Anda di halaman 1dari 7

2.

Catatan Lukas tentang Pelayanan Yesus di Galilea: Luk 4,14 – 9,50


2.1 Pendahuluan
Dari berbagai contoh khotbah para rasul yang dicatat dalam Kitab Kisah Para Rasul, kita
pun mengetahui beberapa indikasi tentang bagaimana sesungguhnya para rasul perdana
memberikan kesaksian tentang tindakan penebusan Allah dalam melalui kehidupan, kematian,
dan kebangkitan Yesus. Kisah Yesus, seperti yang diceritakan dan diwartakan oleh para rasul,
tampaknya pertama-tama merujuk ke Galilea sebagai wilayah di mana Yesus memulai pelayanan
umum pengajaran dan penyembuhan-Nya. Contoh paling jelas dari hal ini dapat ditemukan
dalam pidato Petrus, yang disampaikan di rumah Kornelius:
36
Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman
yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari
semua orang. 37 Kamu tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah
Yudea, mulai dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes, 38 yaitu
tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan
kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan
semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia. (Kis. 10:36-38)

Dalam transisi bertahap dari pewartaan lisan ke bentuk Injil tertulis, tradisi awal yang
menghubungkan Galilea dengan awal kehidupan publik Yesus terus memainkan peranan yang
penting. Catatan naratif awal tentang “Kisah Sengsara”, mungkin merupakan bentuk yang paling
awal dari tradisi Injil, termasuk rujukan tentang asal usul pengikut Yesus di Galilea (lihat Mrk
14:70; 15:41) dan janji Yesus untuk muncul kembali di Galilea setelah kebangkitan (lihat Mrk
14:28; 16:7).
Tradisi yang sama ini juga menjelaskan desain menyeluruh dari penceritaan kembali karya
pelayanan publik Yesus yang dimulai dari Galilea dan berakhir di Yerusalem. Dalam ketiga Injil
Sinoptik, kisah kehidupan publik Yesus dimulai dengan kisah naratif tentang pengajaran dan
penyembuhan-Nya saat melakukan perjalanan melalui kota-kota dan desa-desa di Galilea (lihat
Mrk 1:14 – 9:50; Mat 4:12 – 18:35; Luk 4:14 – 9:50), dan kemudian dilanjutkan dengan kisah
perjalanan akhir Yesus dari Galilea ke Yerusalem (lihat Mrk 10:1-52; Mat 19:1 – 20:34; Luk
9:51 – 19:44). Jika Yerusalem mengingatkan orang Kristen sebagai kota tujuan ilahi Yesus,
wilayah Galilea juga dikenang sebagai tempat di mana Yesus pertama kali mulai mengajar dan
menyembuhkan dan mengumpulkan sekelompok pengikut di sekeliling-Nya.
Teks yang akan dipelajari dalam kesempatan ini adalah kisah Lukas tentang pelayanan
Yesus di Galilea dalam Luk 4:14 – 9:50. Bagian ini dimulai dengan ringkasan pernyataan Luk
4:14-15, yang menceritakan kembalinya Yesus ke Galilea dan popularitas-Nya yang meluas
dengan cepat sebagai konsekuensi dari dari aktivitas-Nya di wilayah itu. Selanjutnya, bagian
akhir dari narasi Lukas ini (Luk. 9:50) dibatasi dengan cukup baik dengan bantuan referensi
geografis yang secara eksplisit disebutkan di dalam Luk. 9:51.
51
Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia
mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem (Luk 9:51)
Dalam adegan Transfigurasi versi Lukas, Musa dan Elia berbicara kepada Yesus tentang
"exodus" yang akan Ia selesaikan di Yerusalem (lihat Luk 9,31). Detail unik ini berfungsi untuk
mengantisipasi bagian baru dari narasi yang akan dimulai dalam Luk 9,51 ketika narator
memberi tahu pembaca bahwa pada titik ini “Yesus mengarahkan pandangan-Nya ke
Yerusalem”. Perjalanan ini merupakan sebuah perjalanan yang definitif dari Galilea, karena
dalam adegan berikutnya Yesus dan para pengikutnya dikatakan berada di wilayah Samaria (lihat
Luk 9:52-55). Dimulai dengan pernyataan narator dalam Luk 9:51, sisa pelayanan publik Yesus
selanjutnya meriwayatkan perjalanan Yesus ke Yerusalem, kota tujuan-Nya. Sebelum perjalanan
terakhir ke Yerusalem ini, Lukas menyajikan kepada pembaca dalam Luk 4:14 – 9:50 sebuah
laporan naratif tentang pelayanan keliling Yesus di kota-kota besar dan kecil di Galilea.
