah hubungan tidak diabaikan dari
ayat-ayat yang mengarah ke masalah doktrin bagi keselamatan. Temukanlah
kesempatan untuk mendiskusikan hubungan Petrus dengan Yesus, yang me-
nyebabkan dia untuk tetap menjaga agar Yesus menjadi pusat dalam suratnya.
Jangan abaikan untuk mempersonalisasikan hubungan dengan Yesus. Dalam
hal apa kita harus menetapkan Kristus sebagai Tuhan di dalam hati kita?
Pertanyaan Pemikiran:
;; Apakah faktor penting dalam pertobatan Petrus yang membuatnya ternya-
ta berubah menjadi pemimpin rohani, bersama Yesus pada pusat pengajar-
an dan harapannya?

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 99


PENUNTUN GURU
;; Setelah menetapkan Yesus sebagai Kristus dan Tuhan dalam hati, kita harus
berjuang bagi hubungan yang bermakna dengan-Nya. Jika kita belum mela-
kukannya, apa yang bisa kita lakukan untuk masuk ke dalam pengharapan
yang hidup di dalam Yesus?
Kegiatan: Imbaulah UKSS untuk membaca secara bersama-sama 1 Petrus
4: 1, 2, 7, 8; 5:6-10. Bahaslah cara bagaimana teladan Yesus pasti memberikan
pengaruh yang mengubah dalam kehidupan kita seperti yang terjadi dalam ke-
hidupan Petrus. Bagaimana cara komunitas kita melihat hubungan kita dengan
Yesus, berdasarkan apa yang mereka amati dari kehidupan kita? Perubahan
apakah yang peru kita buat?

ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Petrus memulai suratnya dengan menunjuk kepada peruba-
han yang ingin dibuat Tuhan dalam hidup kita. Allah telah memilih kita me-
lalui pekerjaan pengudusan Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan diper-
cik (kiasan dari penyucian) oleh darah-Nya (1 Ptr. 1:2). “dalam rahmat-Nya
yang besar dia telah memberikan kepada kita kelahiran baru ke dalam suatu
hidup yang berpengharapan melalui kebangkitan Yesus Kristus dari kematian,
an menjadi warisan yang tidak pernah dapat binasa, rusak atau memudar” (1
Ptr. 1:3, 4). Setelah menjelaskan bagaimana perubahan ini terjadi dalam hidup
kita dan bagaimana kita bisa mengklaim pengharapan yang hidup itu, Petrus
menutup suratnya dengan meyakinkan para pembacanya bahwa Allah sumber
segala kasih karunia “akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan men-
gokohkan kamu,” (1 Ptr. 5:10). “Hal ini [pemulihan],” ia memastikan para
pembacanya dalam 1 Petrus 5:12, “adalah anugerah Allah yang benar. Berdi-
rilah teguh di dalamnya.”
Kegiatan: Kembangkanlah dengan UKSS strategi dengan mana anugerah
Allah yang benar—sebagaimana terungkap melalui kehidupan dan pelayanan
Yesus Kristus—bisa diberitakan kepada komunitas gereja Anda, tawarkan ke-
pada mereka suatu kelahiran baru kepada pengharapan yang hidup dan warisan
yang tidak akan binasa atau memudar dengan berjalannya waktu. Bagaima-
nakah caranya pekabaran dalam 1 Petrus ini dapat memainkan peran dalam
strategi tersebut?

100 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Pelajaran 9 20-26 Mei*

Jadilah dirimu sendiri


SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 2 Ptr. 1:1–15; Ef. 2:8;
Rm. 5:3–5; Ibr. 10:38; Rm. 6:11; 1 Kor. 15:12–57.
Ayat Hafalan: “Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sung-
guh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan
kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan
diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesa-
lehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada
kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang” (2 Petrus 1:5–7).

S
alah satu hal yang menakjubkan mengenai Perjanjian Baru adalah be-
tapa banyak kebenaran dapat “dipadatkan” pada jumlah ruang yang sa-
ngat terbatas. Lihatlah pada pelajaran pekan ini, yang meliputi 2 Petrus
1:1-14. Dalam 14 ayat ini, Petrus mengajarkan kepada kita mengenai pem-
benaran oleh iman. Dia kemudian masuk kepada apa yang kuasa Allah dapat
lakukan dalam kehidupan orang-orang yang telah memberikan dirinya kepada
Yesus. Dia berbicara mengenai kebenaran yang menakjubkan bahwa kita dapat
“mengambil bagian dalam kodrat Ilahi” (2 Ptr. 1: 4) dan bahwa kita dapat luput
dari kebobrokan dan hawa nafsu duniawi.
Bahkan, kita mendapatkan bukan hanya sejenis daftar perbuatan kebajikan
Kristiani, tetapi Petrus menyajikannya dalam suatu urutan tertentu. Yang satu
menyusul yang lain, menyusul lagi yang lain, dan seterusnya sampai semua
mencapai klimaksnya pada suatu perbuatan kebajikan yang paling penting dari
semuanya.
Ia juga menulis tentang realitas tentang apa artinya berada di dalam Kristus
dan “dibersihkan” (2 Ptr. 1:9) dari dosa-dosa kita yang dahulu, dan bahkan
membawa gagasan akan jaminan keselamatan, janji hidup kekal di dalam “ke-
rajaan kekal” (2 Ptr. 1:11) milik Tuhan.
Pada akhirnya, kita juga mendapatkan pelajaran sederhana akan suatu topik
yang penting mengenai keadaan orang mati. Betapa banyak dan dalamnya ke-
kayaan kebenaran hanya dalam 14 ayat!

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 27 Mei.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 101


Minggu 21 Mei
Iman yang Berharga
Bacalah 2 Petrus 1:1-4. Apakah yang Petrus katakan mengenai apa
yang telah diberikan kepada kita di dalam Yesus Kristus? Yaitu, bagai-
manakah realitas kasih karunia terlihat di sini?
______________________________________________________________
Petrus memulai surat ini dengan mengatakan bahwa suratnya ini ditujukan
kepada mereka yang “memperoleh iman yang berharga bersama kami” (2 Ptr.
1:1, KJV); atau “iman untuk kedudukan yang sama dengan kami” (RSV). Ba-
hasa asli yang diterjemahkan “berharga” berarti “dengan nilai yang sama,”
atau “dengan kesempatan yang sama.” Dia mengatakan bahwa mereka telah
“memperoleh” iman yang berharga ini; bukan karena mereka mendapatkannya
atau layak mendapatkannya, tetapi bahwa mereka telah menerimanya, suatu
karunia dari Allah. Atau, sebagaimana yang Paulus tuliskan: “Sebab karena
kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi
pemberian Allah” (Ef. 2:8). Itu berharga karena “tanpa iman tidak mungkin
orang berkenan kepada Allah” (Ibr. 11:6). Sesuatu yang berharga karena de-
ngan iman ini kita dapat memperoleh banyak janji yang indah.
Petrus menekankan bahwa “kuasa Ilahi-Nya” telah menganugerahkan kepa-
da kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh (2 Ptr. 1:3). Hanya
melalui kuasa Allah kita juga ada, dan hanya melalui kuasa-Nya kita dapat
mencapai kekudusan. Dan kuasa Ilahi ini diberikan kepada kita “oleh penge-
nalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia
dan ajaib” (2 Ptr. 1:3; lihat juga Yoh. 17:3).
Kita dipanggil untuk mengasihi Allah, tetapi bagaimana kita dapat menga-
sihi Allah yang kita tidak kenal? Kita mengenal Allah melalui Yesus, melalui
Firman yang tertulis, melalui dunia yang diciptakan, dan melalui pengalaman
hidup dari iman dan penurutan. Kita mengenal Allah dan realitas Allah saat
kita mengalami apa yang Dia telah lakukan di dalam hidup kita, suatu penge-
tahuan yang akan mengubah kita. Dan kita mengenal Dia melalui realitas anu-
gerah yang Ia limpahkan kepada kita.
Petrus kemudian mengatakan sesuatu yang bahkan lebih luar biasa: bahwa
kepada kita juga telah dianugerahkan “janji-janji yang berharga dan yang sa-
ngat besar,” yang termasuk untuk mengambil bagian dalam “kodrat Ilahi” (2
Ptr. 1:4). Manusia pada mulanya diciptakan menurut gambar Allah; gambar itu
telah menjadi sangat rusak dan merosot. Ketika kita dilahirkan kembali, kita
memiliki kehidupan baru di dalam Yesus, yang bekerja untuk mengembalikan
citra Ilahi-Nya di dalam kita. Tetapi kita harus melarikan diri dari kebobrokan
dan hawa nafsu duniawi jika kita ingin perubahan itu terjadi.
Akan menjadi seperti apakah hidupmu jika Anda tidak memiliki iman?
Bagaimanakah jawaban ini menolong kita untuk memahami mengapa
karunia iman itu benar-benar berharga?

102 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Senin 22 Mei
Kasih, Tujuan Kebajikan Kristiani
Bacalah 2 Petrus 1:5-7; Roma 5:3-5; Yakobus 1:3, 4; dan Galatia 5:22,
23. Apakah tema yang sama yang muncul pada ayat-ayat ini?
Adalah hal yang lazim di antara filsuf di zaman dahulu untuk membuat daf-
tar perbuatan kebajikan. Daftar tersebut sering disebut “katalog kebajikan,”
dan ada beberapa contoh dalam Perjanjian Baru (Rm. 5:3-5; Yak. 1:3, 4; Gal.
5:22, 23). Adalah sangat mungkin bahwa pembaca kitab Petrus akrab dengan
daftar-daftar seperti itu, meskipun ada perbedaan yang menarik antara apa
yang seorang filsuf daftarkan dengan apa yang Petrus daftarkan. Perhatikan
bahwa Petrus telah mengaturnya secara berurutan, sehingga setiap perbuatan
kebajikan dibangun di atas perbuatan kebajikan sebelumnya, sampai mencapai
klimaksnya pada perbuatan mengasihi!
Setiap perbuatan kebajikan yang Petrus cantumkan memiliki arti yang pen-
ting: Iman: Dalam konteks ini, iman itu tidak lain adalah keyakinan yang me-
nyelamatkan di dalam Yesus (lihat Gal. 3:11, Ibr. 10:38). Kebajikan: Perbu-
atan kebajikan (Bahasa Yunani arête), hal apa pun yang berkualitas baik, yang
didengungkan di kalangan filsuf kafir sekalipun. Benar, iman adalah penting,
akan tetapi iman itu harus menuntun kepada perubahan hidup, seseorang yang
menampilkan kebajikan itu.
Pengetahuan: Petrus pasti tidak berbicara mengenai pengetahuan secara
umum, melainkan pengetahuan yang berasal dari hubungan yang menyelamat-
kan dengan Yesus Kristus. Penguasaan diri: Orang Kristen yang telah matang
mampu mengendalikan dorongan dirinya, terutama dorongan-dorongan yang
menyebabkan tindakan berlebihan. Ketekunan: Ketekunan adalah ketabahan,
terutama dalam menghadapi cobaan dan penganiayaan.
Kesalehan: Di dunia kekafiran, kata yang diterjemahkan di sini sebagai
“kesalehan” berarti perilaku etis yang dihasilkan dari suatu keyakinan pada
sang dewa. Dalam Perjanjian Baru hal itu juga mengandung konsep perilaku
etis yang dihasilkan dari kepercayaan pada Allah yang esa yang sesungguhnya
(1 Tim. 2:2).
Kasih akan saudara-saudara: Orang Kristen adalah seperti sebuah kelu-
arga, dan kesalehan akan menuntun kepada sebuah komunitas di mana orang-
orangnya akan mengasihi satu sama lain.
Kasih: Petrus membuat daftar itu berpuncak pada kasih. Kedengaran seperti
Paulus juga: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan
kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih”(1 Kor. 13:13).
Sebelum Petrus memulaikan daftar kebajikannya, ia mengatakan bahwa kita
harus “sungguh-sungguh berusaha” (2 Ptr. 1:5) untuk mencapai perbuatan-
perbuatan kebajikan ini. Apakah yang dimaksudkannya dengan hal itu? Peran
apakah yang dapat dilakukan oleh usaha manusia dalam mencapai keinginan
kita untuk kehidupan yang saleh, kehidupan yang setia?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 103


Selasa 23 Mei
Hiduplah Sebagaimana Seharusnya
Setelah memberikan kepada kita daftar akan apa yang harus kita upayakan
sebagai orang Kristen, Petrus kemudian menyatakan apa yang akan menjadi
hasilnya.
Bacalah 2 Petrus 1:8-11. Apakah hubungannya antara apa yang telah
dilakukan bagi orang Kristen dan bagaimana seorang Kristen itu harus
hidup?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Petrus mendorong para pembacanya untuk hidup menurut realitas baru yang
sesuai bagi mereka di dalam Yesus. Karakteristik iman, kebajikan, pengetahu-
an, penguasaan diri, ketabahan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara, dan
kasih itu “ada padamu berlimpah-limpah” (2 Ptr. 1:8).
Masalahnya adalah bahwa tidak semua orang Kristen hidup menurut realitas
baru ini. Beberapa orang tidaklah efektif atau tidak berbuah dalam pengetahu-
an tentang Tuhan kita Yesus Kristus (2 Ptr. 1:8). Orang-orang yang demikian
lupa bahwa mereka telah dihapuskan dari “dosa-dosanya yang dahulu” (2 Ptr.
1:9). Jadi, kata Petrus, orang Kristen harus menghidupkan realitas baru yang
sesuai bagi mereka di dalam Yesus. Di dalam Kristus, mereka telah menerima
pengampunan, pembersihan, dan hak untuk mengambil bagian dalam kodrat
ilahi. Oleh karena itu mereka harus “berusahalah sungguh-sungguh, supaya
panggilan dan pilihanmu makin teguh” (2 Ptr. 1:10). Tidak ada alasan untuk
hidup seperti kehidupan mereka yang dahulu, tidak ada alasan untuk menjadi
orang Kristen yang “mandul” atau “tidak berbuah.”
“Kita mendengar banyak tentang iman, tetapi kita perlu mendengar lebih
banyak tentang perbuatan. Banyak orang yang menipu diri mereka sendiri de-
ngan menjalani kehidupan yang santai, kompromi, agama tanpa salib.”—Ellen
G. White, Faith And Works, hlm. 50.
Bacalah Roma 6:11. Apakah yang Paulus katakan di sini yang mencer-
minkan apa yang Petrus tuliskan dalam ayat-ayat untuk hari ini?
______________________________________________________________
Dalam arti yang sama, baik Petrus dan Paulus mengatakan, “hiduplah seba-
gaimana seharusnya.” Dan kita adalah ciptaan baru di dalam Kristus, dibersih-
kan dari dosa, dan mengambil bagian dalam kodrat Ilahi. Itulah sebabnya kita
dapat menghidupkan bentuk kehidupan yang sesuai dengan panggilan kita.
Kita seharusnya menjadi “seperti Kristus,” demikianlah artinya “orang Kris-
ten” itu.
Seberapa “seperti Kristus”kah hidup Anda? Di bidang apakah Anda dapat
melakukan perbaikan?

104 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Rabu 24 Mei
Menanggalkan Kemah Tubuh
“Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu
akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. Se-
bab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, seba-
gaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”
(2 Ptr. 1:13-14).
Pada tahun 1956, Oscar Cullman menuliskah sebuah kajian singkat yang
disebut Kebakaan Jiwa atau Kebangkitan Orang Mati?: Saksi dari Perjanjian
Baru. Dia berpendapat bahwa konsep kebangkitan agak tidak sesuai dengan
konsep kebakaan jiwa. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa Perjanjian Baru
berpihak pada kebangkitan orang mati.
“Tidak ada terbitan lain dari saya,” katanya kemudian, “yang telah menim-
bulkan antusiasme atau kebenciaan yang begitu hebat.”
Bacalah 1 Korintus 15:12-57. Apakah yang Paulus tunjukkan terjadi
pada orang mati?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Sebuah studi tentang apa yang Perjanjian Baru katakan mengenai orang
mati dan kebangkitan telah meyakinkan sebagian besar pakar Perjanjian Baru
bahwa Cullman itu benar. Rupanya Perjanjian Baru sebetulnya dilandaskan
pada konsep kebangkitan, bukan pada konsep mengenai jiwa yang baka yang
hidup lebih lama dari tubuh yang telah meninggal. Sebagai contoh, dalam 1
Tesalonika 4:16-18, Paulus mendorong mereka yang telah kehilangan kare-
na meninggalnya orang yang dicintai dihiburkan dengan pengetahuan bahwa
ketika Yesus datang kembali, Dia akan membangkitkan orang yang telah me-
ninggal. Dalam 1 Korintus 15:12-57, Paulus memberikan penjelasan panjang
tentang kebangkitan. Dia mulai dengan menunjukkan bahwa iman Kristen di-
dasarkan pada kebangkitan Yesus. Jika Yesus tidak dibangkitkan, maka sia-
sialah iman kami kepada-Nya. Tetapi, kata Paulus, sesungguhnya Kristus telah
bangkit dari kematian, sebagai buah sulung dari mereka yang telah meninggal.
Dan kebangkitan Kristus dari antara orang mati memungkinkan semua orang
di dalam Dia juga dibangkitkan dari antara orang mati.
Paulus berbicara mengenai kebangkitan tubuh dalam 1 Korintus 15:35-50.
Dia membedakan tubuh yang baru yang kita akan terima pada waktu kebang-
kitan dengan tubuh kita yang sekarang. Apa yang kita miliki sekarang akan
mati; apa yang akan kita miliki dalam kebangkitan tidak akan binasa.
Singkatnya, ketika Perjanjian Baru berbicara mengenai orang mati, dia juga
berbicara mengenai kebangkitan, bukan mengenai kebakaan jiwa. Hal ini pen-
ting untuk diketahui sebagai latar belakang saat membaca 2 Petrus 1:12-14.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 105


Kamis 25 Mei
Iman dalam Menghadapi Kematian
Bacalah 2 Petrus 1:12-15. Apakah yang Petrus maksudkan ketika ia
menasihatkan bahwa ia akan segera menanggalkan kemah tubuhnya?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Dua Petrus 1:12-14 mengungkapkan alasan suratnya. Petrus berpikir bahwa
dia akan meninggal, dan surat itu berisikan pesan atau wasiatnya yang terakhir.
Bahwa Petrus berpikir dia akan segera meninggal terungkap lewat kalimat
ini, “selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. Sebab aku tahu,
bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini” yang terdapat da-
lam 2 Petrus 1:13, 14. Dia mengibaratkan tubuh itu dengan kemah, yang Petrus
akan tanggalkan ketika ia meninggal. Bahkan, hal tersebut sangatlah jelas bah-
wa yang Petrus maksudkan adalah tubuhnya ketika ia menghubungkan dengan
menanggalkan kemahnya yang para penerjemah modern cenderung menerje-
mahkan frase ini sebagai “selama aku dengan tubuh ini... karena aku tahu bah-
wa kematianku akan segera datang” (2 Ptr. 1:13, 14, NRSV). Tidak ada dalam
bahasa Petrus yang menunjukkan bahwa ketika Petrus “menanggalkan” kemah
atau tubuhnya, jiwanya akan terus hidup sebagai wujud terpisah.
Baca lagi 2 Petrus 1:12-15. Bagaimanakah Petrus muncul untuk meng-
hadapi realitas kematian yang akan terjadi, dan apakah yang diajarkan
dengan sikapnya itu kepada kita mengenai iman?
______________________________________________________________
Dua Petrus 1:12-15 memberikan tambahan khidmat atas perkataan Petrus.
Dia menuliskan hal ini karena mengetahui bahwa hidupnya akan segera bera-
khir. Dia mengetahui hal ini karena, sebagaimana dikatakannya, “karena Tu-
han kita Yesus Kristus telah memberitahukannya.” Namun tampaknya tidak
ada rasa takut, tidak ada kekhawatiran, tidak ada firasat buruk. Penekanan-
nya, malah, berada pada kesejahteraan mereka yang akan ditinggalkannya. Dia
ingin­mereka bersikap teguh dalam “kebenaran ini,” dan—selama ia masih
hidup—ia akan menasihati mereka untuk setia.
Kita dapat melihat di sini realitas dan dalamnya pengalaman Petrus dengan
Tuhan. Benar, dia akan segera meninggal, dan itu juga bukanlah kematian
yang menyenangkan (lihat Yohanes 21:18; Ellen G. White, Alfa dan Omega,
jld. 7, hlm. 453, 454), tetapi perhatiannya yang tidak mementingkan diri ada-
lah demi orang lain. Sesungguhnya, Petrus adalah sosok yang menghidupkan
iman yang diajarkannya.
Bagaimanakah iman kita menolong kita menghadapi realitas kematian
yang mengerikan? Bagaimanakah kita dapat belajar untuk berpegang te-
guh pada harapan yang indah yang kita miliki, dalam menghadapi kema-
tian sekalipun, karena apa yang Yesus telah buat bagi kita?

