Menggembalakan Domba
Karena pelajaran kita triwulan ini adalah Kitab 1 dan 2 Petrus, kita akan
membaca pernyataan-pernyataan dari seseorang yang telah bersama-sama de-
ngan Yesus pada saat-saat yang paling penting dalam pelayanan-Nya. Petrus
juga adalah seorang yang telah menjadi pemimpin yang terkemuka di antara
orang Kristen yang mula-mula. Dengan fakta-fakta ini saja dapat membuat su-
ratnya layak untuk dibaca. Ternyata surat-surat ini mendapat simpati yang le-
bih besar karena itu ditulis kepada gereja-gereja yang sedang mengalami masa
sulit: Mereka menghadapi penganiayaan dari luar dan bahaya guru-guru palsu
yang timbul dari dalam.
Petrus memperingatkan bahwa di antara yang guru-guru palsu ini promosi-
kan adalah meragukan kedatangan Yesus yang kedua kali. “Kata mereka: ‘Di
manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita
meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan”
(2 Ptr. 3:4). Dewasa ini, setelah hampir dua ribu tahun kemudian, kita tahu re-
alitas tuduhan itu, bukan?
Di samping peringatan Petrus mengenai guru-guru palsu, penderitaan yang
dialami jemaat-jemaat adalah topik yang diulang-ulangi beberapa kali. Pende-
ritaan ini, katanya, mencerminkan penderitaan Yesus yang telah memikul dosa
kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib (1 Ptr. 2:24). Dan kabar baiknya adalah
bahwa kematian Yesus tidak lain adalah menjadi kebebasan dari kematian ke-
kal yang disebabkan oleh dosa, juga kehidupan orang benar sekarang ini bagi
mereka yang percaya kepada-Nya (1 Ptr. 2:24).
Petrus mengatakan bahwa Yesus bukan hanya mati bagi dosa-dosa kita, teta-
pi akan kembali ke dunia dan membawa penghakiman Allah (2 Ptr. 3:10-12).
Dia menekankan fakta bahwa prospek penghakiman harus memiliki implikasi
praktis yang signifikan dalam kehidupan orang percaya. Ketika Yesus kembali,
Dia akan membinasakan semua dosa dan akan membersihkan dunia ini dengan
api (2 Ptr. 3:7). Kemudian orang-orang Kristen akan menerima warisan yang
Allah telah sediakan bagi mereka di surga (1 Ptr. 1:4).
Petrus memiliki bahasa yang sangat praktis tentang bagaimana orang Kris-
ten seharusnya hidup. Pertama dan terutama, orang Kristen harus saling me-
ngasihi (1 Ptr. 4:8). Ia merangkumkan pandangannya dengan mengatakan:
“Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi
saudara-saudara, penyayang dan rendah hati” (1 Ptr. 3:8).
Surat-surat Petrus adalah juga sebuah pernyataan Injil yang kuat, pekabar-
an utama seluruh Alkitab. Bagaimanapun, jika ada seorang yang tahu menge-
nai kasih karunia Allah yang menyelamatkan, itu adalah Petrus. Petrus yang
sama ini, yang dengan terbuka dan secara terus terang menyangkal Tuhan-Nya
(bahkan dengan mengutuk), mengatakan: “Aku tidak kenal orang itu” (Mat.
26:74), adalah orang yang sama kepada siapa kemudian Yesus berkata, “Gem-
balakanlah domba-domba-Ku” (Yoh. 21:17). Kedua suratnya ini adalah contoh
Petrus melakukan hal itu—menggumbalakan domba-domba Tuhannya.
Dan tentu saja, setiap bagian penggembalaan mencakup kebenaran agung
yaitu keselamatan oleh iman di dalam Kristus, sebuah tema yang rekan sepe-
layanannya, Rasul Paulus, serukan dengan penuh semangat. Ini adalah kebe-
naran kasih karunia Allah. Petrus mengetahui hal ini, bukan hanya secara teori,
atau hanya sebagai sebuah doktrin, tetapi karena dia telah mengalami realitas
dan kuasa kasih karunia itu bagi dirinya sendiri.
Seperti yang Martin Luther tuliskan dalam komentarnya untuk Kitab Petrus:
“Karena itu surat Santo Petrus ini adalah salah satu kitab yang terpenting dari
Perjanjian Baru, dan itu adalah benar, Injil yang murni. Karena Petrus melaku-
kan juga hal yang sama seperti yang Paulus dan semua Penginjil lakukan me-
nanamkan doktrin iman yang benar, bagaimana Kristus telah diberikan kepada
kita, yang menghapus dosa-dosa kita dan menyelamatkan kita.”—Commen-
tary on the Epistles of Peter Anda? Jude (Grand Rapids: Kregel Publications,
1982), hlm. 2, 3.
Yesus mengatakan kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba-
Nya. Kita berada di antara kawanan domba itu. Marilah kita digembalakannya.
Sosok Petrus
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Luk. 5:1–11; Mat.
16:13–17; Mat. 14:22–33; Luk. 22:31–33, 54–62; Gal. 2:11–14.
Ayat Hafalan: ”Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan
mulai tenggelam lalu berteriak: ‘Tuhan, tolonglah aku!’ Segera Ye-
sus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: ‘Hai orang
yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?’” (Matius 14:30, 31).
P
etrus adalah penulis kedua kitab yang menggunakan namanya (1 dan 2
Petrus). Dia adalah salah satu pengikut Yesus yang pertama; dia sela-
lu dengan Yesus selama pelayanan-Nya di dunia; dan dia adalah salah
satu murid pertama yang melihat kubur yang kosong. Jadi Petrus memiliki
pengalaman yang kaya, diilhami oleh Roh Kudus, yang olehnya, ia dapat gu-
nakan untuk menulis surat-surat yang berkuasa ini. ”Sebab kami tidak meng-
ikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan
kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi
kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya (2 Ptr. 1:16).
Petrus sering muncul dalam Injil, yang menyatakan baik kemenangan mau-
pun kegagalannya. Dia biasanya menjadi juru bicara para murid dalam inter-
aksi mereka dengan Yesus. Setelah kebangkitan dan kenaikan, Petrus menjadi
seorang pemimpin gereja mula-mula yang menonjol. Kisah Para Rasul berbi-
cara tentang dia, seperti juga kitab Galatia.
Yang paling penting, Petrus tahu apa artinya melakukan kesalahan, diam-
puni, dan maju dalam iman dan kerendahan hati. Dengan mengalami sendiri
kasih karunia Allah, ia tentunya menjadi suara yang nyaring bagi kita semua
yang perlu juga mengalami kasih karunia yang sama.
Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: Lukas 5:1–11
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Mengakui kekurangan diri sendiri sementara percaya pada
kuasa Yesus untuk menyelesaikan misi-Nya.
Merasakan: Mengalami rasa syukur untuk kehormatan karena telah di-
panggil Yesus untuk bekerja bagi-Nya, kendatipun ada perasaan yang tidak
layak berada dalam hubungan yang erat dengan-Nya.
Melakukan: Merespons panggilan Yesus untuk menjadi penjala manusia,
anak-anak dan orang muda, siap meninggalkan segalanya untuk mengikut
Dia.
Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: Matius 14:25–33
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Percaya hanya kepada kemam-
puan (kecukupan) kita membawa kepada bahaya dan putus asa. Begitu Petrus me-
nyadari bahwa satu-satunya harapan ada di dalam Kristus dan berseru kepada-Nya
untuk meminta pertolongan, ia mampu menaklukkan gelombang keputusasaan
yang mengancam kehidupan dan jiwanya. Yesus tetap meminta kita, sebagaima-
na yang dilakukan-Nya bagi Petrus pada hari itu, “mengapa engkau bimbang?”
(Mat. 14:31). Sebagaimana yang dilakukan oleh murid-murid itu, kita perlu untuk
meresponsnya dalam ibadah, dengan mengatakan: “Sesungguhnya Engkau Anak
Allah” (Mat. 14:33).
Pengalaman kehidupan Petrus yang lain juga mengungkapkan perjuangannya
yang berkesinambungan dengan kemandirian (perasaan akan kemampuannya sen-
diri) dan kelambanannya untuk mempelajari pelajaran yang coba diajarkan oleh
Kristus kepadanya. Hanya pada saat ia merendahkan hati dan hancur setelah peno-
lakan-Nya terhadap Yesus baru dia benar-benar bertobat. Setelah itulah kemudian
dia menyerahkan sepenuhnya kepada kecukupan Kristus, siap untuk menjadi alat
di tangan Kristus untuk pemenuhan misi-Nya.
Untuk Guru: Tujuan pelajaran ini adalah memimpin UKSS untuk tidak perca-
ya hanya kepada kecukupan mereka sendiri dan belajar untuk mengandalkan hanya
kepada kecukupan Kristus.
Diskusi Pembuka: Ajaklah UKSS untuk membaca Matius 14:25-33. Bahaslah
keadaan di manakah peristiwa itu terjadi (Mat 14:13-24) dan apakah yang seharus-
nya diambil Petrus dari peristiwa ini. Mintalah UKSS untuk mempertimbangkan
peristiwa di dalam hidup mereka yang cenderung mengarah pada rasa percaya diri.
Ajaklah mereka untuk mengingat kembali bagaimana segala sesuatu berubah se-
belum mereka menyerahkan diri kepada kepemimpinan dan kuasa Kristus dalam
hidup mereka. Berdasarkan peristiwa berikutnya dalam kehidupan Petrus, sebe-
rapa efektifkah dia belajar pelajarannya di sini? Seberapa efektifkah kita belajar
pelajaran dalam memercayai kekuatan dan kecukupan Kristus dalam pengalaman
kita sebelumnya? Mengapakah Yesus tidak menyerahkannya kepada kita hanya
oleh
karena kita tidak belajar pertama kali sebelumnya?
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Beberapa poin penting yang dikembangkan dalam Lukas 5:1-
11 yang perlu ditekankan kepada anggota UKSS. Siapakah yang dipanggil Yesus
untuk diperlengkapi-Nya; dengan kekuasaan itu dari Dia. Orang-orang yang di-
panggil-Nya adalah para nelayan profesional, tetapi Dia memanggil mereka untuk
belajar menjadi penjala manusia, suatu tugas yang untuknya mereka telah diper-
lengkapi. Yesus memberikan bukti bahwa Dia merupakan seorang yang profesion-
al dalam hal menangkap ikan. Jika orang yang dipanggil-Nya percaya kepadaNya
bukan pada metode mereka sendiri, Dia akan memberikan keberhasilan kepada
mereka dalam menangkap ikan. Mereka harus mengakui Keilahian-Nya dan keti-
Komentar Alkitab
I. Panggilan untuk Pelayanan
(Tinjau Kembali Lukas 5:1–11 Bersama UKSS Anda.)
Sebagai seorang nelayan yang profesional, Petrus menjalani kehidupannya di
atas air. Dia mengetahui apa saja yang harus diperlukannya dalam menangkap
ikan, dengan demikian dia sangat yakin akan hal itu. Dia juga mengetahui bahwa
manusia tidak dapat berjalan di atas air. Yesus menjungkirbalikkan semua penge-
tahuan dan rasa percaya diri Petrus. Untuk dapat menangkap ikan secara efektif,
seseorang harus memiliki kuasa untuk mengalahkan alam. Hanya Yesus saja yang
memiliki kuasa itu. Dia menunjukkan hal itu dengan cara memenuhi jala Petrus
dengan tangkapan ikan yang melimpah setelah Petrus berusaha untuk menangkap
ikan sepanjang malam tetapi tidak mendapatkan apa pun. (Selanjutnya, Yesus juga
menunjukkan kuasa-Nya lagi dengan berjalan di atas air.) Petrus perlu untuk me-
nyadari dan mengakui Keilahian Yesus dan ketidaklayakan dirinya sendiri sehing-
ga dia dapat bekerja sama dengan Dia (Lukas 5:8). Petrus juga perlu belajar untuk
memercayai Yesus apabila Dia memberikan suatu perintah atau petunjuk, oleh ka-
rena Juruselamat selalu mengetahui dengan tepat apa yang sedang dilakukan-Nya
dan Dia berkuasa untuk mengeksekusi kehendak-Nya sendiri. Petrus juga perlu
untuk meninggalkan semua alat dan metodenya dalam mengikuti Yesus, belajar
dari Tuan penjala pria dan wanita (Lukas 5:10, 11).
Pertimbangkanlah Hal Ini: Sudah seberapa berhasilkah kita dalam menjala
manusia dengan kekuatan kita sendiri, menggunakan metode manusia belaka?
Betapa kita akan lebih berhasil seandainya kita percaya kepada metode dan ku-
asa Kristus, dan mengapa?
II. Panggilan untuk Mengakui Kristus
(Tinjau kembali Matius 16:13–19 Bersama UKSS.)
Yesus mengundang para murid-Nya untuk mengakui kesadaran mereka tentang
identitas-Nya (“apa katamu, siapakah Aku ini?” [Mat. 16:15]). Petrus, yang dulu
pernah menjadi seorang jurubicara yang kurang ajar (cepat marah) bagi orang lain,
menyatakan pengakuannya bahwa Yesus adalah Kristus (Mesias), Anak Allah yang
hidup (Mat. 16:16). Yesus menyatakan bahwa Petrus bisa mengetahui kebenaran
ini hanya melalui wahyu dari Bapa (Mat. 16:17). Pengakuan ini tidak ada kredit
kepada Petrus, tetapi perlu digarisbawahi bahwa wawasan Ilahilah yang menda-
tangkan kesimpulan yang seperti itu. Sayang, tampaknya Petrus lebih memercayai
dirinya, dan lebih bergantung, kepada kebenaran pemahaman dirinya sendiri dari-
pada terhadap Kristus dan missi-Nya (Mat. 16:21–23).
Pertimbangkanlah Hal Ini: Bagaimanakah kita dapat memastikan bahwa kita
mengetahui identitas sejati Kristus sebagai Mesias? Bagaimanakah kita bisa men-
capai pengetahuan yang lebih intim tentang Dia dan apa yang mampu dicapai-Nya
dalam hidup kita?
ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Ingatkan UKSS bahwa bagi Petrus pengalamannya tidak unik
. Dia hanyalah seorang yang berani dan lebih vokal dalam menegaskan dirinya
dalam berbagai situasi daripada teman-temannya para murid lainnya; jadi, ia me-
nerima lebih banyak perhatian di dalam Injil. Tak satu pun dari para murid menger-
ti apa yang Yesus beritahukan kepada mereka tentang misi-Nya (Luk. 9:44, 45).
Sama seperti Elia (Yak. 5:17), mereka adalah manusia dengan berbagi kelemahan
yang sama yang kita semua lakukan dan memerlukan kuasa Ilahi yang sama untuk
menang atas kelemahan tersebut.
Pertanyaan Pemikiran:
;; Kesamaan umum apakah yang saya miliki seperti yang dimiliki Petrus? Apa-
kah potensi saya untuk baik atau jahat?
;; Bagaimanakah saya bisa diperkuat dengan mengingat kembali bahwa Yesus
berdoa untuk saya, sehingga ketika saya diubah, saya bisa, dan pada gilir-
annya akan, menguatkan saudara-saudara saya?
Kegiatan: Ajaklah UKSS untuk mempertimbangkan agar berdoa khusus bagi
mereka-mereka yang ada di gereja, termasuk anggota-anggota yang bergumul de-
ngan pencobaan-pencobaan Setan. Doronglah satu sama lain untuk setia.
Kegiatan Alternatif: Diskusikanlah bersama UKSS mengenai panggilan
kepada pemuridan (menjala manusia) yang dilakukan Yesus kepada Petrus, An-
dreas, Yakobus dan Yohanes, dalam Lukas 5:1–11 (bandingkanlah dengan Mat.