2.2 Analisis Awal Narasi
Sebelum beralih menuju pendekatan masing-masing perikop, akan sangat membantu jika kita
melihat Luk. 4:14 – 9:50 secara keseluruhan. Analisis awal narasi ini akan berusaha
mengidentifikasi: (1) fungsi utama Luk 4:14 – 9:50 dalam keseluruhan rancangan Injil; (2) ciri-
ciri sastra dari bagian Injil ini; dan (3) keprihatinan utama yang memandu pilihan redaksional
Lukas dalam menyusun narasi; dan (4) potensi signifikansi Galilea sebagai latar umum untuk
semua episode dalam bagian naratif ini.
2.2.1 Fungsi dalam Injil
Pernyataan ringkasan dalam Luk 4:14-15 menandai langkah maju yang penting dalam narasi ini,
karena ia memulai sebuah kisah yang telah lama ditunggu-tunggu yaitu kisah tentang kehidupan
publik dan pelayanan Yesus.
14
Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia
di seluruh daerah itu. 15 Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ
dan semua orang memuji Dia. (Luk 4:14-15 ITB)

Dua bab pertama dari Injil ini (yaitu Luk. 1-2, yang disebut "Narasi Kisah Kelahiran Yesus")
mencakup serangkaian pemberitaan dan narasi kelahiran yang mengidentifikasi Yohanes dan
Yesus sebagai tokoh utama dalam rencana penebusan Allah bagi Israel. Yohanes memang
dikisahkan akan menjadi nabi terakhir yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan, dan
Yesus sendiri diidentifikasi sebagai pribadi khusus yang datang demi tujuan penyelamatan Allah.
Janji keselamatan, yang diwahyukan kepada Israel dalam Kitab Suci dan yang telah lama
ditunggu-tunggu sebagai sumber harapan dan penghiburan, kini dinyatakan dan digenapi dalam
kelahiran Yesus, Anak Allah dan Mesias keturunan Daud.
Narasi Kisah Kelahiran Yesus kemudian diikuti oleh bagian persiapan (Luk 3:1 – 4:13), lalu
menyusul bagian Luk 4:14 – 9:50. Bagian ini mengetengahkan tentang peristiwa-peristiwa
pelayanan keliling Yesus di Galilea. Penginjil Lukas menyajikannya dengan fokus pada
pelayanan Yesus di Galilea.
2.2.2 Jenis Sastra
Meskipun tidak ada struktur naratif yang komprehensif yang dalam Luk 4:14 – 9:50, namun
orang dapat mendeteksi sejumlah siklus naratif yang memiliki hubungan internal yang erat.
(1) Kisah bagian ini menunjukkan sejumlah "polaritas", dan Lukas berusaha untuk tetap
menjaga seimbang. Pertama, dalam pemilihan dan pengaturan bahannya, Lukas
tampaknya ingin menjaga keseimbangan yang cermat antara pemberitaan dan perbuatan
yang penuh kuasa. Hal ini dilakukannya dengan menyisipkan bahan-bahan khas Penginjil
Lukas dalam kisah narasi Markus, dengan fokus yang lebih cenderung untuk memberikan
perhatian pada perbuatan daripada kata-kata Yesus.
(2) Juga Lukas tetap menjaga keseimbangan antara hidup publik dan hidup pribadi pada
berbagai episode tersebut. Yesus melakukan sebagian besar pelayanan-Nya di tempat-
tempat terbuka, namun Ia juga mundur dari umum secara berkala (lihat Luk 4:42; 5:16;
6:12; 8:22; 9:10.18.28). Dengan demikian, Ia menunjukkan kebutuhan-Nya untuk
menyelami maksud Allah dan mengarahkan diri-Nya kepada orang-orang di sekitarnya,
terutama ketika ia berada dalam situasi yang tidak nyaman (Luk 4:42-43), konflik (Luk
5:16), dan keputusan penting (Luk 6:12).