106 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Jumat 26 Mei
Pendalaman: Seperti yang kita telah lihat, Petrus tahu bahwa dia akan sege-
ra meninggal. Dan dia tahu (juga sejak lama), bagaimana cara meninggalnya. Itu
karena Yesus sendiri telah mengatakan kepadanya. “Aku berkata kepadamu: Se-
sungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan
engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua,
engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan
membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki” (Yoh. 21:18).
Bagaimanakah akhir hidupnya? “Petrus, seorang Yahudi dan seorang asing, di-
hukum dengan dicemeti dan disalibkan. Dalam kesempatan kematiannya yang me-
nakutkan ini, rasul itu teringat akan dosanya yang besar dalam menyangkal Yesus
pada saat ujian-Nya. Demikianlah yang pernah sekali tidak siap untuk mengakui
salib, ia sekarang menganggapnya sebagai suatu kesukaan memberikan kehidup-
annya untuk Injil, merasa bahwa baginya yang telah menyangkal Tuhannya, untuk
mati dengan cara yang sama seperti Tuhannya mati adalah kehormatan yang ter-
lalu besar. Petrus telah dengan sungguh-sungguh bertobat dari dosa itu dan telah
diampuni oleh Kristus, sebagaimana ditunjukkan oleh perintah yang besar yang
diberikan kepadanya untuk menggembalakan domba-domba dan anak domba dari
kawanan domba itu. Tetapi ia tidak pernah dapat mengampuni dirinya sendiri. Ti-
dak saja pikiran tentang penderitaan dari peristiwa yang terakhir dapat mengurangi
kepahitan kesusahannya dan pertobatannya. Sebagai hadiah yang terakhir ia me-
mohon kepada algojonya supaya ia boleh disalibkan di kayu palang dengan kepala
ke bawah. Permintaan itu diperkenankan, dan dalam cara ini matilah Rasul Petrus
yang besar itu”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 454. Sekalipun de-
mikian, dengan pandangan ini dihadapannya, perhatian Petrus adalah untuk kese-
jahteraan rohani domba-dombanya.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:


1. Sehubungan dengan semuanya itu Petrus (dan semua penulis Alkitab
juga) telah menulis mengenai perlunya orang Kristen untuk menghidup-
kan kehidupan yang kudus, mengapa begitu banyak dari kita gagal untuk
“hidup sebagaimana yang seharusnya” di dalam Yesus?
2. Di UKSS, baca kembali daftar yang diberikan dalam 2 Petrus 1:5-7. Bi-
carakanlah mengenai masing-masing kebajikan itu dan tanyakan dirimu:
Bagaimanakah dirimu sendiri dapat mewujudkan perbuatan kebajikan
ini, dan bagaimana kita dapat menolong orang lain yang sedang berusaha
dalam melakukan hal yang sama?
3. Membayangkan apa yang kita ketahui tentang Petrus, sebagaimana yang
diungkapkan dalam Kitab Injil, bagaimanakah yang dia tulis itu menun-
jukkkan dengan penuh kuasa karya agung yang Kristus lakukan bagi-
nya, bahkan meskipun dia gagal sebelumnya. Harapan dan penghiburan
apakah yang dapat kita ambil bagi diri kita sendiri dari keteladanannya?
4. Dalam 2 Petrus 1:12, Petrus menulis mengenai “kebenaran masa kini.”
Apakah yang menjadi “kebenaran masa kini” di waktu Petrus, dan apa-
kah yang menjadi “kebenaran masa kini” bagi kita?
5. Seseorang menulis, “Betapa pasti akhir setelah orang itu mati.” “Kema-
tian adalah apa yang kehidupan itu bawa bersamanya.” Bagaimanakah
seharusnya kita, sebagai orang Kristen, “membawa” kematian itu?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 107


PENUNTUN GURU

Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 2 Petrus 1:3, 4, 10, 11
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Memahami bahwa segala sesuatu yang diperlukan dalam hi-
dup dan kesucian tersedia melalui pemberian kuasa Ilahi.
Merasakan: Mengalami kepastian yang datang karena mengetahui rahasia
sukses dalam hidup Kekristenan dan yang menjadi jaminan diterima dalam
kerajaan Kristus yang kekal.
Melakukan: Jadi baiklah semua lebih bersemangat untuk membuat pang-
gilannya pasti dalam ukuran kehidupan Kristen yang bertambah.

ÂÂGaris-garis Besar Pelajaran:


I. Mengetahui: Rahasia Sukses dalam Kehidupan Kristen
A. Apakah hubungan antara kebesaran Allah dan janjinya yang indah
untuk melepaskan kebejatan yang ada di dunia melalui hawa nafsu?
B. Bagaimanakah setiap kebajikan Kristen berhubungan satu dengan
yang lain sedemikian rupa sehingga mereka dapat membuat “tang-
ga” yang dapat kita naiki untuk menghasilkan pengetahuan tentang
Yesus Kristus?
II. Merasakan: Menemukan Jaminan Hidup Kekal
A. Bagaimanakah Petrus menggambarkan proses mendapatkan kepas-
tian untuk mencapai hidup kekal?
B. Mengapakah Petrus memanggil untuk tetap semangat agar panggil-
an dan pemilihan kita itu pasti?
III. Melakukan: Memperoleh Pengetahuan Yesus Kristus
A. Bagaimanakah Petrus menggambarkan mana yang dapat kita laku-
kan untuk mendapat pengetahuan tentang Dia yang telah memang-
gil kita, sebagai alat untuk menerima segala sesuatu yang diperlu-
kan untuk hidup dan kesalehan?
B. Apakah akibatnya yang dikatakan Petrus yang akan terjadi sebagai
hasil panggilan dan pilihan kita yang pasti?
Ringkasan: Petrus menunjukkan alat yang dapat digunakan oleh orang per-
caya agar mendapat kepastian terhadap panggilan dan pilihan makin teguh,
tidak akan gagal, dan “akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki kerajaan
kekal, yaitu kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus (2 Ptr. 1:10,
11).

108 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU

Siklus Belajar
ÂÂLangkah 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 2 Petrus 1:2-4
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Adalah mungkin mengambil
bagian dalam sifat alamiah Ilahi dan untuk bebas dari kejahatan dunia ini de-
ngan cara keinginan jahat. Adalah mungkin mendapatkan jaminan kesuksesan
dalam kehidupan Kekristenan dan diterima dalam kerajaan Allah yang kekal.
Dalam ayat kita, Petrus mengatakan kepada kita bagaimana kita dapat men-
capai semua tujuan ini. Kita perlu memiliki pengetahuan yang efektif dan pro-
duktif tentang Allah dan Yesus Kristus, yang memanggil kita untuk meniru ke-
kudusannya (bandingkan dengan 1 Ptr. 1:15, 16). Setelah menerangkan tangga
kebajikan orang Kristen, Petrus mengatakan, “sebab apabila semuanya itu ada
padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan
berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.” (2 Ptr. 1:8).
Melalui kuasa Ilahi yang tersedia dalam janjinya yang indah dalam Alkitab,
Allah mengizinkan kita mengambil bagian dalam sifat alamiah Ilahi dan untuk
dibebaskan dari sifat alami yang kita warisi dalam dunia ini. Itulah sebabnya,
ia menyediakan kita untuk hidup kekal.
Untuk Guru: Sangatlah penting agar semua hubungan yang tepat dalam
ayat ini dibuat agar anggota UKSS menyimpulkan bahwa itu adalah cara mere-
ka untuk menaiki tangga kebajikan dengan cara mereka sendiri, langkah demi
langkah, sampai mereka berhasil dengan usaha mereka sendiri. Benarlah apa
yang Petrus katakan “Sungguh sungguh untuk menambahkan...” (2 Ptr. 1:5).
Dia tidak mendorong pembacanya untuk mencoba menaiki tangga dengan
caranya sendiri dengan kesimpulan bahwa Allah memberikan kepada mereka
usaha berdasarkan usaha sendiri. Ia memulai diskusi itu, dalam ayat 3, de-
ngan memperingatkan pembacanya, “[Allah] Kuasa Ilahi telah diberikan kepa-
da kita sesuai dengan apa yang kita perlukan untuk menghidupkan kehidupan
yang saleh.” Petrus menambahkan bahwa dengan kemuliaan Allah sendiri, “Ia
telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang sangat berharga dan sa-
ngat, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi” dan
luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia (2 Ptr. 1:4). Segala
sesuatu yang baik adalah pemberian Allah, tetapi kita harus melatih kuasa me-
milih kita dengan semangat membuat panggilan kita dan pilihan kita itu pasti
(1 Ptr. 1:10).
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS membaca bersama 2 Petrus 1:2-4. Dis-
kusikan unsur-unsur yang dipilih ilahi menurut Petrus untuk mencapai keme-
nangan rohani.

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 109


PENUNTUN GURU

ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki

Komentar Alkitab
I. Sentralitas Yesus Kristus
(Tinjau Kembali 2 Petrus 1:1, 2 Bersama UKSS Anda.)
Sementara Petrus mulai menulis suratnya yang kedua (2 Ptr. 3:1), Ia tetap
menekankan Yesus Krisitus sebagai pusat sebagaimana yang kita lihat pada
tulisannya yang pertama. Dalam 15 ayat pertama yang kita akan pelajari pekan
ini, ada enam sumber yang pasti tentang Yesus Kristus, biasanya baik Tuhan
atau Allah, tambah banyak lagi ayat kepada-Nya dengan menggunakan kata
pengganti orang. Dalam ayat 1, pada tata bahasa Yunani, Yesus disebut baik
dengan Allah kita dan Juruselamat. Dalam ayat 2, 8, 11, dan 14, Yesus dinya-
takan sebagai Tuhan kita. Dalam semuanya kecuali ayat 2, Ia disebut Yesus
Kristus atau Yesus Mesias itu, Dalam ayat 11, Ia adalah Tuhan dan Jurusela-
mat. Jelaslah, Petrus mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang Kristus dan
ingin meneruskan interpretasi ini kepada pembacanya, interpretation kepada
pembacanya. Ia bangga menanggung nama yang Yesus berikan kepadanya, Si-
mon Petrus (“Batu”) dan menjadi hamba dan rasul bagi Yesus Kristus.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Aspek apakah dari Yesus sebagai manusia dan
pekerjaannya yang sangat penting untuk hidup saya? Dengan cara apakah saya
dapat membuatnya sebagai pusat dalam hidupku sehari-hari?
II. Karunia Rahmat Tuhan
(Tinjau Kembali 2 Petrus 1:3, 4 Bersama UKSS Anda.)
Segala sesuatu yang kita perlukan untuk kehidupan dan kesalehan sudah
diberikan melalui kuasa Keilahian Allah dan melalui pengetahuan tentang dia
yang memanggil kita dengan kemuliaan dan kebaikannya sendiri. Sesuai de-
ngan ayat 2, kasih karunia dan damai adalah milik kita secara berkelimpahan
melalui pengetahuan akan Allah dan Yesus Kristus Tuhan kita. Sesuai dengan
ayat 8, kita perlu menjauhkan diri dari hal yang tidak efektif dan tidak produk-
tif dalam pengetahuan kita tentang Tuhan kita Yesus Kristus.
Petrus juga memanggil kita untuk bertumbuh dalam kasih karunia dan pe-
ngetahuan tentang Tuhan dan Juruselamat kita. Kelihatannya bagi Petrus, pe-
ngetahuan tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, adalah kunci
untuk pertumbuhan yang berhasil sebagai seorang Kristen. Tuhan juga telah
memberikan kita janji yang besar dan indah. Dengan percaya pada janji ini,
kita dapat bekerja sama dengan kodrat Ilahi, terlepas dari kejahatan di dunia
ini di mana keinginan jahat dihasilkan secara alamiah oleh manusia. Kuasa ada
dalam janjinya (Rm. 4:21).
Pertimbangkanlah Hal Ini: Dengan cara apakah kasih karunia dan kuasa
Allah melalui Yesus Kristus dinyatakan dalam hidup saya sehari-hari? Bagai-
mana saya dapat mengalami kuasa yang terdapat dalam janji-janjinya?
110 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus
PENUNTUN GURU

III. Tangga Kebajikan Kristen


(Tinjau Kembali 2 Petrus 1:5-11 Bersama UKSS Anda.)

Di sini Petrus memberikan ciri-ciri tabiat yang harus dimiliki dan dilakukan
oleh seorang Kristen untuk mendapat pengetahuan yang berguna dan meng-
hasilkan dalam pengetahuan akan Tuhan kita Yesus Kristus. Mereka yang
mengingat bahwa mereka telah disucikan dari dosa-dosa mereka (ayat. 9) dan
ingin agar panggilan dan pilihan mereka pasti (ayat. 10) akan mengembang-
kan sifat-sifat ini untuk lebih meningkatkan pengetahuan (ayat. 8). Kemudian
dipastikan bahwa mereka tidak akan tersandung (ayat. 10) dan dengan demi-
kian “kepada kamu dikaruniakan hak penuh untuk memasuki kerajaan kekal,
yaitu kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (ayat. 11). Undang-
lah UKSS untuk menggunakan waktu mengulangi sifat-sifat ini. Diskusikan
hubungan antar sifat-sifat itu yang membentuk sebuah “tangga,” menuju per-
tumbuhan dan kemajuan.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Berapa banyak sifat-sifat yang Petrus daftar-
kan untuk menjadi bukti dalam kehidupan saya setiap hari? Dengan cara ba-
gaimana saya bertumbuh atau berhenti bertumbuh?
Pertanyaan Diskusi:
;; Bagaimanakah Petrus dapat menyusun sifat-sifat ini dan bandingkan dengan
daftar sifat-sifat ini buah Roh yang Paulus daftarkan dalam Galatia 5:22, 23?
Dengan cara bagaimana kita dapat memberikan contoh sifat-sifat ini dalam
pertumbuhan Kekristenan?
;; Apakah maksud Petrus dengan “kemah tubuhku ini” (2 Ptr. 1:13)? Banding-
kan dengan 2 Korintus 5:1-4. Apakah yang ayat ini katakan kepada kita ten-
tang pandangannya tentang kodrat manusia?
ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Beberapa anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh per-
caya bahwa pada akhir zaman akan ada kelompok orang percaya yang akan
mencapai tingkat kesempurnaan yang mutlak. Yang lain percaya bahwa ke-
sempurnaan dapat di capai secara relatif, berbicara tentang kedewasaan iman
dan perbuatan lebih daripada kesempurnaan yang mutlak. Ellen G.White me-
ngatakan sehubungan apa yang Yesus katakan dalam Matius 5:48 menjadi
sempurna, “Kita dapat menjadi sempurna dalam lingkungan kita sebagai mana
Allah juga dalam lingkungannya.”—Testimonies for the Church, jilid. 4, hlm.
455. Pernyataan ini ini menunjuk pada kesempurnaan relatif atau tabiat moral
(Lihat Christ’s Object Lessons, hlm. 330, 331). Namun demikian, lebih bijak-
sana jika tidak mengalihkan. Dalam 2 Petrus 1:8-11 tidak ada yang menya-
takan tentang kesempurnaan yang mutlak, hanya kemenangan dan jaminan.
Tetap berfokus pada ayat ini.

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 111


PENUNTUN GURU
Pertanyaan Pemikiran:
;; Janji apakah dalam Alkitab yang kita temukan agar menjadi alat yang berkua-
sa untuk mengatasi kejahatan dunia ini yang didorong oleh keinginan jahat?
;; Pada tangga kebajikan Kristen manakah saya menemukan diri saya? Dalam
cara apakah saya tetap bertumbuh?
Kegiatan: Biarlah UKSS membaca bersama 2 Petrus 1:8-11. Diskusikan
penerapannya (seperti yang ditunjukkan dalam ayat 8 dan 9) dengan memiliki
sifat-sifat ini dalam ayat 5-7 dibandingkan dengan tidak memilikinya. Menga-
pakah sangat penting untuk menyatakan semangat untuk memastikan panggil-
an dan pilihan seseorang.
ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Ada keseimbangan yang baik antara jaminan dan percaya diri
dalam keselamatan seseorang. Ellen White mengamarkan, “Orang yang mene-
rima Kristus, dan di dalam keyakinannya yang pertama ia berkata, aku disela-
matkan, berarti berada dalam bahaya berharap kepada dirinya sendiri. Mereka
tidak melihat kelemahan-kelemahannya sendiri dan keperluannya yang terus
menerus akan kekuatan Ilahi. Mereka tidak siap terhadap muslihat Setan dan di
bawah pencobaan, banyak orang, seperti Petrus, jatuh tenggelam dalam dosa.
Kita diberi nasihat, ‘siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah
supaya ia jangan jatuh.’ Keselamatan kita satu-satunya adalah dalam keadaan
tidak percaya diri, dan bergantung kepada Kristus.”—Christ’s Object Lessons,
hlm. 115.
Kegiatan: Buatlah jajak pendapat secara rahasia di UKSS (agar kerahasiaan
dapat dijaga) untuk menentukan (1)berapa banyak yang mempunyai jaminan
keselamatan dan (2) apakah yang mereka pahami yang menjadi dasar jaminan
(atau tidak ada jaminan ) keselamatan mereka? Diskusikan hasilnya di UKSS.

112 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Pelajaran 10 *27 Mei–2 Juni

Nubuatan dan Kitab Suci

SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Yes. 53:1–12; Dan. 7:13,
14; 2 Ptr. 1:16–20; Mat. 17:1–6; 2 Tim. 3:15–17.
Ayat Hafalan: “Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman
yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu
memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercaha-
ya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur
terbit bersinar di dalam hatimu” (2 Petrus 1:19).

K
etika kita melanjutkan mempelajari surat Petrus ini, satu hal yang ha-
ruslah ditekankan: Betapa yakin dan betapa pasti Petrus atas apa yang
ditulisnya. Kita dapat melihat hal yang sama dengan Paulus: Keya-
kinan yang jelas dan teguh akan apa yang mereka beritakan mengenai Yesus
Kristus dan Salib-Nya.
Pada ayat-ayat pekan ini, kita akan melihat lebih banyak mengenai kepas-
tian ini dalam Kitab Petrus. Dan dia bahkan mengatakan kepada kita menga-
pa dia memiliki kepastian yang sedemikian. Kami tidak mengikuti, katanya,
“dongeng-dongeng isapan jempol manusia” (2 Ptr. 1:16)—seperti apa yang
terdapat pada agama-agama kafir sezamannya. Sebaliknya, Petrus yakin pada
apa yang dipercayainya, karena dua alasan.
Pertama, dia adalah seorang saksi mata dari “Tuhan kita, Yesus Kristus”
(2 Ptr. 1:16). Dan kedua, dan mungkin ini yang lebih penting (karena hampir
semua orang tidak menjadi saksi mata), adalah “diteguhkan oleh firman yang
telah disampaikan oleh para nabi” (2 Ptr. 1:19). Petrus sekali lagi kembali ke
Alkitab, menunjuk kepada penegasan Kitab Suci yang pasti mengenai Yesus,
terutama bagian nubuatan yang berbicara mengenai Dia. Tak diragukan lagi
inilah beberapa bagian yang sama yang Yesus sebutkan mengenai diri-Nya
(Mat. 26:54; Luk. 24:27). Jadi, jika Yesus dan Petrus menggunakan Alkitab ini
dengan serius, seberapa berani kita sendiri melakukan yang sebaliknya?

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 3 Juni.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 113


Minggu 28 Mei
Yesus dalam Perjanjian Lama
Dalam seluruh surat-suratnya, Petrus menulis dengan yakin. Dia tahu me-
ngenai apa yang dia sedang bicarakan karena dia tahu siapa yang dia sedang
bicarakan. Dan salah satu alasannya adalah karena dia tahu bahwa Yesus ada-
lah Oknum yang para nabi Perjanjian Lama maksudkan. Keyakinan Petrus da-
lam Firman yang Tertulis itulah yang menolongnya mengenal Firman yang
telah “menjadi manusia” itu (Yoh. 1:14).
Dalam 1 Petrus 1:10-12, Petrus mengarahkan pembacanya kepada Kitab
Suci Ibrani, kepada nabi-nabi dahulu kala, dan apa yang mereka ajarkan me-
ngenai Yesus. Bagi Petrus, Roh Kudus menampilkan dalam Perjanjian Lama
dua kebenaran penting tentang Yesus: Penderitaan Kristus dan kemuliaan yang
menyusul sesudah itu (1 Ptr. 1:11). Untaian keduanya ini dapat ditemukan di
seluruh Kitab Suci Bangsa Ibrani [Kitab Perjanjian Lama].
Apakah yang ayat-ayat ini secara bersamaan ajarkan mengenai apa
yang Perjanjian Lama ramalkan mengenai Yesus? Mzm. 22; Yes. 53:1-12;
Za. 12:10, 13:7; Yer. 33:14, 15; Dan. 7:13, 14.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Di dalam 1 Petrus 1:10-12, Petrus meyakinkan pembacanya bahwa mereka
berada pada tempat yang sangat istimewa dalam sejarah keselamatan. Kepada
mereka telah diungkapkan lebih banyak dari apa yang telah diungkapkan ke-
pada nabi-nabi dahulu kala. Para nabi tentunya berbicara kepada mereka seja-
mannya, tetapi bagian penting dari pekabaran mereka belum digenapi sampai
kedatangan Kristus.
Beberapa hal dari yang telah diramalkan para nabi baru menjadi kenyataan
pada waktu di mana para pembaca kitab Petrus hidup. Para pembaca ini dapat
mendengar dari mereka “yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, me-
nyampaikan berita Injil kepada kamu” (1 Ptr. 1:12). Setelah Injil diberitakan
kepada mereka, mereka mengetahui lebih detail realitas dan sifat penderita-
an dan penghinaan dari Penebus daripada apa yang nabi-nabi dahulu ketahui.
Tentu saja, mereka juga harus menunggu, sebagaimana kita juga, akan “me-
nunggu kemuliaan yang menyusul sesudah itu” (1 Ptr. 1:11). Dengan digenapi-
nya bagian pertama dari nubuat-nubuat itu, kita juga bisa merasa yakin dengan
penggenapan bagian akhirnya.
Apakah janji-janji Alkitab yang Anda telah lihat digenapi semasa hi-
dup Anda? Yang manakah yang Anda masih tunggu, apakah artinya hal
itu bagi Anda, dan bagaimanakah Anda dapat belajar untuk berpegang
pada janji itu, apa pun yang terjadi?
______________________________________________________________