4:18–22). Rencanakan satu proyek UKSS yang termasuk di dalamnya menarik
orang-orang kepada jala Injil.
ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Di sini kita berkesempatan untuk berhubungan dengan kehidup-
an dan pengalaman Petrus. Perhatikanlah bagaimana cara Yesus menjangkau untuk
mendukung Petrus bukan untuk mengkritik dia atas kegagalan-nya, bahkan ketika
Yesus telah memprediksi kegagalan itu. Pengalaman apa yang bisa dipetik oleh
anggota UKSS sebagai bukti bahwa Yesus hadir untuk mendorong mereka, meski-
pun mereka sering gagal?
Kegiatan: Jika alat peraga tersedia, buatlah sebuah grafik, tentang naik turun-
nya, kesuksesan dan kegagalan, dalam kehidupan Petrus, seperti yang tercatat da-
lam Perjanjian Baru. Sebagai alternatif lainnya, jika alat peraga tidak tersedia, min-
talah UKSS membuat daftar aspek-aspek kehidupan Petrus. Pola bagaimanakah
yang muncul? Apakah hubungan pola yang ada itu dengan pengalaman pertobatan
Petrus? Bagaimanakah hal ini boleh menjadi suatu pelajaran bagi kita.
Warisan
Yang Tidak Dapat Binasa
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 1 Ptr. 1:1, 2; Yoh. 3:16;
Yeh. 33:11; 1 Ptr. 1:3–21; Im. 11:44, 45; 1 Ptr. 1:22–25.
Ayat Hafalan: ”Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan
kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persau-
daraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh sa-
ling mengasihi dengan segenap hatimu” (1 Petrus 1:22).
S
etiap kali kita mempelajari Alkitab, terutama ketika memusatkan per-
hatian pada satu kitab atau pun satu bagian dari sebuah kitab, sedapat
mungkin ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab.
Pertama, alangkah baiknya untuk mengetahui siapa target pembacanya. Ke-
dua, mungkin juga yang lebih penting lagi, alangkah baiknya untuk mengeta-
hui apa alasan yang tepat sehingga tulisan itu ditulis. Apakah isu utama (jika
ada) yang penulis hendak utarakan (seperti surat Paulus kepada Jemaat di Ga-
latia berhubungan dengan kesalahan teologis yang sedang diajarkan mengenai
keselamatan dan hukum)? Sebagaimana kita ketahui, kebanyakan Kitab Per-
janjian Baru ditulis dalam bentuk surat, dan biasanya seorang menulis surat
supaya dapat menyampaikan pekabaran tertentu kepada penerima surat itu.
Dengan kata lain, ketika kita membaca Kitab Petrus, alangkah baiknya un-
tuk mengetahui, sebanyak mungkin, konteks historis suratnya. Apakah yang
dia katakan, dan mengapa? Dan tentu saja, yang terpenting dari semuanya: Na-
sihat apakah yang dapat kita ambil darinya (sebagaimana juga kepada mereka,
atas inspirasi, surat itu ditulis)?
Dan sebagaimana yang segera kita lihat, walau dalam beberapa ayat perta-
ma, Petrus memiliki banyak kebenaran penting untuk dinyatakan kepada kita
sekarang ini, yang telah ditulisnya berabad-abad yang lalu.
Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti:1 Petrus 1:3–9, 13–21
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Menyadari bahwa di dalam Kristus orang-orang percaya te-
lah dilahirkan kembali ke dalam suatu pengharapan yang hidup melalui ke-
bangkitan Yesus Kristus.
Merasakan: Mengalami sukacita keselamatan.
Melakukan: Hidup sebagai bagian dari umat perjanjian Allah, yang di-
panggil Allah untuk menghidupkan iman, pengharapan, kasih, dan keku-
dusan.
Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 1 Petrus 1:3–5
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Melalui rahmat Allah, kita te-
lah menerima kelahiran baru, yang memimpin kepada pengharapan melalui ke-
bangkitan Yesus Kristus dari kematian. Pengharapan ini menjanjikan kita suatu
warisan yang kekal, tanpa noda,dan yang tidak dapat binasa. Allah telah meren-
canakannya di surga bagi kita yang telah dipelihara (dijaga) oleh kuasa-Nya me-
lalui iman untuk keselamatan yang akan segera dinyatakan pada saat kedatangan
Kristus. Kita menemukan sukacita yang besar dalam pengharapan ini, bahkan
ketika kita mengalami berbagai cobaan. Pembangunan tabiat kita di dalam dan
melalui pencobaan ini akan menghasilkan pujian, kemuliaan, dan kehormatan
bagi Allah apabila Kristus dinyatakan.
Untuk Guru: Tampak jelas bahwa Petrus menulis, dalam 1 Petrus 1:1, un-
tuk orang-orang yang tersebar di seluruh provinsi Asia Kecil, entah oleh karena
penganiayaan ataupun oleh karena untuk tujuan ditempatkan kembali oleh pe-
nguasa Romawi. Dalam kedua kasus ini, rumah mereka pasti sudah dirampas
dan mereka merasa seperti orang asing yang berada di antara masyarakat yang
asing. orang seperti itu perlu pengharapan dalam sebuah warisan yang abadi.
Petrus menawarkan harapan semacam itu untuk para pembacanya.
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS untuk membaca Mazmur 64. Diskusikan
mengenai suasana di mana mazmur Daud ini tampaknya ditulis dan bagaimana
para pembaca Petrus mungkin telah mengenal perasaan Daud yang dikucilkan
dan keinginan untuk harapan dan keselamatan dari Allah. Doronglah anggota
UKSS untuk mengingat saat-saat ketika mereka mungkin merasakan perasaan
yang sama yaitu ketika hak mereka dari komunitas mereka dicabut dan keingin-
an untuk berharap pada Allah dan keselamatan-Nya. Apakah janji Alkitab yang
telah memberikan pengharapan dan sukacita pada saat seperti itu?
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Komentator Karen H. Jobes berpendapat yang cukup meyakin-
kan sehubungan program kolonisasi Romawi di bawah Kaisar Claudius sebagai
penjelasan yang masuk akal untuk deskripsi Petrus tentang penerima suratnya
sebagai “orang asing yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia, dan Bi-
tinia” (1 Ptr. 1:1). “Seluruh kitab 1 Petrus keduanya (1 Ptr. 1:1; bandingkan de-
ngan 1 Ptr. 5:13) dan juga penuh dengan istilah buangan dan keterasingan.”—1
Peter, Baker Exegetical Commentary on the New Testament (Grand Rapids,
Mich.: Baker Academic, 2005), hlm. 39. Jika teori ini benar, orang-orang per-
caya yang dimaksudkan Petrus mungkin tidak memiliki kewarganegaraan Ro-
mawi yang melindungi mereka dari apa yang paling mungkin yaitu dibuang
atau diasingkan dengan paksa dan untuk kepentingan menambah jumlah jajahan
kaisar yang baru didirikan di Asia Kecil. Gambaran Petrus tentang keadaan me-
Komentar Alkitab
I. Dipilih oleh Pengetahuan Allah Sebelumnya
(Tinjau Kembali 1 Petrus 1:1, 2 Bersama UKSS Anda.)
Petrus menyapa para penerima surat pertamanya dengan mengingatkan mere-
ka bahwa meskipun mereka merupakan orang asing di provinsi di mana mereka
tinggal saat itu, Allah telah memilih mereka sesuai dengan ramalan Ilahi-Nya.
Mereka telah ditetapkan oleh Roh Allah untuk tujuan khusus, yaitu, untuk taat
dan untuk dipercik dengan darah Yesus Kristus. Yang terakhir ini tampaknya
menjadi perumpamaan bagi pembentukan perjanjian Musa di mana orang-orang
berjanji untuk taat kepada perjanjian. Perjanjian itu kemudian disahkan oleh
percikan darah korban yang mewakili umat manusia (lihat Kel 24:3-8). Petrus
kemudian menyatakan kepada para pembacanya satu permintaan atas kasih ka-
runia dan damai sejahtera bersama mereka dalam ukuran yang penuh.
Pertimbangkan Hal Ini: Dalam cara apakah kita boleh dianggap sebagai
orang asing di dunia ini? (Lihat Ibr. 11:9, 10, 13–16.) Bagaimanakah kita bisa
membuktikan panggilan kita dan status kita melalui gaya hidup kita?
ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Ingatkan UKSS atas pengalaman tokoh Alkitab lainnya—se-
perti Abraham, Yusuf, Daud, dan Daniel—yang melewati pengalaman menjadi
orang asing di tanah asing dan yang belajar untuk mengandalkan janji Allah un-
tuk suatu warisan yang tersedia di masa mendatang. Ajaklah UKSS untuk mem-
baca secara bersama-sama Ibrani 11:8–10, 13–16, dan diskusikanlah sikap yang
menanamkan iman dan pengharapan pada para Bapa (leluhur). Bandingkanlah
keadaan kita sendiri, sebagaimana yang disinggung dalam Ibrani 11:39, 40.
Pertanyaan Pemikiran:
;; Apakah intisari Injil yang disampaikan oleh para nabi Perjanjian Lama dan
yang dinyatakan oleh Roh Kudus?
;; Apakah beberapa cara di mana Anda sadar akan harga yang harus dibayar
untuk menebus kita dari cara hidup kita yang hampa ? Perbedaan apakah
yang dibuat oleh pengetahuan ini yang membuat bagaimana kita seharus-
nya hidup?
;; Dengan cara apakah kita mengalami sukacita keselamatan kita setiap hari?
Kegiatan: Ambillah waktu beberapa menit untuk membagikan kesaksian
mengenai pengharapan yang dialami oleh anggota UKSS sebagai suatu akibat
dari menemukan sukacita keselamatan dalam Kristus.
ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Banyak orang merasa sulit untuk mengetahui bagaimana ber-
saksi kepada orang lain mengenai pengharapan dan sukacita keselamatan. Per-
tama, seseorang perlu mengalami harapan dan sukacita itu dalam cara yang
penuh arti. Mungkin akan membantu dengan cara mempraktikkannya dengan
membagikan kepada satu sama lain sebelum mencoba untuk membagikannya
kepada orang asing. Kelas Sekolah Sabat adalah suatu kesempatan untuk berla-
tih berbagi sampai seseorang merasa nyaman untuk mengetahui apa yang harus
dilakukan dan dikatakan.
Kegiatan: Berikan kesempatan bagi anggota UKSS untuk mendapatkan
pengalaman dalam menyaksikan iman mereka dengan menciptakan situasi dra-
ma di mana seorang anggota bersaksi kepada satu sama lain seolah-olah dia
bersaksi kepada masyarakat. Mulailah dengan anggota yang berpengalaman, ke-
giatan bersaksi dengan menjadi teladan; kemudian doronglah orang lain untuk
meniru teladan yang mereka lihat sampai mereka percaya diri.
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 1 Ptr. 2:1–3; Ibr. 4:12;
1 Ptr. 2:4–8; Yes. 28:16; Kel. 19:3–6; 1 Ptr. 2:5, 9, 10.
Ayat Hafalan: “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang ra-
jani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah
memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang aja-
ib” (1 Petrus 2:9).
K
arena sangat terlibat dengan budaya, agama, dan sejarah Yahudi, Petrus
menghubungkan orang Kristen yang dia surati sebagai “bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri.” Dengan demikian, dia meng-
gunakan bahasa perjanjian yang Perjanjian Lama gunakan menunjuk kepada
bangsa Israel kuno, digunakannya di sini untuk gereja Perjanjian Baru.
Dan tidak heran: Orang-orang dari bangsa lain yang percaya kepada Ye-
sus telah dicangkokkan kepada umat perjanjian Allah. Mereka juga sekarang
mendapat bagian dari janji-janji perjanjian itu. “Karena itu apabila beberapa
cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di an-
taranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah,
janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu berme-
gah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu
yang menopang kamu. (Rm. 11:17, 18)
Dalam ayat-ayat pekan ini, Petrus menunjukkan kepada pembacanya tang-
gung jawab kudus dan panggilan penting yang mereka miliki sebagai umat
perjanjian Allah, mereka yang (menggunakan bahasanya Paulus) telah dicang-
kokkan ke pohon zaitun. Dan tanggung jawab itu di antaranya adalah sama
dengan apa yang bangsa Israel kuno miliki—memproklamasikan kebenaran
agung keselamatan yang ditawarkan di dalam Tuhan.
Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 1 Petrus 2:4, 5, 9, 10
ÂÂAnggota Kelas Akan:
Mengetahui: Memahami panggilan yang mulia bahwa dia (pria dan wani-
ta)menjadi umat perjanjian Allah.
Merasakan: Menghargai status khusus yang oleh mana Allah telah me-
manggil umat perjanjian-Nya —“bangsa yang terpilih, imamat yang rajani,
bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah” (1 Ptr. 2:9).
Melakukan: Memilih untuk memenuhi tujuan untuk mana Allah telah me-
manggil umat-Nya.
Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 1 Petrus 2:4, 5
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Kita mendapatkan identitas
rohaniah kita dari Kristus, Batu yang hidup, suatu fondasi yang dipilih dan
yang sangat berharga. Sebagai batu yang hidup yang digali dari tambang yang
sama (Yes 51:1), kita sedang dibangun ke dalam rumah rohani dengan maksud
untuk dipersembahkan sebagai persembahan rohani yaitu imamat rajani yang
diterima Allah melalui Yesus. Di dalam rahmat, Allah memilih kita bagi diri-
Nya menjadi imamat yang rajani dan bangsa yang kudus di mana kita dapat
menyatakan pujian untuk Dia yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan
kepada cahaya-Nya yang ajaib. Pernyataan perjanjian ini mengingatkan kita
pada Keluaran 19:5, 6, menciptakan sebuah kesinambungan di antara umat
perjanjian Allah dalam Perjanjian Lama dan umat perjanjian-Nya dalam Per-
janjian Baru.
Untuk Guru: Sangat penting untuk memberikan perhatian pada bagian ini
kepada kutipan dan kiasan Petrus, dari Perjanjian Lama. Petrus menarik, ma-
sing-masing, dari Yesaya 28:16; Mazmur 118: 22; Yesaya 8:14; dan Keluaran
19:5, 6. Pelajari dan selidikilah ayat-ayat ini dan bagaimana Petrus menggu-
nakan ayat-ayat ini untuk mengajarkan kebenaran yang diperlukan oleh para
pembaca untuk dipahami. Bagaimanakah Yesus menggunakan ayat-ayat batu
merujuk kepada diriNya sebagai Mesias yang ditolak? (Lihat Mat. 21:42, Mrk.
12:10, Luk. 20:17). Bagaimanakah Petrus menggunakan ide yang sama dalam
Kisah Para Rasul 4:11? Apakah manfaatnya Paulus membuat ide ini dalam
Efesus 2:20? Kiasan apakah dalam Keluaran 19:5, 6 yang tampaknya dibuat di
dalam Wahyu 1:6; 5:10; 20:6?
Diskusi Pembuka: Ajaklah UKSS membaca secara bersama-sama 1 Petrus
2:4–6 dan Yesaya 51:1. Diskusikanlah implikasi hubungan antara Batu yang
Hidup, yaitu fondasi yang telah dipilih dan yang sangat berharga, dan batu
yang hidup yang dibangun bersama-sama ke dalam rumah rohaniah sehingga
mereka boleh mempersembahkan persembahan rohani yang berterima kepada
Allah melalui Yesus Kristus.
