PRODI: FILSAFAT
SEMESTER: V
TAHUN 2021
Tugas Homilitika 1
Teks Kitab suci di atas kemudian diganti dengan Teks dari Injil Lukas 5: 1-11
dengan judul perikop “ Penjela Ikan menjadi Penjala Manusia”
A. Awal Perikop
Ayat 1: dimulai dengan Yesus yang akan mengajar orang banyak di danau
Genasaret.
Ayat 2-3: Kisah peralihan dari Yesus dan orang menuju ke Yesus dan para
Nelayan
Ayat 4-6: Kisah Yesus melakukan mujizat penangkapan ikan kepada para
Nelayan.
B. Koherensi Internal
Keseluruhan kisah terjadi di danau Genesaret
Terdapat tiga dialog antara Yesus dan Petrus dengan reaksi yang berbeda:
1) ayat4-5: ayat 4: Yesus menyuruh Petrus bertolak ke tempat yang lebih dalam
dan pada ayat 5 terdapat jawaban Petrus.
2) ayat 8: Simon yang kagum dengan mujizat dari Yesus sehinga tersungkur di
depan Yesus
3) ayat 10-11: ayat 10: Yang mengisahkan Yesus memanggil Petrus, Yokobus,
dan Yohanes untuk menjadi penjala manusia. ayat 11:Mereka menanggapi
panggilan Yesus.
C. Akhir Perikop
Ayat 11: merupakan akhir perikop di mana Simon, Yohanes, dan Yakobus
meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus.
2) ayat 8: Simon yang kagum dengan mujizat dari Yesus sehinga tersungkur di depan
Yesus.
3) ayat 10-11: ayat 10: Yang mengisahkan Yesus memanggil Petrus, Yokobus, dan
Yohanes untuk menjadi penjala manusia. ayat 11:Mereka menanggapi panggilan Yesus.
A. Renungan Pertama
Lukas 5:1-11 ( penjala ikan menjadi penjala manusia)
Mari kita lihat kisah pertemuan Petrus dengan Yesus. (Lukas 5:1-11). Kejadiannya di
pinggir pantai Genesaret, dimana Yesus pada saat itu tengah dikerumuni banyak orang yang siap
mendengarkan khotbahNya. Petrus dan rekan-rekannya pada saat itu sedang mencuci jalanya
dengan tangkapan nihil. Apa karena Petrus dan rekan-rekan merupakan nelayan amatiran? Tentu
tidak. Sebagai nelayan tentu mereka sudah melakukan itu sejak usia muda. Mereka tentu terlatih.
Mereka tahu kapan saat yang tepat untuk menangkap ikan, bagaimana menghindari ombak dan
badai, bahkan saya yakin mereka punya naluri yang baik untuk mendeteksi di mana ikan akan
banyak terdapat. Tapi itulah yang terjadi pada hari itu. Mereka tidak mendapatkan satu
tangkapan pun. Semalaman penuh di danau tapi tidak membawa hasil apapun.
Di saat itu mereka bertemu dengan Sosok yang belum pernah mereka jumpai
sebelumnya. Dan Sosok itu datang menghampiri, naik ke atas perahu Petrus, bukan untuk
menyewa perahunya atau mau menangkap ikan, tapi Dia ingin menggunakan perahu Petrus
untuk memberitakan firman Tuhan. Jika itu sudah cukup aneh, lihatlah hal yang lebih aneh lagi.
Sosok asing ini jelas-jelas bukan seorang nelayan. Tapi Dia malah menyuruh Petrus untuk
kembali ke tengah danau dan menebarkan jala lagi. "Setelah selesai berbicara, Ia berkata
kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap
ikan." (Lukas 5:4). Simon Petrus dan teman-temannya pasti merasa aneh, karena mereka yang
ahli menangkap ikan saja sudah gagal melakukan itu tanpa hasil apapun. Jika kita di posisi Petrus
apa yang akan kita lakukan? Sinis? Tertawa? Marah karena merasa dipermainkan? Mungkin itu
yang menjadi reaksi spontan kita, tapi tidak bagi Petrus. Lihatlah apa yang dilakukannya. Ia
mengambil sebuah langkah iman. Ia memilih untuk menuruti Yesus. "Simon menjawab: "Guru,
telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena
Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." (ay 5). Sebuah pilihan yang tepat yang
mengubahkan hidup. Kita tahu yang terjadi kemudian. Lihatlah apa yang disediakan Tuhan
kepada orang yang taat kepadaNya. Tuhan bukanlah Sosok yang hanya berguna untuk urusan-
urusan rohani saja. Jika Tuhan dilibatkan, maka keberadaan Tuhan itu akan membawa berbagai
hasil yang luar biasa dalam segala sisi kehidupan. Betapa seringnya kita menyampingkan Tuhan
untuk urusan-urusan pekerjaan atau hal duniawi lainnya. Atau bagi sebagian orang mungkin ragu
apakah Tuhan memang mau terlibat dalam urusan kerja dan sebagainya.Tuhan tentu mau. Dia
begitu mengasihi kita anak-anakNya dan telah menyiapkan segala yang terbaik bagi diri kita.
