Anda di halaman 1dari 63

Renungan BKSN 2022

Jenjang SMP
Kamis, 1 September 2022

Lukas 5:1-11

Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia
hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya
telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu
Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk
dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada
Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan" Simon
menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-
apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka
melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu
mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang
membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu
dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di
depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa. Sebab ia
dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka
tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon.
Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia" Dan
sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu,
lalu mengikut Yesus.
Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan
tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan"
Kata-kata Tuhan kepada Simon ini bisa jadi merupakan ajakan bagi kita untuk bisa semakin
memperbaiki kualitas iman kita pada Tuhan. Mungkin selama ini kualitas iman kita kepada Tuhan
bisa disimbolkan seperti Petrus dan teman-temannya yang sudah berlama-lama menunggu,
menyebar jala tapi tidak mendapat apa-apa. Apakah seperti itu? Apakah kita selama ini menjalani
kegiatan keagamaan sebatas kewajiban yang diberikan orangtua, tugas dari guru, atau takut dosa?
Rasanya beriman dengan cara yang seperti itu akan menghasilkan tekanan daripada suatu
kemerdekaan batin.
Tuhan sendiri dalam injil ini ingin membuka selubung atau apapun yang menghalangi hati
Petrus maupun kita semua yang mendengarkan firman-Nya pada hari ini. Petrus yang berada di
perahu selama semalaman, frustrasi dan kehabisan tenaga karena terus menerus mencari di tempat
yang sama dan tidak mendapat apa-apa. Oleh Tuhan lalu Petrus diminta untuk mencari ikan di
tempat yang lebih dalam dari biasanya, dan betul saja disana terdapat ikan yang melimpah.
Pengalaman yang dialami Petrus ini mungkin sama seperti pengalaman kita dalam hal beriman
kepada Tuhan. Mungkin kita dalam hal berman, kita masih pada tahap menyenangkan orang lain;
mis: biar dilihat baik oleh orang tua, mendapat nilai sikap yang baik di sekolah, dsb. Pernahkah
kita terpikirkan kalua beriman itu lebih dari sekedar memenuhi kewajiban atau tuntutan dari orang
lain?
Sama seperti yang dialami Petrus, dalam hal beriman, kita juga diajak untuk bertolak ke
tempat yang lebih dalam lagi. Kita diajak untuk semakin menembangkan pengalaman beriman kita
lewat berbagai cara yang bisa lakukan. Kita bisa lebih terlibat aktif lagi dalam mengikuti kegiatan
di paroki misalnya dengan mengikuti OMK atau mendaftarkan diri menjadi misdinar, dan laon
sebagainya. Begitu juga dalam lingkup beriman secara pribadi. Kita juga bisa memiliki doa pribadi
yang rutin misalnya dengan mempunyai satu doa devosi yang didoakan secara tekun.
Berbagai cara ini tiada lain adalah untuk menanggapi ajakan Tuhan untuk semakin bertolak
ke tempat yang lebih dalam. Tuhan mengundang kita untuk semakin mengembangkan pengalaman
beriman kita lewat berbagai macam cara. Siapkah kita untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam?
Jumat, 2 September 2022
Bacaan: 1 Kor. 4:1-5; Mzm. 37:3-6.27-28.39-40; Luk 5:33-39

Lukas 5:33-39

Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan
sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan
minum." Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa,
sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil
dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa ." Ia mengatakan juga suatu perumpamaan
kepada mereka: "Tidak seorangpun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk
menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang
tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. Demikian juga tidak
seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua , karena jika demikian,
anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong
itupun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Dan tidak
seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata:
Anggur yang tua itu baik."
Apa sih Artinya Puasa?
“Tetapi akan datang waktunya, apa bila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktuitulah
mereka akan berpuasa.”