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Pertimbangkanlah peralihan yang terjadi antara ayat 1 Petrus
2:1-3, 4, 5. Ayat 1-3 menyimpulkan bagian sebelumnya,yang berbicara tentang
kelahiran baru “firman Allah, yang hidup, dan yang kekal” (1 Ptr. 1:23). Para
pembaca Petrus dikatakan, “seperti bayi yang baru lahir,” yang “selalu ingin
akan air susu murni, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamat-
an, jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Allah” (1 Ptr. 2:2, 3).
Komentar Alkitab
I. Bayi yang Sangat Membutuhkan Susu Rohani yang Murni
(Tinjau Kembali 1 Petrus 2:1–3 Bersama UKSS Anda.)
Petrus menuntut mereka yang telah dilahirkan kembali melalui firman Al-
lah (1 Ptr. 1:23) dan telah merasakan bahwa Tuhan itu adalah baik (1 Ptr. 2:
3). Sebagai bayi yang baru lahir, untuk mendambakan, susu rohani yang murni
yang akan menghasilkan pertumbuhan rohani dalam diri mereka. Sebuah pa-
ralel dengan 2 Petrus 3:18 dapat menunjukkan bahwa susu rohani yang murni
adalah pengetahuan tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan penerimaan akan
anugerah-Nya. (Di sini Petrus bertanggung jawab untuk memohonkan susu ro-
hani yang murni tidak harus dilihat sebagai sesuatu yang bertentangan dengan
kecaman Paulus, dalam 1 Korintus 3: 1, 2 dan Ibrani 5: 12-14, tentang mereka
yang gagal untuk beralih kepada makanan keras ketika mereka tumbuh. Petrus
sedang berbicara dalam konteks kelahiran baru.)
Pertimbangkan Hal Ini: Apakah ciri-ciri kedewasaan rohani yang diidenti-
fikasi oleh Petrus, apakah saya mewujudkannya dalam kehidupan rohani saya
sendiri? Bagaimanakah saya bisa membuat bahwa mempelajari Firman Allah
adalah merupakan prioritas bagi saya?
Hubungan Sosial
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 1 Ptr. 2:13–23; 1 Ptr.
3:1–7; 1 Kor. 7:12–16; Gal. 3:27, 28; Kis. 5:27–32; Im. 19:18.
Ayat Hafalan: “Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh se-
orang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa”(1
Petrus 4:8).
S
urat Petrus juga menangani secara langsung beberapa pertanyaan sosial
yang sulit pada waktu itu. Misalnya, bagaimana orang Kristen harus hi-
dup dengan pemerintahan yang menindas dan korup, yang kebanyakan
dari mereka mengalaminya: Kekaisaran Romawi kafir? Apakah yang Petrus
katakan kepada pembacanya, dan apakah maksud dari nasihatnya bagi kita se-
karang ini?
Bagaimanakah seharusnya budak-budak Kristen merespons ketika tuannya
memperlakukan mereka dengan kasar dan tidak adil? Meskipun hubungan
pemberi kerja dan pekerja modern berbeda dengan yang ada di abad pertama,
hubungan tuan dan budak, apakah yang Petrus katakan yang pasti bergema
kepada mereka yang harus berurusan dengan bos-bos yang keterlaluan. Begitu
menarik bahwa Petrus menunjuk kepada Yesus dan bagaimana Dia merespons
perlakuan buruk menjadi contoh bagaimana orang Kristen lakukan sendiri ke-
tika berhadapan dengan situasi yang sama (1 Ptr. 2:21-24).
Bagaimanakah seharusnya para suami dan para istri berinteraksi satu sama
lain, terutama ketika mereka berbeda pada sesuatu yang mendasar seperti ke-
yakinan agama?
Akhirnya, bagaimanakah orang Kristen seharusnya berhubungan dengan
aturan sosial ketika, dalam kenyataannya, aturan sosial dan/atau politik bisa
saja terbukti korup dan bertentangan dengan iman Kristen?
Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 1 Petrus 2:13–17
ÂÂAnggota UKSS akan:
Mengetahui: Mengakui bahwa Allah telah menetapkan berbagai tingkatan
otoritas di dalam dunia ini dan bahwa orang Kristen diwajibkan untuk tun-
duk kepada semua otoritas yang telah ditetapkan.
Merasakan: Menghargai sistem keteraturan dan otoritas Allah dan merasa
bertanggung jawab tunduk kepada hal tersebut.
Melakukan: Mengikuti nasihat Petrus dan teladan Yesus mengenai bagai-
mana orang percaya itu harus berhubungan dengan otoritas yang telah ter-
bangun.
Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 1 Petrus 2:13-15
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Jika kita mengikuti teladan
Yesus, serta dari contoh orang-orang yang beriman lainnya dalam Alkitab, kita
akan menemukan bahwa Allah telah menetapkan berbagai tingkat kewenang-
an yang mana kita diminta untuk tunduk sebagaimana mestinya, sesuai dengan
kehendak-Nya (1 Ptr. 2:15) dan “demi Tuhan” (1 Ptr. 2:13). (Paulus memberi-
kan instruksi yang sangat mirip dalam Roma 13, Efesus 5:21-6:9, dan Kolose
3:18-4:1) Orang percaya diharapkan menjadi model perilaku yang baik untuk
kemuliaan Allah dengan tunduk kepada pihak berwenang, baik di lingkungan
pemerintahan sipil, dalam hubungan pekerjaan, atau di rumah dan di gereja.
Untuk Guru: Sementara topik pelajaran ini dibahas, akan sangat membantu
untuk mengkaji paralel yang dijelaskan di atas di dalam tulisan-tulisan Paulus
untuk tujuan melihat gambaran kanonikal yang besar. Roma 13: 2 berbicara sa-
ngat tegas tentang orang-orang yang menolak otoritas bahwa Allah telah mene-
tapkan dan bagaimana mereka akan dihakimi (bandingkan dengan 1 Ptr. 2:9,
10; Yudas 6, 8). Kelas harus mendiskusikan konsekuensi dari nasihat tersebut
untuk semua hubungan antar manusia.
Diskusi Pembuka: Ajaklah UKSS untuk membaca 1 Petrus 2:13-15 dan
Roma 13:1-5 secara bersama-sama. Diskusikan secara paralel kedua bagian ini
dan bagaimana kedua ayat tersebut mendukung dan saling memperkuat satu
sama lain. Dalam berbagai cara apakah ayat-ayat tersebut memperkenalkan Al-
lah dan kehendak-Nya ke dalam gambaran itu? Apakah ayat-ayat ini memberi
wewenang secara menyeluruh kepada individu, atau kepada kedudukan atau po-
sisi yang mereka pegang? Jelaskan. Kepada otoritas yang lebih tinggi apakah
orang-orang ini, pada gilirannya, diharapkan akan tunduk?
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Bandingkanlah 1 Petrus 2:16 dengan Galatia 5:13. Apakah
poin yang dibuat oleh kedua bagian ini? Bahaya apakah yang ada bilamana kita
berpikir bahwa kita bebas dari semua kekangan atau hukum? Lihat 2 Petrus 18-
20. Diskusikanlah secara bersama-sama argumen Paulus, dalam Roma 6:15-22,
tentang manfaat menjadi hamba kebenaran sebagai lawan dari menjadi hamba
dosa. Bagaimana cara berpikir seperti ini dimainkan ke dalam diskusi yang lebih
besar dalam 1 Petrus mengenai tunduk kepada penguasa? Mengapakah Petrus
mengakhiri ayat 16, yang dimulai dengan “hidup sebagai orang merdeka” (NIV),
dengan mengatakan, “Hidup sebagai hamba Allah “? Bagaimanakah kita harus
memahami antimoni ini?
Komentar Alkitab
I. Hubungan Karyawan Majikan
(Tinjau Kembali 1 Petrus 2:18-20 Bersama UKSS Anda.)
Setelah membahas ketaatan pada otoritas, secara umum, terutama otoritas
sipil, Petrus beralih kepada isu mengenai hubungan antara hamba tuan, yang
membicarakan mengenai hubungan modern antara majikan karyawan. Istilah
doulos mencakup berbagai jenis fungsi hamba, atau budak, akan tetapi yang pa-
ling umum adalah mengacu kepada satu individu yang bekerja untuk melunasi
utang. Dalam setiap kasus, doulos berutang kesetiaan, rasa hormat, dan pelayan-
an, setia kepada tuan untuk siapa dia bekerja. Apa yang diharapkan/direncana-
kan oleh majikan tidak didasarkan pada seberapa baik hamba itu diperlakukan
tetapi berdasarkan otoritas majikan dan tanggung jawab hamba itu untuk tunduk
kepada otoritas itu. Tunduk, meskipun diperlakukan dengan cara kasar, diang-
gap terpuji karena ia menunjukkan kesadarannya akan Allah sebagai Majikan
yang utama atau yang memiliki kewenangan akhir (bandingkan dengan Efesus
6:5-9).
Pertimbangkanlah Hal Ini: Apakah efek yang akan ada terhadap hubungan
saya dengan majikan saya bagi orang-orang yang memperhatikan tindakan saya
setiap hari sebagai orang percaya?
II. Teladan Kristus
(Tinjau Kembali 1 Petrus 2:21-25 Bersama UKSS Anda.)
Petrus menegaskan bahwa para pembacanya yang telah mengalami penderi-
taan karena berbuat baik telah dipanggil untuk mengikuti teladan Kristus, yang
menderita bagi mereka karena berbuat baik. “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu
tidak ada dalam mulutnya” (1 Ptr. 2:22). Di sini Petrus mengutip dari Yesaya
53:9 sebagai bukti bahwa Kristus telah berbuat baik, dan menambahkan,”Ketika
Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita,
Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi
dengan adil” (1 Ptr. 2:23). Kemudian Petrus meminjam sekali lagi dari nubuatan
Mesianik dalam Yesaya 53, disimpulkan, dalam ayat 24 dari suratnya, “Ia sendi-
ri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang
telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu
telah sembuh.”
Korban pengganti yang dibuat oleh Yesus bagi kita meletakkan kepada kita
suatu kewajiban untuk berperilaku dengan kerendahan hati yang sama seperti
yang Ia lakukan dan dengan kesiapan untuk menderita untuk melakukan apa
yang benar. Alasannya Petrus, dalam 1 Petrus 2:25, menjelaskan bahwa meski-
pun masa lalu kita seperti domba yang tersesat, tetapi sekarang kita telah kem-
bali pada Gembala dan Penilik jiwa kita, dan kita memiliki kewajiban untuk
mengikuti jejak-Nya, seperti yang dilakukan oleh domba ketika mereka memi-
liki hubungan yang bermakna dengan gembala.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Yesus mengalami penderitaan dengan cara te-
tap terfokus-Nya kepada tujuan (Ibr. 12:2). Apakah tujuan yang dapat memban-
50 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus
PENUNTUN GURU
tu kita untuk berhasil bertahan sebagaimana yang Dia alami?
III. Hubungan Suami Istri
(Tinjau Kembali 1 Petrus 3:1-7 Bersama UKSS Anda.)
Melanjutkan tema tentang ketaatan kepada otoritas yang telah ditetapkan, Pe-
trus mengalamatkan pembicaraannya kepada para istri, memerintahkan mereka
untuk tunduk kepada suami mereka. Nasihat ini sangat mirip dengan yang di-
berikan oleh Paulus, dalam Efesus 5:22-33 dan dalam Kolose 3:18, 19. Hanya
saja di sini pembicaraan Petrus secara eksplisit mencakup istri dengan suami
yang kafir, yang memperluas aplikasinya bahkan lebih jauh lagi. Dia berpenda-
pat bahwa suami yang kafir dapat dimenangkan kepada Kristus, tanpa kata-kata,
melalui perilaku istri mereka yang baik, murni dan hidup mereka yang saleh (1
Ptr. 3:1, 2).
Petrus melanjutkan dengan membahas keindahan karakter Kristen—“roh
yang lemah lembut dan tenteram” (1 Ptr. 3:3, 4)—bahwa istri sebaiknya me-
nunjukkan, hal-hal yang sifatnya berlawanan dengan penampilan luar seperti
menghiasi rambut , pakaian, dan menggunakan perhiasan. Kemudian ia mengu-
tip contoh “wanita-wanita beragama zaman dahulu” (1 Ptr. 3:5), seperti Sarah,
yang hormat kepada suami dan menaati mereka, menunjukkan rasa hormat de-
ngan melakukan apa yang benar (1 Ptr. 3:6). Akhirnya, Petrus membahas me-
ngenai suami yang, “dengan cara yang sama,” adalah menjadi perhatian un-
tuk istri mereka, memperlakukan mereka “[dengan kelembutan yang besar dan
bijaksana, dan dengan cerdas memperhatikan hubungan pernikahan], sebagai
seseorang yang secara fisik lebih lemah, karena dia adalah seorang wanita. Be-
rikan penghormatan dan penghargaan kepadanya “sebagai teman pewaris kasih
karunia yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang “(1 Ptr. 3:7).
Pertimbangkanlah Hal Ini: Ungkapan “lebih lemah.” dalam ayat 7 bagi be-
berapa terjemahan, tidak mengacu pada kelemahan fisik atau emosional. Hal ini
secara mengacu kepada piring (keramik) yang dibuat dengan cara yang halus.
Sangat besar kemungkinan itu adalah merujuk pada bagaimana laki-laki harus
memperlakukan para wanita, bagaimana berperilaku terhadap mereka karena
mereka berharga bagaikan sebuah keramik buatan Cina, yang harus ditangani
dengan sangat hati-hati dan jangan sampai rusak dengan cara yang sia-sia. Eks-
presi ini adalah merupakan penilaian positif tentang nilai seorang istri dan sikap
perhatian dan lembut, bagaimana dia harus diperlakukan. Bagaimanakah kita
mengukur nilai para wanita dalam kehidupan kita?
Pertanyaan Diskusi:
;; Bagaimanakah kita harus memperlihatkan rasa hormat kepada otoritas si-
pil yang mungkin saja tidak akan berfungsi sebagaimana seharusnya yai-
tu selaras dengan prinsip-prinsip melakukan dengan baik dan menghukum
yang bersalah?
;; Mengapakah tidak sah untuk menggunakan 1 Petrus 2:18-20 untuk menco-
ba untuk membenarkan perbudakan?
;; Apakah hal spesifik yang dimaksudkan Petrus dalam pembahasannya ten-
tang hubungan suami istri?
Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 51
PENUNTUN GURU
ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Ketika Petrus mengatakan, dalam 1 Petrus 2:17, “Tunjukkan-
lah hormat kepada semua orang,” ia mengidentifikasi tiga kelompok khusus se-
lain hamba dan majikan dan suami dan istri yang kemudian ia bahas langsung.
Hal ini ialah mengenai keluarga (orang beriman), kaisar, dan Tuhan. Allah be-
rada pada tingkat yang sangat tinggi dan harus ditakuti atau menunjukkan hor-
mat dan penghormatan, ini akan meliputi ibadah. Kaisar, atau raja, merupakan
perwakilan otoritas tingkat tertinggi di bumi, dan ia harus dihormati atas otoritas
sipil lainnya. Keluarga orang beriman adalah semua orang yang berada pada
pokok (landasan) yang sama dengan diri kita sendiri, karena di dalam Kristus
“tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merde-
ka, tidak ada laki-laki dan perempuan, karena kamu semua adalah satu” (Gal
3:28). Kita harus mengasihi keluarga gereja ini dengan kasih Allah dan Kristus
yang rela mengorbankan diri (agape) . Bagaimanakah pengajaran ini merang-
kum maksud Petrus?
Pertanyaan Pemikiran:
;; Mengapakah penting bagi para pekerja yang beriman untuk tunduk dengan se-
gala hormat kepada atasan atau majikan bahkan seorang yang kasar dan tidak
adil, juga terhadap orang yang baik dan penuh perhatian?