Hari ini marilah kita mengambil komitmen untuk melatih diri melangkah lebih dalam
lagi. Teruslah menapak hingga kita bisa menemukan berkat-berkat berkelimpahan yang telah Dia
sediakan bagi kita. Libatkan Tuhan dalam setiap sisi kehidupan, baik pekerjaan, keluarga,
pelayanan, pendidikan dan sebagainya. Perahu iman kita siap untuk dipakai Tuhan untuk
melakukan pekerjaanNya yang besar. Apa yang harus kita lakukan adalah sebuah langkah iman
untuk menuruti Tuhan, percaya kepadaNya dan terus masuk lebih dalam. Petrus sudah
melakukannya. Dia menurut dan melemparkan jalanya di tempat dalam, dan ia pun melihat
bagaimana Tuhan bekerja dalam hidupnya. Ia menuai berkat secara luar biasa, hingga tidak lagi
sanggup ia terima sendirian. Jangan pilah-pilah mana yang berhubungan dengan Tuhan dan
mana yang tidak, karena Tuhan rindu untuk memberkati setiap usaha yang anda lakukan dalam
hidup saat ini. Siapkah anda menebarkan jala untuk menerima berkat? Bertolaklah ke dalam.
Berkat Tuhan tersedia bagi semua orang yang mau mengambil langkah iman untuk
menuruti perintahNya
Tugas V: Revisi Khotbah
B. Revisi Renungan
(Lukas 5:1-11)
Ketika ibu saya mengandung saudara perempuan saya yang bungsu, ia mengidam
makanan laut yakni ikan samandar, dan pada saat itu sudah jam 23:00 WIB; Karena merasa
bingung, ayah saya pergi menemui salah satu nelayan di desa kami untuk meminta bantuannya
untuk menangkap ikan samandar. Ketika nelayan itu mendengar permintaan ayah saya, ia
langsung bergegas menyiapkan perahunya untuk pergi mencari ikan tersebut agar ibu yang yang
sedang mengidam dapat terpenuhi.
Dalam bacaan injil yang tadi kita dengar, dikisahkan mengenai panggilan Tuhan kepada
Petrus dan teman-temannya yakni Yakobus dan Yohanes. Panggilan Tuhan nyata kepada mereka
ketika mereka telah mengalami kesusahan semalaman dalam mencari ikan, kemudian Yesus naik
ke perahu Petrus dan memintanya untuk menyebarkan jalanya sekali lagi. Secara logis Petrus
dapat menolak perintah Yesus tadi, karena Petrus adalah seorang nelayan dan tentu ia lebih
mengetahui kondisi lautan dari pada Yesus. Akan tetapi, dalam injil mendengar bahwa Petrus
tidak menolak perintah Yesus. Dia pun bertolak ke tempat yang lebih dalam untuk menebarkan
jalanya, tepat seperti apa yang diperintahkan Yesus; dan dikisahkan bahwa mereka menangkap
ikan dengan jumlah yang besar sampai jala mereka robek.
Saudara-saudari terkasih, peristiwa dalam injil Lukas mengenai panggilan nelayan, akan
terjadi pula pada kita ketika kita mengarahkan pelayanan kita seperti apa yang Tuhan mau.
Pelayanan kita tidak akan sia-sia, tetapi akan menjadi pelayanan yang berbuah banyak. Akan
tetapi di masa sekarang ini banyak pelayan Tuhan yang mengarahkan pelayanan mereka tidak
sesuai keinginan Tuhan melainkan keinginan sendiri; dan sering kali kita pun melakukan hal
yang sama.Betapa keliurunya kita dalam berprilaku demikian. Kemampuan dan talenta sudah
diberikan Tuhan secara Cuma-Cuma kepada kita, dan apakah balas budi kita terhadap pemberian
Tuhan itu? Apakah kita akan sama seperti rasul Petrus sebagai seorang nelayan ataukah kita tetap
dengan situasi dan keadaan kita dimana perintah Tuhan kita abaikan begitu saja. Jika hal
demikian terjadi, jangan heran jika suatu saat kita akan jatuh dan tidak dipakai Tuhan dalam
karya pelayanan panggilan; jangan heran jika diri kita mulai jauh adri Tuhan yang selalu ada
bersama kita ketika kita dalam suka maupun dalam duka
Oleh karena itu saudara-saudari terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, marilah kita
belajar dari rasul Petrus yang patuh penuh pada seluruh perintah Tuhan, walaupun terlihat tidak
masuk akal atau rasio kita. Tuhanlah yang memiliki pelayanan , sehingga Dialah yang berhak
menentukan arah dan tujuan dari panggilan kita masing-masing dan tentu panggilan pelayanan
yang seturut kehendak Tuhan akan selalu menghasilkan buah yang berlimpah.