(Lukas 5:35).
Apa sih yang ada di benak kita ketika mendengar kata puasa? Menahan lapar, menahan
emosi, suatu yang wajib dilakukan untuk umur-umur tertentu, melakukan silih atas dosa-dosa, dan
lain-lain. Semua padangan itu tidak salah. Semua bentuk puasa yang kita ketahui baik untuk
dilakukan karena mempunyai dampak baik bagi diri kita maupun bagi orang-orang disekitar kita.
Namun, dari injil yang kita dengarkan hari ini, kita dapat belajar bahwa dalam melakukan
puasa, Yesus mengajak kita untuk memahami puasa bukan hanya sekedar menahan diri untuk tidak
makan, menahan diri untuk tidak bekerja untuk melakukan sesuatu, melainkan membiarkan Allah
masuk dalam hidupku. Makanan kesukaan kita, game online yang kita mainkan, maupunberbagai
bentuk kesenangan lainnya seakan-akan kita jadikan penghibur utama dalam hidup kita. Seakan-
akan, tanpa barang atau kegiatan itu aku tidak bisa hidup. Sepertinya kalau aku tidak bisa ma-bar
game online bersama teman-teman dalam sehari rasanya ada yang kurang. Kalau sudah ma-bar
kadang kita lupa waktu dan melupakan tugas utama kita. Tuhan lalu mengajak kita untuk mengisi
relung hati kita, dengan oleh kehadiran Tuhan sendiri dan mengajak kita secara perlahan-lahan
mengurangi dan syukur-syukur bisa melepas kelekatan-kelekatan kita pada berbagai hal tadi.
Dengan Tuhan yang hadir dalam diri kita, kita dapat lebih bisa mensyukuri apa yang ada
di sekitar kita yaitu orang tua, teman-teman dan lain sebagainya. Kita jadi tahu apa yang kita
kerjakan yang salah satu aspek utamanya adalah bisa berbuat baik kepada orang lain dengan
berbagai macam cara.
Apa kebiasaanku yang kerap menghalangiku untuk berbuat baik?
Sabtu, 3 September 2022

Lukas 6:1-5

Pada suatu hari Sabat , ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir
gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. Tetapi beberapa
orang Farisi berkata: "Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari
Sabat? " Lalu Yesus menjawab mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud,
ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan
mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya,
padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?" Kata Yesus lagi kepada
mereka: "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."

Memaknai Hari Sabat

“Kata Yesus lagi kepada mereka: “Anak manusia adalah Tuhan atas hari sabat.”

( Luk 6 : 5 )

Ketika kita mendengarkan firman ini, tentu kita merasa kalua para ahli taurat itu kelewat
kaku dan terlalu patuh dengan aturan. Ya memang seperti itu. Para ahli taurat sangat
menguduskan hari sabath sabagai hari yang kudus bagi Tuhan Allah. Hari sabat sendiri
berasal dari Bahasa ibrani Shabbat yang artinya berhenti bekerja. Seperti dalam Kej 2:2-3,
Allah menyelesaikan penciptaan selama 6 hari, lalu Allah berhenti pada hari ketujuh
kemudian memberkati dan menguduskannya. Selanjutnya dalam kitab Kel 20:8-10 Allah
memang menetapkan hari sabat ini dalam salah satu dari 10 hukum Tuhan.

Selanjutnya para ahli Taurat menafsirkan hari sabat ini sebagai hari yang cenderung
banyak aturan. Seakan-akan aturanlah yang lebih harus ditepati daripada rasa syukur pada
Tuhan yang telah memberikan berbagai anugerah bagi kita dalam berbagai macam bentuknya.
Sebagai umat beriman dan sebagai umat Kristiani, kita dapat mengambil makna hari sabat
dalam hidup beriman kita sebagai hari yang kita persembahkan bagi Tuhan. Dan hari bagi
Tuhan itu bis akita maknai sebagai hari minggu, sebagai waktu bagi kita untuk pergi ke gereja
untuk merayakan ekaristi. Maka, penting bagi kita untuk lebih bisa memaknai hari minggu
sebagai hari yang khusus bagi kita untuk bertemu Tuhan dalam perayaan ekaristi.
Apa makna ekaristi bagiku?

Sudahkah aku mengikuti perayaan ekaristi dengan tulus hati?


Minggu, 4 September 2022
Bacaan: Keb. 9:13-18; Mzm. 90:3-4.5-6.12-13.14.17; Flm. 1:9b-10.12-17; Luk. 14:25-33
Lukas 14:25-33
Pada suatu ketika orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil
berpaling Yesus berkata kepada mereka, "Jika seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci
bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan
nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memanggul salibnya dan
mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau
mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran belanja, apakah uangnya cukup
untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Jangan-jangan sesudah meletakkan dasar ia tidak dapat
menyelesaikannya. Lalu semua orang yang melihat itu akan mengejek dengan berkata, 'Orang itu
mulai membangun, tetapi tidak dapat menyelesaikannya!' Atau raja manakah yang hendak
berperang melawan raja lain tidak duduk untuk mempertimbangkan dahulu, apakah dengan
sepuluh ribu orang ia dapat melawan musuh yang datang menyerang dengan dua puluh ribu orang?
Jikalau tidak dapat, ia akan mengirim utusan selama musuh masih jauh untuk menanyakan syarat-
syarat perdamaian. Demikianlah setiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan diri dari
segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku."