114 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Senin 29 Mei
Saksi Mata Kemuliaan
Bacalah 2 Petrus 1:16-18. Apakah bukti lain yang Petrus katakan ia
miliki karena imannya kepada Yesus?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Selain bahasa nubuatan, Petrus adalah seorang saksi mata dari banyak hal
yang dikhotbahkannya. Kekristenan, katanya, tidak didasarkan pada “do­
ngeng-dongeng isapan jempol manusia” (2 Ptr. 1:16), tetapi pada peristiwa
nyata yang terjadi dalam sejarah-peristiwa yang dia sendiri telah saksikan.
Dalam kitab Injil, Petrus berada di sana pada kebanyakan peristiwa penting
dalam kehidupan dan pelayanan Yesus. Dia berada di sana sementara khotbah,
pengajaran, dan mukjizat. Dari mukjizat ikan yang pertama (Luk. 5:4-6) sam-
pai kepada melihat Yesus di Galilea setelah kebangkitan-Nya (Yoh. 21:15),
Petrus adalah saksi mata atas begitu banyak hal yang telah terjadi.
Dalam 2 Petrus 1:17, 18, peristiwa apakah yang secara khusus Petrus
soroti untuk yang secara pribadi dilihatnya? Apakah makna khusus pe-
ristiwa itu?
______________________________________________________________
Petrus menyoroti salah satu peristiwa yang istimewa bagi seorang saksi
mata: Yesus berubah rupa. Yesus telah membawa Petrus, Yakobus, dan Yo-
hanes dengan-Nya ke puncak gunung untuk berdoa (Luk. 9:28). Sementara
berada dengan mereka Ia berubah rupa di depan mata mereka. Wajah-Nya ber-
sinar, dan pakaian-Nya menjadi putih menyilaukan (Mat. 17:2; Luk. 9:29). Dia
ditemani oleh Musa dan Elia, dan suara dari surga berkata, “Inilah Anak yang
Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat. 17:5).
Petrus telah melihat banyak hal pada waktu bersama dengan Yesus; namun,
peristiwa ini yang menonjol. Yang mengungkapkan Yesus sebagai Anak Allah,
bahwa waktu-Nya di bumi telah digunakan sesuai dengan rencana Allah, dan
bahwa Dia memiliki hubungan yang sangat khusus dengan Bapa. Dibanding-
kan dengan semua yang Petrus telah lihat atau akan lihat, peristiwa ini—ter-
masuk “suara ini... datang dari surga” (2 Ptr. 1:18)­—adalah salah satu yang
disorotinya dalam surat ini.
Pikirkanlah tentang peristiwa apa atau banyak peristiwa yang telah
membuat kesan mendalam dan selamanya tinggal dalam kehidupan ro-
hani dan imanmu. Peristiwa apakah itu, bagaimana hal itu memengaruhi
Anda, dan bagaimana hal itu masih berarti bagimu sekarang ini? Menu-
rut Anda, mengapakah sehingga hal itu berdampak demikian? Bagikan-
lah jawaban Anda di UKSS pada hari Sabat.
______________________________________________________________

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 115


Selasa 30 Mei
Bintang Timur di Hatiku
“Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah di-
sampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperha-
tikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat
yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar
di dalam hatimu” (2 Ptr. 1:19). Bacalah ayat ini dengan cermat. Apakah
yang Petrus katakan yang begitu penting bagi kita, bahkan untuk seka-
rang ini?
______________________________________________________________
Di sini, seperti yang kita lihat pada banyak tempat dalam Alkitab (Kej. 1:4,
Yoh. 1:5; Yes. 5:20; Ef. 5:8), suatu pembagian dibuat antara terang dan gelap.
Bagi Petrus Firman Tuhan bersinar seperti cahaya di tempat “gelap” (beberapa
penerjemah juga menerjemahkan kata gelap sebagai “jorok,” “kotor”). Itulah
mengapa dia sangat jelas mengatakan bahwa kita perlu “memperhatikan” te-
rang itu, memperhatikannya sampai “fajar menyingsing dan bintang timur ter-
bit bersinar di dalam hatimu.” Kita adalah makhluk yang telah jatuh, hidup di
dunia yang jatuh dan gelap. Kita memerlukan kekuatan supra alami dari Tuhan
untuk menuntun kita keluar dari kegelapan ini dan kepada terang itu, dan te-
rang itu adalah Yesus.
Petrus mengarahkan para pembacanya pada suatu tujuan. Beberapa orang
yakin bahwa ungkapan “sampai fajar menyingsing” berhubungan dengan ke-
datangan Yesus yang kedua. Meskipun itulah tentunya harapan utama kita, ga-
gasan “bintang timur” terbit di hatimu terdengar lebih dekat dan lebih pribadi.
“Bintang Timur” menunjuk kepada Yesus (Why. 2:28; 22:16). Terbit-Nya da-
lam hatimu adalah tentang mengenal Yesus, berpegang sepenuhnya kepada-
Nya dan mengalami realitas Kristus yang hidup dalam kehidupanmu sendiri
secara pribadi. Yesus tidak boleh hanya menjadi kebenaran doktrinal; Dia ha-
rus menjadi pusat dari keberadaan dan sumber harapan dan iman kita. Jadi
Petrus membuat hubungan yang jelas antara mempelajari Firman Allah dan
memiliki hubungan yang menyelamatkan dengan Yesus, “Bintang Timur” itu.
Dan tentunya, dengan terang yang bercahaya di dalam kita, kita akan me-
nyebarkannya kepada orang lain. “Seluruh bumi akan diterangi dengan kemu-
liaan kebenaran Allah. Terang itu bersinar ke semua negeri dan semua bangsa.
Dan dari mereka yang telah menerima terang itu, terang itu akan terus bersinar.
Bintang Timur telah terbit atas kamu, dan kamu ana memancarkan cahayanya
pada jalan mereka yang dalam kegelapan.”—Ellen G. White, Christian Expe-
rience Anda? Teachings of Ellen G. White, hlm. 220.
Bagaimanakah mempelajari Firman Allah secara pribadi menolong
Anda untuk mengenal Yesus dengan lebih baik?
______________________________________________________________

116 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Rabu 31 Mei
Semakin Diteguhkan oleh Kata Nubuatan
Bacalah 2 Petrus 1:19-21. Nubuatan manakah yang Petrus maksud-
kan? Apakah yang dimaksudkannya ketika ia katakan bahwa tidak boleh
nubuatan Kitab Suci ditafsirkan menurut kehendak sendiri?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Ketika menekankan bahwa Kekristenan tidak didasarkan pada dongeng
isapan jempol manusia (2 Ptr. 1:16), Petrus menawarkan dua bukti: Pertama,
saksi mata; (2 Ptr. 1:16-18); kedua, nubuatan Kitab Suci (2 Ptr. 1:19-21), suatu
alasan yang digunakannya sebelumnya (1 Ptr. 1:10-12).
Petrus juga menyatakan bahwa “nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak bo-
leh ditafsirkan menurut kehendak sendiri” (2 Ptr. 1:20). Dengan mengatakan
hal ini, Petrus tidak melarang kita untuk mempelajari Alkitab bagi diri sendi-
ri. Jauh sekali dari pikiran seseorang yang telah mengatakan, dalam 1 Petrus
1:13, “siapkanlah akal budimu” atau “hendaklah kalian siap siaga.” Tidak juga
demikian yang dimaksudkan oleh dia yang memuji nabi-nabi dahulu atas kete-
kunan mereka menyelidiki makna nubuat-nubuat yang telah diberikan kepada
mereka (1 Ptr. 1:10).
Lalu apakah yang Petrus maksudkan? Gereja Perjanjian Baru berkembang
bersama dan belajar bersama. Orang Kristen adalah bagian tubuh yang lebih
besar (1 Kor. 12:12-14). Dan di sini Petrus memberikan peringatan terhadap
jenis pembelajaran jika seseorang menolak pemahaman komunitas orang per-
caya. Di dalam berinteraksi dengan orang lain kita dapat tumbuh bersama se-
bagai sebuah komunitas. Roh itu bekerja dengan komunitas dan pribadi-priba-
di di dalamnya. Pendapat kita dapat dibagi, diluruskan, dan diperdalam. Tetapi
orang yang belajar sendiri, menolak masukan dari orang lain, kemungkinan
akan membuat penafsiran yang salah, terutama yang menyangkut nubuatan.
Dalam ayat-ayat berikut kita akan mendapatkan alasan mengapa Petrus
membuat pengamatan ini. Dia sedang menulis surat kepada orang Kristen yang
di antara mereka terdapat nabi-nabi palsu dan guru-guru palsu (2 Ptr. 2:1). Pe-
trus mendesak mereka untuk menyampaikan penafsiran mereka tentang Kitab
Suci kepada pimpinan jemaat secara keseluruhan. Berapa banyakkah orang
yang telah hanyut dalam fanatisme dan kesalahan karena mereka menolak un-
tuk mengindahkan nasihat dari komunitas orang percaya yang dituntun Roh?
Hal itu berbahaya waktu lalu, dan demikian juga sekarang ini.
Mengapakah begitu penting untuk terbuka menerima nasihat dan pen-
dapat gereja secara umum? Saat yang sama, apakah batasannya menge-
nai seberapa jauh kita dapat mendengarkan pendapat orang lain?
______________________________________________________________
______________________________________________________________

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 117


Kamis 1 Juni
Firman dalam Kehidupan Kita
Sebagaimana kita telah lihat, Petrus sangat menekankan mengenai Kitab
Suci. Dua Petrus 1:19-21 adalah penegasan yang kuat tentang pentingnya Ki-
tab Suci terhadap pengalaman Kristiani kita dan terhadap inspirasi Ilahi Kitab
Suci. Maksudnya jelas dalam 2 Petrus 1:21. Kitab Suci bukanlah produk dari
kehendak manusia, karangan manusia, seperti buku-buku yang lain. Itu adalah
buku yang dihasilkan melalui kuasa Roh Kudus yang bekerja melalui “orang-
orang Kudus kepunyaan Allah.”
Bacalah 2 Timotius 3:15-17. Bagaimanakah ayat-ayat ini menolong kita
untuk memahami peranan Kitab Suci di dalam kehidupan kita? Bagai-
manakah ayat-ayat ini menguatkan kebenaran dalam 2 Petrus 1:19-21?
______________________________________________________________

Setelah memperingatkan Timotius untuk bahaya yang dihadapinya dan ge-


reja, Paulus memberikan gambaran singkat akan pentingnya Kitab Suci. “Se-
mua tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar [dok-
trin], untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim. 3:16).
Marilah kita melihat ke tiga hal ini.
Doktrin: Doktrin adalah ajaran gereja. Doktrin menyatakan keyakinan umat
tentang berbagai topik-topik Alkitab yang dianggap penting dalam Firman Tu-
han. Idealnya, setiap doktrin haruslah berpusat pada Kristus, dan masing-ma-
sing harus mengajarkan kepada kita sesuatu yang menolong kita mengetahui
bagaimana hidup menurut “kehendak Allah... yang sempurna” (Roma 12:2).
Bimbingan: Paulus mengatakan kepada Timotius bahwa Kitab Suci itu ber-
manfaat untuk “menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan un-
tuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim. 3:16). Petrus memberikan pen-
dapat yang sama ketika ia mengatakan bahwa nubuat dalam Kitab Suci adalah
seperti pelita yang bercahaya di tempat gelap (2 Ptr. 1:19). Dengan kata lain,
Kitab Suci memberikan bimbingan tentang bagaimana sebaiknya kita menja-
lani hidup kita dan perilaku mana yang benar dan yang salah. Diilhami oleh
Roh Kudus, Kitab Suci tidak lain adalah kehendak Allah yang dinyatakan.
“Hikmat kepada Keselamatan:” Ketika dia mengatakan bahwa Alkitab
memberi kita “hikmat... kepada keselamatan” (2 Tim. 3:15), Paulus menunjuk-
kan bahwa Kitab Suci mengarahkan kita kepada Yesus. Keselamatan dibangun
pada keyakinan bahwa Yesus telah mati bagi dosa-dosa kita.
Doktrin, bimbingan moral, hikmat akan keselamatan: Tidak heran Firman
Allah adalah seperti “pelita yang bercahaya di tempat gelap sampai fajar me-
nyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu” (2 Ptr. 1:19).

118 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Jumat 2 Juni
Pendalaman: “Adalah tugas utama dan tertinggi setiap makhluk yang ra-
sional yang mempelajari dari Alkitab apa itu kebenaran, lalu berjalan di dalam
terangnya, dan mendorong orang-orang lain untuk mengikuti teladannya. Kita
harus mempelajari Alkitab itu dengan tekun setiap hari, menimbang setiap pe-
mikiran, dan membandingkan ayat dengan ayat lain. Dengan pertolongan ilahi,
kita membentuk sendiri pendapat kita untuk kita sendiri, sebagaimana kita ha-
rus menjawab untuk kita sendiri di hadirat Allah.”
“Kebenaran yang jelas sekali dinyatakan di dalam Alkitab, telah ditanggapi
dengan keragu-raguan dan ketidakjelasan oleh kaum terpelajar, yang dengan
berpura-pura memiliki hikmat yang besar, mengajarkan bahwa Alkitab itu
mempunyai arti rohani yang penuh mistik dan rahasia yang tidak kelihatan
dalam bahasa yang digunakan. Orang-orang ini adalah guru-guru palsu. Ke-
pada golongan seperti inilah Yesus menyatakan ‘Kamu sesat, justru karena
kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah’ (Markus 12:24). Ba-
hasa Alkitab harus dijelaskan sesuai dengan artinya yang sebenarnya, kecuali
menggunakan lambang atau gambar. Kristus telah berjanji, ‘Barangsiapa mau
melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah,
entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri’ (Yohanes 7:17). Jikalau manusia
menerima Alkitab sebagaimana ia dibaca, jikalau tidak ada guru-guru palsu
yang menyesatkan dan membingungkan pikiran mereka, pekerjaan akan ter-
capai yang membuat malaikat-malaikat senang, dan yang akan membawa ke
pihak Kristus ribuan orang yang sekarang sedang mengembara dalam kesalah-
an.”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 630.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:


1. Apakah prinsip-prinsip penting lain yang termasuk dalam usaha me-
nemukan pemahaman Kitab Suci yang jelas?
2. Martin Luther menuliskan bahwa, “Kitab Suci menerangi Kitab Suci
itu sendiri.” Dengan demikian dia maksudkan bahwa ada kesatuan
yang mendasari Kitab Suci sehingga satu bagian dapat digunakan un-
tuk menolong kita memahami bagian yang lain. Sebutkanlah bebera-
pa contoh yang dapat Anda temukan menggunakan prinsip ini?
3. Di UKSS ulangi kembali jawaban Anda pada pertanyaan hari Senin
mengenai peristiwa yang sangat memengaruhi pengalaman Kekris-
tenan Anda. Jika ada, apakah persamaan yang dimiliki oleh peristi-
wa-peristiwa ini?
4. Jika seseorang bertanya kepadamu belajar Alkitab yang bagaimana-
kah yang dapat mempererat perjalanan Anda dengan Tuhan, bagai-
manakah Anda menjawabnya? Prinsip-prinsip apa yang Anda telah
pelajari dari pengalamanmu sendiri tentang berusaha untuk menge-
nal Tuhan Yesus melalui penyelidikan Firman-Nya yang Tertulis?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 119


PENUNTUN GURU

Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 2 Petrus 1:16-21
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Mengakui bahwa Alkitab adalah sumber otoritatif Allah un-
tuk keinginan-Nya dan untuk keselamatan kita melalui Yesus Kristus.
Merasakan: Carilah tujuan wahyu Kristus dalam Alkitab untuk memberi-
kan sumber iman dan pengharapan yang lebih baik daripada sumber subjek-
tif pengalaman seseorang miliki.
Melakukan: Berikan tempat utama bagi kitab suci dalam kehidupan saat
seseorang ingin menjadi terang dalam tempat yang gelap.

ÂÂGaris-garis Besar Pelajaran:


I. Mengetahui: Suatu Perkataan Nubuatan yang Lebih Dipercaya
A. Petrus membandingkan kata-kata nubuatan lebih dapat dipercaya
daripada apa?
B. Apakah yang membuat kata-kata nubuatan itu sangat objektif dan
dapat dipercaya seperti sinar dalam kegelapan?
II. Merasakan: Risiko Pengalaman yang Subjektif
A. Bagaimanakah Petrus mengungkapkan keyakinannya dalam peng-
alamannya bersama Yesus?
B. Apakah bahaya dalam mengandalkan pengalaman sensoris kita?
III. Melakukan: Memercayai Allah dan Firman-Nya
A. Mengapakah kita harus lebih percaya pada Firman Allah daripada
pengalaman subjektif kita?
B. Apakah yang Petrus katakan bahwa kita harus mengerti “dia atas
segalanya”? Apakah proses alamiah wahyu yang diterangkan da-
lam ayat 21?
Ringkasan: Petrus mengutip pengalaman sensorisnya bersama Yesus seba-
gai dasar yang tepat untuk perhitungannya mengenai kuasa Yesus dan keda-
tangannya. Tetapi kemudian ia menyatakan bahwa firman Tuhan yang dinubu-
atkan lebih pasti daripada pengalaman perspektif subjektif seseorang, karena
sumbernya berasal dari Roh Kudus.

120 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU

Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 2 Petrus 1:20, 21
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Sebagai manusia, kita cende-
rung menggantungkan keyakinan kita pada pengalaman, dan bukti dari indra
kita. Inilah kecenderungan yang diandalkan, walaupun masuk akal dan ilmi-
ah. Observasi merupakan dasar ilmu pengetahuan empiris. Namun, kita bisa
tertipu karena indra kita. Setelah tertarik dengan nilai sensoris pengalaman
kebenaran pekabaran Petrus, ia membuat suatu ujian untuk kebenaran dengan
menyatakan bahwa ada dasar yang lebih dapat diandalkan untuk menentukan
realitas dan kebenaran, yaitu, kata-kata Nubuatan Allah. Sumbernya bukan dari
kehendak manusia tetapi karena gerakan Roh Kudus pada pikiran agen-Nya.
Untuk Guru: Kita hidup pada zaman yang sangat ilmiah, namun demi-
kian, banyak sekali sinisme sehubungan kemungkinan untuk menentukan
kebenaran dengan metode yang objektif. Alat penentu kebenaran dewasa ini
seharusnya ditetapkan melalui metode empiris, menghilangkan variable yang
tidak terkendali, seperti supraalami, sehingga semua aspek materi dapat diper-
tanggungjawabkan di bawah kondisi pengujian yang ketat, banyak pengamat
dari waktu ke waktu menghasilkan kepastian. Dalam banyak bidang, termasuk
agama, tidak ada konsensus yang dihasilkan dalam kurun waktu yang lama,
sinisme memperkembang sehubungan dengan kemungkinan hasil yang sebe-
narnya pasti dari metode ini. Akibatnya, pascamodernisme datang, menolak
kebenaran mutlak yang menerangkan sepenuhnya segala sesuatu. Pengalaman
pribadi menjadi dasar kebenaran, semua kebenaran menjadi semu, dan relatif
terhadap pengalaman seseorang. Bagaimana pekabaran Petrus mengatasi ke-
tegangan ini?
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS untuk membaca bersama 2 Petrus 1:16-
18 dan Matius 16:27–17:8. Diskusikan bukti yang dikutip Petrus untuk mem-
buktikan kebenaran pernyataannya sehubungan dengan Yesus. Mengapakah ia
dibenarkan untuk mengutip pengalamannya sendiri sebagai bukti, bahwa ia ti-
dak pandai untuk mengarang cerita? Bagaimanakah Petrus dapat membedakan
antara pengalaman dan sesuatu yang ia dapat hanya sebagai khayalan belaka?

ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Ayat Alkitab: 2 Petrus 1:16
Untuk Guru: Petrus langsung menentang pengolok-olok itu sehubungan
dengan keaslian dan otoritas pengajarannya, tidak hanya pada zamannya teta-
pi pada dewasa ini. Dia belum membagikan dengan bijaksana kepada orang-
orang percaya cerita yang dimilikinya; dia telah menceritakan pengalaman hi-
dupnya yang nyata. Seseorang dapat saja mengharapkan bahwa tuntutan ini
Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 121
PENUNTUN GURU
dapat membuktikan keaslian dari kesaksiannya sebagai pengarang suratnya;
Namun demikian, bagi pengolok-olok semua ini hanya kebalikannya. Mereka
membantah bahwa penulisnya mencoba keras untuk membuktikan siapa jati
dirinya. Mereka melihat hal ini sebagai bukti bahwa Petrus bukan penulisnya,
tetapi, surat ini dikarang oleh penulis lain. Pengolok-olok pengarang buku Pe-
trus gagal melihat dirinya dalam 2 Ptr. 3:3. Pengejek-pengejek yang mengikuti
keinginannya sendiri yang jahat dan menolak kebenaran Firman Tuhan. Dalam
cara bagaimanakah kita dapat menjadi seperi pengolok-olok itu, gagal untuk
melihat penerapan firman Tuhan pada keadaan kita sendiri?

Komentar Alkitab
I. Bahkan Suatu Kesaksian yang Lebih dipercaya
(Tinjau Kembali 2 Petrus 1:19 Bersama UKSS Anda.)