2.2.3 Kekhawatiran Utama Lukas
Analisis umum Luk 4:14 – 9:50 juga memungkinkan kita untuk mengidentifikasi perhatian
utama yang muncul dalam kisah ini.
Yang pertama adalah teologis. Yesus sendiri mewartakan misi-Nya dengan rujukan langsung
dan tidak langsung pada ayat-ayat Kitab Suci yang berbicara tentang tujuan penyelamatan Allah
(lihat Luk 4:18-19.25-28). Pada saat-saat penting, suara-suara supernatural memperkenalkan
hubungan yang unik antara Yesus dengan Tuhan. Demikian pula, mereka yang menyaksikan
aktivitas mukjizat Yesus biasanya menanggapi dengan memuji Allah (lihat Luk 5:25-26; 7;16).
Kedua, Lukas juga memberikan perhatian pada pertanyaan Kristologis: “Siapakah Yesus?”
Lukas tidak membiarkan pertanyaan-pertanyaan ini tidak terjawab. Ia berusaha untuk
memperlihatkan tanggapan yang muncul dari pengungkapan diri Yesus. Yang menjadi perhatian
besar Lukas adalah tanggapan positif dari murid-murid Yesus. Semua ini berfungsi untuk
mempersiapkan mereka untuk peran masa depan yang akan mereka laksanakan sebagai
pemimpin komunitas orang percaya dan sebagai saksi dari semua yang telah mereka lihat dan
dengar.
2.2.4 Wilayah Galilea
Lukas menunjukkan minat khusus pada Galilea, daerah pertanian. Setidaknya ada tiga hal yang
ingin ditonjolkannya.
Pertama, keadaan emergensi kehidupan petani, yang bertumpu pada margin yang sempit antara
keadaan alam dan kemiskinan yang parah. Ancaman kehancuran ekonomi yang terus-menerus
memberikan tekanan besar pada petani pedesaan, mengharuskan mereka untuk menegosiasikan
dengan sangat hati-hati tuntutan keluarga besar, kewajiban yang mengikat mereka kepada
anggota masyarakat lainnya, dan persyaratan dari luar seperti pajak. Realitas keras dari
kehidupan petani ini menjadi latar belakang dari narasi Lukas, seperti memungut hasil (Luk 6,1),
Yesus memberi makan lima ribu orang (Luk 9,10-17), dan kehadiran Lewi dan pemungut cukai
lainnya (Luk 5,27-29).
Kedua, aspek penting kedua, budaya petani Galilea melibatkan dua sistem pertukaran ekonomi.
Di antara mereka yang memiliki ikatan kekerabatan yang dekat, hadiah sering diberikan tanpa
mengharapkan imbalan apa pun. Sedangkan bagi mereka yang berada di luar keluarga,
bagaimanapun, orang memang mengharapkan imbalan atas barang atau hadiah yang
diberikannya dan melihat barang sebagai medium pertukaran. Perhatian timbal balik tentu saja
hadir dalam narasi Lukas, terutama dalam bagian-bagian yang merujuk pada hubungan dan
kewajiban sosial di dalam keluarga dan dengan orang-orang di luar keluarga. Dalam banyak
kasus, terbentuklah batas-batas yang memisahkan "kelompok dalam" yang tertutup dari semua
"orang luar" (lihat, misalnya, Luk 4:23-29; :,42-43; 5:27-32; 9:49-50). Yesus sangat ingin
mengutuk batasan seperti itu, dan dia sering terlibat dalam praktik yang mengembalikan status
komunitas kepada individu melalui penyembuhan dan pengampunan (lihat, misalnya, Luk 5:12-
14.18-25.27-32; 6:6-10; 7:36- 50; 8:26-39,43-48; 9:37-43).
Ketiga, elemen ketiga adalah hubungan antara "pelindung" dan "klien". Sistem hubungan ini
didasarkan pada ketidaksetaraan antara klien dan pelindung. Pelindung memiliki sumber daya
sosial, politik, dan ekonomi yang dibutuhkan oleh klien. Sebagai imbalannya, klien mesti
memberikan ungkapan kesetiaan dan kehormatan yang berguna bagi pelindung. Konvensi sosial
ini tentu tercermin dalam Luk 7:1-10, di mana para penatua (klien) Yahudi memberi tahu Yesus
bahwa perwira Romawi (pelindung) layak mendapat bantuan karena kemurahan hatinya dalam
membayar pembangunan sinagoga lokal. Sistem baru hubungan sosial yang diminta Yesus
didasarkan pada visi-Nya tentang Allah sebagai Pemberi Rezeki tertinggi yang memberi dengan
cuma-cuma kepada semua orang (lihat, misalnya, Luk 6,35-36).