Menjadikan Yesus yang utama dalam hidupku

“Demikianlah setiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan diri dari segala miliknya,
tidak dapat menjadi murid-Ku”.
(Luk 14: 33)

Thomas adalah seorang remaja yang terkenal asik di kalangan teman-teman sebayanya.
Karakternya tersebut memikat anak-anak seusianya ingin sekali berteman dengannya. Di antara
teman-temannya itu Thomas memiliki dua orang sahabat karib, namanya Iqbal dan Taufik.
Di hari Minggu pagi, ketika sedang bersiap-siap pergi ke gereja, Iqbal dan Taufik sudah berdiri di
depan rumah Thomas. Mereka memanggil Thomas, “Thomas… ayo kita bermain!” Thomas pun
menghampiri kedua temannya yang sudah tiga kali memanggilnya dari luar pagar rumah. Thomas
berkata, “Maaf teman-teman, pagi ini aku tidak bisa bermain. Aku harus pergi ke gereja.” Iqbal
menjawab, “Yah, Thomas… Bukannya hari Jumat kemarin, kamu yang berjanji akan bermain
dengan kami di hari Minggu?” Thomas menjawab, “Maaf, bal. Aku lupa. Gimana kalau mainnya
kita pindah ke siang nanti sepulang aku dari gereja?” Taufik menyahut, “Aku sih bisa, Thom.
Kalau kamu, gimana Bal?” Iqbal menjawab, “Yaudah mau gimana lagi?” Thomas menyahut,
“Yaudah, nanti siang sepulang dari gereja, aku akan kabari kalian. Sekali lagi, aku minta maaf
ya…” Taufik menyahut, “ Yaudah, Thom. Tidak masalah. Kamu cepat pulang ya…” Thomas,
“Terimakasih, ya teman-teman.”

Anak-anak yang terkasih, hari ini Yesus mengajak kita untuk menjadikan Dia sebagai yang utama
dalam hidup kita. Dia adalah asal dan tujuan hidup kita. Jika Dia adalah asal dan tujuan hidup kita,
apakah yang harus kita lakukan?

Refleksi:
1. Bagaimana sikapku kepada Allah yang adalah asal dan tujuan hidupku?
2. Apakah kita sudah menjadikan Dia sebagai yang utama dalam kehidupan kita?

Marilah berdoa:
Yesus yang Mahabaik, Engkaulah asal dan tujuan hidup kami. Kami bersyukur atas
Anugerah-Mu yang begitu besar bagi kami. Ajarilah kami untuk selalu menyadari bahwa Engkau
adalah asal dan tujuan hidup kami sehingga kami dapat menjadikan-Mu sebagai yang utama dalam
perjalanan hidup kami. Sebab Engkaulah Kristus dan Sahabat kami sepanjang segala masa. Amin
Aksi: Aku mau menjadikan Yesus sebagai yang utama dalam hidupku.
Senin, 5 September 2022
Bacaan: 1Kor 5:1-8; Mzm 5:5-6.7.12; Luk 6:6-11
Lukas 6:6-11
Pada suatu hari Sabat Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati
tangan kanannya. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia
menyembuhkan orang pada hari Sabat, agar mereka mendapat alasan untuk menyalahkan Dia.
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Ia berkata kepada orang yang mati tangannya,
"Bangunlah dan berdirilah di tengah!" Maka bangunlah orang itu dan berdiri di tengah. Lalu Yesus
berkata kepada mereka, "Aku bertanya kepada kalian: Manakah yang diperbolehkan pada hari
Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan orang atau membinasakannya?" Sesudah
itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu, "Ulurkanlah
tanganmu!" Orang itu mengulurkan tangannya dan sembuhlah ia. Maka meluaplah amarah ahli-
ahli Taurat dan orang Farisi. Lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap
Yesus.

Dalam Yesus, aku berani berbuat kasih

Lalu Yesus berkata kepada mereka, "Aku bertanya kepada kalian:


Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat?
Menyelamatkan orang atau membinasakannya?"
(Luk 6:9)

Mike adalah seorang siswa baru di suatu sekolah. Mike adalah seorang siswa yang berasal dari
keluarga sederhana yang mendapat bantuan finansial di sekolah tersebut. Perawakan Mike tidak
terlalu menarik di kalangan siswa-siswi di sekolah tersebut. Hal tersebut membuat Mike tidak
diterima di sekolah tersebut. Mike tidak mempunyai teman dan selalu menyendiri.
Di sekolah tersebut terdapat seorang siswi yang baik hati. Siswi tersebut bernama Maria. Sama
seperti teman-temannya, Maria adalah seorang siswi katolik yang berasal dari keluarga yang
sangat berkecukupan. Maria juga terkenal karena memiliki paras yang cantik. Ketika jam istirahat,
Maria dan teman-temannya pergi ke kantin. Di sana, Maria melihat Mike yang berdiri sendiri di
dekat pintu kantin sambil memegang segelas air mineral yang dibelinya dari kantin. Tanpa berpikir
panjang, Maria segera menghampiri Mike. Melihat kejadian tersebut, teman-teman Maria
mencemooh,” Maria… lo ngapain sih deket-deket sama anak udik?” Perkataan tersebut tidak
dihiraukan oleh Maria. Maria pun segera mengajak Mike ke meja kantin untuk makan siang
bersama Mike.

