Soru
1
PELAJARAN DARI SANG
TABIB
(Luk 1:1-4)
Injil Lukas yang kita miliki sekarang ini dipercaya sebagai hasil karya
seorang yang bernama Lukas. Siapakah Lukas ini sesungguhnya? Dari
data Alkitab kita mengetahui bahwa sesungguhnya Lukas adalah seorang
tabib/dokter yang adalah rekan pelayanan Paulus (Kol 4: 14). Menariknya
adalah bahwa Lukas ini ternyata bukanlah seorang Yahudi (Kol 4:10-
11,14). Ia berasal dari Antiokhia di Siria. Dengan demikian Lukas adalah
satu-satunya penulis PB yang bukan orang Yahudi. Tradisi juga
mengatakan bahwa Lukas juga adalah seorang pelukis yang sangat mahir.
Sebuah lukisan Maria dalam sebuah Katedral di Spanyol saat ini dianggap
sebagai hasil karya Lukas. Lepas dari benar tidaknya tradisi ini namun
memang tidak dapat dipungkiri bahwa perasaan seorang seniman melekat
pada diri seorang Lukas dan itu nampak dalam Injil yang ditulisnya.
William Barclay memberikan penilaian kepada Lukas sebagai ‘seorang
yang mampu melihat hal-hal yang hidup’. (Pemahaman Alkitab Setiap
Hari – Injil Lukas; hal. 1) Selain Injil Lukas, tabib Lukas juga menulis
kitab yang lain yakni Kisah Para Rasul. (lihat : Kis 1:1)
1
Gaya penulisan populer
Hal lain yang menarik dari Injil Lukas ini adalah bahwa bahasa
Yunani yang terbaik dalam PB terdapat dalam Injil Lukas. Perhatikan
beberapa komentar berikut ini : William Barclay : “Empat ayat pertama
merupakan bahasa Yunani yang hampir-hampir tanpa cacat dalam
Perjanjian Baru”. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Injil Lukas; hal.
3). Alkitab Hidup Berkelimpahan : “Kitab ini mempunyai kesusastraan
terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar
biasa, kosa kata kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali”.
B.J. Boland : “Bahasa dan gaya tulisannya membuktikan bahwa
pengarang adalah tergolong “orang-orang cendekiawan” pada zaman
dahulu itu. Ditinjau dari sudut bahasa, Injil karangan Lukas melebihi
segala kitab dan surat lain dalam Perjanjian Baru. Sekalipun Lukas
menggunakan bahasa Koine (= semacam bahasa Yunani sehari-hari),
setiap kali ternyata bahwa ia juga mengenal bahasa “Yunani tinggi”
dengan baik” (Tafsiran Alkitab Injil Lukas; hal. 4)
Injil yang terlengkap
Dari semua yang sudah dicatat tentang tabib Lukas dan Injilnya ini kita
dapat melihat satu hal yang sangat indah bahwa Lukas tahu memberikan
atau mempersembahkan yang terbaik darinya untuk Juruselamatnya, Yesus
Kristus. Bagi Lukas, Yesus Kristus adalah pribadi yang unik dan
karenanya Ia layak menerima segala yang terbaik. Ini seharusnya menjadi
pelajaran bagi kita bahwa dalam hidup kekristenan kita, Kristus
seharusnya menerima segala yang terbaik dari kita karena Ia sudah terlebih
dahulu memberikan yang terbaik bagi kita (hidup-Nya sendiri).