2.3 Permulaan Karya Yesus di Galilea (Luk. 4:14-15)
Ayat 14a. "Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea.”
Berbeda dengan sumbernya (Mrk 1:14; bdk. Mat 4:12), Lukas menghilangkan penyebutan
pemenjaraan Yohanes Pembaptis.
14
Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah,
15
kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan
percayalah kepada Injil!" (Mrk 1:14-15 ITB)

Alasannya cukup jelas. Peristiwa tersebut telah diriwayatkan dalam Luk 3:20, sebelum kisah
baptisan Yesus.
Ungkapan “dalam kuasa Roh” mungkin dikaitkan dengan Penginjil itu sendiri. Hubungan antara
"kuasa" dan "Roh" dapat ditemukan pula dalam teks-teks Lukas lainnya, seperti Luk 24:49; Kis.
1:8; 10,38. Rujukan lebih lanjut tentang kuasa Roh dalam Luk 4:14 rupanya melanjutkan
serangkaian peran Roh Kudus yang ditemukan dalam Kisah Kelahiran Yesus (lihat Luk
1:15.17.35.41.67.80; 2:25.26.27) dan kemudian dalam bagian persiapan menjelang Karya
Pelayanan Yesus di muka umum (lihat Luk 3:22; 4,1). Memang benar bahwa semua tokoh utama
Kisah Kelahiran Yesus berbicara dan bertindak di bawah pengaruh Roh Kudus. Hal ini tampak
dalam diri Zakharia (1:67), Yohanes yang belum lahir di dalam rahim Elizabeth (1:41,44),
Elisabeth (1: 41), dan Simeon (2:25.26.27).
Namun demikian, kita dapat melihat bahwa menurut Lukas, hubungan antara Yesus dan Roh
adalah unik dan tidak ada bandingannya. Kepada Maria diungkapkan oleh malaikat bahwa anak
Yesus akan dikandung secara ajaib. Malaikat itu berkata kepadanya: "Roh Kudus akan turun
atasmu, dan kuasa Yang Mahatinggi akan menaungi engkau" (1:35). Selain itu, Lukas
menawarkan versi baptisan Yesus yang lebih menekankan realitas objektif dari Roh yang turun
ke atas Yesus “dalam bentuk raga” (Luk 3:22). Setelah penyisipan silsilah, catatan Lukas tentang
perjalanan Yesus pun dimulai dengan arah dari Yordan ke padang gurun dan kemudian lebih
jauh dari padang gurun ke Galilea. Dua rute perjalanan ini memiliki rujukan dari pengaruh Roh.
" Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa
oleh Roh Kudus ke padang gurun. (Luk 4:1)“
Pengulangan kata kerja ‘kembali’ pada ayat 14a jelas amat signifikan. Dalam konteks yang lebih
luas, kata kerja ini digunakan untuk menyampaikan gagasan "kembali". Yang ingin Lukas
gambarkan adalah satu perjalanan dalam dua tahap, yang membawa Yesus kembali ke Galilea.
Tahap pertama membawanya ke padang gurun (lihat Luk 4:1-2), sedangkan tahap kedua
kembalinya Dia sebagai perjalanan terakhir ke wilayah Galilea (lihat Luk 4:14).
Yang paling penting adalah rujukan yang diulang-ulang secara eksplisit tentang Roh sebagai
kekuatan ilahi, yang membimbing Yesus, baik dalam perjalanan yang Ia lakukan maupun dalam
aktivitas yang Ia lakukan di sepanjang jalan itu. Inilah makna yang ingin disampaikan oleh
Lukas. Ia ingin menunjukkan bahwa Roh, setelah turun ke atas Yesus setelah pembaptisan-Nya,
tetap bersama-Nya sebagai kuasa yang kekal dari atas yang akan membimbing dan menopang-
Nya sepanjang hidup-Nya. Bagi Yesus, pemberian Roh bukanlah peristiwa sesaat yang terkait
dengan tindakan atau nubuatan tertentu, seperti yang terjadi pada Elisabet, Zakharia, dan
Simeon. Dalam kasus Yesus, Roh menyertai Dia sepanjang hidup-Nya. Seperti yang akan
dijelaskan dalam kata-kata yang diucapkan oleh Yesus di sinagoga Nazaret, Roh akan menjadi
elemen yang paling penting di perkenalan Lukas akan identitas Yesus dan misi yang
dipercayakan kepada-Nya oleh Bapa. Hal ini mempersiapkan pembaca untuk mengenali kuasa
Roh Allah dalam semua peristiwa pelayanan publik Yesus.