Anak-anak yang terkasih, hari ini Yesus mengajak kita untuk selalu berbuat kasih kepada siapapun,
kapanpun, dan dimanapun. Meskipun banyak orang yang memusuhi-Nya, Yesus tidak pernah
takut untuk berbuat kasih.

Anak-anak, jangan pernah takut dan menunda-nunda untuk berbuat kasih kepada sesama. Ingatlah
bahwa Yesus selalu berbuat kasih dari awal hingga akhir hidupnya di kayu salib. Jika Yesus saja
selalu berbuat kasih, apa yang harus kita lakukan sebagai pengikut Kristus?

Refleksi:
1. Apa saja yang sudah kulakukan untuk mengasihi sesamaku?
2. Apa saja yang menjadi kesulitanku untuk mengasihi sesamaku?
3. Apakah aku mau mengatasi kesulitan tersebut bersama Yesus?

Marilah berdoa:
Yesus yang Maha pengasih, kami bersyukur karena Engkau selalu mengasihi kami
sepanjang hidup kami. Meskipun kami sering melupakan kasih-Mu, Engkau tidak pernah lupa
mengasihi kami. Ajarilah kami untuk membalas kasih-Mu itu dengan mengasihi siapapun,
kapanpun, dan dimanapun. Sebab Engkaulah guru dan teladan kasih, kini dan sepanjang masa.
Amin.

Aksi: aku mau meneladan Yesus yang selalu berbuat kasih.


Selasa, 6 September 2022
Bacaan: 1Kor 6:1-11; Mzm 149:1-6a.9b; Luk 6:12-19
Luk 6:12-19
Sekali peristiwa Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa. Semalam-malaman Ia berdoa kepada
Allah. Keesokan harinya, ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya dan memilih dari
antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul. Mereka itu ialah: Simon yang juga diberi-
Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus,
Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak
Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Lalu Yesus turun bersama
mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar. Di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-
murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem
dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk
disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang kerasukan roh-roh jahat mendapat
kesembuhan. Dan orang banyak itu berusaha menjamah Dia, sebab daripada-Nya keluar suatu
kuasa, dan semua orang itu disembuhkan-Nya.

Doa adalah sumber kekuatanku

Sekali peristiwa Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa.


Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.
(Luk 6: 12)

Pak Daniel adalah seorang guru sejarah di suatu sekolah. Umur pak Daniel tidak lagi muda.
Meskipun begitu, Pak Daniel adalah guru yang sangat dihormati di sekolah tersebut. Caranya
mengajar membuat Pak Daniel dicintai oleh murid-muridnya.
Suatu hari, Pak Daniel jatuh pingsan saat sedang mengajar. Murid-murid yang menyaksikan
peristiwa tersebut sangat gempar, bahkan ada yang menangis. Pak Daniel pun segera dibawa ke
rumah sakit. Ketika diperiksa, Pak Daniel memiliki diagnosis penyakit jantung. Pak Daniel pun
menjalani perawatan inap. Selama masa perawatan, Pak Daniel selalu memegang erat rosario di
tangannya. Pak Daniel selalu mengucapkan doa salam Maria di kondisinya yang sangat lemah.
Setiap hari, dua atau tiga orang muridnya datang untuk menjenguk dan mendoakan beliau. Kondisi
Pak Daniel semakin membaik dari hari ke hari. Pak Daniel pun diperkenankan untuk
meninggalkan rumah sakit dan menjalani perawatan di rumah.

Anak-anak yang baik, hari ini Yesus mengajak kita untuk selalu berdoa. Sebelum memilih para
murid, Yesus berdoa semalam-malaman kepada Allah. Yesus menunjukkan bahwa doa adalah
sarana bagi kita untuk memperoleh kekuatan untuk menjalani hidup kita.

Anak-anak, jangan pernah melupakan doa. Doa adalah sarana bagi kita untuk berkomunikasi
dengan Allah. Betapa beruntungnya kita, para pendosa bisa berbicara dengan Allah melalui doa.