;; Bagaimanakah cara saya bersikap jika saya merasa bahwa saya telah dipanggil
untuk mengikuti jejak Yesus dalam penderitaan karena melakukan apa yang benar?
;; Bagaimanakah saya memfokuskan untuk memiliki sebuah karakter yang indah
gantinya pada perhiasan luar? Bagaimanakah para wanita yang kudus pada za-
man dulu membuat diri mereka cantik, menurut Petrus?
Kegiatan: Biarkan UKSS membahas secara spesifik tentang penderitaan
Kristus demi kebenaran dan cara-cara di mana kita dapat mengikuti jejak-Nya.
ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Dalam pembahasan Paulus mengenai sikap tunduk kepada
satu sama lain (Efesus 5:21-6:9), ada empat contoh bagaimana kita tunduk yang
melibatkan hubungan di mana penyerahan adalah salah satu cara yang tidak
bersifat timbal balik: Istri kepada suami, gereja kepada Kristus, anak-anak ke-
pada orang tua, dan hamba atau budak kepada majikan. Suami tidak pernah
diperintahkan untuk tunduk kepada istri, atau Kristus kepada gereja, atau orang
tua kepada anak-anak, ataupun majikan kepada hamba. Otoritas dan kepatuhan
bekerja hanya dalam satu arah. Prinsip ini meliputi Kitab Suci, dan mencapai ke
surga (1 Kor 11:3). dan, dalam beberapa hal, menuju kekekalan (1 Kor. 15:28).
Kegiatan: Anjurkanlah UKSS agar membuat grafik yang merepresentasikan
hubungan dalam Kitab Suci yang melibatkan otoritas dan sikap tunduk, terma-
suk hubungan dalam kemanusiaan, antara bumi dan langit, dan di dalam kelu-
arga surgawi. Perhatikan ayat-ayat Alkitab yang mengidentifikasikan hubungan
tersebut. Amatilah bagaimana mereka itu sesuai dengan pola hubungan seperti
yang diidentifikasi oleh Petrus dalam pelajaran pekan ini
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 1 Ptr. 3:8–12; Gal.
2:20; 1 Ptr. 4:1, 2; Rm. 6:1–11; 1 Ptr. 4:3–11; 2 Sam 11:4.
Ayat Hafalan: “Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar,
dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, te-
tapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat” (1 Pe-
trus 3:12).
P
ara penulis Alkitab memahami realitas keberdosaan manusia. Bagaima-
na tidak? Dunia ini berbau dosa. Selain itu, mereka juga mengenal dosa
mereka sendiri (lihat 1 Tim. 1:15). Mereka juga tahu betapa seriusnya
dosa itu; setidaknya, memandang akibatnya—salib Yesus Kristus—untuk me-
nyelesaikan masalah dosa. Demikianlah betapa dalam dan meluasnya realitas
dosa itu sebenarnya.
Tetapi para penulis Alkitab juga sangat menyadari kuasa Kristus untuk
mengubah kehidupan kita dan menjadikan kita manusia baru di dalam Dia.
Pekan ini, Petrus melanjutkannya di jalur yang sama: Jenis kehidupan baru
yang orang Kristen akan temukan di dalam Kristus setelah mereka menyerah-
kan diri mereka kepada-Nya dan telah dibaptis. Bahkan, perubahan itu menjadi
begitu hebat sehingga orang lain akan memperhatikannya. Petrus tidak menga
takan bahwa perubahan ini akan selalu mudah; malah, ia berbicara menge-
nai perlunya menderita secara badani (1 Ptr. 4:1) untuk memiliki kemenangan
yang dijanjikan kepada kita.
Petrus melanjutkan tema yang tersebar di seluruh Alkitab, realitas kasih da-
lam kehidupan orang yang percaya Yesus. “Kasih,” tulisnya, “akan menutupi
banyak sekali dosa” (1 Ptr. 4:8). Ketika kita mengasihi, ketika kita mengam-
puni, kita memantulkan apa yang telah dan sedang dilakukan Yesus bagi kita.
Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 1 Petrus 3:8, 9; 4:7, 8
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Memahami bahwa menghidupkan kehidupan yang penuh
cinta, harmonis, kerendahan hati, dan kasih sayang adalah prioritas utama
setiap orang percaya.
Merasakan: Merasakan suatu tanggung jawab untuk meneladani contoh
yang diberikan Yesus dalam hidup bagi orang lain.
Melakukan: Memilih untuk menerima panggilan Kristus untuk menjalani
prinsip-prinsip pemerintahan Allah, di mana kasih adalah prinsip utama dan
yang mendasar.
Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 1 Petrus 4:1, 2
Kunci Utama Untuk Pertumbuhan Rohani: Yesus adalah teladan kita dalam
segala hal. Penderitaan yang dialami-Nya memampukan Dia untuk mengalah-
kan dosa (bandingkan dengan Ibr. 2:10; 5:8, 9). Penderitaan kita atas nama-Nya
akan memampukan kita juga untuk menang, jika kita belajar dan bertumbuh
dari pengalaman kita. Petrus menyatakan, “karena barangsiapa telah menderi-
ta penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa” (1 Ptr. 4:1). Pengalaman
pertumbuhan ini sangat jelas dalam konteks melakukan apa yang benar (1 Ptr.
2:20, 21; 3:14, 17). Orang tidak menderita karena melakukan apa yang benar se-
mentara pada saat yang sama menghargai kebiasaan berdosa. Hanya orang yang
berkomitmen untuk menjauhkan dosa dari kehidupan bersedia menderita karena
melakukan apa yang benar. Peringatan ini harus berfungsi sebagai pendorong
bagi para pembaca surat Petrus yang sedang mengalami penderitaan karena ke-
setiaan terhadap keyakinan mereka.
Untuk Guru: Banyak perdebatan yang telah dilancarkan terhadap konteks
penderitaan yang dimaksudkan oleh Petrus. Apakah itu hanya merupakan ke-
kerasan lisan, fitnah, dan pembicaraan yang berbahaya? Atau apakah itu juga
mencakup kekerasan fisik? Poin Petrus tidak difokuskan pada jenis pengania-
yaan tetapi mengapa terjadi penganiayaan. Karen Jobes mencatat bahwa bagi
Petrus, “takdir Kristus adalah juga merupakan takdir orang Kristen.” Mengenai
penyebab mengapa terjadi penganiayaan, ia mengamati, “Rasul itu dengan sak-
sama menetapkan jenis penderitaan dalam arti yang disebabkan hanya oleh ka-
rena memikul nama Kristus (4:14-16).”—1 Peter (Grand Rapids, Mich.: Baker
Academic, 2005), hlm. 45.
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS membaca 1 Petrus 3: 13-17 secara bersa-
ma-sama. Diskusikan apa yang diharapkan Petrus dari para pembacanya dalam
hal perilaku mereka sebagai saksi kepada orang-orang kafir. Kuncinya bagi me-
reka adalah untuk “menguduskan Kristus sebagai Tuhan” (1 Ptr. 3:15) di dalam
hati mereka dan untuk menjaga “hati nurani yang murni, supaya mereka, yang
memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu kare-
na fitnahan mereka itu” (1 Ptr. 3:16).
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Dalam pasal 3, ayat 8 dan 9, dari suratnya yang pertama, Pe-
trus menyimpulkan pembahasannya tentang bagaimana hidup di dalam dunia,
yang dimulai dalam pasal 2, ayat 11. Yang ditutup dengan ungkapan kepada de
telos (yang berarti “akhirnya,” “dalam kesimpulan,” atau “dalam ringkasan”),
Ia memohon kepada semuanya untuk menghidupkan kehidupan yang harmonis,
simpati, cinta, kasih sayang, dan kerendahan hati. Orang beriman jangan mem-
balas kejahatan dengan kejahatan atau penghinaan atas penghinaan. Sebaliknya,
Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 61
PENUNTUN GURU
mereka menerima berkat, karena mereka telah dipanggil kepada cara hidup se-
perti ini agar mereka bisa mewarisi berkat. Semua yang mengikuti, hingga ke
“Amin” pada akhir 1 Petrus 4:11, dalam konteks ini.
Komentar Alkitab
I. Mewarisi Berkat
(Tinjau Kembali 1 Petrus 3:8-12 Bersama UKSS Anda.)
Setelah meminta para pembacanya untuk menghidupkan kehidupan yang me-
nyerupai Kristus, Petrus mengutip dari Mazmur 34:12-16 untuk menjelaskan
bagaimana seseorang dapat mewarisi berkat bahkan ketika menghadapi perla-
wanan dari orang yang jahat. Rahasianya ada dua: Pertama, seseorang harus ber-
balik (beralih) dari membicarakan dan melakukan yang jahat dan, sebaliknya,
berbuat baik, mengejar kedamaian (1 Ptr. 3:10, 11). Kedua, kita harus percaya
bahwa Tuhan mendengar doa orang yang benar dan membela mereka dalam
menentang orang yang berbuat jahat (1 Ptr. 3:12). Daud, yang menulis Mazmur
34 saat melarikan diri dari orang-orang yang ingin menghancurkannya, belajar
bagaimana untuk percaya kepada Allah dan membalas kejahatan dengan kebaik-
an. Bacalah seluruh Mazmur dan renungkanlah perlakukan baik Daud terhadap
musuhnya, Raja Saul, dan berkat yang diwarisi Daud.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Apakah yang saya lakukan dalam hubungan
saya yang akan mengarahkan saya untuk mewarisi berkat?
ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Orang-orang Kristen sering disalahpahami oleh tetangga me-
reka dan di dalam masyarakat mereka. Pertemuan-pertemuan mereka sering di-
anggap sebagai upacara rahasia karena mereka berkumpul di rumah pribadi dan
menyembah dengan cara yang tidak biasa. Karena mereka memakan “tubuh”
dan minum “darah” dari seseorang yang mereka sembah dalam perayaan Perja-
muan Tuhan, mereka dituduh kanibal. Karena mereka memanggil satu sama lain
sebagai “saudara laki-laki” dan “saudara perempuan,” merayakan “pesta kasih,”
dan mencium satu sama lain bagaikan anggota keluarga dengan “ciuman kasih”
ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Banyak yang berjuang agar dapat diterima di lingkungan me-
reka atau yang menghadapi kesulitan dalam situasi sosial mereka mendapati
diri mereka berhadapan dengan masalah harga diri atau bahkan depresi. Mereka
yang spesialis dalam psikologi telah mengamati bahwa salah satu cara terbaik
untuk menangani masalah ini adalah menjangkau dan melayani orang lain. Su-
kacita dan kepuasan dalam melayani orang lain yang mungkin saja lebih buruk
dari kebutuhan diri sendiri memberikan dorongan kimiawi otak—seperti endor-
fin, dopamin, dan oxytocin—yang meningkatkan rasa kenikmatan seseorang,
kebahagiaan, dan kepuasan, dan membantu untuk mengurangi rasa sakit dan
stres. Manfaat bagi diri muncul ketika orang-orang yang telah melayani me-
nyampaikan penghargaan mereka. Petrus menasehati agar mengasihi satu sama
lain secara mendalam, untuk menawarkan keramahan kepada satu sama lain
tanpa mengeluh, dan menggunakan apapun anugerah yang telah diterima un-
tuk melayani orang lain adalah sangat sejalan, ini berarti mencapai berkat yang
dijanjikan.
Kegiatan: Doronglah UKSS untuk membuat daftar imperatif (sesuatu yang
harus) dan perintah dalam 1 Petrus 3:8-4:11, bersama daftar lainnya tentang
manfaat dan berkat yang dapat diharapkan oleh seseorang untuk ditambahkan
sebagai hasil menjalankan petunjuk. Diskusikan satu atau dua tindakan yang
dapat diambil oleh UKSS dalam rangka menerapkan nasihat-nasihat yang dite-
mukan dalam pelajaran ini.
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 1 Ptr. 1:6; 3:13–22; 2
Tim. 3:12; 1 Ptr. 4:12–14; Why. 12:17; 1 Ptr. 4:17–19
Ayat Hafalan: “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus-
pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan ba-
gimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (1 Petrus 2:21).
S
ejarah penganiayaan di beberapa abad pertama Kekristenan sudah ba-
nyak orang yang tahu. Alkitab sendiri, terutama kitab Kisah Para Rasul,
memberikan sekilas apa yang akan terjadi pada gereja. Penganiayaan,
dengan penderitaan yang disebabkannya, juga jelas merupakan realitas kehi-
dupan orang Kristen saat itu kepada siapa Petrus mengirimkan suratnya.
Pada pasal pertama, Petrus berkomentar bahwa “sekalipun sekarang ini
kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud se-
muanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu—yang jauh lebih
tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan
api—sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan
pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya” (1 Ptr. 1:6, 7). Komentar terak-
hir dalam suratnya juga hampir berhubungan dengan ide yang sama: “Dan Al-
lah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus
kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguat-
kan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya” (1
Ptr. 5:10).
Di dalam suratnya yang pendek, sekurang-kurangnya ada tiga perikop pan-
jang yang berhubungan dengan penderitaan dari pembaca suratnya karena
Kristus (1 Ptr. 2:18-25; 3:13-21; 4:12-19). Dengan demikian, bagaimanapun
pertimbangannya, penderitaan yang disebabkan oleh karena penganiayaan
menjadi tema utama 1 Petrus, dan itulah yang akan kita bahas.
Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 1 Petrus 4:12-14, 19
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Memahami konsep bahwa cobaan dan penderitaan adalah ba-
gian dari yang diharapkan oleh para pengikut Kristus dan sebaiknya dilihat
baik sebagai hak istimewa maupun sebagai berkat.
Merasakan: Mengalami sukacita dalam mengetahui bahwa cobaan adalah
bagian dari rencana Tuhan untuk menyelamatkan orang-orang berdosa.
Melakukan: Menyerahkan diri sendiri kepada Pencipta yang setia dan te-
rus berbuat kebajikan.
Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 1 Petrus 4:12, 13, 19
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Allah, yang melihat akhir dari
sejak semula, tahu apa yang terbaik bagi kita dan untuk pertumbuhan rohani
kita. Dia melihat proses pembangunan tabiat yang dihasilkan oleh cobaan dan
ujian ke dalam hidup kita (1 Ptr. 1:6, 7; Yak. 1:2-4). Sama seperti Yesus belajar
untuk taat dan berkembang kepada kesempurnaan tabiat melalui hal-hal yang
Dia alami (Ibr. 2:10; 5:8, 9), demikian juga, kita bisa menjadi dewasa melalui
ambil bagian dalam hal yang sama, jika kita, sebagaimana Dia, bertekad untuk
setia kepada Allah dan terus melakukan apa yang benar. Proses pengembangan
tabiat melalui penderitaan adalah merupakan belas kasihan Tuhan bagi kita (1
Ptr. 4:19).
Untuk Guru: Banyak komentator yang mencatat suatu perubahan yang jelas
dalam ayat 1 Petrus di antara pasal 4:11 dan 4:12. Ayat 11 berakhir dengan sua-
tu kidung pujian dan “Amin.” Ayat 12 dimulai dengan kata benda, seakan-akan
Petrus memperkenalkan suatu pembahasan yang baru yang didasari pada satu
peristiwa yang telah dikembangkan. Beberapa berpendapat bahwa mungkin ka-
bar yang baru saja datang kepada Petrus mengenai kebakaran di Roma pada za-
man Kaisar Nero (64 M.) dan Petrus melihat kebakaran ini berkembang menjadi
“nyala api siksaan” bagi para pembacanya. Waktunya tepat terhadap peristiwa
ini, meskipun kita tidak punya cara untuk mengetahui apakah referensi Petrus di
sini memang kepada terbakarnya Roma. Bagaimanapun juga, Petrus meramal-
kan peningkatan penganiayaan yang segera terjadi bahwa orang percaya akan
menghadapi hal itu. Dia juga melihat penganiayaan seperti itu merupakan keja-
dian yang tepat waktu dalam rangkaian peristiwa eskatologis (“Segala sesuatu
sudah mendekati kesudahannya” [1 Ptr. 4:7]). la mengacu pada Yehezkiel 9:6
untuk kesimpulannya: “Rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama diha-
kimi” (1 Ptr. 4:17). Bukankah Yesus sendiri telah meramalkan suatu skenario
yang seperti itu (Mat. 24:9, Yoh. 16:2)?