Meskipun kesaksiannya saksi mata dapat dipercaya,Petrus sekarang menya-


takan bahwa pengalamannya masih jauh lebih dapat dipercaya, dan tidak akan
gagal. Bukti menunjukkan indra kita dapat menuntun kita pada jalan yang se-
sat, dan hal ini ada kalanya terjadi. Alkitab, berulang ulang mengamarkan me-
ngenai membiarkan perasaan kita sering menipu kita (Mat. 7:15; 24:24; 2 Kor.
11:13, 14; 2 Tes. 2:9, 10; Why. 13:13, 14).
Banyak cerita menyatakan kehidupan mereka licik dan membuat pikiran
menjadi bodoh, tetapi Setan adalah ahli pengejek. Ia melakukan tanda-tanda
dan mukjizat yang menipu, sering kali melalui orang orang yang mengaku
memiliki hubungan dengan penipuannya. Petrus, menyadari bahaya mengikuti
pengindraan kita sebagai bukti, anjurkan sumber yang aman untuk mempe-
lajari kebenaran. Firman Tuhan adalah satu-satunya sumber kebenaran yang
secara keseluruhan aman dan tepat. Kita “alangkah baiknya kalau kamu mem-
perhatikannya seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang
gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam ha-
timu” (2 Ptr. 1:19).
Perimbangkanlah Hal Ini: “Hari itu” adalah sebuah referensi untuk meng-
antisipasi “hari Tuhan” (2 Ptr. 3:10) atau “harinya Tuhan” (2 Ptr. 3:12), disebut
juga “hari penghakiman” (2 Ptr. 2:9; 3:7) dan “hari ia melawat mereka” (1 Ptr.
2:12). Itu adalah Kedatangan yang Kedua Kali. “Bintang Fajar” yang menga-
cu pada diri Yesus sendiri. Ia menyatakan dalam Wahyu 22:16, “Aku adalah...
Bintang Timur yang gilang-gemilang” adalah “bintang fajar” mengambil nama
itu dari menjadi terang benderang “Bintang” pada pagi hari di langit. Cahaya
yang terakhir pada malam akan mudah menyambut pagi hari. Ahli perbintang-
an menunjuk planet Venus sebagai bintang fajar, tetapi Yesus menunjuk bin-
tang itu sebagai dirinya. Bintang fajar akan bercahaya penuh dalam hati kita
bila “fajar merekah.” Persiapan apakah yang kita buat untuk terbitnya Bintang
fajar yang sebenarnya dalam hati kita?
122 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus
PENUNTUN GURU

II. Asal-usul Perkataan Nubuat


(Tinjau Kembali 2 Petrus 1:20, 21 Bersama UKSS Anda.)
Petrus memulai ayat 20 dengan kata-kata , “yang terutama kamu harus ke-
tahui bahwa....” Tidak ada lain yang pembacanya harus mengerti lebih jelas
daripada dasar keyakinan dalam firman Allah yang diilhamkan. Tidak bersum-
ber dari kehendak manusia. Melainkan, “dorongan Roh Kudus orang-orang
berbicara atas nama Allah” (2 Ptr. 1:21). Petrus berpendapat bahwa wahyu
inkarnasi di mana pekabaran Allah dipercayakan kepada manusia sebagai alat
untuk menyatakan pikiran Allah melalui pekerjaan Roh Kudus. Inisiatif ini dan
pekabarannya adalah milik Allah; Ia bertanggung-jawab untuk isi dan men-
jaganya. Sehubungan dengan unsur manusia dalam Alkitab, Ellen G. White
menjelaskan, “Alkitab dituliskan oleh manusia yang telah diilhami, tetapi bu-
kanlah dengan cara Allah berpikir dan menyatakannya. Itu adalah manusia.
Allah, sebagai penulis tidak mewakili. Manusia sering kali berkata pernyataan
itu tidak seperti Allah. Tetapi Allah tidak menyatakannya kata demi kata, da-
lam logika, dalam retorika, dalam uji coba pada Alkitab. Penulis Alkitab ada-
lah juru pena Allah, bukan penanya”—Selected Messages, jld. 1, hlm. 21. Dia
menambahkan penjelasan ini: “Bukanlah kata-kata Alkitab yang di ilhamkan,
tetapi manusia itulah yang diilhamkan. Ilham tidak bertindak menurut kata-
kata manusia itu atau ekspresi tetapi pada manusia itu sendiri, yang, di bawah
pengaruh Roh Kudus, tetapi diterangi oleh buah pikiran. Namun kata-katanya
mendapat kesan dari pikiran individu. Pikiran Ilahi dimasukkan. Pikiran dan
kehendak Allah menyatu dengan pikiran manusia dan kemauannya; sehingga
apa yang dinyatakan manusia adalah kata-kata Allah. Agar apa yang masuk
dalam pikiran manusia adalah kata-kata Allah”—hlm. 21.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Berapa yakinkah kita dapat menjadi alat Tu-
han dalam menghasilkan pekabaran Alkitab?
Pertanyaan Diskusi:
;; Apakah yang sudah kita pelajari dari pengalaman bersama Allah dan janji-
janjinya? Dengan cara apakah mereka dapat memastikan keyakinan kita ke-
pada Allah? Bagaimanakah kita dan tingkah laku kita harus selalu percaya
kepada Allah melebihi penginderaan kita?
;; Apakah yang menyebabkan kata-kata nubuatan dapat dipercaya? Bagaima-
nakah catatan kegenapan nubuatan dapat menolong kita membangun keya-
kinan kita terhadap Firman Tuhan?

ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Pertanyaan Pemikiran:
;; Dalam cara apakah kita dapat berlaku seakan-akan kita tidak percaya catat-
an Alkitab? Bagaimanakah kita dapat melawan pencobaan?
;; Jika tidak ada nubuatan Alkitab muncul dengan penafsiran nabi itu sendiri;

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 123


PENUNTUN GURU
metode apakah yang aman digunakan untuk mengetahui apa maksud Allah
dalam Alkitab?
Kegiatan: Mintalah UKSS membaca bersama-sama 2 Timotius 3:14-16.
Diskusikan dasar pengertian Timotius tentang Alkitab, menurut Paulus, dan
nilai pengertian yang benar tentang Alkitab untuk semua orang percaya.

ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Kita cenderung berbicara fasih tentang pentingnya percaya
dalam keselamatan. Tetapi kita perlu lebih daripada sekadar percaya sesuai
dengan kepintaran atau kebenaran tertentu atau realitas Yakobus 2:19 menya-
takan kepada kita bahwa walaupun si Jahat percaya kepada Allah, tetapi tidak
menyelamatkan mereka. Percaya, Yakobus katakan, perlu dibarengi dengan
perbuatan nyata (Yak. 2:14-17). Istilah yang lebih baik daripada “percaya”
adalah “keyakinan.” Keyakinan bukan saja mengartikan penerimaan seca-
ra intelek dari suatu kenyataan realitas, tetapi juga kesediaan untuk berbuat
berdasarkan keyakinan bahwa Allah mengetahui apa yang terbaik. Dia sudah
menyatakan kehendak-Nya untuk kehidupan kita dalam firman-Nya,dan Dia
akan memberikan kuasa kepada kita untuk menggenapi kehendaknya saat kita
menyerahkan diri kepada-Nya.
Kegiatan: Biarkanlah UKSS menuliskan nubuatan Alkitab yang telah dige-
napi dan bukti kegenapannya. Diskusikan tentang keyakinan terhadap Alkitab
yang kita bisa dapatkan dan dapat bagikan dengan orang lain sebagai hasil dari
melihat bukti-bukti bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, termasuk masa
yang jauh ke depan. Dan apa yang dapat kita percaya pada-Nya dan rencana-
nya untuk kehidupan kita.

124 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Pelajaran 11 3-9 Juni*

Guru-Guru Palsu

SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 2 Ptr. 2:1-22; Yoh.
8:34-36; Mat. 12:43-45; Yudas 4-19; Kej. 18:16-33.
Ayat Hafalan: “Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain,
padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena sia-
pa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu” (2 Petrus 2:19).

D
alam suratnya yang pertama, Petrus, dengan perhatian penggembala-
annya yang besar, berusaha untuk mendorong pembacanya sehubung-
an dengan bahaya penganiayaan. Meskipun kita tidak tahu persis ben-
tuk penganiayaan yang seperti apa yang secara khusus sedang dibicarakan,
kita tahu bahwa gereja akan menghadapi cobaan yang mengerikan sebagaima-
na yang telah diusahakan oleh Kekaisaran Romawi kafir untuk memadamkan
pergerakan yang berkembang dari mereka yang disebut “Orang Kristen.”
Tetapi Setan meluncurkan serangan bermata dua. Benar sekali, penganiaya-
an dari luar—yakni, penganiayaan dan kekerasan—menjadi alat yang ampuh.
Tetapi gereja menghadapi ancaman lain, salah satu yang bahkan mungkin le-
bih berbahaya daripada penganiayaan dari luar. Dan itu adalah ancaman dari
dalam. Sama seperti bangsa Yahudi di masa lalu harus menghadapi nabi-nabi
palsu, pengikut Yesus di zaman Petrus harus menghadapi guru-guru palsu yang
akan “memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan” (2 Ptr.
2:1) ke dalam gereja itu sendiri. Dan, bahkan lebih buruk, Petrus memperi-
ngatkan bahwa banyak orang yang akan mengikuti “cara hidup yang merusak”
(2 Ptr. 2:2, NKJV).
Ajaran sesat apa sajakah yang Petrus peringatkan di sini? Bagaimanakah
Petrus menentang mereka, dan karena kita juga menghadapi ancaman dari da-
lam, pelajaran apakah yang dapat diambil dari peringatannya bagi kita sendiri
sekarang ini?

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 10 Juni.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 125


Minggu 4 Juni
Nabi-nabi dan Guru-guru Palsu
Terkadang dengan mudah membanggakan gereja yang mula-mula, memba-
yangkannya sebagai suatu masa yang penuh kedamaian dan harmonis di antara
umat mula-mula yang percaya Yesus.
Pendapat itu adalah sesuatu yang keliru. Dari zaman Yesus pun gereja telah
menghadapi pergumulan, seringkali dari dalam (pikirkan mengenai Yudas).
Sebagaimana ditunjukkan oleh surat-surat Perjanjian Baru, banyak masalah-
nya datang dari ajaran-ajaran sesat di antara mereka. Gereja mula-mula ber-
gumul bukan hanya dengan penganiayaan dari luar tetapi juga masalah dari
dalam. Dalam suratnya ini Petrus berhadapan dengan beberapa tantangan in-
ternal itu. Apakah itu? “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-
tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu.
Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan,
bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan
dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. Ba-
nyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan
karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. Dan karena serakahnya guru-
guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan cerita-cerita
isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama
tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda” (2 Ptr. 2:1-3). Tidak terdengar se-
perti masa yang penuh damai dan kerukunan internal di antara mereka, bukan?
Bacalah 2 Petrus 2:1-3, 10-22. Tentang apakah yang Petrus peringat-
kan di sini? Sebutkan beberapa hal yang salah yang sedang digalakkan
di dalam gereja?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Dua Petrus 2:1 kemungkinan besar mengungkapkan alasan Tuhan membe-
rikan inspirasi kepada Petrus untuk menuliskan suratnya. Dia memperingatkan
mereka bahwa sebagaimana nabi-nabi palsu telah ada dahulu, akan ada guru-
guru palsu di masa yang akan datang. Petrus menguraikan seluruhnya rangkai-
an serangan terhadap guru-guru ini, segala sesuatu dari “pengajaran-pengaja-
ran sesat yang membinasakan” (2 Ptr. 2:1) yang menuntun mereka yang tidak
waspada kepada perhambaan kebinasaan (2 Ptr. 2:19) dan sejumlah kesalahan
lainnya juga. Dari apa yang ditulisnya, kita dapat melihat bahwa ajaran ini sa-
ngatlah berbahaya, yang menjelaskan mengapa dia bereaksi sebegitu keras ter-
hadap mereka. Tidak ada dalam benak Petrus bahwa doktrin itu tidak penting.
Lihatlah betapa keras Petrus melawan ajaran-ajaran sesat ini. Apakah
yang hal ini katakan kepada kita tentang betapa pentingnya kebenaran
itu? Bagaimanakah kita dapat melindungi diri kita terhadap setiap dan
semua upaya yang membawa doktrin sesat ke dalam gereja?

126 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Senin 5 Juni
Kemerdekaan di dalam Kristus?
“Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan
mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang
baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan”
(2 Ptr. 2:18). Tentang apakah yang Petrus peringatkan dalam ayat ini?
Apakah yang dikatakannya dalam 2 Petrus 2:19 yang menolong menje-
laskan kekhawatirannya? Apakah pentingnya kata “kemerdekaan” atau
“kebebasan”(NKJV) di ayat 19?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Dalam bahasa yang paling keras, Petrus memberikan kepada pembaca-
nya peringatan terhadap bahaya guru-guru palsu. Dalam 2 Petrus 2:18-21 dia
memperingatkan bahwa guru-guru palsu ini, sementara menjanjikan kebebas-
an dan kemerdekaan, sebenarnya akan menuntun mereka kepada perhambaan.
Betapa suatu penyimpangan yang sempurna dari Injil! Kebebasan di dalam
Kristus harus berarti kebebasan dari perhambaan dosa (Rm. 6:4-6). Setiap kon-
sep kebebasan di dalam Kristus yang meninggalkan seseorang dalam belenggu
dosa adalah jenis penyesatan yang Petrus peringatkan. Meskipun para pakar
berdebat soal apa sebenarnya ajaran sesat yang dihadapinya di sini, hal itu jelas
terkait dengan seluruh masalah dosa dan orang yang menjadi hamba baginya.
Bacalah Yohanes 8:34-36. Bagaimanakah perkataan Kristus di sini me-
nolong kita untuk memahami apa yang Petrus katakan?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Apa pun yang guru-guru palsu ini sampaikan, mereka sedang menuntun
kor­bannya-mereka yang baru saja menemukan Tuhan Yesus—kembali ke ja-
lan hidup mereka yang lama. Sangat mudah memikirkan jenis Injil kasih ka-
runia murahan yang meremehkan kebutuhan untuk kemurnian dan kesucian,
sesuatu yang menyebabkan mereka terperangkap lagi dalam “kebinasaan” (2
Ptr. 2:19) dunia yang sangat buruk yang mereka baru saja tinggalkan. Tidak
heran Petrus berbicara begitu tajam dan sangat keras melawan ajaran ini dan
memperingatkan tentang apa akibatnya mengikuti mereka jadinya.
Apakah yang Anda pahami mengenai kemerdekaan di dalam Kristus
itu seharusnya? Dari apakah Kristus telah memerdekakan Anda?
______________________________________________________________
______________________________________________________________

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 127


Selasa 6 Juni
Anjing Kembali Lagi ke Muntahnya
Bacalah 2 Petrus 2:17-22 dan Matius 12:43-45. Apa sajakah bahaya-
nya ketika seorang yang telah menjadi Kristen kembali ke gaya hidupnya
yang dahulu?
______________________________________________________________
Petrus sangat prihatin khususnya tentang nasib mereka yang dijerat guru-
guru palsu terpikat untuk kembali kepada dosa-dosa mereka sebelumnya (2
Ptr. 2:18). Guru-guru palsu menjanjikan kemerdekaan, tetapi sebagaimana
yang Petrus tunjukkan, kemerdekaan yang mereka janjikan berbeda secara
radikal dengan sifat kemerdekaan yang Yesus janjikan kepada mereka yang
mengikuti-Nya.
Lihatlah pada peringatan keras yang Petrus berikan. Adalah lebih baik jika
mereka tidak pernah “mengenal Jalan Kebenaran” (2 Ptr. 2:21) daripada me-
ngenalnya tetapi kemudian berbalik kembali kepada cara hidupnya yang lama.
Tentu saja, hal ini tidak berarti bahwa keadaan mereka tidak ada harapan.
Kita semua mengetahui kisah mereka yang telah berpaling dari Tuhan dan ke-
mudian berbalik kembali. Dan kita tahu bahwa Tuhan sangat senang ketika
mereka kembali, dan bersukacita membawa mereka kembali. (Lihat Lukas
15:11-32). Hanya saja, ini berarti bahwa berpaling adalah arah perjalanan yang
sangat berbahaya untuk diambil, atau itu juga bukan suatu hal yang menye-
nangkan. Anjing kembali lagi ke muntahnya adalah cara menggambarkan yang
kasar dan keras, tetapi Petrus menyampaikan maksudnya dengan gambaran
itu.
Mungkin gema dari kata-kata Yesus dalam 2 Petrus 2:20 itu disengaja (lihat
Mat. 12:45; Luk. 11:26). Yesus menceritakan perumpamaan mengenai seorang
pria yang telah dibebaskan dari roh jahat. Roh itu mengembara dengan tidak
mendapat tempat baginya sendiri, dan kemudian kembali untuk melihat “ru-
mah yang telah kutinggalkan itu” (Mat. 12:44). Dia datang dan mendapati ru-
mah itu kosong dan rapi teratur. Dia kemudian kembali masuk, dan membawa
bersamanya beberapa roh yang lain yang lebih jahat dari dirinya sendiri. Se-
perti yang Yesus katakan: “Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari
pada keadaannya semula” (Mat. 12:45). Bahaya yang Yesus gambarkan dan
Petrus jelaskan adalah nyata. Orang yang baru menjadi percaya perlu memas-
tikan bahwa hal-hal dari Roh menggantikan hal-hal yang pernah mendominasi
hidupnya. Jika keterlibatannya dalam gereja dan kesaksiannya akan imannya
yang baru tidak menggantikan kegiatan sekulernya sebelumnya, maka akan
mudah sekali bagi orang itu kembali ke jalannya yang lama.
Dengan cara apakah kita sebagai keluarga jemaat dapat memelihara
dan memuridkan semua anggota kita dengan cara yang lebih baik, khu-
susnya bagi mereka yang baru?

128 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Rabu 7 Juni
Petrus dan Yudas
Banyak orang telah mengamati bahwa Judas 4-19 sebagian besar mengulangi
pekabaran 2 Petrus 2:1-3:7. Setiap kali Alkitab mengulangi suatu pekabaran,
kita harus menyadari bahwa Allah ingin menyampaikan sesuatu yang penting.
Dalam ayat-ayat yang sama, Petrus dan Yudas berusaha keras untuk memberi-
tahukan kepada kita suatu kebenaran penting: Allah mengendalikan nasib orang
fasik. Baik Petrus dan Yudas meninggalkan pesan yang tidak diragukan bahwa
Allah sedang memantau kejahatan dari dekat. Baik manusia yang jahat atau ma-
laikat yang telah jatuh, Allah telah mengambil catatan khusus akan kejahatan
mereka dan telah merencanakan hukuman mereka pada hari penghakiman (2
Ptr. 2:9, 17; Yudas 6).
Bacalah 2 Petrus 2:1-3:7 dan Yudas 4-19. Apakah contoh pembalasan
Allah di masa lalu yang Petrus dan Yudas berikan untuk menekankan
fakta bahwa Allah sungguh-sungguh dalam berurusan dengan dosa?
______________________________________________________________
Petrus dan Yudas mencatat tiga contoh pembalasan Allah di masa lalu. Ter-
masuk di antaranya kehancuran dahulu kala oleh Air Bah, pembakaran Sodom
dan Gomora, dan malaikat-malaikat yang tidak taat dibelenggu untuk dimusnah-
kan (2 Ptr. 2:4-6; 3:7; Yud. 6, 7). Semua episode ini dicampur dengan kesan pe-
nyelesaian yang berkepanjangan. Meskipun Alkitab berbicara banyak mengenai
rahmat dan kasih karunia Allah, keadilan Allah juga memainkan peran penting
dalam kehancuran akhir dosa.
Dosa-dosa apakah yang mengakibatkan hukuman yang berat seperti itu? Itu
termasuk memasukkan pengajaran sesat yang membinasakan; menghina peme-
rintahan Allah; hamba-hamba kebinasaan [menjadi hamba dari apa saja yang
menguasai mereka]; menyalahgunakan kasih karunia Allah untuk melampias-
kan hawa nafsu mereka; menyangkal Yesus Kristus sebagai satu-satunya Pengu-
asa dan Tuhan; mencemarkan tubuh mereka sendiri; kata-kata yang congkak dan
hampa; dan pemfitnah (2 Ptr. 2:1, 10, 19; Yud. 4; Yud. 8; 2 Ptr. 2:18; Yud. 10).
Yang menarik, uraian ini tidak termasuk tindakan kekerasan dan kekejaman
orang jahat lainnya yang sering menyakiti kita. Sebaliknya, mereka menggam-
barkan dosa-dosa yang lebih halus yang memiliki satu kesamaan. Itulah dosa-
dosa yang seringkali dimaafkan dalam komunitas gereja itu sendiri. Fakta ini
haruslah menyadarkan kita akan kebutuhan besar untuk pertobatan yang tulus
dan reformasi di dalam gereja.
Bacalah 2 Petrus 2:12 dan Yudas 10. Di sini Petrus dan Yudas menjelas-
kan bahwa mereka yang sedang menghadapi kehancuran sedang turun
menjadi “hewan” (2 Ptr. 2:12) atau “binatang” (Yudas 10) yang tidak ber-
akal hanya mengikuti nalurinya. Bagaimanakah uraian itu dibandingkan
dengan bagaimana rencana Allah yang mula-mula menciptakan manusia,
dan bagaimanakah Anda dapat mencegah terjadinya hal tersebut dalam
hidup Anda?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 129


Kamis 8 Juni
Pelajaran Lainnya dari Perjanjian Lama
Bacalah 2 Petrus 2:6-16. Apakah contoh lain yang Petrus gunakan un-
tuk memberikan peringatannya tentang ke mana kita dapat dituntun oleh
kefasikan?
Referensi mendasar yang pertama mengenai Sodom dalam Alkitab ada-
lah Kejadian 12:12, 13. Lot dan Abraham memutuskan untuk berpisah kare-
na alasan “keuangan”. Lot memilih lembah Yordan, dan “berkemah di dekat
Sodom” (Kej. 13:12). Alkitab kemudian berkomentar, “Adapun orang Sodom
sangat jahat, dan berdosa terhadap TUHAN” (Kej. 13:13). Di kemudian hari,
ketika Allah memperingatkan Abraham bahwa Dia berencana untuk menghan-
curkan Sodom, Abraham mengadakan kesepakatan bahwa Allah tidak akan
menghancurkannya jika terdapat 10 orang benar di sana (Kej. 18:16-33). Keti-
dakmungkinan menemukan meskipun 10 orang benar di Sodom cukup ditun-
jukkan oleh apa yang terjadi dengan utusan yang dikirim untuk mengunjungi
Lot. Alhasil, kota ini dihancurkan; hanya Lot dan kedua putrinya yang lolos
(Kej. 19:12-25).
Petrus mengambil dua pelajaran dari kisah ini. Pertama, kedua kota itu men-
jadi contoh hukuman yang datang kepada orang fasik (2 Ptr. 2:6). Kedua, hal
itu menunjukkan bahwa Tuhan tahu bagaimana menyelamatkan orang saleh
dari pencobaan (2 Ptr. 2:7-9). Petrus kemudian mencatat beberapa karakter-
istik dari mereka yang dibinasakan di Sodom dan Gomora: Mereka menuruti
hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan menghina pemerintahan
Allah, berani dan angkuh, dan tidak segan-segan menghujat kemuliaan (2 Ptr.
2:10, 11). Karakteristik ini memiliki kesamaan dengan bagaimana yang Petrus
jelaskan mengenai guru-guru palsu dan para pengikutnya.
Kisah Bileam terdapat dalam Bilangan 22:1-24:25. Dia telah dibayar oleh
Balak, raja Moab, untuk mengutuk orang Israel. Pada awalnya enggan, dia
akhirnya dibujuk untuk melakukan tugas ini dengan tawaran sejumlah uang
yang lebih besar (Bil. 22:7-21). Dalam perjalanan ia berhadapan dengan “ma-
laikat Tuhan” dan diselamatkan dari kematian hanya karena sewaktu keledai-
nya menyimpang. Bileam kemudian memukul keledainya dan baru menyadari
kesalahannya ketika matanya terbuka, dan ia melihat “malaikat TUHAN” sen-
diri (Bil. 22:22-35). Pada akhirnya, Bileam akhirnya memberkati Israel (Bil
23:4-24:24). Petrus menggunakan Bileam sebagai contoh dari mereka yang
tertarik dengan perzinaan dan keserakahan (2 Ptr. 2:14, 15). Orang-orang se-
perti itu bagaikan Bileam. Mereka telah meninggalkan jalan yang mereka ha-
rus ikuti.
Pikirkanlah mengenai semua yang telah diberikan kepada kita, baik
yang dalam Alkitab dan dalam tulisan-tulisan Ellen G. White. Karena itu,
mengapakah kita sebagai anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh
tidak bisa mengatakan bahwa kita tidak diperingatkan?