Refleksi:
1. Apakah aku sudah menjadikan doa sebagai yang utama dalam hidupku?
2. Jika belum, apakah aku mau melatih diriku supaya doa menjadi yang utama dalam
hidupku?
Marilah berdoa:
Allah yang Maha Baik, kami berterimakasih atas kesetiaan-Mu mengasihi kami sepanjang
hidup kami. Kami sadar Engkau selalu setia menunggu kami untuk bersyukur pada-Mu. Ajarilah
kami menyediakan waktu kami untuk berdoa dan bersyukur pada-Mu. Demi Kristus, Tuhan kami.
Amin.

Aksi: Aku mau belajar menyediakan waktuku bagi Tuhan.


Rabu, 7 September 2022

Bacaan: 1Kor. 7:25-31; Mzm. 45:11-12.14-15.16-17

Lukas 6: 20-26

20 Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang miskin,
karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.
21 Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah,
hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.
22 Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka
mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.
23 Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga;
karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.
24 Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh
penghiburanmu.
25 Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang
sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.
26 Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang
mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."

Kebahagiaan sebagai Buah dari Kebaikan

“Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di
sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.”
(Lukas 6: 23)

Kebahagian adalah cita-cita yang diimpikan oleh setiap orang dalam hidup ini. Baik itu
kebahagiaan pribadi maupun kebahagiaan bersama. Kebahagiaan itu juga menjadi salah satu
tujuan akhir dalam hidup manusia. Ketika kita sedang merasa gembira terhadap suatu pencapaian
ataupun ketika kita sedang menghadapi suatu persoalan hidup yang membuat diri kita merasa tidak
tenang dalam menjalani keseharian kita. Tuhan Yesus selalu mengingatkan kita, anak-anak-Nya
untuk tetap bersukacita dan bergembira, meskipun kita sedang menderita.
Setiap orang pasti memiliki kebahagiaannya masing-masing dan mereka berhak untuk
menentukannya sendiri sesuai dengan impian atau keinginan yang dimilikinya. Ada orang yang
hidupnya serba berkecukupan, berlimpah dan memiliki segala yang diinginkannya, namun dia
tidak merasa bahagia dalam hidupnya. Dan ada orang yang hidupnya pas-pasan atau sederhana,
namun dia merasa bahagia dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang dimilikinya untuk
menjalani hidup sehari-hari. Dari kedua hal tersebut, bisa kita lihat bersama bahwa kebahagiaan
itu tidak ditentukan dengan segala hal yang dimiliki. Kebahagiaan itu adalah buah dari segala
kebaikan yang kita berikan pada semua orang tanpa membeda-bedakan kepada siapa kita akan
berbuat kebaikan.
Melalui Injil pada hari ini, Yesus mengajak kita untuk jangan berkecil hati bila kita sedang
tidak merasa bahagia, karena mungkin Tuhan sedang menguji diri kita supaya kita tetap berjuang.
Tuhan pasti memberikan penghiburan bagi mereka yang meminta kepada-Nya dengan penuh
pengharapan. Jangan takut dan jangan cemas karena Tuhan Yesus pasti akan memberikan kita
kebahagiaan sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya terhadap kita, anak-anak-Nya. Yang
terpenting, bila kita sudah merasa bahagia jangan lupa bersyukur pada Tuhan Yesus. Dan
bagikanlah kebahagiaan itu pada orang banyak agar mereka juga bisa merasakan sentuhan kasih
Tuhan.

Refleksi

1. Apakah kamu pernah merasakan ketidakbahagiaan dalam hidupmu?


2. Dan apakah kamu masih bisa bersyukur meskipun kamu sedang tidak bahagia?

Doa Penutup
Tuhan Yesus kami bersyukur kepada-Mu atas sabda yang memperbarui semangat kami.
Kami sadar bahwa kami sering merasa tidak bahagia dalam menjalani keseharian kami masing-
masing. Anugerahkanlah kasih-Mu ke dalam hati kami agar kami bisa menjalani keseharian kami
dengan sukacita dan gembira. Melalui kebahagiaan yang kami rasakan ini semoga bisa kami
bagikan kepada teman-teman kami, Bapa dan Ibu Guru serta Orang Tua kami di rumah. Dan
ingatkanlah kami Tuhan untuk selalu bersyukur pada-Mu atas kebahagian yang boleh kami
rasakan ini. Amin.
Aksi : Jadikanlah dirimu sebagai sumber kebaikan dan kebahagian bagi orang-orang
disekitarmu.
Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria

Kamis, 8 September 2022

Bacaan: Mikha 5:1-4a; Mzm. 13:6ab.6cd

Matius 1:18-23

18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan
Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.
19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di
muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam
mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu,
sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang
akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan
mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah menyertai kita.