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS membaca 2 Timotius 3:12. Diskusikan-
lah faktor-faktor apakah yang cenderung menyebabkan penganiayaan terhadap
umat Allah yang setia. Apakah yang mungkin menjelaskan fakta bahwa anggota
UKSS juga mengalami atau tidak mengalami murka naga seperti yang dijelas-
kan dalam Wahyu 12:17?
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Tata bahasa dari ayat 1 Ptr. 4:12 dalam bahasa Yunani tidak
memperjelas apakah nyala api siksaan itu adalah pengalaman saat ini, yaitu su-
atu pengalaman yang baru saja dimulai, atau suatu pengalaman yang masih ter-
bentang di masa yang akan datang untuk para pembaca Petrus. Nyala api siksaan
(pyrosis) digambarkan dengan dua partisip ini, keduanya bisa menjadi deskrip-
Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 73
PENUNTUN GURU
tif presents (menggambarkan peristiwa yang sudah sedang berlangsung), ten-
dential presents (menggambarkan peristiwa yang baru saja berlangsung), atau
futuristik presents (menggambarkan peristiwa yang masih terletak pada masa
depan tetapi dipandang sebagai antisipasi di masa sekarang). Namun komentar
Petrus di ayat 17, bahwa itu adalah saatnya penghakiman dimulai, memiliki pe-
ngertian tendential cukup jelas. Juga, “jika” klausa di dalam ayat 14-16 menun-
jukkan suatu peristiwa yang diantisipasi tetapi belum terjadi.
Komentar Alkitab
I. Sikap Kita Terhadap Penderitaan
(Tinjau Kembali 1 Ptr. 4:12, 13 Bersama UKSS Anda.)
Petrus membuat dua poin penting dalam ayat 12 dan 13. Satu adalah bah-
wa kita tidak harus terkejut dengan cobaan dan penderitaan seolah-olah sesuatu
yang luar biasa terjadi kepada kita, karena kita telah diperingatkan (Yohanes 15:
18-21; 16:2-4 ). Yang lain adalah bahwa kita harus bersukacita ketika penderi-
taan tersebut muncul, karena kita memiliki hak istimewa untuk ikut serta dalam
penderitaan Kristus. Ketika kemuliaan-Nya dinyatakan (saat kedatangan-Nya),
sukacita kita akan semakin besar (1 Ptr. 1:6, 7; Yak. 1:2-4). Tidak ada yang tidak
bisa kita atasi, oleh kasih karunia Allah, jika kita memelihara sikap ini.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Bagaimanakah kita harus merespons cobaan
dan penderitaan? Mengapa hal ini tidak membuat kita terkejut?
II. Pengalaman Kita dalam Penderitaan
(Tinjau Kembali 1 Ptr. 4:14-16 Bersama UKSS Anda.)
Ayat 14 dan 16 mengandung dua klausa “jika”, yang masing-masing adalah
kondisi benar-kepada-fakta (dalam bahasa Yunani) dan mengasumsikan penghi-
naan dan penderitaan sebagai fakta, apakah sekarang ini atau dalam antisipasi
masa depan. Petrus menasihati para pembacanya bagaimana mereka harus ber-
urusan dengan pengalaman-pengalaman nyata, memandang penghinaan karena
nama Kristus sebagai berkat, dan menderita sebagai seorang Kristen sebagai
akibat dari memuliakan Allah. Di antaranya, di dalam ayat 15, Petrus menggu-
nakan konstruksi imperatif yang menjadi penghalang, yang memiliki arti masa
depan voluntative, untuk menasihati pembacanya bahwa tidak satu pun dari me-
reka menderita karena berbuat salah. Sebaliknya, mereka harus menderita tanpa
malu sebagai seorang Kristen, bersyukur bahwa mereka memiliki hak istimewa
untuk menyandang nama Kristus.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Istilah “Kristen” digunakan dalam Perjanjian
Baru hanya di sini dan dalam Kis. 11:26 dan 20:26. Non Kristen biasanya meng-
gunakannya sebagai istilah penghinaan. Pada zaman para rasul, betapa sangat
menderita melakukan hal apa yang benar menolong untuk menata ulang peng-
gunaan istilah itu?
ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Petrus menulis, dengan mengutip Amsal 11:31, “Kalau orang-
orang yang baik pun sudah sukar untuk diselamatkan, apa pula yang akan terjadi
dengan orang-orang berdosa yang tidak mengenal Tuhan?” (1 Ptr. 4:18, NIV).
Keadaan ini benar-benar merupakan fakta, artinya bahwa memang sulit orang
ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Banyak dari anggota UKSS Anda secara pribadi mungkin ti-
dak pernah mengalami penganiayaan yang signifikan oleh karena nama Kris-
tus, meskipun sebagian besar akan mengalami beberapa jenis pencobaan dalam
hidup. Di sini Petrus tidak berbicara tentang pencobaan yang bersifat umum
melainkan tentang penganiayaan secara khusus karena menjadi seorang Kristen
(1 Ptr. 4:14, 16). Mungkin perlu harus masuk mengalami sendiri ke dalam peng-
alaman orang lain agar dapat berempati dengan keadaan para pembaca Petrus
yang pertama. Hal ini akan membantu untuk dapat membagikan beberapa cerita
kehidupan nyata masa kini bersama dengan anggota UKSS agar mereka merasa-
kan perasaan apa yang akan orang lain lalui bahkan saat ini. Sebuah contoh dari
sumber cerita semacam itu terdapat di live.opendoorsusa.org/stories.
Kegiatan: Jika memungkinkan, ambillah peta dunia kemudian pasangkanlah
itu pada papan gabus atau papan sejenisnya dengan ukuran yang besar. Mulailah
dengan mengidentifikasi tempat-tempat di seluruh dunia di mana kisah pengani-
ayaan oleh karena nama Kristus sedang berlangsung. Berjanjilah untuk berdoa
dengan cara yang berkesinambungan untuk orang-orang percaya di tempat ter-
sebut, bahkan sebutkanlah nama-nama pribadi tertentu yang mengalami penga-
niayaan karena iman mereka.
Kepemimpinan
Yang Melayani
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 1 Ptr. 5:1–10; Kis. 6:1–
6; Yer. 10:21; Mat. 20:24–28; Ams. 3:34; Why. 12:7–9.
Ayat Hafalan: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab
Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:7).
K
ajian-kajian mengenai pertumbuhan gereja hampir selalu menyoroti
pentingnya kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan yang meng-
ambil visinya dari Allah dan Firman-Nya dan memberikan kesempatan
bagi semua orang di jemaat untuk menggunakan karunia rohaninya sendiri da-
lam usaha melaksanakan amanat Injil.
Tetapi kepemimpinan jemaat itu sangat menantang. Mereka bekerja secara
sukarela, sering memberikan waktunya meskipun sibuk, sebagian besar wak-
tunya digunakan untuk menjalankan jemaat. Anggota jemaat dapat saja “tidak
mendukung” dengan berhenti mengurus jemaat jika ada sesuatu yang mereka
tidak mampu tangani terjadi. Selain itu, seorang pemimpin Kristen yang efek-
tif harus juga memiliki kerohanian yang dalam. Dan jangan lupa bahwa Petrus
mengirim surat kepada jemaat-jemaat yang sedang mengalami penganiayaan.
Para pemimpin jemaat sangat rentan saat itu. Lalu siapakah yang disiapkan
untuk tugas ini?
Dalam 1 Petrus 5:1-10, Petrus membahas mengenai kepemimpinan Kristen
di tingkat jemaat setempat. Di dalam ayat-ayat ini, ia menulis mengenai bebe-
rapa karakteristik penting yang dibutuhkan tidak hanya oleh para pemimpin
jemaat, tetapi juga bagi para anggota. Ucapannya begitu relevan bagi kita se-
karang ini sebagaimana bagi mereka saat itu.
Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 1 Petrus 5:1-6
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Mengakui bahwa kerendahan hati dan pelayanan untuk orang
lain adalah merupakan kunci utama untuk kepemimpinan yang efektif.
Merasakan: Menghargai semangat kerendahan hati dan pelayanan kasih
yang diteladankan Yesus, dan keinginan untuk mewujudkan hal yang sama
kepada orang lain.
Melakukan: Mengindahkan seruan untuk merendahkan hati di bawah ta-
ngan Tuhan yang kuat sehingga Dia bisa gunakan pria dan wanita secara
efektif sesuai dengan kebutuhan.
Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 1 Petrus 5:5, 6, 10
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Dalam 1 Petrus 5:1-3, tiga istilah khusus yang digunakan un-
tuk pemimpin-penatua, pengawas (penilik), dan gembala, dua yang terakhir di-
nyatakan dalam bentuk verbal. Tiga istilah yang sama ini digunakan juga dalam
Kisah Para Rasul 20:28. Pertama, “penatua,” yang telah dibahas di atas. Penun-
jukan ini adalah merupakan istilah umum yang digunakan untuk para pemimpin
gereja lokal. Dalam Perjanjian Lama, penatua bertugas sebagai penasihat dan
hakim bagi masyarakat. Penatua (“pengawas”) memiliki kualifikasi tertentu jika
mereka berfungsi sebagai pemimpin rohani dalam gereja Perjanjian Baru (1 Tim
Komentar Alkitab
I. Kualitas Para Pemimpin Gereja yang Efektif
(Tinjau Kembali 1 Petrus 5:1-4 Bersama UKSS Anda.)
Sebagai seorang penatua, Petrus mengimbau para penatua gereja untuk me-
melihara kawanan domba Allah yang berada di bawah pengasuhan mereka, un-
tuk melaksanakan pengawasan sehingga tidak seorang pun dari domba Kris-
tus itu akan hilang. Kemudian, apabila Gembala Agung itu kembali, mereka
akan menerima mahkota yang tidak binasa yang berasal dari kemuliaan. Ada
tiga kondisi di mana penatua harus melayani: (1) Dengan rela, bukan karena
tugas atau kewajiban; (2) dengan bersemangat, tanpa mengharapkan keuntung-
an finansial; dan (3) dengan rendah hati, tidak mengemudikan (mengendalikan)
kawanan mereka tetapi memimpin dengan memberi contoh.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Dalam cara bagaimanakah Yesus, Gembala
Agung itu, meneladankan tiga kondisi ini?
ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Banyak anggota gereja yang hanya memiliki sedikit pengertian
dalam hal struktur organisasi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh saat ini dan
bagaimana hal itu sebagian besar berfungsi atas dasar pemilihan berdasarkan
perwakilan dan dukungan pendanaan (keuangan) dari tingkat jemaat ke atas.
Mereka juga mungkin tidak menyadari bahwa sekali struktur tersebut ditem-
patkan untuk jangka waktu tertentu, beberapa menjaga keseimbangan kendali
dari atas ke bawah yang mungkin dapat diimplementasikan sampai pemilihan
berikutnya pada pertemuan konstitusi atau sesi General Conference. Mungkin
akan membantu mengulas beberapa konsep dasar mengenai cara bagaimana ke-
pemimpinan dan otoritas yang didirikan di Gereja Advent sehingga akan ada
pemahaman yang lebih baik tentang proses dan mengapa gereja menjalankan
fungsi tersebut. Buku Peraturan Gereja adalah alat yang berguna untuk mema-
hami organisasi gereja.
Kegiatan: Jika sumber daya tersedia, buatlah bagan tingkatan kepemimpinan
dan otoritas dalam Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Tunjukkanlah bagaima-
na otoritas itu mengalir di kedua arah di dalam organisasi gereja, dengan tidak
ada satu individu pun atau badan yang memiliki otoritas tertinggi, selain Kristus.
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 1 Ptr. 1:18, 19; Kol.
1:13, 14; Yes. 53:1–12; Yoh. 11:25; Mzm. 18:50; 2 Ptr. 1:1.
Ayat Hafalan: “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya
di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk
kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” (1 Petrus 2:24).
S
ebagaimana kita telah pelajari Kitab 1 Petrus, sekarang hendaknya su-
dah jelas bahwa bagaimanapun konteksnya, dan apa pun masalah khusus
yang dibicarakannya, Petrus berfokus pada Yesus. Yesus tersebar di selu-
ruh tulisannya; itulah benang emas yang dirajut di seluruh suratnya.
Dari baris pertama, di mana Petrus mengatakan bahwa dia adalah “rasul”
(“yang diutus”) Yesus Kristus, sampai baris terakhir, ketika dia menulis, “Da-
mai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus Yesus” (1
Ptr. 5:14), Yesus adalah tema kuncinya. Dan dalam surat ini ia berbicara me-
ngenai kematian Yesus sebagai korban kita. Dia berbicara mengenai penderita-
an besar yang Yesus lewati dan menggunakan teladan Yesus dalam penderitaan
ini sebagai teladan bagi kita. Dia berbicara mengenai kebangkitan Yesus dan
apa artinya bagi kita. Selain itu, dia berbicara mengenai Yesus bukan hanya
sebagai Mesias, Kristos, “yang diurapi,” tetapi tentang Yesus sebagai Mesias
Ilahi. Artinya, kita melihat dalam 1 Petrus lebih banyak bukti akan kodrat Ila-
hinya Yesus itu. Dia adalah Allah itu sendiri, yang menjadi manusia dan yang
hidup dan mati sehingga kita dapat memiliki harapan dan janji hidup kekal.
Pekan ini kita akan kembali menyelidiki Kitab 1 Petrus dan melihat lebih
dekat apa yang diungkapkannya mengenai Yesus.
Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 1 Petrus 1:18-21
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Lihatlah bahwa Yesus Kristus merupakan pusat teologi dan
pengajaran Petrus, termasuk kemesiasan-Nya, penderitaan-Nya dan kema-
tian, kebangkitan-Nya, dan kedatangann-Nya yang kedua.
Merasakan: Memahami hak istimewa dipanggil Allah untuk ikut serta da-
lam penderitaan Kristus, dan mengalami iman dan harapan dalam kemulia-
an yang akan dinyatakan di dalam kita pada kedatanganNya.
Melakukan: Meninggalkan cara hidupmu yang sia-sia dan melakukan De-
ngan setia apa yang benar, melayani orang lain dalam kasih.
Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 1 Petrus 1:3-9
Kunci Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Allah telah membawa orang
Kristen kepada pengharapan yang hidup melalui kebangkitan Yesus Kristus
dari kematian. Harapan ini termasuk warisan di surga yang tidak pernah da-
pat binasa, rusak, atau memudar. Hal itu dipersiapkan bagi kita yang terlin-
dung melalui iman oleh kuasa Allah sampai datangnya keselamatan yang akan
diungkapkan pada kedatangan Kristus. Kita memuji Tuhan dengan sukacita
karena harapan keselamatan ini, dan perilaku kita pun berubah oleh antisi-
pasi kemuliaan yang akan dinyatakan dalam diri kita. Kita mengasihi Yesus,
dan kita saling mengasihi. Kita bertahan dalam ujian dengan penuh kesabaran.
Kita memercayai Tuhan dan Firman-Nya, dan, akhirnya, kita menerima tujuan
iman kita, keselamatan jiwa kita.