130 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Jumat 9 Juni
Pendalaman: Begitu sering kita mendengar orang Kristen berbicara menge-
nai “kemerdekaan di dalam Kristus.” Dan tentunya, hal ini adalah suatu konsep
yang sah. Terbebas dari dakwaan hukum dan mendapat jaminan keselamatan
karena apa yang Kristus telah buat bagi kita dan tentunya itu bukan karena usa-
ha kita sendiri untuk bebas. Kisah Martin Luther dan beban yang dideritanya
sebelum dia memahami kasih karunia adalah sebuah contoh yang baik akan apa
yang dimaksudkan oleh kebebasan ini. Namun, sebagaimana yang kita telah li-
hat dalam Kitab Petrus, kebenaran yang luar biasa ini dapat diputar balikkan.
“Kebenaran besar akan ketergantungan kita seluruhnya kepada Kristus untuk
keselamatan berada terletak dekat dengan kesalahan pendapat pribadi. Kemer-
dekaan di dalam Kristus oleh ribuan orang telah salah paham karena kefasik-
an; dan karena Kristus datang untuk membebaskan kita dari tuntutan hukum,
banyak orang menyatakan bahwa hukum itu sendiri sudah digenapi, sehingga
mereka yang memeliharanya tidak menghargai kasih karunia. Dan itulah se-
babnya, karena kebenaran dan kepalsuan tampaknya hampir sama, pikiran yang
tidak dituntun oleh Roh Kudus akan dituntun untuk menerima kesesatan dan de-
ngan demikian, meletakkan diri mereka di bawah penyesatan oleh kuasa Setan.
Dalam hal ini menuntun orang menerima kesalahan gantinya kebenaran, Setan
sedang bekerja untuk mengamankan kehormatan dunia Protestan.”—Ellen G.
White, Christ Triumphant, hlm. 324.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:


1. Renungkanlah 2 Petrus 2:19 dan hal-hal lainnya yang Petrus katakan
mengenai akibat ajaran sesat. Mengapakah kita harus memastikan un-
tuk belajar bagi diri kita sendiri kebenaran penting yang kita percayai?
Seberapa pentingkah bahwa kita semua benar-benar sepakat pada apa
yang harus kita percayai? Kapankah hal itu menjadi berbahaya memi-
kirkan pendapat yang berbeda dengan saudara seiman yang lain?
2. Perhatikanlah pada bahasa Petrus yang tegas berhubungan dengan
pertanyaan mengenai hukuman dan penghukuman: “Mendatangkan
kebinasaan atas diri mereka sendiri” (2 Ptr. 2:1); “mereka sendiri akan
binasa seperti binatang liar” (2 Ptr. 2:12); “menyimpan orang-orang
jahat untuk disiksa pada hari penghakiman” (2 Ptr. 2:9); “kebinasaan
[mereka] tidak akan tertunda” (2 Ptr. 2:3). Apakah yang ayat-ayat ini
katakan kepada kita mengenai bukan saja realitas penghakiman tetapi
mengenai begitu kerasnya Allah menghukum mereka yang menuntun
umat-Nya kepada penyesatan?
3. Apakah yang Anda pikir maksud ketika mereka yang berbicara me-
ngenai “kebebasan di dalam Kristus” berbicara secara umum, bukan
dalam konteks hukum secara umum (walaupun ada beberapa) tetapi
dalam konteks pemeliharaan hukum keempat, hukum Hari Sabat? Ba-
gaimanakah pendapat ini menolong kita untuk melihat cara lain yang
dimaksud dengan “kebebasan di dalam Kristus” dapat diputarbalik-
kan?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 131


PENUNTUN GURU

Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 2 Petrus 2:1-3
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Menyadari sementara kita mempunyai bukti kesaksian fir-
man tentang nubuatan Allah, guru-guru palsu akan datang, memperkenal-
kan ajaran sesat berdasarkan pekabaran palsu.
Merasakan: Takut atas kebinasaan yang guru-guru palsu ini datangkan atas
diri mereka sendiri.
Melakukan: Waspada untuk dapat membedakan antara yang benar dan
yang palsu.

ÂÂGaris-garis Besar Pelajaran:


I. Mengetahui: Strategi Setan Melawan Kebenaran
A. Kalau kebenaran ada pasti ada kepalsuan. Saat ini apakah lawan
dari kunci kebenaran firman Tuhan? Apa tandanya kita dapat me-
ngenal ciri-ciri dari penipu itu?
II. Merasakan: Kegiatan Allah dalam Pemandangan Si Jahat
A. Apakah contoh sebelumnya yang Petrus kutip untuk menunjukkan
betapa keserakahan dan nafsu akan menuntun pada kebinasaan?
B. Contoh apakah yang diambilnya untuk menunjukkan bahwa Allah
dapat melepaskan orang-orang berdosa?
III. Melakukan: Mengenal Tuhan dan Juruselamat Kita Yesus Kristus
A. Bagaimanakah kita dapat terlepas dari kebejatan dunia ini dengan
mengenal Yesus Kristus?
B. Bagaimanakah kita dapat menghindar dari penipuan, tekanan dosa,
dan dikalahkan olehnya?

Ringkasan: Dalam dunia yang ditandai oleh dosa, hawa nafsu, ketamakan,
penipuan, dan kebencian dari penguasa, Allah tahu bagaimana membebaskan
orang-orang saleh dari pencobaan ini dan menahan orang fasik di bawah peng-
hukuman pada hari pengadilan nanti. Keselamatan kita adalah mengetahui Tu-
han kita dan Juruselamat Yesus Kristus.

132 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU

Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 2 Petrus 2:1-3, 20, 21
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Sebagaimana nabi yang be-
nar ada (2 Ptr. 1:21), nabi yang palsu dan guru-guru palsu ada pada setiap
zaman (2 Ptr. 2:1). Sebab jika ada kebenaran ada kepalsuan. Mereka yang
sudah pernah mengenal Tuhan Yesus Kristus tetapi akhirnya meninggalkan-
nya lagi oleh karena kebejatan dunia ini akan menjadi lebih buruk daripada
mereka yang belum pernah mengenal jalan kebenaran (2 Ptr. 2:20). Guru-guru
palsu yang telah diamarkan Petrus yang tadinya orang-orang percaya, tetapi
karena keuntungan materi mereka telah meninggalkan jalan yang lurus (2 Ptr.
2:3, 15) dan memperkenalkan ajaran sesat yang merusak, bahkan menyangkal
Tuhan yang menyelamatkan mereka (2 Ptr. 2:1). Pertimbangan mereka pasti
(2 Ptr. 2:3, 9, 10, 12). Namun demikian, Allah mengetahui bagaimana untuk
melepaskan orang percaya dari pencobaan ini (2 Ptr. 2:9), dan Petrus meng-
imbau kepada pembacanya untuk menghindari penipuan yang dilakukan oleh
guru-guru palsu.
Untuk Guru: Sangat erat hubungannya antara 2 Petrus 2:1–3:3 dan Yudas
3-19. Pelajaran Alkitab edisi standar telah menunjukkan beberapa persamaan
antara dua pasal ini. Masih banyak lagi. Sangat menolong untuk mempelajari
persamaan ini untuk mendapat gambaran yang lebih luas tentang situasi di ge-
reja pada zaman Petrus dan Yudas. Sementara ada persamaan besar, ada juga
perbedaan penting yang menambah pengertian tentang situasi mereka, banyak
yang membaca empat Injil untuk menolong melengkapi gambaran yang lebih
jelas mengenai pelayanan hidup Yesus. Sejauh ini, telah terbukti tidak mung-
kin mengetahui hubungan sebenarnya antara 2 Petrus dan Yudas, tetapi persa-
maannya tidak dapat disangkal.
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS membaca bersama 2 Petrus 2:1-19 dan
Yudas 3-16. Bandingkan ayat-ayat ini untuk mengetahui persamaan dan per-
bedaannya dan diskusikan keadaan pada jemaat Kristen yang mula-mula untuk
melihat tingkat perhatian kedua pengarang buku ini. Sampai sejauh manakah
ayat-ayat ini menerangkan situasi endemis yang dialami jemaat Kristen?

ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Tekanan di sekitar kita yang menguras kekuatan rohani dan
menghancurkan kehidupan rohani. Kita tunduk kepada kuasa ini dan dikuasai
olehnya atau kita mencari kasih karunia Tuhan dan kuasa untuk mengatasinya.
Petrus mengatakan bahwa jika kekuatan ini menguasai kita, kita akan menjadi
lebih buruk daripada sebelum kita mengenal jalan kebenaran.

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 133


PENUNTUN GURU

Komentar Alkitab
I. Yang Benar dan yang Salah
(Tinjau Kembali 2 Petrus 2:1-3 Bersama UKSS Anda.)
Petrus membandingkan nabi yang benar (1:21) dengan nabi yang palsu dan
guru yang palsu yang timbul dari dalam jemaat. Mereka memperkenalkan ke-
binasaan ajaran sesat yang merusak dan penolakan akan Yesus dan penebusan-
Nya atas dosa, tetapi dalam melakukan ini, mereka membawa kehancuran bagi
diri mereka sendiri (2 Ptr. 2:1). Sialnya, “Banyak orang akan mengikuti cara
hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu dan karena mereka Jalan Kebenaran
akan dihujat” (2 Ptr. 2:2). Orang orang ini didorong oleh nafsu ketamakan, me-
nipu orang orang yang tidak bersalah dengan harapan mendapat keuntungan
materi (2 Ptr. 2:3, 15). Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama
tersedia (2 Ptr. 2:3).
Pertimbangkanlah Hal Ini: Dalam bentuk apakah nabi-nabi palsu ini ber-
tindak dalam gereja dan dalam dunia dewasa ini? Bagaimanakah kita dapat
mengenal mereka jika kita melihat mereka?
II. Beberapa Contoh Kesalehan di Tengah Kefasikan
(Tinjau Kembali 2 Petrus 2:4-10 Bersama UKSS Anda.)
Petrus memberikan beberapa contoh untuk menggambarkan pernyataannya
dalam ayat 3 tentang penghakiman dari guru-guru palsu, tidak menganggur
dan kebinasaannya tidak tertidur. Pertama, dia merujuk kepada malaikat yang
dibuang dari surga dan ditempatkan “dalam gua-gua yang gelap sampai hari
penghakiman” (2 Ptr. 2:4). Lalu ia merujuk pada dunia dahulu kala, di mana
Allah mengirimkan kebinasaan melalui air bah untuk membinasakan orang-
orang kafir sementara menyelamatkan Nuh, seorang pengkhotbah kebenaran,
dan tujuh lagi yang lainnya (2 Ptr. 2:5). Kemudian, ia merujuk kepada Sodom
and Gomora, yang dibakar menjadi debu, sebagai contoh apa yang akan terjadi
bagi orang-orang jahat (2 Ptr. 2:6) dan sebaliknya tindakan Allah menyela-
matkan Lot, “orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup
orang yang tak mengenal hukum” dan “setiap hari melihat dan mendengar
perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu
tersiksa” (2 Ptr. 2:7, 8).
Jika Allah dapat melepaskan Nuh dan Lot dari tengah-tengah keadaan
orang-orang jahat, ditentukan untuk kebinasaan, kemudian, Petrus menekan-
kan, Allah juga tahu melepaskan orang jahat dari pencobaan dan pergumul-
an (peirasmos) dan menetapkan orang-orang jahat untuk hari penghakiman (2
Ptr. 2:9). Petrus menambahkan bahwa Allah sanggup membuat surat “teruta-
ma mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan
menghina pemerintahan Allah” (2 Ptr. 2:10), kebejatan dan cemoohan mereka
adalah akar masalah bagi mereka yang menjadi guru-guru palsu.

134 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU
Pertimbangkanlah Hal Ini: Bandingkan 1 Korintus 10:13 dan Matius
6:13. Ketentuan apakah yang Allah buat untuk membebaskan kita dari godaan?
III. Bagaimana Cara Mengenali Guru Palsu
(Tinjau Kembali 2 Petrus 2:10-19 Bersama UKSS Anda.)
Beberapa ciri-ciri guru-guru palsu seperti yang dinyatakan Petrus. Selain
yang telah dinyatakannya, bagian ini menunjukkan fitnah dan hujatan (2 Ptr.
2:10-12), pesta pora (2 Ptr. 2:13), rayuan dan nafsu zina (2 Ptr. 2:14), kese-
rakahan (2 Ptr. 2:14, 15), mengucapkan kata-kata congkak dan hampa, dan
menarik kembali orang-orang pada perhambaan dosa yang baru saja mereka
dilepaskan (2 Ptr. 2:18). Bandingkan dengan (Yudas 4, 8, 10-13, 16.)
Pertimbangkanlah Hal Ini: Menurut Petrus dan Yudas, apakah ciri-ciri
mereka yang mengaku memiliki kebenaran baru yang ingin disampaikan?
IV. Bahayanya Kembali kepada Perbuatan Jahat
(Tinjau Kembali 2 Petrus 2:20-22 Bersama UKSS Anda.)
Petrus mengatakan bahwa mereka yang sudah terlepas dari kebejatan dunia
ini dengan menjalin hubungan dengan Yesus Kristus dan kemudian terjerat
lagi dalam kebejatan yang sama bahkan lebih buruk lagi. Binatang yang ka-
sar, makhluk insting (bandingkan dengan 2 Ptr. 2:12), mereka seperti anjing-
anjing dan babi-babi yang kembali kepada muntahnya dan kembali lagi ke
kubangannya (2 Ptr. 2:22).Tetapi Tuhan memegang manusia yang berakal budi
untuk standar yang lebih tinggi. Ia telah memberikan kepada mereka “perintah
yang kudus” (2 Ptr. 2:21) untuk dipatuhi. Adalah lebih baik jika seorang yang
kembali berbuat dosa lagi tidak pernah mengenal jalan kebenaran. Sekarang
mereka bertanggung-jawab untuk lebih banyak, dan sebagai akibatnya mereka
akan mendapat hukuman yang lebih banyak dalam pada saat penghakiman.
Bandingkan dengan Ibrani 6:4-6, 10:26-28.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Yakobus 3:1 menunjukkan bahwa guru-guru
kita akan dihakimi dengan hukuman yang lebih berat, jadi guru-guru palsu
khususnya akan mendapat lebih banyak lagi hukuman berat pada saat peng-
hakiman. Contoh apakah yang guru-guru palsu dalam Alkitab berikan pada
dewasa ini bagi kita?
Pertanyaan Diskusi:
;; Sudah dikatakan bahwa jika kita tidak belajar dari masa lalu, kita dipasti-
kan untuk mengulanginya. Bagaimanakah kita dapat mendapat keuntungan
dengan mengulangi kembali contoh-contoh yang Petrus dan Yudas kutip?
Bandingkan 1 Korintus 10:6-12.
;; Bagaimanakah kita dapat mengenal ciri-ciri guru-guru palsu sekarang ini?

ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Banyak dari evangelis jarak jauh sekarang ini menjadi kaya
dan terkenal mengabarkan tentang Injil yang kelihatannya tidak bertentang-

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 135


PENUNTUN GURU
an dengan Injil Kristus atau contoh dari kehidupannya dan pelayanannya.
Seringkali, khotbah mereka dibarengi dengan tanda tanda yang meyakinkan
dan mukjizat-mukjizat, seakan-akan memberikan keyakinan bagi pendengar-
nya dengan bahwa mereka menggunakan kuasa Allah dan Roh Kudus. Sam-
pai sejauh mana ciri-ciri ini dapat menjadi dasar untuk mengetahui kebenaran
pengajarannya? Petrus kelihatannya menunjuk bahwa ada hubungan yang erat
antara ciri-ciri dari guru palsu dan duplikat pengajarannya.
Pertanyaan Pemikiran:
;; Mengapakah Petrus begitu banyak menekankan secara rinci dalam suratnya
ciri-ciri dari guru-guru palsu? Mengapa ini berarti bahwa memelihara ajaran
yang benar lebih penting daripada apa yang dipertimbangkan beberapa orang?
;; Masalah doktrin apakah yang secara khusus Petrus pertaruhkan dalam amar-
annya? Bagaimanakah kita lebih waspada terhadap ajaran-ajaran palsu?
Kegiatan: Mintalah UKSS membaca bersama Kisah Para Rasul 20:28-31.
Diskusikan bersama tanggung jawab pemimpin gereja untuk benar-benar men-
jaga kawanan domba Allah terhadap guru palsu yang seperti, serigala yang
buas, tidak menyayangkan kawanan itu tetapi akan membelokkan kebenaran
agar dapat menarik kawanan domba itu kepada mereka. Seberapa jauh kita
bertanggung jawab kepada satu dengan yang lain?
ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Para sarjana bergumul untuk mencari persamaan antara 2 Pe-
trus dan Yudas. Kelihatannya tidak dapat dibantah, jika melihat bukti-bukti
tulisan mereka, mereka saling berutang satu sama lain dan keduanya menggu-
nakan sumber lain yang sama. Beberapa orang berpendapat bahwa Yudas ber-
hutang pada tulisan Petrus, karena Petrus lebih dikenal dari antara keduanya,
dan Yudas dapat saja menggunakan tulisan Petrus untuk menambah keabsah-
an pada tulisannya. Yang lain berpendapat bahwa mungkin Petrus mengguna-
kan tulisan Yudas(mengupas sumber-sumber non-kanonikal untuk menambah
kredibilitas yang Yudas kutip). Namun demikian, untuk melihat perbandingan
lebih dekat, dari Yudas 17, 18 dengan 2 Petrus 3:2, 3 dapat menganjurkan bah-
wa kedua penulis ini sedang menunjuk pada sumber sebelumnya dan percaya
mendapat ilham
Mengacu dari ajaran Yesus sebelumnya melalui para rasul (bandingkan de-
ngan Yeh. 12:22, Mat. 24:48).
Kegiatan: Mintalah UKSS untuk menyusun, dua kolom berdampingan,
persamaan antara 2 Petrus 2:1-22 dan Yudas 3-16. Secara bergantian, biarlah
mereka membacakannya dengan keras. Ajaklah mereka melihat persamaannya
lebih dekat antara kedua pasal itu dan tunjukkanlah bagian mana yang berbeda.
Bagaimanakah kedua bagian Alkitab ini saling mengisi dan melengkapi satu
dengan yang lain? Apakah yang mereka ingin tunjukkan? Bagaimana Petrus
menerangkan persamaan dan perbedaan dalam terang wahyu dan inspirasi se-
perti dalam 2 Petrus 1:21?
136 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus
Pelajaran 12 10–16 Juni*

Hari Tuhan

SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 2 Ptr. 3:1, 2; Yoh. 21:15–
17; 2 Ptr. 3:3–13; Mzm. 90:4; Mat. 24:43–51; 2 Ptr. 3:14–18.
Ayat Hafalan: “Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara de-
mikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup” (2 Petrus 3:11).

D
i masa lalu orang yang tidak percaya pada Tuhan dipandang sebagai
orang yang tidak dapat dipercaya, bahkan kemungkinan orang yang
berbahaya. Mengapa? Idenya sederhana: Jika mereka tidak percaya
pada Tuhan, maka mereka tidak percaya pada penghakiman yang akan datang
di mana mereka harus bertanggung jawab di hadapan-Nya akan perbuatan-
perbuatan mereka. Tanpa motivasi penghakiman ini, orang akan memiliki ke-
cenderungan lebih besar untuk melakukan kesalahan.
Meskipun pemikiran seperti itu agaknya kolot (dan “secara politik tidak te-
pat”) sekarang ini, seseorang tidak dapat menyangkal logika dan alasan di ba-
lik hal itu. Tentu saja, banyak orang yang melakukan yang benar bukan karena
takut pada penghakiman yang akan datang. Sedangkan, pengharapan untuk
bertanggung jawab kepada Allah pastilah dapat menolong memotivasi perila-
ku yang benar.
Sebagaimana yang kita telah lihat, Petrus tidak takut memperingatkan ten-
tang penghakiman yang akan dihadapi oleh orang-orang yang berbuat jahat di
hadapan Allah, karena Alkitab sangat jelas bahwa penghakiman itu akan terja-
di. Dalam konteks ini, Petrus berbicara dengan jelas tentang hari-hari terakhir,
penghakiman, kedatangan Yesus yang kedua, dan waktu ketika “unsur-unsur
dunia akan hangus dalam nyala api” (2 Ptr. 3:10). Petrus tahu bahwa kita se-
mua adalah orang berdosa, dan dengan demikian, dengan pandangan demikian
di hadapan kita, dia bertanya: “betapa suci dan salehnya kamu harus hidup” (2
Ptr. 3:11).