Belajar dari sang tabib Lukas ini harus membuat kita tahu dan sadar
untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Yesus. Kalau anda bisa
bernyanyi, bernyanyilah yang terbaik untuk Yesus (jangan bermain-main
dalam memuji Tuhan atau dalam beribadah). Kalau anda bisa bermain
musik, bermainlah yang terbaik bagi Yesus. Kalau anda ingin memberikan
persembahan/kolekte, berilah yang terbaik bagi Yesus (bukan dari sisa
belanja). Kalau anda bisa berkhotbah, berkhotbahlah yang terbaik demi
Yesus. Kalau anda bisa mengajar Sekolah Minggu, mengajarlah yang
terbaik demi Yesus. Kalau anda bisa menulis, menulislah yang terbaik bagi
Yesus. Kalau anda ingin menyerahkan seorang anakmu menjadi hamba
Tuhan / Pendeta, serahkanlah yang terbaik, yang terpintar dan yang paling
taat bagi Yesus (bukan menyerahkan yang paling bodoh atau yang paling
nakal). Kalau anda mampu berargumentasi/berapologia dengan baik,
berapologialah yang terbaik bagi Yesus dan kebenaran Firman-Nya dalam
menghadapi semua penyimpangan kebenaran. Kalau anda dikaruniai
kemampuan mencipta lagu, ciptalah lagu yang terbaik bagi Yesus sama
seperti yang dibuat Fanny Crosby. Singkatnya, apa saja yang kita buat
dalam dunia, kita harus melakukannya dengan sungguh-sungguh dan yang
terbaik buat Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Saya percaya
bahwa Yesus tentu bangga dan senang dengan apa yang telah dibuat oleh
tabib Lukas. Saya juga percaya bahwa Yesus pun bangga dan hati-Nya
akan disenangkan ketika melihat umat tebusan-Nya melakukan dan
mempersembahkan segala yang terbaik dalam hidup mereka bagi
kemuliaan nama-Nya. Marilah kita belajar memberi yang terbaik bagi
Yesus dengan satu tujuan agar dapat menyenangkan hati-Nya.
SUDAHKAH PERBUATAN KITA MENYENANGKAN HATI-NYA?
SUDAHKAH HIDUP KITA MEMBUAT YESUS PUAS?
2
Dalam bagian pertama tulisan ini kita sudah belajar bersama dari
sang tabib Lukas di mana ia menulis Injilnya sedemikian rupa (Injil
dengan gaya tulis populer, Injil dengan bahasa Yunani terbaik, Injil yang
paling lengkap, Injil yang paling teliti, Injil yang menyinggung sejarah
sekuler). Hal ini menunjukkan bahwa Lukas tahu memberikan yang
terbaik kepada Juruselamatnya. Demikian pula seharusnya kita.
Pada bagian kedua ini kita masih akan tetap belajar dari tabib Lukas
dan melihat sisi lain dari apa yang sudah kita dengar. Satu hal yang dapat
kita catat lagi tentang Injil Lukas adalah bahwa Lukas menuliskan
Injilnya sebagai Injil bagi orang non Yahudi (gentile). Karena Lukas
bukan orang Yahudi maka ia memang tidak menulis Injilnya kepada
orang Yahudi. Ini berbeda dengan Matius yang mengkhususkan Injilnya
untuk orang Yahudi. Itulah sebabnya dalam Injilnya, Matius banyak
mengutip PL (kira-kira sebanyak 60 kutipan) untuk membuktikan pada
orang Yahudi bahwa sesungguhnya Yesus adalah Mesias yang dijanjikan
dalam PL. Namun karena Lukas menujukan Injilnya bagi orang non
Yahudi maka ia jarang sekali mengutip PL. Berikut ini adalah bukti-
buktinya :
Injil Lukas secara khusus dialamatkan untuk seorang yang
bernama “TEOFILUS”.
Teofilus disebut sebagai ‘yang mulia’. Dari sebutan ini kita bisa
menyimpulkan bahwa Teofilus adalah orang yang mempunyai jabatan
tinggi. Ini bukanlah sesuatu yang aneh pada zaman itu, dan karena itu
istilah ini tidak menunjukkan Lukas sebagai orang yang menjilat.
Bandingkan dengan Kis 26:25 di mana Paulus menyebut Festus dengan
istilah ‘Festus yang mulia’. Ini menggunakan kata Yunani yang sama.