Untuk Guru: Yesus mengubah hidup Petrus. Petrus secara alamiah adalah
seorang yang berani dan kurang ajar, tidak sabar dan blak-blakan. Dia sering
berbicara sebelum memikirkan dengan cermat perkataan-nya. Sebagai akibat-
nya, ia membuat janji-janji yang tidak bisa ditepatinya dan akhirnya dia me-
nyangkal Tuhannya. Namun, tidak seperti Yudas, gantinya kehilangan harapan
dan menyerah, Petrus bertobat dan mencari pengalaman baru bersama Kristus,
menjadi salah seorang pengikut-Nya yang paling bersemangat dan menjadi se-
orang pembela. Barangkali Petrus merupakan seorang pemimpin yang paling
menonjol dalam gereja yang mula-mula, setidaknya hingga Paulus menonjol
sebagai seorang rasul kepada orang bukan Yahudi. Paulus menganggap Petrus
menjadi salah seorang “soko guru” utama gereja (Gal 2:9). Petrus mengetahui
siapa Yesus dan kuasa dalam hidup Yesus. Tidak heran bilamana suratnya pe-
nuh dengan ayat-ayat yang membicarakan akan pentingnya Yesus dalam kehi-
dupan orang percaya.
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS untuk membaca secara bersama-sama
1 Petrus 1:3-9, 18-21. Ajaklah anggota mengenali berbagai unsur dari proses
keselamatan yang disebutkan dalam ayat-ayat ini dan hubungannya dengan
kehidupan dan pekerjaan Yesus.
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Hidup dan pekerjaan Yesus merembes ke dalam surat Petrus
yang pertama. Namun fokus utama kehidupan dan pekerjaan Yesus ditemu-
kan dalam 1 Petrus 3:18, yaitu kematian penebusan Yesus bagi dosa-dosa kita
dan kebangkitan Yesus yang berikutnya untuk hidup dalam Roh. Ada sepu-
luh referensi eksplisit terhadap penderitaan dan kematian Yesus di dalam surat
ini (1 Ptr. 1:2, 11, 19; 2:21, 23, 24; 3:18; 4:1, 13; 5:1), dengan paling tidak
satu referensi dalam setiap pasal. Dan ada empat referensi eksplisit terhadap
Komentar Alkitab
I. Penderitaan dan Kematian Yesus
(Tinjau Kembali 1 Petrus 1:18, 19; 2:24; 3:18 Bersama UKSS Anda.)
ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Petrus memulai suratnya dengan menunjuk kepada peruba-
han yang ingin dibuat Tuhan dalam hidup kita. Allah telah memilih kita me-
lalui pekerjaan pengudusan Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan diper-
cik (kiasan dari penyucian) oleh darah-Nya (1 Ptr. 1:2). “dalam rahmat-Nya
yang besar dia telah memberikan kepada kita kelahiran baru ke dalam suatu
hidup yang berpengharapan melalui kebangkitan Yesus Kristus dari kematian,
an menjadi warisan yang tidak pernah dapat binasa, rusak atau memudar” (1
Ptr. 1:3, 4). Setelah menjelaskan bagaimana perubahan ini terjadi dalam hidup
kita dan bagaimana kita bisa mengklaim pengharapan yang hidup itu, Petrus
menutup suratnya dengan meyakinkan para pembacanya bahwa Allah sumber
segala kasih karunia “akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan men-
gokohkan kamu,” (1 Ptr. 5:10). “Hal ini [pemulihan],” ia memastikan para
pembacanya dalam 1 Petrus 5:12, “adalah anugerah Allah yang benar. Berdi-
rilah teguh di dalamnya.”
Kegiatan: Kembangkanlah dengan UKSS strategi dengan mana anugerah
Allah yang benar—sebagaimana terungkap melalui kehidupan dan pelayanan
Yesus Kristus—bisa diberitakan kepada komunitas gereja Anda, tawarkan ke-
pada mereka suatu kelahiran baru kepada pengharapan yang hidup dan warisan
yang tidak akan binasa atau memudar dengan berjalannya waktu. Bagaima-
nakah caranya pekabaran dalam 1 Petrus ini dapat memainkan peran dalam
strategi tersebut?
S
alah satu hal yang menakjubkan mengenai Perjanjian Baru adalah be-
tapa banyak kebenaran dapat “dipadatkan” pada jumlah ruang yang sa-
ngat terbatas. Lihatlah pada pelajaran pekan ini, yang meliputi 2 Petrus
1:1-14. Dalam 14 ayat ini, Petrus mengajarkan kepada kita mengenai pem-
benaran oleh iman. Dia kemudian masuk kepada apa yang kuasa Allah dapat
lakukan dalam kehidupan orang-orang yang telah memberikan dirinya kepada
Yesus. Dia berbicara mengenai kebenaran yang menakjubkan bahwa kita dapat
“mengambil bagian dalam kodrat Ilahi” (2 Ptr. 1: 4) dan bahwa kita dapat luput
dari kebobrokan dan hawa nafsu duniawi.
Bahkan, kita mendapatkan bukan hanya sejenis daftar perbuatan kebajikan
Kristiani, tetapi Petrus menyajikannya dalam suatu urutan tertentu. Yang satu
menyusul yang lain, menyusul lagi yang lain, dan seterusnya sampai semua
mencapai klimaksnya pada suatu perbuatan kebajikan yang paling penting dari
semuanya.
Ia juga menulis tentang realitas tentang apa artinya berada di dalam Kristus
dan “dibersihkan” (2 Ptr. 1:9) dari dosa-dosa kita yang dahulu, dan bahkan
membawa gagasan akan jaminan keselamatan, janji hidup kekal di dalam “ke-
rajaan kekal” (2 Ptr. 1:11) milik Tuhan.
Pada akhirnya, kita juga mendapatkan pelajaran sederhana akan suatu topik
yang penting mengenai keadaan orang mati. Betapa banyak dan dalamnya ke-
kayaan kebenaran hanya dalam 14 ayat!
Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 2 Petrus 1:3, 4, 10, 11
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Memahami bahwa segala sesuatu yang diperlukan dalam hi-
dup dan kesucian tersedia melalui pemberian kuasa Ilahi.
Merasakan: Mengalami kepastian yang datang karena mengetahui rahasia
sukses dalam hidup Kekristenan dan yang menjadi jaminan diterima dalam
kerajaan Kristus yang kekal.
Melakukan: Jadi baiklah semua lebih bersemangat untuk membuat pang-
gilannya pasti dalam ukuran kehidupan Kristen yang bertambah.
Siklus Belajar
ÂÂLangkah 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 2 Petrus 1:2-4
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Adalah mungkin mengambil
bagian dalam sifat alamiah Ilahi dan untuk bebas dari kejahatan dunia ini de-
ngan cara keinginan jahat. Adalah mungkin mendapatkan jaminan kesuksesan
dalam kehidupan Kekristenan dan diterima dalam kerajaan Allah yang kekal.
Dalam ayat kita, Petrus mengatakan kepada kita bagaimana kita dapat men-
capai semua tujuan ini. Kita perlu memiliki pengetahuan yang efektif dan pro-
duktif tentang Allah dan Yesus Kristus, yang memanggil kita untuk meniru ke-
kudusannya (bandingkan dengan 1 Ptr. 1:15, 16). Setelah menerangkan tangga
kebajikan orang Kristen, Petrus mengatakan, “sebab apabila semuanya itu ada
padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan
berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.” (2 Ptr. 1:8).
Melalui kuasa Ilahi yang tersedia dalam janjinya yang indah dalam Alkitab,
Allah mengizinkan kita mengambil bagian dalam sifat alamiah Ilahi dan untuk
dibebaskan dari sifat alami yang kita warisi dalam dunia ini. Itulah sebabnya,
ia menyediakan kita untuk hidup kekal.
Untuk Guru: Sangatlah penting agar semua hubungan yang tepat dalam
ayat ini dibuat agar anggota UKSS menyimpulkan bahwa itu adalah cara mere-
ka untuk menaiki tangga kebajikan dengan cara mereka sendiri, langkah demi
langkah, sampai mereka berhasil dengan usaha mereka sendiri. Benarlah apa
yang Petrus katakan “Sungguh sungguh untuk menambahkan...” (2 Ptr. 1:5).
Dia tidak mendorong pembacanya untuk mencoba menaiki tangga dengan
caranya sendiri dengan kesimpulan bahwa Allah memberikan kepada mereka
usaha berdasarkan usaha sendiri. Ia memulai diskusi itu, dalam ayat 3, de-
ngan memperingatkan pembacanya, “[Allah] Kuasa Ilahi telah diberikan kepa-
da kita sesuai dengan apa yang kita perlukan untuk menghidupkan kehidupan
yang saleh.” Petrus menambahkan bahwa dengan kemuliaan Allah sendiri, “Ia
telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang sangat berharga dan sa-
ngat, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi” dan
luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia (2 Ptr. 1:4). Segala
sesuatu yang baik adalah pemberian Allah, tetapi kita harus melatih kuasa me-
milih kita dengan semangat membuat panggilan kita dan pilihan kita itu pasti
(1 Ptr. 1:10).
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS membaca bersama 2 Petrus 1:2-4. Dis-
kusikan unsur-unsur yang dipilih ilahi menurut Petrus untuk mencapai keme-
nangan rohani.
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Komentar Alkitab
I. Sentralitas Yesus Kristus
(Tinjau Kembali 2 Petrus 1:1, 2 Bersama UKSS Anda.)
Sementara Petrus mulai menulis suratnya yang kedua (2 Ptr. 3:1), Ia tetap
menekankan Yesus Krisitus sebagai pusat sebagaimana yang kita lihat pada
tulisannya yang pertama. Dalam 15 ayat pertama yang kita akan pelajari pekan
ini, ada enam sumber yang pasti tentang Yesus Kristus, biasanya baik Tuhan
atau Allah, tambah banyak lagi ayat kepada-Nya dengan menggunakan kata
pengganti orang. Dalam ayat 1, pada tata bahasa Yunani, Yesus disebut baik
dengan Allah kita dan Juruselamat. Dalam ayat 2, 8, 11, dan 14, Yesus dinya-
takan sebagai Tuhan kita. Dalam semuanya kecuali ayat 2, Ia disebut Yesus
Kristus atau Yesus Mesias itu, Dalam ayat 11, Ia adalah Tuhan dan Jurusela-
mat. Jelaslah, Petrus mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang Kristus dan
ingin meneruskan interpretasi ini kepada pembacanya, interpretation kepada
pembacanya. Ia bangga menanggung nama yang Yesus berikan kepadanya, Si-
mon Petrus (“Batu”) dan menjadi hamba dan rasul bagi Yesus Kristus.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Aspek apakah dari Yesus sebagai manusia dan
pekerjaannya yang sangat penting untuk hidup saya? Dengan cara apakah saya
dapat membuatnya sebagai pusat dalam hidupku sehari-hari?
II. Karunia Rahmat Tuhan
(Tinjau Kembali 2 Petrus 1:3, 4 Bersama UKSS Anda.)
Segala sesuatu yang kita perlukan untuk kehidupan dan kesalehan sudah
diberikan melalui kuasa Keilahian Allah dan melalui pengetahuan tentang dia
yang memanggil kita dengan kemuliaan dan kebaikannya sendiri. Sesuai de-
ngan ayat 2, kasih karunia dan damai adalah milik kita secara berkelimpahan
melalui pengetahuan akan Allah dan Yesus Kristus Tuhan kita. Sesuai dengan
ayat 8, kita perlu menjauhkan diri dari hal yang tidak efektif dan tidak produk-
tif dalam pengetahuan kita tentang Tuhan kita Yesus Kristus.
Petrus juga memanggil kita untuk bertumbuh dalam kasih karunia dan pe-
ngetahuan tentang Tuhan dan Juruselamat kita. Kelihatannya bagi Petrus, pe-
ngetahuan tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, adalah kunci
untuk pertumbuhan yang berhasil sebagai seorang Kristen. Tuhan juga telah
memberikan kita janji yang besar dan indah. Dengan percaya pada janji ini,
kita dapat bekerja sama dengan kodrat Ilahi, terlepas dari kejahatan di dunia
ini di mana keinginan jahat dihasilkan secara alamiah oleh manusia. Kuasa ada
dalam janjinya (Rm. 4:21).
Pertimbangkanlah Hal Ini: Dengan cara apakah kasih karunia dan kuasa
Allah melalui Yesus Kristus dinyatakan dalam hidup saya sehari-hari? Bagai-
mana saya dapat mengalami kuasa yang terdapat dalam janji-janjinya?
110 “Gembalakanlah Domba-domba-Ku”: Kitab 1 dan 2 Petrus
PENUNTUN GURU
Di sini Petrus memberikan ciri-ciri tabiat yang harus dimiliki dan dilakukan
oleh seorang Kristen untuk mendapat pengetahuan yang berguna dan meng-
hasilkan dalam pengetahuan akan Tuhan kita Yesus Kristus. Mereka yang
mengingat bahwa mereka telah disucikan dari dosa-dosa mereka (ayat. 9) dan
ingin agar panggilan dan pilihan mereka pasti (ayat. 10) akan mengembang-
kan sifat-sifat ini untuk lebih meningkatkan pengetahuan (ayat. 8). Kemudian
dipastikan bahwa mereka tidak akan tersandung (ayat. 10) dan dengan demi-
kian “kepada kamu dikaruniakan hak penuh untuk memasuki kerajaan kekal,
yaitu kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (ayat. 11). Undang-
lah UKSS untuk menggunakan waktu mengulangi sifat-sifat ini. Diskusikan
hubungan antar sifat-sifat itu yang membentuk sebuah “tangga,” menuju per-
tumbuhan dan kemajuan.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Berapa banyak sifat-sifat yang Petrus daftar-
kan untuk menjadi bukti dalam kehidupan saya setiap hari? Dengan cara ba-
gaimana saya bertumbuh atau berhenti bertumbuh?
Pertanyaan Diskusi:
;; Bagaimanakah Petrus dapat menyusun sifat-sifat ini dan bandingkan dengan
daftar sifat-sifat ini buah Roh yang Paulus daftarkan dalam Galatia 5:22, 23?
Dengan cara bagaimana kita dapat memberikan contoh sifat-sifat ini dalam
pertumbuhan Kekristenan?
;; Apakah maksud Petrus dengan “kemah tubuhku ini” (2 Ptr. 1:13)? Banding-
kan dengan 2 Korintus 5:1-4. Apakah yang ayat ini katakan kepada kita ten-
tang pandangannya tentang kodrat manusia?
ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Beberapa anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh per-
caya bahwa pada akhir zaman akan ada kelompok orang percaya yang akan
mencapai tingkat kesempurnaan yang mutlak. Yang lain percaya bahwa ke-
sempurnaan dapat di capai secara relatif, berbicara tentang kedewasaan iman
dan perbuatan lebih daripada kesempurnaan yang mutlak. Ellen G.White me-
ngatakan sehubungan apa yang Yesus katakan dalam Matius 5:48 menjadi
sempurna, “Kita dapat menjadi sempurna dalam lingkungan kita sebagai mana
Allah juga dalam lingkungannya.”—Testimonies for the Church, jilid. 4, hlm.
455. Pernyataan ini ini menunjuk pada kesempurnaan relatif atau tabiat moral
(Lihat Christ’s Object Lessons, hlm. 330, 331). Namun demikian, lebih bijak-
sana jika tidak mengalihkan. Dalam 2 Petrus 1:8-11 tidak ada yang menya-
takan tentang kesempurnaan yang mutlak, hanya kemenangan dan jaminan.
Tetap berfokus pada ayat ini.
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Yes. 53:1–12; Dan. 7:13,
14; 2 Ptr. 1:16–20; Mat. 17:1–6; 2 Tim. 3:15–17.
Ayat Hafalan: “Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman
yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu
memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercaha-
ya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur
terbit bersinar di dalam hatimu” (2 Petrus 1:19).