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 17 Juni.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 137


Minggu 11 Juni
Garis Kewenangan
Petrus memperingatkan pembacanya mengenai sifat ajaran-ajaran berba-
haya yang gereja akan hadapi. Dia memperingatkan terhadap mereka yang,
ketika menjanjikan kebebasan, akan menuntun orang kembali kepada perham-
baan dosa, lawan dari kemerdekaan yang telah dijanjikan kepada kita di dalam
Kristus.
Sayangnya, bukan hal ini saja ajaran sesat yang akan menghantam gereja.
Suatu bahaya lain akan terjadi. Namun, sebelum Petrus tiba pada peringatan
hal ini secara khusus, dia mengatakan hal yang lain dulu.
“Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang ku-
tulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan
pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan, supaya kamu meng-
ingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus
dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disam-
paikan oleh rasul-rasulmu kepadamu. (2 Ptr. 3:1-2). Apakah inti yang Pe-
trus buat di sini mengenai mengapa pembacanya harus memperhatikan
pada apa yang ditulisnya? Lihat juga Yohanes 21:15-17.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Dalam 2 Petrus 3:1, 2, Petrus mengingatkan mereka akan perkataan yang
diinspirasikan yang telah datang dahulu melalui “nabi-nabi kudus.” Dengan
demikian, dia sekali lagi mengarahkan mereka untuk kembali ke Kitab Suci,
ke Perjanjian Lama. Ia memperingatkan mereka bahwa mereka supaya “dite-
guhkan oleh firman” (2 Ptr. 1:19). Dia mau agar jelas bahwa keyakinan mere-
ka didasarkan pada Firman Allah. Tidak ada di dalam Perjanjian Baru membe-
narkan pendapat bahwa Perjanjian Lama itu tidak lagi mengikat atau kurang
penting. Sebaliknya, Perjanjian Baru adalah kesaksian akan Perjanjian Lama
yang menolong untuk meletakkan dasar keabsahan akan Perjanjian Baru dan
pernyataan yang Petrus buat mengenai Yesus.
Namun masih ada lagi. Petrus kemudian menekankan garis yang jelas dari
“nabi-nabi kudus” Perjanjian Lama kepada kewenangannya sendiri sebagai se-
orang dari “rasul-rasul Tuhan dan Juruselamat.” Ia yakin sepenuhnya menge-
nai panggilan yang diterimanya dari Tuhan untuk melakukan apa yang sedang
ia lakukan. Tidak heran bila dia berbicara dengan suatu keyakinan dan kepas-
tian. Dia tahu sumber pekabarannya.
Mengapakah Firman Tuhan itu yang harus, dan bukan budaya atau
pertimbangan atau pemikiran kita sendiri, menjadi penguasa utama di
dalam kehidupan kita? (Bagaimanapun, mengapakah kita juga memeli-
hara Sabat Hari Ketujuh kalau bukan karena itu adalah Firman Allah?)
______________________________________________________________

138 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Senin 12 Juni
Pengejek-pengejek
Setelah berusaha membuat pembacanya “mengingat akan perkataan yang
dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tu-
han dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu “(2
Ptr. 3:2), Petrus tiba pada peringatannya yang khusus. Barangkali, memahami
betapa berbahaya jadinya ajaran ini, ia berusaha memberikan kesan dengan
otoritas mana dia menuliskan suratnya.
Bacalah 2 Petrus 3:3, 4. Alasan apakah yang oleh para skeptis [orang
yang ragu-ragu] akan kedatangan Kristus akan ajukan?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Ada suatu persamaan penting antara mereka yang mendukung kebebasan
palsu dan mereka yang menunjukkan keragu-raguan akan Kedatangan Kedua.
Kelompok yang pertama hidup “menuruti hawa nafsunya karena ingin mence-
markan diri” (2 Ptr. 2:10); sementara itu, mereka yang menyangkal kedatang-
an Kristus adalah mereka yang “hidup menuruti hawa nafsunya” (2 Ptr. 3:3).
(Bukanlah secara kebetulan saja bahwa keinginan berbuat dosa dapat me-
nuntun orang kepada ajaran sesat, bukan?)
Pengejek-pengejek, dia peringatkan, akan menanyakan pertanyaan yang ta-
jam, “Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu?” (2 Ptr. 3:4). Dengan
demikian, mereka akan menantang keyakinan orang Kristen yang sudah lama
bahwa Yesus akan kembali ke dunia ini, dan segera. Akhirnya, khususnya ka-
rena ia sedang membicarakan mengenai hari-hari terakhir, pengejek-pengejek
ini akan mengangkat realitas yang tidak dapat dibantah bahwa banyak orang
Kristen telah meninggal, dan segala sesuatu tetap seperti semula.
Di permukaan, itu bukanlah pertanyaan yang tidak masuk akal. Sedangkan
Henokh yang hidup kudus, tulis Ellen G. White, melihat bahwa orang benar
dan orang jahat “akan bersama-sama kembali ke tanah, dan inilah kesudahan
mereka” (Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 89), dan dia susah karena hal itu. Jikalau
Henokh pun, yang hidup sebelum Air Bah, bergumul dengan pertanyaan ini,
bagaimanakah akan lebih banyak lagi dengan mereka yang hidup ribuan tahun
sesudah itu, dan bahkan menjelang “hari-hari terakhir”?
Dan bagaimana dengan kita sekarang ini, sebagai umat Gereja Masehi Ad-
vent Hari Ketujuh? Nama gereja kita mengangkat gagasan kedatangan Kristus
yang kedua. Namun, Dia masih belum datang. Dan benar, kita juga mengha-
dapi pengejek-pengejek, sebagaimana yang Petrus telah ramalkan demikian.
Di dalam pengalaman imanmu sendiri, bagaimanakah Anda mengha-
dapi kenyataan bahwa Kristus belum juga datang? Bawalah jawaban
Anda ke UKSS pada hari Sabat.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 139


Selasa 13 Juni
Seribu Tahun Sama seperti Satu Hari
Dalam 2 Petrus 3:8-10, bagaimanakah Petrus menanggapi alasan yang
dibawakan oleh pengejek-pengejek itu? Apakah yang dia katakan yang
dapat menolong kita sekarang ini untuk memahami mengapa Kristus be-
lum juga datang?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Petrus menanggapi isu bahwa segala sesuatu tetap seperti semula. Ia meng-
ingatkan pembaca suratnya bahwa tidaklah benar bahwa dunia tetap seperti
semula sejak penciptaan. (Perhatikan bagaimana Petrus langsung kepada Fir-
man Tuhan sebagai sumber dan otoritasnya.) Ketika terjadi kejahatan besar,
kemudian Allah membinasakan dunia dengan Air Bah (2 Ptr. 3:6). Dan ten-
tunya, Air Bah telah membawa perubahan besar pada dunia ini, apa yang kita
miliki sekarang. Petrus kemudian mengatakan bahwa kebinasaan berikutnya
akan terjadi dengan api, bukan air (2 Ptr. 3:10).
Petrus juga menulis, “di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu ta-
hun dan seribu tahun sama seperti satu hari” (2 Ptr. 3:8). Dengan mengatakan
ini, Petrus boleh jadi sedang memikirkan perkataan Mazmur 90:4: “Sebab di
mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti
suatu giliran jaga di waktu malam.” Dengan kata lain, konsep kita akan waktu
berbeda dengan Tuhan; jadi, kita harus berhati-hati dalam pertimbangan yang
kita buat mengenai waktu.
Dari sudut pandang manusia, tampaknya ada penundaan dalam hal kemba-
linya Kristus. Tetapi kita memandang sesuatu hanya dari sudut pandang kita
manusia. Dari sudut pandang Allah, itu bukan penundaan. Bahkan, Petrus me-
ngatakan bahwa waktu tambahan telah diberikan karena Allah sedang menun-
jukkan kesabaran-Nya. Dia tidak menghendaki seorang pun binasa (2 Ptr. 3:9).
Jadi, waktu tambahan itu diizinkan untuk memberikan kesempatan bagi orang
banyak untuk bertobat.
Namun demikian, Petrus memperingatkan, kesabaran Tuhan jangan diang-
gap menjadi kesempatan untuk menunda keputusan untuk mengikut Yesus.
Hari Tuhan itu akan datang secara tiba-tiba seperti seorang pencuri di waktu
malam. Seorang pencuri yang datang di waktu malam mungkin berpikir supa-
ya tidak diketahui. Tetapi meskipun hari Tuhan itu akan datang seperti pencuri,
hal itu pasti dapat diketahui. Sebagaimana yang Petrus katakan: “Langit akan
lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus da-
lam nyala api” (2 Ptr. 3:10). Dengan demikian, pekabaran Petrus sama seperti
Paulus: “Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguh-
nya, hari ini adalah hari penyelamatan itu” (2 Kor. 6:2).

140 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Rabu 14 Juni
Jadi Bagaimana?
Seorang pemuda mencoba untuk bersaksi kepada ibunya. Dia bercerita me-
ngenai kematian Yesus dan janji kedatangan-Nya. Dia cukup bangga dengan
dirinya, berpikir bahwa ia telah melakukan tugasnya dengan cukup fasih. Ke-
tika dia selesai dengan khotbah pendek tentang Yesus dan Kedatangan Kedua,
ibunya memandang kepadanya dan berkata: “Jadi, aku harus bagaimana seka-
rang?”
Bacalah 2 Petrus 3:11-13. Bagaimanakah Petrus menjawab pertanyaan
itu, “Jadi, aku harus bagaimana sekarang?” Lihat Mat. 24:43-51.
Sebagaimana kita telah katakan, nama gereja kita Masehi Advent Hari Ke-
tujuh mengungkapkan keyakinan kita pada realitas kedatangan Kristus. Peng-
ajaran itu sangat mendasar; iman Kekristenan kita seluruhnya menjadi sia-sia
tanpa kedatangan Kristus dan semua janji dari pengajaran itu.
Tetapi apakah kita tidak dalam bahaya menjadi seperti hamba yang jahat
dalam perumpamaan Matius 24:43-51? Kita mungkin tidak melakukan jenis
kejahatan tertentu yang digambarkan dalam perumpamaan itu, namun bukan
itu maksudnya (kisah itu, bagaimanapun, hanya sebuah perumpamaan). Se-
baliknya, apa yang diperingatkan oleh perumpamaan itu adalah akan lebih
mudah menurunkan standar kita, khususnya yang berhubungan dengan bagai-
mana kita memperlakukan orang lain, dan menjadi lebih serupa dunia ini dan
berkurang setia pada keyakinan kita akan kedatangan Tuhan itu.
Tentunya, apakah sekarang atau di waktu yang akan datang kita akan meng-
hadapi mereka yang, dengan bagan-bagannya dan perhitungan-perhitungan
nubuatannya, mengaku telah memiliki tanggal kedatangan Kristus. Tetapi se-
bagian besar yang dihadapi orang Advent bukan karena mereka telah menen-
tukan tangal kedatangan Kristus yang segera. Sebaliknya, bahayanya adalah
dengan berlalunya waktu, peranan janji Kedatangan Kedua mulai kurang da-
lam pikiran kita.
Benar, semakin lama, kita semakin dekat kepada Kedatangan Kedua. Di
sisi lain, semakin lama kita di sini, semakin mudah bagi kita untuk memba-
yangkan kedatangan-Nya masih jauh sekali sehingga hal itu benar-benar tidak
berdampak pada kehidupan kita sehari-hari. Kitab Suci memperingatkan ter-
hadap sifat merasa puas ini. Sebagaimana yang Petrus katakan, jikalau Yesus
akan datang, dan kita akan menghadapi penghakiman, orang Kristen haruslah
menghidupkan kehidupan yang suci dan saleh (2 Ptr. 3:11). Realitas Kedatang-
an Kedua itu, kapan pun itu terjadi, haruslah berdampak pada bagaimana kita
hidup sekarang ini.
Seberapa besar realitas Kedatangan Kedua memengaruhimu dalam
kehidupan dan pikiranmu setiap hari? Apakah, jika ada, yang jawaban-
mu katakan kepadamu mengenai kehidupan dan imanmu?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 141


Kamis 15 Juni
Panggilan Terakhir
Petrus mengakhiri suratnya dengan tema yang telah ditanamkan dari awal:
Hidup kudus dan waspada supaya jangan terseret ke dalam “kesesatan orang-
orang yang tak mengenal hukum” (2 Ptr. 3:17).
Bacalah 2 Petrus 3:14-18. Kepada siapakah Petrus mengimbau, dan
tentang apakah ia peringatkan dalam imbauannya ini?
______________________________________________________________
______________________________________________________________

Betapa menarik bahwa Petrus mengakhiri suratnya dengan membandingkan


kepada tulisan “Paulus, saudara kita yang kekasih” (2 Ptr. 3:15). Paulus juga
menulis mengenai perlunya hidup damai sementara menunggu kedatangan Ye-
sus kedua, dan menggunakan waktu untuk mengembangkan kehidupan kudus
(lihat Rm. 2: 4; Rm. 12:18; Flp. 2:12).
Perhatikan juga cara Petrus menghubungkan kepada tulisan Paulus yang
menunjukkan bahwa tulisan Paulus sangat dihargai di awal sejarah Kristen.
Apakah Petrus menghubungkan ke seluruh kumpulan tulisan Paulus yang se-
karang terdapat dalam Perjanjian baru atau tidak, atau hanya sebagian darinya,
tidak dapat dipastikan. Namun, pendapat Petrus menunjukkan bahwa surat-
surat Paulus sangat dihargai.
Akhirnya, Petrus berpendapat bahwa tulisan Paulus dapat di salah tafsirkan,
sebagaimana tulisan Kitab Suci yang lain. Kata Yunani grafa secara harfiah
berarti “tulisan,” tetapi dalam konteks ini dengan jelas berarti “tulisan suci,”
seperti kitab Musa dan nabi-nabi. Di sinilah bukti yang sangat awal bahwa
tulisan-tulisan Paulus telah dianggap memiliki otoritas, sebagaimana otoritas
yang dimiliki oleh Kitab Suci bahasa Ibrani [Perjanjian Lama].
Dan mengingat apa yang kita telah baca sebelumnya mengenai guru-guru
palsu yang menjanjikan kebebasan, tidaklah sulit untuk membayangkan me-
reka yang menggunakan tulisan-tulisan Paulus mengenai kebebasan dan ka-
sih karunia sebagai alasan untuk perilaku berdosa. Paulus sangat menekankan
pembenaran oleh iman saja (Rm. 3:21, 22), tetapi tidak ada dalam tulisan-
tulisannya mengizinkan orang untuk berbuat dosa (lihat Roma 6:1-14). Paulus
sendiri harus menghadapi kesalahan ini dalam hal apa yang telah dia khotbah-
kan dan ajarkan tentang pembenaran oleh iman. Namun, Petrus memperingat-
kan, mereka yang memutarbalikkan tulisannya melakukannya berisiko “men-
jadi kebinasaan mereka sendiri” (2 Ptr. 3:16).
Pilihan-pilihan apakah yang Anda dapat buat sekarang yang dapat
menolong Anda untuk menghidupkan sifat kehidupan yang kita telah di-
panggil untuk hidupkan di dalam Kristus Yesus?
______________________________________________________________

142 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Jumat 16 Juni
Pendalaman: Dari cara pandang kita, Kedatangan Kedua itu tampaknya se-
olah-olah sangat tertunda. Yesus tahu pasti bahwa kita akan merasa demikian,
dan di dalam beberapa perumpamaan Dia memperingatkan terhadap apa yang
dapat terjadi jika kita tidak berhati-hati dan berjaga-jaga di antara waktu ini.
Lihatlah perumpamaan dua orang hamba dalam Matius 24:45-51, (disebutkan
dalam pelajaran hari Rabu). Keduanya menunggu tuannya kembali. Tetapi me-
reka membuat dua kesimpulan yang berbeda mengenai kedatangannya. Yang
satu memutuskan bahwa ia harus bersedia untuk kedatangan tuannya kapan saja.
Yang lainnya berkata bahwa tuannya tidak datang-datang, dan oleh karena itu
ia melihatnya sebagai suatu kesempatan berbuat yang jahat. “Karena kita tidak
mengetahui saat kedatangan-Nya yang tepat, kita diperintahkan untuk berjaga-
jaga. ‘Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika
ia datang.’ Luk. 12:37. Mereka yang berjaga-jaga untuk kedatangan Tuhan ti-
daklah menunggu dalam keadaan berlengah-lengah. Pengharapan akan keda-
tangan Kristus hendaknya menjadikan manusia takut akan Allah, takut akan
peng­hukuman-Nya atas pelanggaran. Hal itu harus menyadarkan mereka terha-
dap dosa yang besar dalam hal menolak tawaran kemurahan-Nya. Mereka yang
sedang menunggu Tuhan akan menyucikan jiwa mereka oleh penurutan akan
kebenaran.”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 270.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:


1. Di UKSS, diskusikanlah jawaban Anda untuk pertanyaan hari Senin
tentang Kedatangan Kedua. Dengan cara-cara apa saja kita mengha-
dapi kenyataan bahwa Kristus belum juga datang? Apa yang kita da-
pat pelajari dari jawaban seorang dengan yang lain?
2. Pengajaran, praktik, dan keyakinan apakah yang kita pegang sebagai
anggota gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang tidak berasal dari
budaya atau pemikiran atau tradisi tetapi semata-mata dari Firman
Allah?
3. Sebagaimana yang kita lihat selama pekan ini, Petrus menghubungkan
kecenderungan berbuat berdosa dan hawa nafsu dengan ajaran sesat.
Pelajaran itu memiliki pernyataan ini: “Bukanlah secara kebetulan saja
bahwa keinginan berbuat dosa dapat menuntun orang kepada ajaran
sesat.” Mengapakah hal itu tidak secara kebetulan saja? Apakah yang
dapat menjadi berbagai hubungan antara keduanya?
4. Albert Einstein menyajikan kepada dunia gagasan yang menakjubkan
bahwa waktu itu tidaklah mutlak. Artinya, tergantung di mana Anda
berada dan seberapa cepat Anda bergerak, waktu dalam kerangka acu-
an Anda akan berbeda dengan waktu orang lain dalam kerangka acuan
berbeda. Intinya adalah, waktu adalah sesuatu yang sangat misterius,
dan hal itu bergerak dalam cara yang kita tidak pahami sepenuhnya.
Bagaimanakah gagasan ini dapat menolong kita menyadari bahwa
waktu Tuhan berbeda dengan waktu bagi kita, khususnya dalam kon-
teks Kristus yang belum juga datang?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 143


PENUNTUN GURU

Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 2 Petrus 3:1-7, 11-13
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Memahami bahwa penghakiman yang akan datang itu pasti
sebagaimana tindakan Allah pada masa yang lalu juga pasti.
Merasakan: Bersyukur karena Allah itu sabar dan tidak menginginkan se-
orang pun binasa, dan yakinlah bahwa ia berjuang untuk menyelamatkan
setiap orang yang dapat diselamatkannya.
Melakukan: Menghidupkan kehidupan yang suci dan saleh, tidak bercacat
dan berdamai dengan Allah, memandang ke depan dan mempercepat keda-
tangan Kristus.

ÂÂGaris-garis Besar Pelajaran:


I. Mengetahui: Kepastian Penghakiman
A. Atas dasar apakah pengolok-olok ingin menyangkal kedatangan
Kristus?
B. Apakah bukti yang Petrus tunjukkan kepada pembacanya tentang
pastinya penghakiman yang akan datang?
II. Merasakan: Keyakinan dalam Menghadapi Penghakiman
A. Mengapakah ada perbedaan pandangan tentang waktu antara Allah
dan kita? Mengapakah sering kali kita tidak sabar sementara Allah
sangat sabar? Apakah kita menaruh perhatian terhadap jiwa-jiwa
sama seperti yang Ia lakukan?
B. Apakah dasar pasti yang Petrus utarakan tentang penghakiman
yang akan datang?
III. Melakukan: Persiapan untuk Penghakiman
A. Sikap dan perilaku apakah yang Petrus imbau untuk menghadapi
kebinasaan yang akan datang?
B. Mengapakah Petrus memberi semangat agar kita mempercepat ke-
datangan Kristus dengan melihat bukti bahwa Allah sedang sabar
menunggu agar semua datang ke dalam pertobatan?

Ringkasan: Petrus membedakan sikap mereka yang dengan semangat me-


lihat penghakiman yang akan datang, lenyapnya dosa, dan ciptaan yang baru,
dengan sikap pengolok-olok yang ingin menyangkal Penciptaan yang asli,
penghakiman dan air bah, dan penghakiman akhir yang akan datang dan cip-
taan yang baru. Ia membujuk pembacanya untuk berlaku dengan pantas dalam
menghadapi peristiwa yang pasti akan terjadi.

144 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU

Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 2 Petrus 3:1, 10-14
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Petrus telah menuliskan dalam
kedua suratnya untuk memberi semangat pembacanya untuk “menghidupkan
pengertian yang murni” (2 Ptr. 3:1). Pengertian ini ada hubungannya dengan
persiapan untuk penghakiman pada “hari Tuhan” yang akan datang. Apabila
langit akan dibinasakan dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena
nyalanya. (2 Ptr. 3:12). Pengolok-olok akan sungguh-sungguh menolak peng-
hakiman yang akan datang. Mereka membantah bahwa Allah tidak melakukan
intervensi pada masa lalu, jadi kita tidak akan mengharapkan Ia akan melakukan
intervensi pada masa yang akan datang. Orang-orang yang percaya akan Alkitab
mengetahui bahwa Allah terlibat dalam Penciptaan dunia dan bencana Air Bah
di dunia ini, dan Ia akan melakukan hal yang sama lagi, tetapi dengan api (2
Ptr. 3:3-7). Pengetahuan ini sebagai pendorong untuk menghidupkan kehidupan
yang suci dan saleh sebagai persiapan untuk penghakiman yang hebat itu (2 Ptr.
3:11, 14).
Untuk Guru: Roma 1:18-21 menunjukkan bahwa, berdasarkan banyak bukti
pada alam, tidak ada alasan untuk tidak peduli pada kuasa dan Keilahian Allah.
Namun, Petrus menunjuk kepada pengolok-olok pada masa lalu yang menolak
intervensi Allah dalam sejarah, baik pada masa lampau maupun pada masa yang
akan datang.
Pengolok-olok pada akhir zaman mengajarkan ajaran uniformitas. Pandang-
an ini menerima kenyataan bahwa sejarah adalah lingkaran yang tak terputus
dari materi sebab dan akibat, yang bertanggung jawab untuk semua kejadian
tanpa keterlibatan supra alami. Menyatakan bahwa sejarah merupakan konti-
num tertutup, mereka bersikeras adanya homogenitas mendasar antara semua
peristiwa sehingga analogi dapat dibuat antara dua atau lebih poin dan keadaan
sekarang ini dapat menjadi kunci untuk menerangkan masa lalu dan masa yang
akan datang, “Segala sesuatu tetap seperti semula pada waktu dunia diciptakan”
pencemooh menegaskan (2 Ptr. 3:4,).
Dengan mengesampingkan keberadaan spraalami ada masa lalu, pengolok-
olok Alkitab dapat mengendalikan variabel, dengan harapan keseragaman dalam
tingkat perubahan, menambah waktu panjang masa lalu dan menganggap masa
depan yang panjang di mana mikro evolusi akhirnya menghasilkan makro evo-
lusi. Dengan demikian mereka dapat menyangkal enam hari Penciptaan secara
literal sebagaimana yang dinyatakan oleh Alkitab, sama halnya dengan Air Bah
Nuh yang menutupi seluruh dunia. Sebagaimana yang kita ketahui sekarang ini.
Menyangkal kegiatan Allah pada sejarah masa lalu, termasuk Kejadian dan
penghakiman, mereka merasa yakin untuk menyangkal kegiatan Allah masa
akan datang. Termasuk penghakiman terakhir dan kehidupan yang baru. Petrus
menyatakan bahwa tuntutan ini adalah kebodohan yang disengaja dalam meng-

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 145


PENUNTUN GURU
hadapi kenyataan sejarah.
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS untuk membaca bersama 2 Petrus 3:1-4
dan Yudas 17-19. Diskusikanlah masalah dari pengolok-olok tentang tuntutan
Alkitab sehubungan dengan kegiatan Allah dalam sejarah. Apakah yang dimak-
sudkan oleh Petrus ketika ia mengatakan “Perkataan yang dahulu telah diucap-
kan nabi-nabi kudus”(2 Ptr. 3:2)? Apakah “perintah Tuhan dan Juruselamat yang
telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu?” (2 Ptr. 3:2) kepada siapa ia
merujuk? Dengan cara bagaimanakah kita merasa bersalah menjadi pengolok-
olok tentang tuntutan Alkitab?

ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki

Komentar Alkitab
I. Penghakiman yang Tertunda Bukan Penghakiman yang Dibelokkan
(Tinjau Kembali 2 Petrus 3:8-13.)
Walaupun penundaan jelas dalam antisipasi hari penghakiman, yang me-
nyebabkan banyak pengejek peristiwa itu, Petrus memastikan pada pembaca-
nya bahwa apa pun yang menyebabkan keterlambatan Allah dalam menepati
janjinya mengenai penghakiman tidak ada alasan untuk mengurangi kepastian
penghakiman itu. Allah tidak melihat waktu dari sudut pandang manusia dengan
umur yang singkat, tetapi dari perspektif ilahi yang tidak berkesudahan (ban-
dingkan dengan Mzm. 90:4). Ia sabar dalam menjatuhkan hukuman, tidak rela
seorang pun binasa, Ia ingin semua bertobat.
Namun demikian, hari Tuhan akan datang. Seperti pencuri pada malam, ba-
nyak orang akan terkejut karena mereka tidak mendengarkan perintah Yesus
agar waspada dan berjaga. Ini merupakan peristiwa dahsyat. Langit dan bumi
dan segala yang unsur-unsur yang ada di dalamnya akan hilang lenyap dalam
nyala api. Yang digambarkan oleh Yohanes bagaikan lautan api (Why. 20:14).
Permohonan Petrus sangat tegas: “Jika segala sesuatu ini akan hancur secara
demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup. Yaitu kamu yang menan-
tikan dan mempercepat kedatangan hari Tuhan” (2 Ptr. 3:11, 12) (Catatan: Di
sini Petrus mempersatukan semua penghakiman akhir dalam satu gambaran. Dia
tidak berusaha untuk memisahkan Kedatangan yang Kedua dari penghakiman
akhir tetapi menyatukannya menjadi Hari Tuhan yang akan datang. Janganlah
seorang mencoba untuk membentuk kembali peristiwa-peristiwa akhir zaman
dari ayat ini, karena bukan itu tujuan Petrus. Melainkan, ia berbicara mengenai
persiapan untuk penghakiman.)
Pertimbangkanlah Hal Ini: Apakah bahayanya sebuah penundaan secara
teologi, dan sebaliknya, dengan teologi di mana jam kosmik Allah menentukan
segala sesuatu berdasarkan Kemahatahuan-Nya?

146 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU

II. Bagaimana mempersiapkan diri untuk Penghakiman


(Tinjau 2 Petrus 3:14-18 Bersama UKSS Anda.)

Petrus mengambil kesimpulan dalam suratnya dengan suatu panggilan un-


tuk bersedia dalam penghakiman yang akan datang. Pembacanya “kamu harus
berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya
dalam perdamaian dengan Dia [Allah]” (2 Ptr. 3:14). Jika tidak mereka menjadi
kecewa dengan ayat yang menyatakan waktu Mereka harus peduli bahwa kesa-
baran Allah berarti keselamatan untuk sebanyak mungkin manusia. Mereka juga
perlu berjaga-jaga agar tidak tersesat dari kehidupan orang yang tidak menurut
hukum. Jika tidak mereka akan jatuh dari keadaannya yang aman dalam Kristus.
Akhirnya, mereka harus bertumbuh dalam kasih karunia dan pengetahuan ten-
tang Allah dan Yesus Kristus Penebus.
Setiap laporan tersebut merupakan kesimpulan dari pernyataan yang telah
dibuat Petrus sebelumnya dalam suratnya. Apa yang baru dalam bagian terakhir
ini adalah referensinya pada surat dari “seperti juga Paulus, saudara kita yang
kekasih,” yang “telah menulis kepadamu dengan menurut hikmat yang dikaru-
niakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara
tentang perkara-perkara ini” (2 Ptr. 3:15, 16). Masalahnya ialah bahwa surat-
surat Paulus “ada hal-hal yang sukar dipahami,” “orang-orang yang dungu dan
yang tidak teguh imannya memutarbalikkannya,” “sebagaimana yang mereka
lakukan pada Kitab Suci yang lain yang membawa kehancuran mereka sendiri”
(2 Ptr. 3:16, NIV). Petrus pada dasarnya menyamakan tulisan Paulus dengan tu-
lisan dalam Alkitab, mengakuinya otoritas ajaran mereka dalam gereja.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Petrus dan Paulus hidup sezaman dan saling
mengenal satu dengan yang lain secara pribadi dan saling menghormati. Ba-
nyak ahli Alkitab yang menggambarkan mereka memiliki teologi yang berbeda
bahkan saling bersaing satu dengan yang lain. Tetapi sebenarnya Petrus me-
nunjukkan penghormatan yang tinggi pada tulisan Paulus bahkan mengutipnya
bersama dengan Alkitab. Apakah buktinya kedua tulisan Petrus memberikan
perspektif teologi yang umum diberikan?
Pertanyaan Diskusi:
;; Apakah relevansi isu mengenai Kejadian dan Bahtera Nuh dan Air Bah de-
ngan pertanyaan pengolok-olok yang mengatakan, “Di manakah janji ke-
datangannya?”
;; Petrus menggunakan kebinasaan dunia ini dengan api sebagai dorongan un-
tuk hidup suci dan saleh (2 Ptr. 3:11). Mengapakah menurut pendapat Anda
ia mengacu pada motivasi seperti ini?
ÂÂLangkah 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Ibrani 11:6 memberitahukan kita bahwa “tanpa iman tidak
mungkin orang berkenan kepada Allah, sebab barangsiapa berpaling kepada Al-
lah ia harus percaya bahwa Allah ada dan bahwa Allah memberi upah kepada
orang yang sungguh-sungguh mencari dia.” Jika kita tidak percaya bahwa kita

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 147


PENUNTUN GURU
berkenan kepada Allah dan akan ada penghakiman melawan dosa dan ada upah
bagi orang benar, tidak ada gunanya percaya kepada Allah, karena kita tidak ada
jawaban untuk diberikan, tidak ada masa depan yang akan dicari.
Pertanyaan Pemikiran:
;; Pengolok-olok yang dikatakan Petrus melihat sejarah bagaikan peristiwa
yang berkesinambungan antara sebab dan akibat yang ada kemungkinan
terjadinya perubahan sangat lambat tanpa adanya bencana yang terjadi. Me-
ngapakah penting menghindarkan cara berpikir yang berbahaya ini untuk
kehidupan kerohanian kita?
;; Beberapa orang melihat ke depan pada hari penghakiman itu agar dapat
mengantisipasi, sementara yang lain takut dibakar dalam lautan api. Apakah
sikap kita terhadap penghakiman yang akan datang, dan mengapa?
Kegiatan: Mintalah UKSS membaca bersama-sama Maleaki 4:1-3. Diskusi-
kan dalam dua kelompok dan dua pilihan yang dinyatakan dalam ayat itu. Dalam
kelompok manakah kita berada? Apakah yang perlu terjadi agar terdapat pada
kelompok yang terakhir?
ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Isu penundaan kedatangan Yesus bukanlah masalah yang
mudah, tetapi Petrus memberikan petunjuk bahwa ini masalah perspektif. Al-
lah mengetahui hari dan jam kedatangannya (Mat. 24:36) dan bahwa Dia “
yang akan datang, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya” (Ibr. 10:37), Tidak
akan nada penundaan dari pandangan Allah. Seperti Ellen G. White katakan,
“maksud-masksud Allah tidak pernah mengenal gesa atau keterlambatan.”—
Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 28, 29. Penundaan hanya pada pandangan manusia,
karena kita tidak menghitung waktu seperti Allah menghitungnya. Kelihatannya
ada penundaan karena kita mengharapkan Ia datang segera; Tetapi rencana Tu-
han tidak berubah. Ia sebenarnya ingin datang lebih cepat, tetapi Ia tidak dapat
lakukan, karena kita belum melakukan persiapan seperti yang Ia harapkan kita
lakukan. Kegagalan ini ada pada kita, namun demikian, tidak menjadikan Allah
terkejut atau menyebabkan Ia menunda rencananya. Ia tahu apa yang akan terja-
di walaupun segala sesuatu disiapkan untuk kedatangannya segera.
Kegiatan: Mintalah UKSS menggambar di papan tulis atau pada kertas yang
lebar jadwal sejarah dari perspektif Alkitab, tandai peristiwa penting untuk me-
nunjukkan kronologi atau urutan peristiwa. Dan tandai di mana tempat kita saat
ini pada garis waktu dalam sejarah dan nubuatan, dan diskusikan dengan UKSS
bagaimana pekabaran Petrus tentang persiapan untuk penghakiman terakhir co-
cok bagi pembacanya saat ini. Jika papan tulis atau poster tidak tersedia, min-
talah secara bergantian kepada anggota UKSS untuk mendaftarkan peristiwa
besar dalam sejarah Alkitab dalam urutannya, dan bagaimana hal itu relevan
terhadap kehidupan kita saat ini.

148 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Pelajaran 13 17-23 Juni*

Tema Utama Dalam


1 dan 2 Petrus

SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Yes. 53:5, 6, 9; Im. 16:16–
19; Im. 11:44; Rm. 13:1–7; 1 Kor. 14:40; 2 Tim. 3:16.
Ayat Hafalan: Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya
di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk
kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” (1 Petrus 2:24).

S
urat Petrus yang pertama dan kedua ditulis untuk tujuan praktis. Dalam
1 Petrus, masalah utama yang Petrus tantang adalah penganiayaan yang
orang Kristen hadapi. Dalam 2 Petrus, masalah utamanya adalah guru-
guru palsu. Petrus menulis dengan tegas dan berwibawa saat ia berusaha untuk
mendorong pembacanya serta memperingatkan mereka sehubungan dengan
tantangan di hadapan mereka.
Hal yang penting adalah bahwa Petrus merespons kedua masalah itu dalam
bahasa teologis. Penderitaan yang disebabkan oleh penganiayaan menggiring
Petrus untuk memikirkan penderitaan dan kematian Yesus, yang telah meng-
hasilkan keselamatan kita. Guru-guru palsu akan menghadapi penghukuman,
yang akan berlangsung setelah Yesus datang kembali ke dunia ini. Inilah bebe-
rapa pokok pikiran yang Petrus uraikan di dalam kedua suratnya.
Pelajaran pekan terakhir ini akan membahas lebih mendetail tentang lima
pokok pikiran yang Petrus tuliskan: Penderitaan Yesus yang menghasilkan ke-
selamatan kita; sambutan praktis kita karena mengetahui bahwa Allah akan
menghakimi perbuatan kita pada penghakiman terakhir; harapan yang kita mi-
liki dalam kedatangan Yesus yang segera; tatanan dalam masyarakat dan dalam
gereja; dan peran yang Kitab Suci miliki dalam memberikan bimbingan bagi
kehidupan kita.

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 24 Juni.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 149


Minggu 18 Juni
Penderitaan, Yesus, dan Keselamatan
Bacalah ayat-ayat berikut, dan perhatikanlah apa yang masing-masing
ayat ini ungkapkan tentang keselamatan:
1 Ptr. 1:2_______________________________________________________
1 Ptr. 1:8, 9_____________________________________________________
1 Ptr. 1:18, 19 ___________________________________________________
1 Ptr. 2:22–25 ___________________________________________________
1 Ptr. 3:18 ______________________________________________________
Ketika Petrus menyebutkan keselamatan, hal itu biasanya dalam konteks
penderitaan Yesus sebagai Pengganti bagi orang berdosa. Misalnya, dalam 1
Petrus 2:22-24, ketika Petrus menulis tentang penderitaan Yesus, dia menggu-
nakan bahasa yang mencerminkan Yesaya 53:5, 6, 9. “Ia [Yesus] sendiri telah
memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya” di kayu salib dan “oleh bilur-bilur-
Nya kamu telah sembuh” (1 Ptr. 2:24), mengungkapkan gagasan penggantian
dan pengorbanan.
Dalam kebanyakan pengorbanan yang dijelaskan dalam Kitab Suci Baha-
sa Ibrani [Perjanjian Lama], para pendosa membawa persembahan mereka
ke Bait Suci dan meletakkan tangan mereka di atasnya. Tindakan ini secara
simbolis memindahkan dosa pendosa ke hewan, yang kemudian mati meng-
gantikan pendosa itu (Im. 4:29, 30, 33, 34; 14:10-13). Kenajisan dosa yang
tertumpuk di atas mezbah disucikan dan dihapus pada Hari Pendamaian (Im.
16:16-19).
Darah pengorbanan memainkan peran penting dalam penebusan dosa.
Orang Kristen telah ditebus dengan darah Yesus yang mahal (1 Ptr. 1:18, 19).
Paulus juga menyatakan ide penggantian yang sama: Yesus, yang tidak menge-
nal dosa, telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita (2 Kor. 5:21). Sebagaima-
na dinyatakan dalam 1 Petrus 3:18, Kristus telah menderita karena dosa, orang
benar (Yesus) bagi orang berdosa (kita).
Seperti Paulus (Rm. 3:21, 22), Petrus menekankan perlunya iman. Saat ia
mengatakan kepada para pembacanya: “Sekalipun kamu belum pernah melihat
Dia, namun kamu mengasihi-Nya... karena kamu telah mencapai tujuan iman-
mu, yaitu keselamatan jiwamu”(1 Ptr. 1:8, 9). Keselamatan tidak diperoleh
karena perilaku yang saleh, tetapi diberikan ketika kita percaya pada apa yang
Yesus telah buat bagi kita dan menerima-Nya sebagai Juruselamat pribadi kita.
Jaminan kita ada di dalam Dia, bukan dalam diri kita sendiri. Jika itu ada dalam
diri kita sendiri, jaminan yang pasti apa yang akan kita miliki?
Mengapakah Yesuslah, sebagai Pengganti Anda, Harapan Agung kese-
lamatan itu? Kepuasan apakah yang dapat Anda peroleh dari kebenaran
yang indah ini?

150 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Senin 19 Juni
Bagaimanakah Kita Harus Hidup?
Suatu tema yang lebih sering Petrus ulang-ulangi daripada yang lain dinya-
takan dengan pertanyaan yang ditanyakannya dalam 2 Petrus 3:11: “Jadi, jika
segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu
harus hidup.”
Bacalah ayat-ayat berikut. Apakah yang Petrus katakan mengenai pe-
rilaku Kristiani? 1 Ptr. 1:15–17, 22; 1 Ptr. 2:1; 1 Ptr. 3:8, 9; 1 Ptr. 4:7–11;
2 Ptr. 3:11.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Petrus mengkaji perilaku Kristiani beberapa kali dalam dua suratnya, dan
beberapa tema [yang lain] terus berulang. Pertama, Petrus dua kali menekan-
kan hubungan antara penghakiman Allah dan perilaku orang Kristen (1 Ptr.
1:17 dan 2 Ptr. 3:11). Allah akan menghakimi tindakan setiap orang. Dengan
demikian, seorang Kristen harus hidup kudus.
Kedua, beberapa kali Petrus menyebutkan bahwa orang Kristen harus ku-
dus. Dalam Alkitab Bahasa Ibrani [Perjanjian Lama], hal-hal yang kudus itu
dikhususkan untuk digunakan di Bait Allah (Kel. 26:34; 28:36; 29:6, 37) atau
untuk maksud Allah (misalnya, hari Sabat dalam Kejadian 2:3). Bahkan, ren-
cana Allah adalah bahwa umat-Nya haruslah kudus, sama seperti Dia adalah
kudus, suatu tema yang disentuh Petrus juga (Im. 11:44; 19:2; 1 Ptr. 1:15, 16).
Proses mengkhususkan sesuatu itu kudus disebut “penyucian,” dan keinginan
Petrus adalah bahwa pembacanya dikuduskan oleh Roh dan taat kepada Yesus
(1 Ptr. 1:2).
Ketiga, Petrus telah memberikan beberapa hal spesifik untuk jenis perilaku
yang sesuai bagi mereka yang dikuduskan. Mereka harus membersihkan diri
dari kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, kedengkian, dan fitnah (1 Ptr. 2:1).
Mereka harus memiliki roh kesatuan, mengasihi satu sama lain, dan merendah-
kan diri (1 Ptr. 3: 8, 9). Mereka harus memiliki kebaikan, kesalehan, dan kasih
(2 Ptr. 1:5-7). Bahkan, mereka harus tetap mengasihi (1 Ptr. 4:7-11). Akhirnya,
Petrus mendorong para pendengarnya untuk menyerahkan kekhawatiran mere-
ka kepada Yesus (1 Ptr. 5: 7).
Bagaimanakah kita dapat belajar untuk mendorong satu sama lain de-
ngan cara yang tidak menghakimi, untuk menghidupkan bentuk kehi-
dupan yang Petrus serukan di dalam surat-suratnya?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 151


Selasa 20 Juni
Harapan pada Kedatangan Kedua
Bacalah ayat-ayat berikut, dan perhatikanlah apa yang dikatakannya
mengenai peristiwa-peristiwa di masa depan:
1 Ptr. 1:4_______________________________________________________
1 Ptr. 1:17______________________________________________________
1 Ptr. 4:5, 6_____________________________________________________
1 Ptr. 4:17______________________________________________________
2 Ptr. 3:1–10____________________________________________________
Salah satu isu mendasar yang dihadapi oleh mereka yang pertama kali mem-
baca dan mendengar surat 1 Petrus adalah penganiayaan. Petrus memberikan
penghiburan kepada para pembacanya dengan pemikiran bahwa, sekalipun hi-
dup mereka dihantam aniaya, ada upah di masa depan yang menanti mereka di
surga, upah yang tidak dapat diambil. Pada permulaan kitab 1 Petrus, ia men-
jelaskan bahwa umat Kristen memiliki suatu bagian yang tidak dapat binasa
yang tersimpan di surga bagi mereka (1 Ptr. 1:4).
Petrus menyoroti dua hal yang akan terjadi di kemudian hari: Penghakim-
an terakhir dan api kebinasaan bagi orang-orang fasik. Dengan kata lain, ia
menunjukkan bahwa walaupun menghadapi aniaya sekarang ini, keadilan dan
penghakiman akan terjadi, dan umat percaya akan menerima upah mereka
yang kekal.
Petrus menyebutkan penghakiman pada tiga kesempatan berbeda (1 Ptr.
1:17; 4:5, 6, 17). Ia mengatakan bahwa Allah Bapa menghakimi semua orang
menurut perbuatannya tanpa memandang muka (1 Ptr. 1:17). Ia mencatat bah-
wa Yesus sendiri siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati (1
Ptr. 4:5). Ia juga membuat pengamatan yang menarik bahwa penghakiman
dimulai dari umat Allah sendiri (1 Ptr. 4:17).
Petrus juga menekankan bahwa “orang-orang fasik” akan dibinasakan de-
ngan nyala api seluruhnya (2 Ptr. 3:7).
Petrus meluangkan waktu menguraikan masalah yang muncul tentang apa-
kah benar atau tidak Yesus pasti datang kembali (2 Ptr. 3:1-10). Dia menun-
jukkan bahwa “penundaan” kedatangan Yesus kedua adalah untuk memung-
kinkan lebih banyak orang bertobat dan diselamatkan. Dia juga menunjukkan
bahwa kepastian perhitungan akan masa depan seharusnya meyakinkan semua
orang untuk hidup suci dan saleh.
Dengan demikian, sekalipun Petrus berfokus pada keadaan saat ini dan pada
kehidupan Kristiani praktis, tetap saja bagi pembacanya dia perhatikan harap-
an mereka di masa depan yang menanti mereka. Singkatnya, bagaimanapun
keadaan saat itu, mereka harus terus maju ke depan dalam iman dan penurutan.
Mengapakah Anda juga harus terus maju dalam iman dan penurutan,
bagaimanapun keadaannya? Apakah ada pilihan lain?