Semoga Demikian
AMIN
Tugas VI Homilitika Video Khotbah Pribadi
Link: Https://youtu.be/lexhZor_OVY
Komentar:
1. Dari Asri Lavita Abusalam: Semangat Fr
2. Cppcnolte: Terima kasih fr.
3. Patricia A. V. Oroh: Mantap Fr
4. Miracle Dorothea: Mantap Fr
5. Zagita Pungus: Mantap Fr
6. Kimberli Kaligis: Maju Fr
7. Andrea Sumanti: Terima kasih
Evaluasi diri:
Sebelum mengevaluasi diri secara pribadi, hal pertama yang hendak saya katakan ialah
bahwa segala sesuatu yang terlihat atau dipandang mudah belum tentu dapat dilaksanakan pula
Secara mudah sesuai dengan pemahaman kita. Hal ini saya rasakan saat melakukan rekaman
khotbah. Akan tetapi, melalui pengalaman ini, saya akhirnya memperoleh sedikit kemampuan
untuk berbicara di depan umum dengan lebih baik, walaupun tidaki sebaik atau sesempurnah
pembicara lainnya.
1. Hal Positif
Hal posistif pertama yang saya peroleh ialah keberanian; awalnya saya merasa
gugup ketika proses rekaman akan dimulai. Namun ketika saya mempersiapakan
diri dengan baik kemudian rasa gugup itu mulai hilang.
Adanya Persiapan: tentunya saya telah membuat persiapan; akan tetapi sering kali
apa yang saya persiapan tidak berjalan dengan baik ketika melakukan rekaman
video khotbah
Suara: pada video dapat didengar dengan baik suara saya dan terdengar pula
dengan jelas
Gerak tubuh: walaupun gugup tapi saya sudah berusaha untuk membuat gerakan
tubuh walaupun sering kali terlihat kakuh
Kemudian saya membuat inisiatif untuk melakukan rekaman khotbah di alam
karena bagi saya nuansa alam lebih natural untuk khotbah saya.
2. Hal negatif
Tentu bahwa masi ada rasa gugup saat melakukan rekaman
Karena rasa gugup itu maka pada bagian pengolahan injil dan pesan mulai ada
kesalahan
Kemudian mengenani posisi berdiri juga tidak sesuai dengan apa yang diajarkan
Kemudian bagian ilustrasi juga terlalu panjang
Dari Evaluasi tadi, maka tentu ada hal yang perlu yang saya kembangkan sebagai seorang
pengkhotbah yakni kepercayaan diri dan persiapan. Sesuai dengan video pribadi maupun
video khotbah kelompok, saya secara pribadi merasa masih kurang dalam dua hal
tersebut. Oleh karena itu untuk selanjutnya sebagai seorang pengkhotbah saya akan
berusaha untuk melakukan persiapan diri dengan sebaik mungkin dan lebih berani lagi
untuk berkhotbah.
Refleksi:
Berubah Untuk Berkembang
Selama menjalani panggilan sebagai seorang calon imam, hal yang sering membuat saya
merasa sangat gugup ialah berkhobah; akan tetapi saya juga menyadari bahwa berkhotbah
merupakan salah satu hal penting atau tugas penting bagi saya sebagai seorang calon imam.
Banyak pengalaman baik atau pun buruk yang sering saya alami saat berkhotbah, sering kali
ditertawakan , sering pula di puji dengan berbagai alasan. Akan tetapi dengan semua itu, saya
menyadari semua itu merupakan dukungan dan doa bagi saya sebagai seorang calon imam.
Setiap orang tentu memiliki pengalaman yang membuat diri menjadi pribadi yang baik
atau pun buruk. Secara pribadi penglaman mengikuti kuliah homilitika di Sekolah Tinggi Filsafat
Seminari Pineleng merupakan suatu kebanggan; dimana melalui proses pembelajaran yang ada,
saya secara pribadi pertama-tama dapat mengetahui dengan baik bagaimana cara dan apa yang
dibuat untuk menjadi seroang pengkhotbah yang baik dan benar, selain itu juga menjadi
pengkhotbah yang menarik juga bagi pendengar. Banyak hal yang telah saya peroleh oleh karena
itu, saya akan berusaha untuk menerapkan semua pengetahuan yang telah saya peroleh ketika
berkhotbah di mana pun dan dalam keadaan apa pun.
Sehubungan dengan proses perkuliahan Homilitika di STF-SP, pada dasarnya sudah
berjalan dengan baik; di mana ada proses pembelajaran secara teori dan juga praktek, harapan
saya ialah untuk tetap menjalankan dua proses ini terus menerus; akan tetapi berdasarkan
pengalaman, sering kali proses belajar di kelas menjadi hal yang membosankan sehingga saya
secara pribadi merasa bosan dan mengantuk, oleh karena sebagai usul saya yakni kedepannya
proses pembelajaran homilitika ini dapat dilakukan di luar kelas; tempatnya bisa disesuaikan
agar proses pembelajaran tidak membuat para mahasiswa merasa bosan; dan lebih dari bagi saya
salah cara yang efektif dari proses keliah homitika ialah pembuatan video khotbah baik pribadi
maupun kelompok karena melalui praktek ini kami dilatih untuk menjadi prngkhotbah yang baik
sesuai dengan apa yang dituntut dari seorang pengkhotbah.