K
etika kita melanjutkan mempelajari surat Petrus ini, satu hal yang ha-
ruslah ditekankan: Betapa yakin dan betapa pasti Petrus atas apa yang
ditulisnya. Kita dapat melihat hal yang sama dengan Paulus: Keya-
kinan yang jelas dan teguh akan apa yang mereka beritakan mengenai Yesus
Kristus dan Salib-Nya.
Pada ayat-ayat pekan ini, kita akan melihat lebih banyak mengenai kepas-
tian ini dalam Kitab Petrus. Dan dia bahkan mengatakan kepada kita menga-
pa dia memiliki kepastian yang sedemikian. Kami tidak mengikuti, katanya,
“dongeng-dongeng isapan jempol manusia” (2 Ptr. 1:16)—seperti apa yang
terdapat pada agama-agama kafir sezamannya. Sebaliknya, Petrus yakin pada
apa yang dipercayainya, karena dua alasan.
Pertama, dia adalah seorang saksi mata dari “Tuhan kita, Yesus Kristus”
(2 Ptr. 1:16). Dan kedua, dan mungkin ini yang lebih penting (karena hampir
semua orang tidak menjadi saksi mata), adalah “diteguhkan oleh firman yang
telah disampaikan oleh para nabi” (2 Ptr. 1:19). Petrus sekali lagi kembali ke
Alkitab, menunjuk kepada penegasan Kitab Suci yang pasti mengenai Yesus,
terutama bagian nubuatan yang berbicara mengenai Dia. Tak diragukan lagi
inilah beberapa bagian yang sama yang Yesus sebutkan mengenai diri-Nya
(Mat. 26:54; Luk. 24:27). Jadi, jika Yesus dan Petrus menggunakan Alkitab ini
dengan serius, seberapa berani kita sendiri melakukan yang sebaliknya?
Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 2 Petrus 1:16-21
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Mengakui bahwa Alkitab adalah sumber otoritatif Allah un-
tuk keinginan-Nya dan untuk keselamatan kita melalui Yesus Kristus.
Merasakan: Carilah tujuan wahyu Kristus dalam Alkitab untuk memberi-
kan sumber iman dan pengharapan yang lebih baik daripada sumber subjek-
tif pengalaman seseorang miliki.
Melakukan: Berikan tempat utama bagi kitab suci dalam kehidupan saat
seseorang ingin menjadi terang dalam tempat yang gelap.
Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 2 Petrus 1:20, 21
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Sebagai manusia, kita cende-
rung menggantungkan keyakinan kita pada pengalaman, dan bukti dari indra
kita. Inilah kecenderungan yang diandalkan, walaupun masuk akal dan ilmi-
ah. Observasi merupakan dasar ilmu pengetahuan empiris. Namun, kita bisa
tertipu karena indra kita. Setelah tertarik dengan nilai sensoris pengalaman
kebenaran pekabaran Petrus, ia membuat suatu ujian untuk kebenaran dengan
menyatakan bahwa ada dasar yang lebih dapat diandalkan untuk menentukan
realitas dan kebenaran, yaitu, kata-kata Nubuatan Allah. Sumbernya bukan dari
kehendak manusia tetapi karena gerakan Roh Kudus pada pikiran agen-Nya.
Untuk Guru: Kita hidup pada zaman yang sangat ilmiah, namun demi-
kian, banyak sekali sinisme sehubungan kemungkinan untuk menentukan
kebenaran dengan metode yang objektif. Alat penentu kebenaran dewasa ini
seharusnya ditetapkan melalui metode empiris, menghilangkan variable yang
tidak terkendali, seperti supraalami, sehingga semua aspek materi dapat diper-
tanggungjawabkan di bawah kondisi pengujian yang ketat, banyak pengamat
dari waktu ke waktu menghasilkan kepastian. Dalam banyak bidang, termasuk
agama, tidak ada konsensus yang dihasilkan dalam kurun waktu yang lama,
sinisme memperkembang sehubungan dengan kemungkinan hasil yang sebe-
narnya pasti dari metode ini. Akibatnya, pascamodernisme datang, menolak
kebenaran mutlak yang menerangkan sepenuhnya segala sesuatu. Pengalaman
pribadi menjadi dasar kebenaran, semua kebenaran menjadi semu, dan relatif
terhadap pengalaman seseorang. Bagaimana pekabaran Petrus mengatasi ke-
tegangan ini?
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS untuk membaca bersama 2 Petrus 1:16-
18 dan Matius 16:27–17:8. Diskusikan bukti yang dikutip Petrus untuk mem-
buktikan kebenaran pernyataannya sehubungan dengan Yesus. Mengapakah ia
dibenarkan untuk mengutip pengalamannya sendiri sebagai bukti, bahwa ia ti-
dak pandai untuk mengarang cerita? Bagaimanakah Petrus dapat membedakan
antara pengalaman dan sesuatu yang ia dapat hanya sebagai khayalan belaka?
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Ayat Alkitab: 2 Petrus 1:16
Untuk Guru: Petrus langsung menentang pengolok-olok itu sehubungan
dengan keaslian dan otoritas pengajarannya, tidak hanya pada zamannya teta-
pi pada dewasa ini. Dia belum membagikan dengan bijaksana kepada orang-
orang percaya cerita yang dimilikinya; dia telah menceritakan pengalaman hi-
dupnya yang nyata. Seseorang dapat saja mengharapkan bahwa tuntutan ini
Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan II, 2017 121
PENUNTUN GURU
dapat membuktikan keaslian dari kesaksiannya sebagai pengarang suratnya;
Namun demikian, bagi pengolok-olok semua ini hanya kebalikannya. Mereka
membantah bahwa penulisnya mencoba keras untuk membuktikan siapa jati
dirinya. Mereka melihat hal ini sebagai bukti bahwa Petrus bukan penulisnya,
tetapi, surat ini dikarang oleh penulis lain. Pengolok-olok pengarang buku Pe-
trus gagal melihat dirinya dalam 2 Ptr. 3:3. Pengejek-pengejek yang mengikuti
keinginannya sendiri yang jahat dan menolak kebenaran Firman Tuhan. Dalam
cara bagaimanakah kita dapat menjadi seperi pengolok-olok itu, gagal untuk
melihat penerapan firman Tuhan pada keadaan kita sendiri?
Komentar Alkitab
I. Bahkan Suatu Kesaksian yang Lebih dipercaya
(Tinjau Kembali 2 Petrus 1:19 Bersama UKSS Anda.)
ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Pertanyaan Pemikiran:
;; Dalam cara apakah kita dapat berlaku seakan-akan kita tidak percaya catat-
an Alkitab? Bagaimanakah kita dapat melawan pencobaan?
;; Jika tidak ada nubuatan Alkitab muncul dengan penafsiran nabi itu sendiri;
ÂÂLANGKAH 4—Menciptakan
Untuk Guru: Kita cenderung berbicara fasih tentang pentingnya percaya
dalam keselamatan. Tetapi kita perlu lebih daripada sekadar percaya sesuai
dengan kepintaran atau kebenaran tertentu atau realitas Yakobus 2:19 menya-
takan kepada kita bahwa walaupun si Jahat percaya kepada Allah, tetapi tidak
menyelamatkan mereka. Percaya, Yakobus katakan, perlu dibarengi dengan
perbuatan nyata (Yak. 2:14-17). Istilah yang lebih baik daripada “percaya”
adalah “keyakinan.” Keyakinan bukan saja mengartikan penerimaan seca-
ra intelek dari suatu kenyataan realitas, tetapi juga kesediaan untuk berbuat
berdasarkan keyakinan bahwa Allah mengetahui apa yang terbaik. Dia sudah
menyatakan kehendak-Nya untuk kehidupan kita dalam firman-Nya,dan Dia
akan memberikan kuasa kepada kita untuk menggenapi kehendaknya saat kita
menyerahkan diri kepada-Nya.
Kegiatan: Biarkanlah UKSS menuliskan nubuatan Alkitab yang telah dige-
napi dan bukti kegenapannya. Diskusikan tentang keyakinan terhadap Alkitab
yang kita bisa dapatkan dan dapat bagikan dengan orang lain sebagai hasil dari
melihat bukti-bukti bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, termasuk masa
yang jauh ke depan. Dan apa yang dapat kita percaya pada-Nya dan rencana-
nya untuk kehidupan kita.
Guru-Guru Palsu
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 2 Ptr. 2:1-22; Yoh.
8:34-36; Mat. 12:43-45; Yudas 4-19; Kej. 18:16-33.
Ayat Hafalan: “Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain,
padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena sia-
pa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu” (2 Petrus 2:19).
D
alam suratnya yang pertama, Petrus, dengan perhatian penggembala-
annya yang besar, berusaha untuk mendorong pembacanya sehubung-
an dengan bahaya penganiayaan. Meskipun kita tidak tahu persis ben-
tuk penganiayaan yang seperti apa yang secara khusus sedang dibicarakan,
kita tahu bahwa gereja akan menghadapi cobaan yang mengerikan sebagaima-
na yang telah diusahakan oleh Kekaisaran Romawi kafir untuk memadamkan
pergerakan yang berkembang dari mereka yang disebut “Orang Kristen.”
Tetapi Setan meluncurkan serangan bermata dua. Benar sekali, penganiaya-
an dari luar—yakni, penganiayaan dan kekerasan—menjadi alat yang ampuh.
Tetapi gereja menghadapi ancaman lain, salah satu yang bahkan mungkin le-
bih berbahaya daripada penganiayaan dari luar. Dan itu adalah ancaman dari
dalam. Sama seperti bangsa Yahudi di masa lalu harus menghadapi nabi-nabi
palsu, pengikut Yesus di zaman Petrus harus menghadapi guru-guru palsu yang
akan “memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan” (2 Ptr.
2:1) ke dalam gereja itu sendiri. Dan, bahkan lebih buruk, Petrus memperi-
ngatkan bahwa banyak orang yang akan mengikuti “cara hidup yang merusak”
(2 Ptr. 2:2, NKJV).
Ajaran sesat apa sajakah yang Petrus peringatkan di sini? Bagaimanakah
Petrus menentang mereka, dan karena kita juga menghadapi ancaman dari da-
lam, pelajaran apakah yang dapat diambil dari peringatannya bagi kita sendiri
sekarang ini?
Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 2 Petrus 2:1-3
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Menyadari sementara kita mempunyai bukti kesaksian fir-
man tentang nubuatan Allah, guru-guru palsu akan datang, memperkenal-
kan ajaran sesat berdasarkan pekabaran palsu.
Merasakan: Takut atas kebinasaan yang guru-guru palsu ini datangkan atas
diri mereka sendiri.
Melakukan: Waspada untuk dapat membedakan antara yang benar dan
yang palsu.
Ringkasan: Dalam dunia yang ditandai oleh dosa, hawa nafsu, ketamakan,
penipuan, dan kebencian dari penguasa, Allah tahu bagaimana membebaskan
orang-orang saleh dari pencobaan ini dan menahan orang fasik di bawah peng-
hukuman pada hari pengadilan nanti. Keselamatan kita adalah mengetahui Tu-
han kita dan Juruselamat Yesus Kristus.
Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 2 Petrus 2:1-3, 20, 21
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Sebagaimana nabi yang be-
nar ada (2 Ptr. 1:21), nabi yang palsu dan guru-guru palsu ada pada setiap
zaman (2 Ptr. 2:1). Sebab jika ada kebenaran ada kepalsuan. Mereka yang
sudah pernah mengenal Tuhan Yesus Kristus tetapi akhirnya meninggalkan-
nya lagi oleh karena kebejatan dunia ini akan menjadi lebih buruk daripada
mereka yang belum pernah mengenal jalan kebenaran (2 Ptr. 2:20). Guru-guru
palsu yang telah diamarkan Petrus yang tadinya orang-orang percaya, tetapi
karena keuntungan materi mereka telah meninggalkan jalan yang lurus (2 Ptr.
2:3, 15) dan memperkenalkan ajaran sesat yang merusak, bahkan menyangkal
Tuhan yang menyelamatkan mereka (2 Ptr. 2:1). Pertimbangan mereka pasti
(2 Ptr. 2:3, 9, 10, 12). Namun demikian, Allah mengetahui bagaimana untuk
melepaskan orang percaya dari pencobaan ini (2 Ptr. 2:9), dan Petrus meng-
imbau kepada pembacanya untuk menghindari penipuan yang dilakukan oleh
guru-guru palsu.
Untuk Guru: Sangat erat hubungannya antara 2 Petrus 2:1–3:3 dan Yudas
3-19. Pelajaran Alkitab edisi standar telah menunjukkan beberapa persamaan
antara dua pasal ini. Masih banyak lagi. Sangat menolong untuk mempelajari
persamaan ini untuk mendapat gambaran yang lebih luas tentang situasi di ge-
reja pada zaman Petrus dan Yudas. Sementara ada persamaan besar, ada juga
perbedaan penting yang menambah pengertian tentang situasi mereka, banyak
yang membaca empat Injil untuk menolong melengkapi gambaran yang lebih
jelas mengenai pelayanan hidup Yesus. Sejauh ini, telah terbukti tidak mung-
kin mengetahui hubungan sebenarnya antara 2 Petrus dan Yudas, tetapi persa-
maannya tidak dapat disangkal.
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS membaca bersama 2 Petrus 2:1-19 dan
Yudas 3-16. Bandingkan ayat-ayat ini untuk mengetahui persamaan dan per-
bedaannya dan diskusikan keadaan pada jemaat Kristen yang mula-mula untuk
melihat tingkat perhatian kedua pengarang buku ini. Sampai sejauh manakah
ayat-ayat ini menerangkan situasi endemis yang dialami jemaat Kristen?
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Tekanan di sekitar kita yang menguras kekuatan rohani dan
menghancurkan kehidupan rohani. Kita tunduk kepada kuasa ini dan dikuasai
olehnya atau kita mencari kasih karunia Tuhan dan kuasa untuk mengatasinya.
Petrus mengatakan bahwa jika kekuatan ini menguasai kita, kita akan menjadi
lebih buruk daripada sebelum kita mengenal jalan kebenaran.
Komentar Alkitab
I. Yang Benar dan yang Salah
(Tinjau Kembali 2 Petrus 2:1-3 Bersama UKSS Anda.)
Petrus membandingkan nabi yang benar (1:21) dengan nabi yang palsu dan
guru yang palsu yang timbul dari dalam jemaat. Mereka memperkenalkan ke-
binasaan ajaran sesat yang merusak dan penolakan akan Yesus dan penebusan-
Nya atas dosa, tetapi dalam melakukan ini, mereka membawa kehancuran bagi
diri mereka sendiri (2 Ptr. 2:1). Sialnya, “Banyak orang akan mengikuti cara
hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu dan karena mereka Jalan Kebenaran
akan dihujat” (2 Ptr. 2:2). Orang orang ini didorong oleh nafsu ketamakan, me-
nipu orang orang yang tidak bersalah dengan harapan mendapat keuntungan
materi (2 Ptr. 2:3, 15). Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama
tersedia (2 Ptr. 2:3).
Pertimbangkanlah Hal Ini: Dalam bentuk apakah nabi-nabi palsu ini ber-
tindak dalam gereja dan dalam dunia dewasa ini? Bagaimanakah kita dapat
mengenal mereka jika kita melihat mereka?
II. Beberapa Contoh Kesalehan di Tengah Kefasikan
(Tinjau Kembali 2 Petrus 2:4-10 Bersama UKSS Anda.)
