Anda di halaman 1dari 7

Nama : Erynt Cahyani Lagasi

NIM : 1218007
Jurusan : Pendidikan Agama Kristen
Tugas MK : Tafsiran Perjanjian Baru 1
Dosen MK : Mayor Tri Hartono, M.Th
Bacaan Firman Tuhan ; Lukas 5: 1-11 “ Penjala ikan menjadi penjala manusia”
 Poin-poin Khotbah :
1. Ayat 3-5 (Lakukan sesuatu yang melewati batas logikamu)
Tuhan Yesus lalu naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya
sedikit jauh dari pantai (ayat 3). Simon tidak bisa mengelak sebab Tuhan Yesus tiba-tiba langsung menaiki perahunya. Bahkan Tuhan
..
Yesus kemudian menyuruh dia menolakkan perahunya ke tempat yang dalam dan menebarkan jalanya untuk menangkap ikan (ayat 4).
Ayat 5 menceritakan respon Simon terhadap perintah Tuhan Yesus pada ayat 4. Sebagai nelayan yang sudah berpengalaman, Simon
menjawab secara sangat realistis, yaitu bahwa orang tidak mungkin menangkap ikan pada siang hari. Pada siang hari suhu air laut
dingin sedangkan pada malam hari suhunya hangat setelah terkena sinar matahari sepanjang siang. Jawaban Petrus ini juga
menunjukkan kekesalan Petrus yang diganggu waktu istirahatnya dan atas permintaan Tuhan Yesus yang “aneh“. Jawaban Petrus ini
juga merupakan penolakan yang bernada halus dan supaya Tuhan Yesus merasa sedikit bersalah karena perintahNya tersebut.
Ternyata Tuhan Yesus tidak bereaksi apa-apa terhadap jawaban Petrus tersebut, sehingga akhirnya Petrus tetap mengerjakan perintah
Tuhan Yesus.
Ketika Petrus taat melakukan hal yang kelihatan mustahil secara manusia tadi, yang terjadi justru dia mendapatkan hasil yang luar biasa
banyak, hasil yang tidak mungkin tercapai menurut perhitungan manusia.
berusaha dengan menggunakan keahlian mereka untuk menangkap ikan tapi sia-sia belaka. Saat putus asa atas
kegagalan, tidak mungkin lagi mereka bersandar pada keahlian mereka. Perintah Tuhan Yesus untuk bertolak ke
tempat yang dalam dan tebarkan jala, memberi kesan bahwa masih ada cara lain untuk mendapat ikan. Cara itu
adalah melakukan apa yang Yesus minta sekalipun mereka telah membuktikan bahwa mereka gagal. Itu adalah
realitas yang telah mereka dapatkan. Itulah sebabnya Simon kembali ke darat dan bersiap untuk pulang. Akan
tetapi karena Yesus meminta maka mereka melakukannya. Akhirnya ketaatan mereka menghasilkan
pengalaman yang luar biasa. Pengalaman Simon dan teman-temannya membuktikan bahwa mujizat itu nyata.
Mujizat berlaku melebihi logika yang paling masuk akal sekalipun. Mujizat melampaui kegagalan yang telah
dihadapi. Untuk menikmati mujizat, sikap yang menjadi kunci kesuksesan Simon adalah ketaatan kepada apa yang
Yesus minta. Sekalipun pengalaman membuktikan kegagalan baru ,saja terjadi namun sikap taat memungkinkan
kesuksesan diraih secara ajaib. Sering kali kita dihambat oleh logika. Apalagi logika itu dibangun dari pengalaman
kegagalan yang nyata. Kita lupa bahwa kalau kita mau melangkah lebih jauh dalam ketaatan maka memungkinkan
mujizat terjadi. Tidak sedikit orang yang meninggalkan Kristus karena berpatokan pada alasan logisnya, bukan pada
apa yang Tuhan bisa kerjakan bagi kita. Kita punya alasan logis untuk membiarkan banyak orang susah di depan
mata kita. Kita  punya banyak alasan logis untuk tidak kembali pada jalan yang benar. Kita sementara terpenjara
dengan tembok-tembok logika yang kita bangun sendiri. Kalau hal-hal ini sementara terjadi pada kita maka
sesungguhnya kita sementara menutup pintu yang memungkinkan campur tangan Tuhan dalam pergumulan hidup
kita. Sama halnya dengan kita mengabaikan jalan-jalan menuju mujizat. Yang Tuhan mau dari kita adalah berkata
seperti Simon, ”karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”
2. Ayat 6-7 (Lakukanlah sesuatu yang melewati batas kebiasaanmu)