Tulus dan Setia seperti Yusuf

“Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam
mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai
istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”
(Matius 1: 20)

Pada hari ini bersama dengan Gereja Universal, kita bersama-sama merayakan Pesta
Kelahiran Santa Perawan Maria. Melalui perayaan ini menunjukkan bahwa Gereja Katolik sangat
menghormati Bunda Maria. Gereja menghormati Bunda Maria karena memiliki peran penting
dalam sejarah penyelamatan Umat Manusia. Bunda Maria yang melahirkan Yesus, Putra Allah,
yang dengan segala kerendahan hatinya memilih untuk taat pada rencana dan kehendak Allah.
Berkat kerendahan hati dan ketaatannya itu dia pun memperoleh rahmat yang sungguh mulia
dalam Kerajaan Sorga.
Selain menghormati Bunda Maria, Gereja pun tidak melupakan kehadiran Yusuf suami
Maria. Gereja juga sungguh menghormati Yusuf sebagai orang kudus. Yusuf pun juga memiliki
peran penting dalam sejarah penyelamatan umat manusia. Ketika kita memandang Bunda Maria,
kita pun juga harus mengingat Yusuf suaminya. Karena jika tanpa kehadiran Yusuf sejarah
keselamatan umat manusia tidak pernah terjadi. Santo Yusuf juga dikenal karena ketulusan dalam
menerima Maria sebagai istrinya dan kesetiaannya dalam menemani Maria dan merawat Yesus.
Melalui bacaan ini, kita diingatkan untuk menjadi pribadi yang tulus dalam melakukan kebaikan.
Selain itu kita pun juga diingatkan untuk selalu setia terhadap apa yang kita jalani sehari-hari. Mari
kita belajar dari teladan Bunda Maria dan Yusuf dalam keseharian yang kita jalani.
Refleksi

1. Inspirasi apa yang bisa kamu ambil dari Yusuf suami Maria?
2. Dari teladan Yusuf, apa yang dapat kamu lakukan bagi sesamaku setelah ini?

Doa Penutup

Tuhan Yesus terima kasih atas berkatMu kepada kami anak-anakMu. Kami bersyukur,
Tuhan karena pada hari ini kami boleh menimba inspirasi dari teladan Bunda Maria dan Yusuf.
Semoga kami selalu mempersiapkan diri untuk melaksanakan tugas-tugasku dengan baik. Dan
ajarilah kami agar dapat meneladani Santo Yusuf yang tulus dan setia kepada keluarga dan
kehendak Allah. Amin.

Aksi : Aku mau menjadi anak yang berbakti pada orang tua dengan menghormati dan
mendengarkan nasihat-nasihat orang tua. .
Jumat, 9 September 2022

Bacaan: 1Kor. 9:16-19.22b-27; Mzm. 84:3-6.12

Lukas 6: 39-42

39Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: "Dapatkah orang buta menuntun
orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?

40Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya
akan sama dengan gurunya.

41
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam
matamu sendiri tidak engkau ketahui?

42Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan
selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat?
Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan
jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Sadar akan Diri Sendiri

“Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam
matamu sendiri tidak engkau ketahui?... Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari
matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata
saudaramu.”
(Lukas 6: 41-42)

Dalam rutinitas sehari-hari yang kita jalani, terkadang kita kurang menyadari apa yang
sedang terjadi pada diri kita. Karena selama sepanjang hari, kita lebih memusatkan perhatian pada
hal-hal diluar dari diri kita. Karena sibuknya rutinitas yang membuat kita kelelahan, kita sendiri
jadi kurang memperhatikan diri kita sendiri. Kita kurang bisa memaknai nilai-nilai kehidupan apa
yang sedang diperjuangkan dalam rutinitas yang kita lakukan itu. Mulai dari kita bangun tidur,
bersiap-siap untuk sekolah, berangkat sekolah, berjumpa dengan teman-teman, bapa dan ibu guru,
dan karyawan, kegiatan belajar mengajar, istirahat, sekolah selesai hingga kembali ke rumah.
Rutinitas-rutinitas inilah yang sering membuat kita terlalu lelah sehingga kita kurang
menyadari makna dibalik segala rutinitas yang kita lakukan itu. Sering kali kita memikirkan, kapan
rutinitas ini selesai. Karena pikiran inilah yang membuat kita selalu ingin cepat-cepat selesai. Kita
hanya terpaku pada rutinitas belaka. Selain itu kita juga sering membandingkannya dengan orang
lain. Melihat orang lain yang lebih bersemangat daripada kita, melihat orang lain yang bisa
menjalani keseharian dalam ketenangan.
Dalam bacaan hari ini, kita diingatkan untuk terlebih dahulu menyadari apa yang sedang
terjadi dengan diri kita. Sebelum kita melihat orang lain, terlebih dahulu kita melihat diri kita
sendiri dan menyadari apa yang sedang kita perjuangkan. Orang lain juga punya perjuangannya
sendiri. Biarlah kita fokus pada setiap perjuangan kita terlebih dahulu sebelum memperhatikan apa
yang dilakukan orang lain.

