Anda di halaman 1dari 3

Injil Lukas adalah salah satu dari empat tulisan yang mengawali Perjanjian Baru.

[1] Injil
Lukas digolongkan sebagai Injil Sinoptik bersama dengan Injil Matius dan Injil Markus.
[1]
Isi pemberitaannya mengenai kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus.[1] Di kalangan
para ahli Perjanjian Baru, Lukas diyakini sebagai penulis Injil ini.[2] Penyusunan Injil
Lukas menggunakan bahan-bahan tulisan yang kurang lebih sama dengan yang
digunakan dalam Injil Matius dan Injil Markus, tetapi hasil susunannya tidak persis sama
dengan kedua Injil tersebut.[3]
Latar Belakang[sunting | sunting sumber]

Lukisan St.Lukas yang ada di dalam Gereja Lutheran Injili Jerman di


Charleston, south Carolina
Penulis[sunting | sunting sumber]
Menurut tradisi, penulis Injil Lukas adalah Lukas yang merupakan rekan sekerja Rasul
Paulus.[2] Akan tetapi, pada perkembangan selanjutnya pendapat mengenai penulis Injil
Lukas menjadi beragam.[2] Berdasarkan kesaksian diperoleh dari Kanon
muratori, Irenaeus, Klemens dari Aleksandria, Origenes dan Tertullianus, umumnya
berpendapat bahwa penulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul adalah orang yang sama
yaitu Lukas.[2] Pendapat ini muncul dengan melihat bagian pendahuluan pada Injil Lukas
dan Kisah Para Rasul yang sama-sama ditujukan kepada Teofilus.[2] Selain itu,
ditemukan beberapa kesamaan linguistik dan teologis sehingga menimbulkan kesan
keduanya berasal dari satu penulis yang sama.[2] Namun, dalam Injil Lukas sendiri
sebenarnya tidak dicantumkan nama penulisnya (anonim).[2]
Waktu dan Tempat[sunting | sunting sumber]
Tempat Injil ini ditulis tidak diketahui secara pasti.[1] Kaisarea, Akhaya dan Roma adalah
beberapa nama kota yang diduga menjadi tempat Injil ini dituliskan.[1] Yang dapat
dipastikan adalah Injil ini dituliskan di luar Palestina tetapi mengenai lokasinya sulit
ditentukan.[1] Ada yang menganggap tulisan pada pasal 21 ayat 24[4] mengindikasikan
bahwa Lukas mengingat kembali pada peristiwa hancurnya kota Yerusalem, sehingga
muncul anggapan Lukas menulis dengan memakai sudut pandang sebagai orang
Kristen generasi ke-3 dan dengan demikian penulisan Injil Lukas dilakukan sekitar
tahun 80/85 M.[1] Namun, peristiwa terakhir yang dicatat di Kisah Para Rasul adalah
masa penjara rasul Paulus yang pertama, dan sama sekali tidak menyebutkan
mengenai matinya Paulus (~64-67 M) maupun kejatuhan Yerusalem (70 M), sehingga
kitab ini lebih tepatnya diperkirakan ditulis paling lambat tahun 62 M.[5]
Maksud Penulisan[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan kalimat pembukaan, penulisan Injil Lukas dimaksudkan untuk
memberitahukan Teofilus tentang kebenaran dari segala sesuatu yang telah diajarkan
kepadanya.[3] Penulis Injil Lukas juga hendak menuliskan sebuah sejarah untuk
meyakinkan orang-orang, terutama para penguasa bahwa kekristenan merupakan
agama yang sah dan tidak perlu dicurigai.[3] Kita dapat menemukan di dalamnya kisah-
kisah yang berisi perdebatan antara kekristenan dengan pihak penguasa.[3]
Melalui tulisannya, penulis Injil Lukas ingin menolong para pembacanya untuk
memahami iman Kristen lebih baik lagi dengan cara menceritakan tentang kehidupan
pelayanan dan pengajaran Yesus.[6] Untuk itu dia memberikan perhatian secara khusus
terhadap fakta-fakta historis tentang Yesus dengan mempelajari dan menggunakan
data-data dari laporan-laporan yang dibuat orang lain.[6]