Simon sebagai nelayan pada zaman itu belum menggunakan perlengkapan modern seperti
sakarang. Perahu mereka tanpa mesin, jala mereka tidak mungkin menangkap ikan di tempat
yang dalam. Dengan peralatan seadanya mereka biasa menangkap ikan di tempat yang tidak
terlalu dalam. Yang menarik adalah Yesus meminta mereka untuk masuk ke tempat yang
dalam. Permintaan yang lebih beresiko. Ini hal yang tidak biasa bagi mereka. Akan tetapi
karena Yesus meminta maka Simon dan teman-temannya melakukannya juga. Hasilnya
adalah sebuah mujizat. Tidak banyak pertanyaan, pernyataan dan komentar dari Simon
untuk hal ini. Sepertinya mereka sudah sangat siap melakukan apa yang di minta Yesus
minta sekalipun itu tidak biasa mereka lakukan.. Sekilas nampak bahwa kebiasaan mereka ini
harus dibubuhi lagi dengan iman dan keberanian untuk selalu memulai sesuatu yang baru di
dalam Tuhan. Pada saat melakukan sesuatu mengikuti kehendak Yesus, sekalipun itu
melewati batas kebiasaan mereka namun menghasilkan cerita luar biasa sekaligus berkat
bagi mereka. Pertanyaannya adalah batas kebiasaan apa yang harus kita lewati? Tentu
Jemaat yang dikasihi oleh Kristus, banyak orang mungkin sudah puas dengan rajin berbakti
di setiap ibadah, Yesus meminta untuk melewati batas itu dan bisa berbagi dengan kaum
susah. Ibadah mesti dilanjutkan dengan sikap hidup yang selaras. Banyak orang yang
merasa puas dan mencukupkan dirinya dengan berdoa bagi sesamanya setiap hari tapi
Yesus meminta untuk bertolak melewati batas itu dan mau melanjutkan doa dengan aksi
kasih yang nyata. Banyak orang sudah puas dengan menjadi pengkhotbah. Yesus meminta
untuk melewati batas itu dan melakukan seperti apa yang dikhotbahkan. Banyak orang
mungkin sudah puas dengan rasa prihatin dan membuat banyak tulisan tentang kemiskinan.
Yesus meminta untuk melewati batas itu dan bergumul bersama si miskin. Banyak  orang
mungkin sering berkata, “berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah”, Yesus
meminta untuk melewati batas itu dengan memberi makanan dan  pakaian kepada mereka.
Dan masih banyak lagi. Kebiasaan yang baik tetaplah jadikan baik, tapi akan menjadi lebih
baik kalau masuk ke tahapan lebih dari kebiasaan baik itu. Pada saat melewati setiap batas
kebiasaan baik yang sedang kita jalani, itu memungkinkan kita menemukan keajaiban dan
mujizat Tuhan. Lagi pula Tuhan telah memberikan segala sesuatu bagi kita. Selalu terselib
3. Ayat 8-11 ( Lakukanlah sesuatu yang melebihi kapasitas atau kemampuanmu)
Reaksi Petrus melihat tangkapan ikan yang luar biasa itu adalah: Petrus langsung sadar bahwa yang berada di hadapannya
bukanlah manusia biasa, Dia pasti pribadi yang luar biasa, yang sanggup mengatur alam. Petrus berespon spontan dan jujur,
dia berkata: Tuhan, pergilah daripadaku, karena aku ini seorang berdosa. Ketakjuban orang-orang pada waktu itu disusul
dengan Tuhan Yesus berkata kepada Petrus: Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia. Ketakjuban
orang-orang pada waktu itu disusul dengan Tuhan Yesus berkata kepada Petrus: Jangan takut, mulai dari sekarang engkau
akan menjala manusia. Di sini ada tugas baru yang Yesus berikan pada Simon, di mana tugas ini adalah sesuatu hal yang
baru bagi dia, yang belum pernah dia lakukan. Sebelumnya dia adalah seorang nelayan yang menjala ikan, tapi di sini, Tuhan
menugaskannya menjadi seorang penjala manusia, yang menurut saya adalah seseorang yang bertugas untuk memberitakan
injil dan mencari jiwa-jiwa untuk diselamatkan dan percaya kepada Yesus Kristus saja. Tanpa Protes, Simon, Yakobus dan
Yohanes langsung meninggalkan segala sesuatu yang mereka miliki dan langsung mengikuti Yesus.
Memilih untuk percaya bahwa di dalam Dia ada kuasa dan kejaiban memungkinkan kita menemukan keajaiban. Berhentilah
mengukur kemampuan Allah dengan memakai ukuran kemampuan kita. Pada saat kita melangkah melewati batas kapasitas kita
dan mempercayai Allah, pada saat itu ada banyak keajaiban yang kita temukan, bahkan yang dapat kita kerjakan.
Sesungguhnya tidak ada orang yang hebat tapi kita memiliki Allah yang hebat. Kita lakukan segala sesuatu dengan memberikan
yang terbaik, bukan hanya yang baik lalu jadilah taat dan Tuhan akan membuka pintu kemungkinan dan berkat bagi kita. Firman
Tuhan membawa jiwa kepada keselamatan. Injil bisa membawa orang menemukan Tuhan sehingga bisa mengerti arti hidup
yang sesungguhnya. Mengapa kita harus takut memberitakan Injil dan tidak dapat spontan seperti ketika memperkenalkan suatu
produk kepada orang lain? Maukah kita dipakai Tuhan untuk pergi memberitakan Injil? Punyakah kita suatu respon yang spontan
terhadap perintah Tuhan?

AMIN

Anda mungkin juga menyukai