Petrus memberikan beberapa contoh untuk menggambarkan pernyataannya
dalam ayat 3 tentang penghakiman dari guru-guru palsu, tidak menganggur
dan kebinasaannya tidak tertidur. Pertama, dia merujuk kepada malaikat yang
dibuang dari surga dan ditempatkan “dalam gua-gua yang gelap sampai hari
penghakiman” (2 Ptr. 2:4). Lalu ia merujuk pada dunia dahulu kala, di mana
Allah mengirimkan kebinasaan melalui air bah untuk membinasakan orang-
orang kafir sementara menyelamatkan Nuh, seorang pengkhotbah kebenaran,
dan tujuh lagi yang lainnya (2 Ptr. 2:5). Kemudian, ia merujuk kepada Sodom
and Gomora, yang dibakar menjadi debu, sebagai contoh apa yang akan terjadi
bagi orang-orang jahat (2 Ptr. 2:6) dan sebaliknya tindakan Allah menyela-
matkan Lot, “orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup
orang yang tak mengenal hukum” dan “setiap hari melihat dan mendengar
perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu
tersiksa” (2 Ptr. 2:7, 8).
Jika Allah dapat melepaskan Nuh dan Lot dari tengah-tengah keadaan
orang-orang jahat, ditentukan untuk kebinasaan, kemudian, Petrus menekan-
kan, Allah juga tahu melepaskan orang jahat dari pencobaan dan pergumul-
an (peirasmos) dan menetapkan orang-orang jahat untuk hari penghakiman (2
Ptr. 2:9). Petrus menambahkan bahwa Allah sanggup membuat surat “teruta-
ma mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan
menghina pemerintahan Allah” (2 Ptr. 2:10), kebejatan dan cemoohan mereka
adalah akar masalah bagi mereka yang menjadi guru-guru palsu.
ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Banyak dari evangelis jarak jauh sekarang ini menjadi kaya
dan terkenal mengabarkan tentang Injil yang kelihatannya tidak bertentang-
Hari Tuhan
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 2 Ptr. 3:1, 2; Yoh. 21:15–
17; 2 Ptr. 3:3–13; Mzm. 90:4; Mat. 24:43–51; 2 Ptr. 3:14–18.
Ayat Hafalan: “Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara de-
mikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup” (2 Petrus 3:11).
D
i masa lalu orang yang tidak percaya pada Tuhan dipandang sebagai
orang yang tidak dapat dipercaya, bahkan kemungkinan orang yang
berbahaya. Mengapa? Idenya sederhana: Jika mereka tidak percaya
pada Tuhan, maka mereka tidak percaya pada penghakiman yang akan datang
di mana mereka harus bertanggung jawab di hadapan-Nya akan perbuatan-
perbuatan mereka. Tanpa motivasi penghakiman ini, orang akan memiliki ke-
cenderungan lebih besar untuk melakukan kesalahan.
Meskipun pemikiran seperti itu agaknya kolot (dan “secara politik tidak te-
pat”) sekarang ini, seseorang tidak dapat menyangkal logika dan alasan di ba-
lik hal itu. Tentu saja, banyak orang yang melakukan yang benar bukan karena
takut pada penghakiman yang akan datang. Sedangkan, pengharapan untuk
bertanggung jawab kepada Allah pastilah dapat menolong memotivasi perila-
ku yang benar.
Sebagaimana yang kita telah lihat, Petrus tidak takut memperingatkan ten-
tang penghakiman yang akan dihadapi oleh orang-orang yang berbuat jahat di
hadapan Allah, karena Alkitab sangat jelas bahwa penghakiman itu akan terja-
di. Dalam konteks ini, Petrus berbicara dengan jelas tentang hari-hari terakhir,
penghakiman, kedatangan Yesus yang kedua, dan waktu ketika “unsur-unsur
dunia akan hangus dalam nyala api” (2 Ptr. 3:10). Petrus tahu bahwa kita se-
mua adalah orang berdosa, dan dengan demikian, dengan pandangan demikian
di hadapan kita, dia bertanya: “betapa suci dan salehnya kamu harus hidup” (2
Ptr. 3:11).
Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 2 Petrus 3:1-7, 11-13
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Memahami bahwa penghakiman yang akan datang itu pasti
sebagaimana tindakan Allah pada masa yang lalu juga pasti.
Merasakan: Bersyukur karena Allah itu sabar dan tidak menginginkan se-
orang pun binasa, dan yakinlah bahwa ia berjuang untuk menyelamatkan
setiap orang yang dapat diselamatkannya.
Melakukan: Menghidupkan kehidupan yang suci dan saleh, tidak bercacat
dan berdamai dengan Allah, memandang ke depan dan mempercepat keda-
tangan Kristus.
Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 2 Petrus 3:1, 10-14
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Petrus telah menuliskan dalam
kedua suratnya untuk memberi semangat pembacanya untuk “menghidupkan
pengertian yang murni” (2 Ptr. 3:1). Pengertian ini ada hubungannya dengan
persiapan untuk penghakiman pada “hari Tuhan” yang akan datang. Apabila
langit akan dibinasakan dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena
nyalanya. (2 Ptr. 3:12). Pengolok-olok akan sungguh-sungguh menolak peng-
hakiman yang akan datang. Mereka membantah bahwa Allah tidak melakukan
intervensi pada masa lalu, jadi kita tidak akan mengharapkan Ia akan melakukan
intervensi pada masa yang akan datang. Orang-orang yang percaya akan Alkitab
mengetahui bahwa Allah terlibat dalam Penciptaan dunia dan bencana Air Bah
di dunia ini, dan Ia akan melakukan hal yang sama lagi, tetapi dengan api (2
Ptr. 3:3-7). Pengetahuan ini sebagai pendorong untuk menghidupkan kehidupan
yang suci dan saleh sebagai persiapan untuk penghakiman yang hebat itu (2 Ptr.
3:11, 14).
Untuk Guru: Roma 1:18-21 menunjukkan bahwa, berdasarkan banyak bukti
pada alam, tidak ada alasan untuk tidak peduli pada kuasa dan Keilahian Allah.
Namun, Petrus menunjuk kepada pengolok-olok pada masa lalu yang menolak
intervensi Allah dalam sejarah, baik pada masa lampau maupun pada masa yang
akan datang.
Pengolok-olok pada akhir zaman mengajarkan ajaran uniformitas. Pandang-
an ini menerima kenyataan bahwa sejarah adalah lingkaran yang tak terputus
dari materi sebab dan akibat, yang bertanggung jawab untuk semua kejadian
tanpa keterlibatan supra alami. Menyatakan bahwa sejarah merupakan konti-
num tertutup, mereka bersikeras adanya homogenitas mendasar antara semua
peristiwa sehingga analogi dapat dibuat antara dua atau lebih poin dan keadaan
sekarang ini dapat menjadi kunci untuk menerangkan masa lalu dan masa yang
akan datang, “Segala sesuatu tetap seperti semula pada waktu dunia diciptakan”
pencemooh menegaskan (2 Ptr. 3:4,).
Dengan mengesampingkan keberadaan spraalami ada masa lalu, pengolok-
olok Alkitab dapat mengendalikan variabel, dengan harapan keseragaman dalam
tingkat perubahan, menambah waktu panjang masa lalu dan menganggap masa
depan yang panjang di mana mikro evolusi akhirnya menghasilkan makro evo-
lusi. Dengan demikian mereka dapat menyangkal enam hari Penciptaan secara
literal sebagaimana yang dinyatakan oleh Alkitab, sama halnya dengan Air Bah
Nuh yang menutupi seluruh dunia. Sebagaimana yang kita ketahui sekarang ini.
Menyangkal kegiatan Allah pada sejarah masa lalu, termasuk Kejadian dan
penghakiman, mereka merasa yakin untuk menyangkal kegiatan Allah masa
akan datang. Termasuk penghakiman terakhir dan kehidupan yang baru. Petrus
menyatakan bahwa tuntutan ini adalah kebodohan yang disengaja dalam meng-
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Komentar Alkitab
I. Penghakiman yang Tertunda Bukan Penghakiman yang Dibelokkan
(Tinjau Kembali 2 Petrus 3:8-13.)
Walaupun penundaan jelas dalam antisipasi hari penghakiman, yang me-
nyebabkan banyak pengejek peristiwa itu, Petrus memastikan pada pembaca-
nya bahwa apa pun yang menyebabkan keterlambatan Allah dalam menepati
janjinya mengenai penghakiman tidak ada alasan untuk mengurangi kepastian
penghakiman itu. Allah tidak melihat waktu dari sudut pandang manusia dengan
umur yang singkat, tetapi dari perspektif ilahi yang tidak berkesudahan (ban-
dingkan dengan Mzm. 90:4). Ia sabar dalam menjatuhkan hukuman, tidak rela
seorang pun binasa, Ia ingin semua bertobat.
Namun demikian, hari Tuhan akan datang. Seperti pencuri pada malam, ba-
nyak orang akan terkejut karena mereka tidak mendengarkan perintah Yesus
agar waspada dan berjaga. Ini merupakan peristiwa dahsyat. Langit dan bumi
dan segala yang unsur-unsur yang ada di dalamnya akan hilang lenyap dalam
nyala api. Yang digambarkan oleh Yohanes bagaikan lautan api (Why. 20:14).
Permohonan Petrus sangat tegas: “Jika segala sesuatu ini akan hancur secara
demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup. Yaitu kamu yang menan-
tikan dan mempercepat kedatangan hari Tuhan” (2 Ptr. 3:11, 12) (Catatan: Di
sini Petrus mempersatukan semua penghakiman akhir dalam satu gambaran. Dia
tidak berusaha untuk memisahkan Kedatangan yang Kedua dari penghakiman
akhir tetapi menyatukannya menjadi Hari Tuhan yang akan datang. Janganlah
seorang mencoba untuk membentuk kembali peristiwa-peristiwa akhir zaman
dari ayat ini, karena bukan itu tujuan Petrus. Melainkan, ia berbicara mengenai
persiapan untuk penghakiman.)
Pertimbangkanlah Hal Ini: Apakah bahayanya sebuah penundaan secara
teologi, dan sebaliknya, dengan teologi di mana jam kosmik Allah menentukan
segala sesuatu berdasarkan Kemahatahuan-Nya?
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Yes. 53:5, 6, 9; Im. 16:16–
19; Im. 11:44; Rm. 13:1–7; 1 Kor. 14:40; 2 Tim. 3:16.
Ayat Hafalan: Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya
di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk
kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” (1 Petrus 2:24).
S
urat Petrus yang pertama dan kedua ditulis untuk tujuan praktis. Dalam
1 Petrus, masalah utama yang Petrus tantang adalah penganiayaan yang
orang Kristen hadapi. Dalam 2 Petrus, masalah utamanya adalah guru-
guru palsu. Petrus menulis dengan tegas dan berwibawa saat ia berusaha untuk
mendorong pembacanya serta memperingatkan mereka sehubungan dengan
tantangan di hadapan mereka.
Hal yang penting adalah bahwa Petrus merespons kedua masalah itu dalam
bahasa teologis. Penderitaan yang disebabkan oleh penganiayaan menggiring
Petrus untuk memikirkan penderitaan dan kematian Yesus, yang telah meng-
hasilkan keselamatan kita. Guru-guru palsu akan menghadapi penghukuman,
yang akan berlangsung setelah Yesus datang kembali ke dunia ini. Inilah bebe-
rapa pokok pikiran yang Petrus uraikan di dalam kedua suratnya.
Pelajaran pekan terakhir ini akan membahas lebih mendetail tentang lima
pokok pikiran yang Petrus tuliskan: Penderitaan Yesus yang menghasilkan ke-
selamatan kita; sambutan praktis kita karena mengetahui bahwa Allah akan
menghakimi perbuatan kita pada penghakiman terakhir; harapan yang kita mi-
liki dalam kedatangan Yesus yang segera; tatanan dalam masyarakat dan dalam
gereja; dan peran yang Kitab Suci miliki dalam memberikan bimbingan bagi
kehidupan kita.
Ringkasan Pelajaran
ÂÂAyat Inti: 2 Petrus 3:1, 2, 17, 18
ÂÂAnggota UKSS Akan:
Mengetahui: Merefleksikan isu-isu teologis kunci yang Petrus telah tulis-
kan dan mempertimbangkan keserasian dengan pekabaran Alkitab lainnya.
Merasakan: Takjub dengan jaminan kehidupan kekal dalam Yesus, dan
pengharapan kedatangan-Nya yang kedua kali.
Melakukan: Bersedia dan berjaga terhadap penipuan dan biarlah acara ini
menolong dia untuk bertumbuh dalam kasih karunia dan pengetahuan ten-
tang Allah dan Yesus Kristus Tuhan.
Siklus Belajar
ÂÂLANGKAH 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 2 Petrus 1:2-4, 12-15
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Allah telah menyediakan
bagi kita segala yang kita perlukan untuk kehidupan dan kesalehan melalui pe-
ngetahuan kita tentang Dia dan tentang Yesus Tuhan kita. Petrus mengingatkan
kita bahwa Dia telah memberikan kita janji yang besar dan berharga agar di
dalamnya kita hidup dan beroleh kuasa untuk mengatasi hidup alamiah manu-
sia yang penuh dosa dan ambil bagian dengan Keilahian.
Untuk Guru: Sedapat mungkin tetap perhatikan lima bidang teologi yang
kita fokuskan pekan ini. Cobalah untuk menghubungkan itu dengan peranan
Kristus secara keseluruhan dalam hidup dan pengalaman Kekristenan. Petrus
menggambarkan Yesus sebagai contoh Seorang yang menderita sebagai korban
pengganti untuk penyucian bagi kita. Allah memanggil kita untuk menjadi suci
(Penyucian) dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai tanggapan terhadap peng-
hakiman yang akan datang. Kita mempunyai pengharapan untuk dipermuliakan
pada kedatangan Kristus. Melihat pada persiapan kita untuk hidup dalam Kera-
jaan Allah yang kekal, kita perlu mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip dan
peraturan Ilahi dalam masyarakat dan di gereja. Alkitab adalah pedoman dan
petunjuk untuk semua persiapan dan implementasinya, dan ini harus menjadi
pusat kehidupan orang Kristen yang utama. Ini akan menghindari kita agar tidak
tertipu oleh guru-guru palsu yang akan menyesatkan kita dan menyebabkan ke-
jatuhan kita dari iman kita yang teguh dalam kebenaran sebagaimana terdapat
dalam Yesus.
Diskusi Pembuka: Mintalah UKSS untuk membaca bersama 2 Petrus 1:2-4,
12-15 dan 3:1, 2, 17, 18. Diskusikan apa tujuan Petrus dalam menuliskan ke-
dua suratnya kepada orang percaya yang tersebar di Asia Kecil. Bagaimanakah
tujuan-tujuan ini berhubungan dengan kelima tema teologi itu.
ÂÂLANGKAH 2—Menyelidiki
Komentar Alkitab
I. Harga Keselamatan Kita
(Tinjau Kembali 1 Petrus 1:18, 19; 2:22-25; 3:18 Bersama UKSS Anda.)
Bahasa Penebusan merupakan bahasa harga dan pengeluaran. Berapakah har-
ga yang dibayar Allah untuk menebus manusia yang jatuh dalam dosa? Harga-
nya tak dapat dibayar dengan perak, emas, atau bahan material lainnya. Hukum
menuntut hidup orang berdosa itu. Satu-satunya jalan untuk menebus manusia
adalah menggantikan hidup dengan hidup. Pelajaran ini dengan jelas diajarkan
dalam Perjanjian Lama dalam pelayanan-pelayanan di Bait Suci, dan Yesus
ÂÂLANGKAH 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Sementara kita menggambarkan seri pelajaran ini lebih de-
kat, sangatlah menolong untuk mendorong anggota UKSS untuk menyimpulkan
beberapa pokok-pokok penting dari Rasul Petrus yang ditemukannya berguna