Dalam ayat yang sama, Lukas mempertahankan frasa yang tidak berubah, yaitu “ke Galilea“.
Seperti Penginjil Sinoptik lainnya, Lukas memberikan kesaksian tentang tradisi awal bahwa
pelayanan publik Yesus dimulai di wilayah Galilea dan kemudian diikuti oleh satu perjalanan
dari Galilea ke Yerusalem. Lukas telah menyebutkan Galilea dalam Kisah Kelahiran Yesus (lihat
Luk 1:26; 2:4.39). Selain itu, dalam pengantar kedua Luk 3:1-2, Galilea disebut sebagai wilayah
di bawah yurisdiksi Herodes Antipas. Rujukan sebelumnya ini berfungsi untuk mempersiapkan
titik yang menentukan dalam Luk 4:14-15. Mulai saat ini, Galilea akan menjadi arena istimewa
aktivitas publik Yesus, sebelum melakukan perjalanan terakhirnya ke Yerusalem.
Dalam Injil Markus, Yesus meninggalkan Galilea untuk melakukan perjalanan pertama di daerah
Tirus dan Sidon (Mrk 7:24), dan kemudian di wilayah Dekapolis (Mrk 7:31). Lukas
menghilangkan perjalanan di luar Galilea ini dan dianggap sebagai sebuah Penghilangan Yang
Besar. Memang benar bahwa ada satu perjalanan di luar Galilea yang dilaporkan dalam Lukas 8.
Akan tetapi, patut dicatat bahwa ketika Yesus melewati pantai seberang Danau Genesaret dan
memasuki wilayah orang Gerasa, Lukas dengan hati-hati menunjukkan bahwa wilayah ini
“berlawanan dengan Galilea” ( (Luk 8:26; lihat Mrk. 5:1).
26
Lalu mendaratlah Yesus dan murid-murid-Nya di tanah orang Gerasa yang
terletak di seberang Galilea. (Luk 8:26 ITB)

Seperti yang dapat dilihat di seluruh narasi Lukas, popularitas Yesus menyebar jauh dan luas
sedemikian rupa,sehingga Ia sering dikelilingi oleh kerumunan besar orang yang datang tidak
hanya dari kota-kota besar di Galilea tetapi juga dari daerah sekitarnya. Dari tempat-tempat yang
jauh ini mereka sampai kepada Yesus di Galilea, yang bagi Lukas tetap menjadi tempat di mana
Yesus mulai menyelesaikan misi yang dipercayakan kepada-Nya oleh Allah Bapa. Selain itu,
dalam khotbah Petrus dan Paulus dalam Kisah Para Rasul, Lukas menggarisbawahi pentingnya
Galilea sebagai arena di mana Yesus memulai pelayanan pengajaran dan penyembuhan-Nya dan
mulai mengumpulkan di sekeliling-Nya sekelompok murid yang akan menjadi saksi-saksi yang
ditunjuk-Nya (lihat Kis. 10:37; 13:31).
Ayat 4:15: Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ (lit. di sinagoga
mereka) dan semua orang memuji Dia.
Sekarang kita lanjutkan untuk melihat ay 15. Ketika kita membandingkan ayat tersebut dengan
teks dalam Mrk 1:15, kita melihat bahwa Lukas menghilangkan ringkasan Markus ini dari isi
khotbah Yesus tentang kedatangan Kerajaan Allah dan panggilan untuk pertobatan. Teks Mrk.
1:15 berbunyi:
"Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah
kepada Injil!"