152 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Rabu 21 Juni
Aturan dalam Masyarakat dan Gereja
Bacalah ayat-ayat berikut. Apakah yang Petrus katakan dalam ayat-
ayat ini mengenai pentingnya baik kepemimpinan pemerintahan dan
gereja, dan bagaimanakah seharusnya umat Kristen menanggapi kedua-
nya? Bagaimanakah seharusnya nasihat ini diterapkan pada situasi kita
sekarang ini, di mana pun kita berada?
1 Ptr. 2:11–21 ___________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
1 Ptr. 5:1–5_____________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Petrus hidup di masa ketika orang Kristen terkadang dianiaya oleh pemerintah
dan penguasa agama. Hal ini yang menjadikan semua menjadi lebih bermakna
untuk apa yang ia dan Paulus harus katakan mengenai peran yang semestinya
dari aparat pemerintahan (1 Ptr. 2:13-17; Rm. 13:1-7). Bagi Petrus dan Paulus,
aparat pemerintahan telah ditempatkan pada tempatnya oleh Tuhan sendiri un-
tuk bertindak mengawasi mereka yang melakukan kejahatan. Sudah tentu, ada
saat di mana pemerintah yang berkuasa yang melakukan hal yang jahat. Orang
Kristen telah menghadapi hal demikian di zaman Petrus, dan hal ini semakin
memburuk saja untuk waktu yang lama.
Tetapi, secara umum, idenya adalah bahwa pemerintahan yang baik akan
memelihara hukum dan peraturan dan keamanan. Dewasa ini pun ada contoh-
contoh di mana hukum dan peraturan telah dilanggar, dan masyarakat dapat
melihat kebutuhan yang sangat mendesak akan pemerintahan yang layak.
Tepatlah, pemerintahan yang baik adalah salah satu berkat Allah yang telah
diberikan-Nya kepada manusia.
Petrus tanpa ragu-ragu membagikan keyakinan Paulus bahwa tata kelola
gereja yang baik adalah juga penting. Paulus menegaskan, “Tetapi segala sesu-
atu harus berlangsung dengan sopan dan teratur” (1 Kor. 14:40), dalam ibadah
gereja. Demikian juga Petrus menasihatkan para penatua, “Gembalakanlah ka-
wanan domba Allah yang ada padamu” (1 Ptr. 5:2). Melakukannya dengan ke-
rendahan hati dan kepedulian. Jemaat lokal perlu dipimpin dengan baik. Para
pemimpin yang baik memberikan visi dan koordinasi, yang menyanggupkan
orang lain melakukan karunia rohani mereka bagi kemuliaan Allah.
Satu Petrus 5:5 mengatakan bahwa Anda harus rendah hati satu de-
ngan yang lain. Bagaimanakah kita dapat belajar melakukannya? Apa-
kah yang dapat Anda lakukan, Anda sendiri, untuk melakukan hal ini di
dalam interaksimu sendiri dengan orang lain?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 153


Kamis 22 Juni
Keutamaan Alkitab
Bacalah ayat-ayat berikut. Apakah yang ayat-ayat tersebut katakan
tentang Alkitab yang bisa menolong kita sekarang ini memahami bagai-
mana sebaiknya peran Alkitab dalam kehidupan dan iman kita?
1 Ptr. 1:10–12___________________________________________________
2 Ptr. 1:16–20___________________________________________________
2 Ptr. 3:2 _______________________________________________________
2 Ptr. 3:16______________________________________________________
Dalam suratnya yang kedua, Petrus menentang guru-guru palsu. Dia menga-
rahkan pembacanya kepada dua sumber otoritas ketika ia mengatakan, “supaya
kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi ku-
dus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan
oleh rasul-rasulmu kepadamu” (2 Ptr. 3:2). Sekarang ini kita memiliki sumber
yang sama kepada perkataan “nabi-nabi kudus”—yaitu, Perjanjian Lama. Ti-
dak ada lagi rasul-rasul yang hidup untuk kita tentunya, tetapi dalam pengertian
bahwa kita memiliki sesuatu yang lebih baik: Kesaksian mereka yang diilhami,
sebagaimana dinyatakan dalam Perjanjian Baru. Matius, Markus, Lukas, dan
Yohanes meninggalkan kepada kita kisah kehidupan, kematian, dan kebangkit-
an Yesus yang pasti. Dalam Kisah Para Rasul, meninggalkan kepada kita catat-
an kegiatan para rasul. Dan tentu saja kita dapat membaca perkataan-perkataan
yang diilhami dari para rasul sendiri. Paulus menulis dengan tegas otoritas Fir-
man Allah (2 Tim. 3:16). Petrus, kemudian, mengarahkan pembacanya kepada
Kitab Suci sebagai sumber otoritas doktrinal dan moral.
Dalam 2 Petrus 3:16, Petrus memperingatkan para pembaca dan pendengar-
nya bahwa meskipun Alkitab adalah sumber kebenaran, tanpa perhatian yang
teliti terhadap pekabaran yang Roh Kudus inginkan kita pahami, sumber kebe-
naran itu sendiri dapat disalahpahami, dan hal ini dapat mengakibatkan konse-
kuensi yang mengerikan.
Kata-katanya haruslah menjadi pengingat yang baik bagi kita sekarang ini
mengenai prinsip dasar dalam mempelajari Alkitab. Kita haruslah membaca ba-
gian Alkitab dengan doa. Kita sebaiknya membacanya dengan mempertimbang-
kan konteks dalam pasal itu, keseluruhan buku dan Alkitab itu sendiri. Apakah
yang secara khusus penulis sedang bicarakan ketika dia menulis? Kita harus
membacanya dalam konteks sejarah saat tulisan itu ditulis. (Dalam halnya 1 dan
2 Petrus, lingkungan sejarahnya adalah Kekaisaran Romawi di abad pertama).
Kita harus membacanya dengan mencari wawasan rohani dan dengan penge-
tahuan bahwa keselamatan itu dihasilkan oleh kematian pengorbanan Kristus
sebagai pusat pekabaran Alkitab itu (1 Ptr. 1:10-12). Akhirnya, kita haruslah
membacanya dalam konteks kehidupan kita sendiri. Apakah kebenaran yang Al-
lah ingin kita peroleh? Bagaimanakah kita dapat menerapkan Firman yang tertu-
lis itu bagi kehidupan kita sendiri sehingga hal itu akan memberikan kontribusi
positif bagi Kerajaan Allah?

154 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


Jumat 23 Juni
Pendalaman: Di tengah-tengah suratnya yang sarat dengan teologi sekali-
pun, Petrus memasukkan penekanan yang kuat pada kehidupan Kristiani dan ba-
gaimana kita memperlakukan satu sama lain. Dengan kata lain, benar, kita per-
lu mengetahui kebenaran di dalam Yesus itu. Namun, yang lebih penting juga,
kita perlu menghidupkan kebenaran itu. Di awal, kita telah mendapatkan ucap-
an yang dalam: “Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada
kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus
ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap
hatimu” (1 Ptr. 1:22). Perhatikanlah bagaimana dia menghubungkan penyucian
diri dengan ketaatan kepada kebenaran. Kebenaran mengubah kita, membuat
kita menjadi manusia yang mencintai satu sama lain dengan sungguh-sungguh
dan dengan “segenap hati.” Ketaatan, segenap hati, dan kasih-ketiganya terka-
it satu sama lain. Untuk tujuan inilah kita harusnya berjuang. Dapatkah Anda
bayangkan betapa berbeda jadinya kehidupan kita dan gereja kita seandainya
kita mengikuti tuntutan ini? Coba bayangkan bila demikian apa yang akan ter-
jadi bagi persatuan gereja, dengan hal ini saja. “Saudara-saudara, akankah Anda
membawa kerinduan Kristus itu bersamamu ketika Anda kembali ke rumah dan
gerejamu? Akankah Anda menyingkirkan ketidakpercayaan dan sifat mengkri-
tik? Kita tiba pada waktu di mana, kita perlu untuk bertarung bersama, bekerja
dalam persatuan, lebih sungguh-sungguh daripada sebelumnya. Dalam persatu-
an ada kekuatan. Dalam perselisihan dan perpecahan yang ada hanyalah kele-
mahan.”—Ellen G. White, Selected Messages, buku 2, hlm. 373, 374..

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:


1. Dalam 2 Petrus 3:12, rasul Petrus menulis bahwa kita harus “menanti-
kan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan
binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyala-
nya.” Apakah yang dimaksudkannya bahwa kita harus “memperce-
pat” hari Allah? Bagaimanakah kita mempercepat hari Allah itu, yak-
ni, hari Kedatangan Kedua?
2. Kita mengatakan bahwa alam adalah “buku Allah yang kedua.” Cela-
kanya, sebagaimana dengan buku Allah yang pertama (Alkitab), buku
yang kedua ini dapat juga disalahtafsirkan. Contohnya, bagi orang ba-
nyak pekabaran mengenai alam dengan rancangan dan tujuan telah
dihilangkan, digantikan oleh teori Darwin tentang mutasi acak dan se-
leksi alam. Dunia ini, dikatakan, benar-benar tanpa rancangan; tapi,
hanya seperti apa yang kita lihat saja. Jika demikian, bagaimanakah
kita membaca dan menafsirkan buku yang kedua ini dengan benar?
Apakah keterbatasan buku yang kedua itu dapat ajarkan kepada kita
mengenai Allah? Bantuan apakah yang dapat kita peroleh dari buku
yang pertama yang dapat menolong kita memahami buku yang kedua
dengan semestinya? Apakah yang akan terjadi ketika penafsiran kita
mengenai alam (buku yang kedua), bertentangan dengan penafsiran
kita akan buku yang pertama (Alkitab)? Di manakah masalahnya?

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 155


PENUNTUN GURU

Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 2 Petrus 3:1, 2, 17, 18
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Merefleksikan isu-isu teologis kunci yang Petrus telah tulis-
kan dan mempertimbangkan keserasian dengan pekabaran Alkitab lainnya.
Merasakan: Takjub dengan jaminan kehidupan kekal dalam Yesus, dan
pengharapan kedatangan-Nya yang kedua kali.
Melakukan: Bersedia dan berjaga terhadap penipuan dan biarlah acara ini
menolong dia untuk bertumbuh dalam kasih karunia dan pengetahuan ten-
tang Allah dan Yesus Kristus Tuhan.

ÂÂGaris-garis Besar Pelajaran:


I. Mengetahui: Sentralistis Yesus Kristus
A. Bagaimanakah menempatkan Yesus Kristus dan Alkitab pada pusat
seluruh pengajarannya?
B. Bagaimanakah Petrus dapat menangkal ajaran-ajaran tentang pem-
benaran dan penyucian, dan kemuliaan dengan iman dalam Yesus
dalam berbagai ajaran-ajarannya?
II. Merasakan: Pengharapan dan Jaminan
A. Cara-cara apakah yang Petrus memasukkan rasa pengharapan dan
jaminan bagi pembacanya, banyak dari antara mereka yang men-
derita karena imannya?
B. Tanggapan apakah yang Petrus harapkan dari para pembacanya un-
tuk dapat melihat penghakiman yang akan datang?
III. Melakukan: Hidup dalam Terang Penghakiman
A. Bagaimanakah seharusnya pekerjaan penebusan Yesus mempenga-
ruhi hubungan orang percaya dengan hari penghakiman?
B. Dengan cara apakah orang percaya merasakan perhitungan kepa-
da Allah mempengaruhi pola hidup yang dipilihnya sebagai orang
Kristen?

Ringkasan: Petrus secara khusus menekankan lima bagian dalam teologi


orang Kristen: (1) Pusat pengorbanan Yesus adalah untuk keselamatan kita, (2)
Perbuatan jahat yang ada hubungannya dengan penghakiman yang akan da-
tang, (3) pengharapan kedatangan Yesus yang segera, (4) Rencana Allah untuk
masyarakat dan gereja yang teratur, dan (5) peranan Alkitab dalam hidup kita.

156 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU

Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 2 Petrus 1:2-4, 12-15
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Allah telah menyediakan
bagi kita segala yang kita perlukan untuk kehidupan dan kesalehan melalui pe-
ngetahuan kita tentang Dia dan tentang Yesus Tuhan kita. Petrus mengingatkan
kita bahwa Dia telah memberikan kita janji yang besar dan berharga agar di
dalamnya kita hidup dan beroleh kuasa untuk mengatasi hidup alamiah manu-
sia yang penuh dosa dan ambil bagian dengan Keilahian.
Untuk Guru: Sedapat mungkin tetap perhatikan lima bidang teologi yang
kita fokuskan pekan ini. Cobalah untuk menghubungkan itu dengan peranan
Kristus secara keseluruhan dalam hidup dan pengalaman Kekristenan. Petrus
menggambarkan Yesus sebagai contoh Seorang yang menderita sebagai korban
pengganti untuk penyucian bagi kita. Allah memanggil kita untuk menjadi suci
(Penyucian) dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai tanggapan terhadap peng-
hakiman yang akan datang. Kita mempunyai pengharapan untuk dipermuliakan
pada kedatangan Kristus. Melihat pada persiapan kita untuk hidup dalam Kera-
jaan Allah yang kekal, kita perlu mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip dan
peraturan Ilahi dalam masyarakat dan di gereja. Alkitab adalah pedoman dan
petunjuk untuk semua persiapan dan implementasinya, dan ini harus menjadi
pusat kehidupan orang Kristen yang utama. Ini akan menghindari kita agar tidak
tertipu oleh guru-guru palsu yang akan menyesatkan kita dan menyebabkan ke-
jatuhan kita dari iman kita yang teguh dalam kebenaran sebagaimana terdapat
dalam Yesus.
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS untuk membaca bersama 2 Petrus 1:2-4,
12-15 dan 3:1, 2, 17, 18. Diskusikan apa tujuan Petrus dalam menuliskan ke-
dua suratnya kepada orang percaya yang tersebar di Asia Kecil. Bagaimanakah
tujuan-tujuan ini berhubungan dengan kelima tema teologi itu.
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Komentar Alkitab
I. Harga Keselamatan Kita
(Tinjau Kembali 1 Petrus 1:18, 19; 2:22-25; 3:18 Bersama UKSS Anda.)
Bahasa Penebusan merupakan bahasa harga dan pengeluaran. Berapakah har-
ga yang dibayar Allah untuk menebus manusia yang jatuh dalam dosa? Harga-
nya tak dapat dibayar dengan perak, emas, atau bahan material lainnya. Hukum
menuntut hidup orang berdosa itu. Satu-satunya jalan untuk menebus manusia
adalah menggantikan hidup dengan hidup. Pelajaran ini dengan jelas diajarkan
dalam Perjanjian Lama dalam pelayanan-pelayanan di Bait Suci, dan Yesus

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 157


PENUNTUN GURU
datang untuk menggenapi lambang anak domba yang telah dikorbankan (Yoh.
1:29; Why. 5:6, 9). Hidup satu-satunya yang pantas untuk membayar harga selu-
ruh manusia adalah hidup Penciptanya. Dengan darahnya yang berharga, Allah
menebus manusia dari kutuk hukum dan Yesuslah yang menanggung kutuk itu
bagi kita di salib (Gal. 3:10, 13). Tidak ada jalan lain bagi keselamatan kita.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Berapakah harga penembusan itu? Mengapa
hanya hidup Kristus yang pantas untuk membayar harga penebusan bagi semua
manusia?
II. Respons terhadap Keselamatan Kita
(Tinjau Kembali 1 Ptr. 1:13-17; 2:1, 2, 11, 12; 3:8, 9; 4:7-11; 2 Ptr. 3:11, 14.)
Sebagai tanggapan terhadap kasih karunia kepada kita, kita rindu untuk mem-
bagikan kesucianNya–menghidupkan kehidupan yang saleh dalam dunia ini,
menyatakan prinsip- prinsip kerajaannya di dalamnya kita telah lahir dan rindu
untuk kehidupan kekal. Sementara kita menghadap hari pehakiman Tuhan dan
kebinasaan dari ciptaannya sekarang ini dan segala sesuatu yang ada hubung-
annya dengan dosa, kita perlu pertimbangkan manusia apakah seharusnya kita
jadinya nanti dalam segala yang kita lakukan, mengerti apa yang Allah ingin-
kan. Ia memanggil kita menjadi suci dan saleh, menjadi contoh dalam kasih,
dan perbuatan baik bagi mereka yang belum percaya, sehingga mereka dapat
memuliakan Tuhan pada hari penghakiman, dari pada mencari alasan untuk sa-
ling menuduh.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Dalam melihat bencana yang akan datang itu,
orang seperti apakah saya seharusnya dalam perilaku yang suci dan saleh?
III. Pengharapan Keselamatan Kita
(Tinjau Kembali 1 Ptr. 1:3-9, 13; 5:4; 2 Ptr. 3:3-14 Bersama UKSS Anda.)
Petrus menunjukkan di hadapan orang percaya “pengharapan yang hidup”
dari warisan yang tidak akan binasa,yang merupakan tujuan iman , yang disebut,
keselamatan jiwa kita (1 Ptr. 1:3, 4, 9). Ia mengatakan bahwa warisan ini akan
terjadi pada kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali yang akan dinyatakan
pada akhir zaman. Walaupun orang yang tidak percaya akan bangkit mengolok-
olok pengharapan kita untuk kedatangan Yesus, Petrus memastikan orang-orang
percaya bahwa lambatnya kedatangan-Nya karena kita telah gagal untuk ber-
tobat dan tidak sepenuhnya bersedia. Sehingga Allah memilih untuk menunda
agar kita lebih bersungguh-sungguh dalam keselamatan kita lebih bersungguh-
sungguh untuk bersedia. Apabila kerinduan kita untuk kedatangannya menja-
di nyata, dunia kita sekarang ini dan langit akan dibinasakan dengan api yang
bernyala-nyala. Dengan melihat pemandangan yang akan datang ini, kita harus
hidup suci bukan saja untuk menyambut hari itu, tetapi menolong mempercepat
kedatangan-Nya.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Apakah arti “pengharapan yang hidup” yang
dimaksudkan oleh Petrus? Apakah yang menjadi alasan kedatangan Yesus ter-
tunda, dan bagaimanakah kita dapat mempercepat kedatangannya?

158 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus


PENUNTUN GURU
IV. Mengikuti Perintah Ilahi
(Tinjau Kembali 1 Ptr. 2:11-21, 5:1-5 Bersama UKSS Anda.)
Sementara orang-orang percaya bersedia untuk hidup kekal di bawah sistem
pemerintahan Allah, mereka perlu untuk belajar, dan memahami serta terbiasa
dengan sistem pemerintahan Allah dalam hidup bermasyarakat dan dalam gere-
ja. Sistem pemerintahan Allah telah dibangun berdasarkan pemerintahan yang
teratur baik dalam kehidupan sipil dan pemerintahan, dalam bisnis dan hubung-
an antar karyawan, dalam hubungan pernikahan dalam rumah tangga, atau da-
lam hubungan dalam gereja. Dalam berbagai jenjang, semua harus bekerja pada
garis pemerintahan Ilahi, menunjukkan kasih dan hormat kepada semua dan tun-
duk kepada penguasa. Petrus menunjukkan secara rinci beberapa dari hubungan
ini dan meninggikan Yesus sebagai contoh dalam hal penyerahan diri dan bukan
untuk mengancam tau membalas dendam jika dilecehkan.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Bagaimanakah menurut pada peraturan Allah
dalam masyarakat dan dalam gereja dapat menolong kita bersedia untuk kehi-
dupan kekal di bawah sistem peraturan surga?
V. Peran Kitab Suci
(Tinjau Kembali 1 Ptr. 1:10-12; 2 Ptr. 1:19-21; 3:2, 15, 16.)
Petrus mengingatkan pembacanya bahwa Alkitab merupakan otoritas ter-
tinggi bagi orang Kristen. Firman Allah bukanlah inisiatif manusia; itu adalah
wahyu yang berasal dari Allah dan Roh Kudus menggerakkan pikiran manusia.
Sumber kebenaran yang pasti yang dapat dipercaya. Ini dicatat dan dipelihara
dengan sangat istimewa untuk keuntungan bagi mereka yang akan hidup pada
hari penggenapan nubuatan yang telah dinyatakan. Dalam Perjanjian Baru juga
para rasul dan nabi (seperti Paulus) adalah Juru bicara Allah yang tulisannya
telah disediakan dan disebarkan sebagai pertunjukan bagi jemaat, juga mempu-
nyai otoritas yang sama seperti Perjanjian Lama. Kita akan dengan baik mela-
kukan firman-Nya sama seperti kita akan membiarkan terang itu bercahaya di
dalam gelap sampai Jesus berkerajaan dalam hati kita.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Mengapakah Alkitab merupakan otoritas ke-
hendak Allah yang terakhir bagi orang Kristen? Bagaimanakah kita dapat me-
mercayainya?
Pertanyaan Diskusi:
;; Rasul-rasul Perjanjian Baru pada dasarnya memiliki ciri-ciri petunjuk-pe-
tunjuk teologi aturan-aturan praktis. Dalam 1 dan 2 Petrus, keseimbangan
apakah yang kita dapati antara dua elemen ini?
;; Bagaimanakah surat-surat Petrus dibandingkan dengan ajaran-ajaran Paulus?

ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Sementara kita menggambarkan seri pelajaran ini lebih de-
kat, sangatlah menolong untuk mendorong anggota UKSS untuk menyimpulkan
beberapa pokok-pokok penting dari Rasul Petrus yang ditemukannya berguna

Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 159


PENUNTUN GURU
untuk kehidupannya sendiri. Banyak pokok pikiran yang berhubungan dengan
salah satu dari lima tema yang ditekankan pada pekan ini. Beberapa pelajar akan
menemukan pokok pikiran lain yang bermanfaat bagi mereka. Yang penting
adalah tiap orang dapat menemukan sesuatu yang berarti bagi kehidupannya
dan pengalamannya.
Pertanyaan Pemikiran:
;; Apakah peranan Alkitab dalam kehidupan kerohanianku? Apakah itu hanya
sumber pengajaran, atau hanya sebagai satu hubungan dengan Yesus Kris-
tus, menuntun saya untuk mengenal dan mengasihi dia lebih dalam lagi?
Jelaskan jawabanmu.
;; Dengan cara apakah hubungan saya dengan Yesus Kristus dapat memberi-
kan perbedaan dalam hubungan saya dengan orang lain? Dengan cara apa-
kah orang lain dapat melihat Yesus dalam hidup saya?
;; Apakah tanggapan saya terhadap pengumuman penghakiman dan segeranya
kedatangan Kristus? Apakah saya takut, ataukah saya menantikannya un-
tuk memenuhi harapan dan kerinduanku? Berikan alasan pada jawabanmu.
Kegiatan: Ajaklah UKSS Anda untuk membaca bersama 2 Timotius 3:12-
16. Diskusikan persamaan antara pekabaran Paulus terakhir untuk Timotius dan
pekabaran terakhir Petrus untuk para pembacanya. Apakah yang ditekankan
oleh keduanya? Apakah yang mereka pikirkan dengan saksama tentang hal pen-
ting untuk pembacanya?
ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Petunjuk teologi seharusnya menuntun pada perubahan tabiat,
mengapa petunjuk teologi dalam tulisan-tulisan Perjanjian Baru pada umumnya
diikuti amaran-amaran yang pasti. Ini sangat penting untuk melihat hubungan
antara keduanya. Kita perlu menolong anggota UKSS untuk melihat hubungan
ini agar mereka dapat belajar secara teologis dan menerapkannya dalam tindak-
an yang praktis.
Kegiatan: Buatlah sebuah bagan yang terdiri atas dua bagian pada papan
tulis atau sebuah poster yang besar. Pada kolom sebelah kiri tuliskan dari 1 dan
2 Petrus. Dan pada kolom sebelah kanan tindakan yang seharusnya dilakukan
yang Petrus anjurkan atau sarankan. Diskusikan penerapan perilaku baik secara
pribadi atau bersama tindakan-tindakan yang disarankan. (Jika bahan-bahan ini
memungkinkan, ambillah kegiatan yang telah ditulis untuk didiskusikan dengan
bertanya kepada anggota manakah petunjuk teologi dari 1 dan 2 Petrus. Ke-
mudian tanyakan mereka manakah tindakan yang disarankan untuk dilakukan.
Lanjutkan dengan hal-hal selanjutnya yang telah dituliskan).

160 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus

Anda mungkin juga menyukai