Konteks Jemaat[sunting | sunting sumber]
Jemaat yang digambarkan dalam Injil Lukas adalah jemaat yang tengah menghadapi
rupa-rupa persoalan.[1] Pertama, komunitas Lukas sedang mengalami krisis
pengharapan akan kedatangan Tuhan (parousia).[1] Di antara mereka ada yang tetap
bertekun dalam pengharapan kedatangan Tuhan sementara yang lain sudah mulai lesu
imannya dan terus mempertanyakan kapan hari kedatangan Tuhan itu tiba
(Lukas 17:8).[1] Injil Lukas sendiri menegaskan bahwa Hari Tuhan pasti akan datang
(Lukas 21:8,9b) asalkan Injil telah diberitakan ke seluruh dunia.[1] Dengan demikian,
yang menjadi fokus seharusnya bukan pada perhitungan kedatangan Hari Tuhan
melainkan pada pemberitaan Injil.[1]
Persoalan kedua adalah banyaknya orang kaya yang sudah menjadi Kristen.[1] Orang-
orang kaya ini kemudian menimbulkan masalah di dalam jemaat.[1] Mereka memiliki
watak yang egois dan tamak serta mengabaikan keadaan orang miskin.[1] Karena
ketamakan ini, mereka berada pada posisi yang berbahaya dan mereka dapat dengan
mudah jatuh dari imannya.[1] Persoalan ketiga adalah mengenai hubungan gereja dan
negara.[1] Hubungan keduanya digambarkan oleh Injil Lukas tidaklah saling bermusuhan
atau terlibat dalam konflik.[1]
Ayat-ayat terkenal[sunting | sunting sumber]
 Lukas 1:37: Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.
 Lukas 1:38: Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah
padaku menurut perkataanmu itu."
 Lukas 2:6–7: Ketika mereka di situ (Betlehem) tibalah waktunya bagi Maria
untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang
sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam
palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
 Lukas 2:11: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di
kota Daud.
 Lukas 24:27: Lalu Ia (Yesus) menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis
tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala
kitab nabi-nabi.
Pokok-pokok Teologi[sunting | sunting sumber]
Pemberitaan tentang Kerajaan Allah[sunting | sunting sumber]
Kerajaan Allah adalah salah satu pokok pemberitaan Yesus (Lukas 4:43; 8:1; 9:11).
[7]
Ungkapan Basileia tou Theou (Kerajaan Allah) yang dipakai dalam Injil Lukas
menunjuk kepada tindakan Allah dalam sejarah manusia untuk mewujudkan Kerajaan-
Nya melalui pelayanan Yesus.[7] Sekalipun Yesus yang digambarkan Lukas sangat
menekankan kehadiran kerajaan Allah dalam dunia pada masa kini tetapi tidak berarti
Yesus mengabaikan kedatangan Kerajaan Allah yang pada masa mendatang.
[7]
Pemenuhan Kerajaan Allah yang penuh kemuliaan pada masa depan tetap
dinantikan.[7]
Gambaran tentang Yesus[sunting | sunting sumber]
 Peduli pada Orang-orang Bukan Yahudi
Injil Lukas tidak hanya diberitakan kepada orang-orang Yahudi tetapi juga kepada
orang-orang yang dianggap kafir dan berdosa. Ini tampak dalam penjabaran silsilah
Yesus yang ditelusuri hingga Adam, bapa semua manusia.[1] Dari awal, telah dikisahkan
tentang malaikat yang datang mengabarkan kesukaan besar yakni
kelahiran Juruselamat bagi seluruh bangsa.[1] Dalam cerita tentang Yohanes Pembaptis,
Injil Lukas juga mengutip dari Yesaya 40:3–5 yang menyatakan bahwa keselamatan
ditawarkan kepada semua bangsa (Lukas 3:4–6). Lukas pun menggambarkan peta
pelayanan Yesus yang tidak hanya meliputi daerah filistin. Tirus dan Sidon, kota-kota
yang bukan milik orang Yahudi (Lukas 6:17) juga menjadi sasaran pelayanan Yesus.[1]

Anda mungkin juga menyukai