Sebagai pengganti ringkasan ini, Lukas hanya memberikan deskripsi yang sangat umum tentang
aktivitas Yesus sebagai orang yang “mengajar di rumah-rumah ibadat mereka” (ayat 15). Hal ini
bisa disebabkan oleh perubahan dalam motivasi teologis. Untuk Lukas, warta tentang dekatnya
Kerajaan Allah bukanlah berhubungan dengan “Akhir Zaman” (seperti dalam Markus)
melainkan awal dari periode baru dalam sejarah keselamatan, yaitu “waktu keselamatan” yang
dimulai dengan kedatangan Yesus. Dalam Markus, Yesus secara terbuka mengumumkan:
"waktunya (kairos) sekarang telah digenapi." Dalam Lukas, bukanlah "waktu" tetapi "Kitab
Suci" yang sekarang digenapi, seperti yang akan Yesus nyatakan secara terbuka dalam khotbah
di sinagoga Nazaret (lihat Luk 4:21).
Dalam menulis ayat 15, Lukas menggunakan beberapa istilah dan ekspresi yang diambil dari
Markus (lihat Mrk 1:21.23).
21
Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke
dalam rumah ibadat dan mengajar. 23 Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada
seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: (Mar 1:21.23 ITB)
Di antara istilah-istilah yang dipinjam ini adalah kata kerja didaskalo, mengajar. Istilah ini
tampaknya telah digunakan dalam pengertian "Yahudi" yang mengacu pada pengajaran Yesus
tentang Kitab Suci atau, lebih khusus lagi, interpretasi otoritatif Yesus atas Kitab Suci (lihat,
misalnya Mrk 1:21). Lukas, di sisi lain, menggunakan didaskalo sebagai istilah inklusif untuk
keseluruhan aktivitas publik Yesus sampai saat kenaikan-Nya (llihat Luk 4:31; 5:3.17; 6:6; 11:1;
13:10.22.26; 19:47; 20:1.21; 21:37; 23:5; Kis. 1:1-2). Oleh karena itu, Luk 4:15 merupakan
ungkapan untuk pertama kalinya yang bertujuan memperkenalkan apa yang akan menjadi tema
mendasar dalam narasi Lukas yaitu Yesus adalah Guru.
Pernyataan dalam ay 15 memberitahu kita bahwa Yesus sedang mengajar “dalam sinagoga
mereka”. Ini memperjelas bahwa Yesus berperilaku seperti “rabi” lain dalam budaya religius
pada waktu itu. Tetapi mengapa “sinagoga mereka”? Kata ganti posesif (=mereka) ini secara tata
bahasa tidak diperlukan, dan penggunaannya dalam konteks ini tampak sangat tidak biasa.
Memang benar bahwa ungkapan yang sama ditemukan dalam teks-teks yang paralel dari Markus
(lihat 1:21.23), dari mana Lukas mengambilnya. Namun demikian, keputusan Lukas untuk
mempertahankan ungkapan ini membutuhkan penjelasan. Apakah Lukas ingin menonjolkan
jarak antara orang Yahudi dan komunitas Kristennya sendiri? Meskipun hal ini mungkin,
ungkapan itu juga menempatkan pola penting dari misi pengutusan. Faktanya, makna penuh dari
referensi tersebut dapat dilihat hanya dalam terang pemahaman Lukas tentang kelanjutan sejarah
keselamatan dalam khotbah misionaris para rasul. Ketika Paulus dalam Kisah Para Rasul
membawa pesan Injil ke dunia Yunani-Romawi yang lebih besar, ia selalu menyampaikan warta
itu terlebih dahulu kepada orang-orang Yahudi yang berkumpul “di rumah-rumah ibadat
mereka”, dan kemudian, pada tahap selanjutnya, juga kepada orang-orang kafir. Dengan cara ini,
Paulus ditampilkan sebagai orang yang setia pada apa yang Lukas pahami sebagai rencana
keselamatan ilahi.
Ayat 15 diakhiri dengan kalimat: “semua memuji”. Kemasyhuran Yesus yang tersebar luas di
sini ditegaskan Kembali. Kata ini serentak pula menggarisbawahi tanggapan universal terhadap
aktivitas Yesus kemudian: lihat Luk 5:26; 7:16; 9:43; 18:43; 19:37. Lukas juga mengantisipasi
reaksi baik yang diterima Yesus di Nazaret (lihat Luk 4:22) dan di Kapernaum (lihat Luk
4:32.36). Penggunaan kata kerja “memuliakan” biasanya hanya untuk Allah (lihat Luk 7:16).
2.4 Yesus di Nazareth (Luk 4:16-30)

Anda mungkin juga menyukai