Sebutan ini menunjukkan adanya sopan santun! Dan ini menunjukkan
bahwa orang Kristen harus sopan (bdk. 1 Kor 13:5 - ‘tak lakukan yang tak
sopan’). Tetapi kalau kita melihat pada Kis 1:1, maka pada waktu Lukas
menuliskan Kisah Rasul kepada orang yang sama, ia tidak lagi
menggunakan istilah ‘yang mulia’ ini. Ada orang yang berkata bahwa ini
disebabkan karena pada saat itu Teofilus telah bertobat dan menjadi orang
Kristen, gara-gara membaca Injil Lukas ini. Mayoritas penafsir setuju
bahwa Teofilus ini adalah seorang pembesar kerajaan Romawi. William
Barclay berpendapat : “Ia disebut “Teofilus yang mulia” dan gelar yang
diberikan kepadanya ini adalah gelar yang lazim diberikan pada waktu itu
kepada seorang pejabat tinggi pemerintahan Romawi. (Pemahaman
Alkitab Setiap Hari-Injil Lukas; hal. 2). B.J. Boland juga berkata :
“Mungkin sekali Teofilus adalah orang terkemuka, barangkali pegawai
tinggi Romawi yang tinggal di Italia (di kota Roma?) (Tafsiran Alkitab
Injil Lukas; hal. 10). Sedangkan Merril C.Tenney : “Teofilus, kepada
siapa Injil ini dialamatkan mungkin adalah tokoh masyarakat bukan
Yahudi yang cukup terkemuka. Lukas memberikan salam kepadanya
dengan sebutan “yang mulia” yang di bagian lain dari tulisannya ia
gunakan untuk para pejabat Romawi (Kis 24:3;26:25). Tidak ada yang
diketahui mengenai tokoh ini di luar dua sebutan kepadanya di dalam Luk
1:3 dan Kis 1:1. Dia adalah seorang Kristen yang baru bertobat yang
tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang kepercayaan barunya….”
(The Wycliffe Bible Commentary; hal. 216).
Yahudi)
Ini tentu hal yang luar biasa karena ia bukan orang Yahudi. Bahkan orang
Yahudi saja tidak mengerti hal ini. Bukankah eksklusifisme Yahudi ini
masih menjadi kendala di awal gereja? Yang ingin dikatakan oleh Lukas
adalah bahwa Kerajaan Allah dan keselamatan dalam Kristus bukan hanya
berlaku bagi bangsa tertentu, golongan tertentu, kaum tertentu tetapi
berlaku secara universal (lihat Gal 3:28; Kol 3:11). Itulah sebabnya kita
tidak boleh menjadi halangan bagi orang lain untuk datang pada Kristus
karena Kristus datang bagi semua orang . Di sisi yang lain kita juga harus
dapat melihat dan menyadari bahwa ketuhanan Kristus dan keselamatan di
dalam Kristus berlaku secara universal dan bukan hanya bagi kekristenan
saja. Semua bangsa, semua suku bangsa, semua golongan, semua agama,
semua kepercayaan harus percaya kepada Yesus baru boleh diselamatkan.
Hal ini jelas bertentangan dengan semangat-semangat pluralisme agama
yang dikembangkan oleh beberapa orang yang merasa bahwa Yesus
hanyalah Tuhan bagi orang Kristen dan Yesus hanyalah satu-satunya jalan
keselamatan bagi orang Kristen tetapi hanyalah salah satu jalan kepada
Allah dalam dunia ini.
Lukas jelas menujukan Injilnya bagi orang non Yahudi, dan satu-
satunya tujuan ia melakukan hal itu nampak dari kata pendahuluannya
kepada Teofilus : “supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala
sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar”. (Luk 1:4). Ini
memperlihatkan bahwa satu-satunya tujuan Lukas menulis Injilnya dalam
hubungan dengan sesama manusia adalah agar orang lain (bangsa kafir)
dapat mengenal keselamatan dalam Kristus Yesus. Tentunya dalam
penulisan Injilnya, ia mengorbankan banyak waktu, tenaga, perhatian dan
mungkin biaya dengan satu tujuan agar orang mengenal Kristus. Ia
menulis Injilnya bukan untuk mencari uang, popularitas atau prestise. Ia
benar-benar menggunakan karunianya demi kepentingan pelayanan. Ia
tidak menggunakan karunia untuk cari nama, cari makan atau cari muka
melainkan cari jiwa. Tragisnya sekarang ini banyak orang memakai nama
Tuhan, memakai karunia Tuhan untuk cari nama, cari makan dan cari
muka. Benarlah nasihat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma : “Tetapi aku
menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap
mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima,
menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!
Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus , Tuhan kita, tetapi
melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang
muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang
yang tulus hatinya. (Roma16:17-18). Marilah kita melakukan segala
sesuatu dengan motivasi yang tulus dan tujuan yang mulia agar orang lain
dapat mengenal Kristus. Ketika Yesus memanggil murid-murid-Nya, Ia
berkata : "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
(Mat 4:19). Jadi murid-murid Kristus adalah penjala-penjala manusia
bukan penjala uang, penjala popularitas, penjala keuntungan, dll.
Dipublikasikan oleh:
http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/pelajarandaritabib.html