Refleksi

1. Apa yang bisa kamu sadari dari keseharianmu hari ini?


2. Apakah kamu bisa mensyukuri perjuanganmu tanpa membandingkannya dengan
orang lain?

Doa Penutup

Tuhan Yesus kami bersyukur karena Kau sudah menemani kami sepanjangan hari ini.
Tuhan, Kami tahu bahwa kami sering kali lupa diri dan lebih mementingkan hal-hal diluar diri
kami. Semoga dengan semangat kasih-Mu, kami Kau ingatkan untuk lebih memperhatikan apa
yang sedang terjadi pada diri kami sebelum memperhatikan orang lain. Bantulah kami agar kami
semakin menyadari keseharian yang sedang kami jalani. Amin.

Aksi : Aku mau mensyukuri perjuanganku hari ini tanpa membandingkannya dengan orang lain.
10 September 2022
Sabtu Biasa XXIII
Luk 6:43-49
Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada
pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada
buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik
buah anggur. Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang
baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.
Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya. "Mengapa kamu berseru kepada-Ku:
Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? Setiap orang yang datang
kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya? Aku akan menyatakan
kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan?, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah:
Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan
banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun.
Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan
seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu
segera rubuh dan hebatlah kerusakannya."
Dekat agar berbuah
Pada suatu hari, Ari dan Reno mendapat kesempatan untuk mengunjungi museum bersama
teman-teman sekelasnya. Ketika berada di museum, mereka didampingi oleh seorang pemandu
yang mengerti dengan baik seluk-beluk sejarah barang-barang di sana. Ari memanfaatkan
kesempatan ini dengan baik karena ia selalu berdiri berdekatan dengan pemandu itu, sedang Reno
memilih di barisan belakang dan asik berbicara dengan teman-temannya. Suatu saat, ibu guru
meminta mereka membuat laporan tentang kunjungan ke museum. Ari mengerjakan dengan full
senyum karena catatannya sangat lengkap, sedangkan Reno merasa kesulitan karena catatannya
sangat minim sebab ia memilih selalu berjauhan dengan pemandu itu.
Yesus hari ini memberi kita perumpamaan tentang pohon dan buah. Setiap pohon yang
baik, pastinya akan menghasilkan buah yang baik juga. Kitapun laksana buah dan Yesus adalah
pohonnya, sehingga semestinya kita juga merupakan buah yang baik sebab kita berasal dari Yesus,
Sang pohon yang baik. Meskipun begitu apakah kenyataannya seperti itu? Tentu tidak karena kita
kerap menjadi buah yang buruk oleh tindakan, perilaku, maupun pilihan-pilihan dalam hidup kita
yang buruk. Hal ini terjadi karena kita memilih berjauhan dengan Yesus, maka kita diajak untuk
selalu menjaga kedekatan bersama Yesus agar kita selalu bisa berbuah baik. Harapannya kita
jangan menjadi seperti Reno yang menjauh dari pemandunya, melainkan kita menjadi seperti Ari
yang selalu dekat dengan pemandu kita yaitu Yesus agar hidup kita selalu berbuah baik. Kita
berbuah baik agar dapat menjadi pribadi yang kokoh dikala air bah.
1. Bagaimana cara-caraku agar selalu dekat dengan Yesus?
2. Melalui talentaku, apa saja buah baik yang dapat kuhasilkan?
11 September 2022
Minggu Biasa XXIV
Luk 15:1-32
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk
mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya:
"Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka. Lalu Ia mengatakan
perumpamaan ini kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba,
dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan
ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia
telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah
ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetanggan serta berkata kepada mereka:
Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku
berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang
bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak
memerlukan pertobatan." "Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika
ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya
dengan cermat sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil
sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan
aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga
akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." Yesus
berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya:
Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-
bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual
seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu
dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di
dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri
itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya
dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya
kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang
berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi
kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya,
lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul
dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap
bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya:
Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada
jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan
marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia
telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung
berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan
nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti
semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak
lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. Maka marahlah anak sulung itu dan
ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya,
katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa,
tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan
sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan
bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu
untuk dia. Kata ayahnya kepadanya: “Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan
segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu
telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”
Kehadiranmu Selalu Dinanti
Surya berbohong pada ibunya dengan mengatakan “Bu, aku kerjain pr dulu ya di rumah
teman”, padahal ia justru sedang mabar (main bareng) bersama temannya. Ia bermain hingga larut
malam dan tanpa kabar kepada ibunya. Akhirnya, ia pun pulang dan tanpa sangka ibunya masih
setia berjaga dengan matanya yang sudah menahan kantuk. Ibunya tersenyum lebar melihat
anaknya baru pulang sekolah, lalu Ibunya membantu Surya untuk membereskan tasnya dan juga
menyiapkan peralatan untuk sekolah besok. Semua hal itu Ibunya lakukan dengan ketulusan hati
meskipun sudah lelah dan mengantuk. Menyaksikan peristiwa ini, Surya diam tak berkutik. Ia
merasa sangat tidak enak dengan ibunya. Meskipun ia berbohong, ibunya tetap menunggu dengan
setia untuk menyambut anaknya yang baru pulang sekolah.
Kisah di atas dan Injil hari ini menggambarkan Allah kita yang selalu senantiasa setia
menunggu kepulangan kita kepadaNya. Allah kita tidak pernah peduli sebesar apa dosa yang kita
lakukan, Allah kita tidak pernah menghitung hutang kita padaNya, bahkan Allah kita juga tidak
pernah ingin tahu kenapa kita berdosa. Allah hanya ingin kita selalu kembali kepadaNya. Apapun
yang terjadi, sebesar dan seberat apapun dosa, yang Allah inginkan hanya satu yaitu kita kembali
kepadaNya. Allah selalu menunggu kita dengan penuh kehangatan dan senyuman. Ingatlah bahwa
Ia tidak pernah menolak kita dan justru Ia ingin agar kita selalu kembali kepadaNya untuk dipeluk
serta diberi rasa hangat. Artinya, kita tidak pernah punya alasan untuk menjauh dari Allah. Justru
semakin kita menjauh, keinginan Allah untuk mendekat kepada kita semakin besar
1. Apakah aku mempunyai pengalaman “lari” dari Allah? (contoh: malas ke Gereja)
2. Bagaimana perasaanku ketika sedang menjauh dari Allah dan apa yang membuatku
kembali kepadaNya?
12 September 2022
Senin Biasa XXIV
Luk 7:1-10
Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum. Di situ ada
seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang
sakit keras dan hampir mati. Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa
orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan
hambanya. Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya,
katanya: "Ia layak Engkau tolong sebab ia mengasihi bangsa kita dan dia lah yang menanggung
pembangunan rumah ibadat kami." Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia
tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan
kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam
rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi
katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan,
dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka
ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah
ini!, maka ia mengerjakannya." Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan
sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu,
iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!" Dan setelah orang-
orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali.
Selalu ada harapan
Waktu itu Aji sedang bertanding sepakbola melawan klub kampung sebelah. Pada
pertandingan itu, timnya sedang tertinggal padahal waktu hanya tersisa 5 menit lagi. Rekan timnya
sudah menyerah karena mereka semua mengira bahwa tim ini pasti akan kalah. Meskipun begitu,
Aji tidak menyerah. Ia terus berlari mengejar bola, tanpa lelah ia terus menyerang, dan akhirnya
ia mampu mencetak gol untuk membuat timnya berbalik unggul sehingga memenangkan
pertandingan kali ini.
Pada bacaan Injil hari ini, kita melihat sikap perwira yang sudah menyerah atas kondisi
sakitnya dengan berkata “Tuan, janganlah bersusah-susah”. Padahal, dirinya masih ada
kemungkinan untuk sembuh. Yesus tidak melihat sikap menyerahnya, justru yang Yesus lihat
masih adanya “kesempatan kecil” pada perwira tesebut untuk sembuh. Kerapkali kita sudah ingin
menyerah dengan situasi dan keadaan yang terjadi dalam hidup, seolah-olah tidak ada harapan
lagi. Meskipun begitu, Yesus sesungguhnya tidak pernah menginginkan kita untuk menyerah.
Yesus selalu berjuang agar kita bisa lepas dari belenggu yang sedang kita alami dan Ia selalu
memberi harapan bagi kita. Sikap yang Aji tunjukkan di atas merupakan buah dari sikap pantang
menyerah dan selalu mempunyai harapan. Maka dari itu, kita harus selalu mengingat bahwa Yesus
selalu berjuang untuk kita sehingga tidak baiklah bagi kita untuk menyerah. Kita harus selalu ingat
bahwa Yesus mendampingi dan memberi “kesembuhan-kesembuhan” kecil bagi kita.
1. Apakah aku pernah mengalami pengalaman Yesus yang menolongku ketika aku sedang
putus asa?
2. Jika aku berputus asa, bagaimana caraku agar aku bisa kembali memiliki harapan?
Selasa, 13 September 2022
Bacaan: 1Kor. 12:12-14,27-31a; Mzm. 100:2,3,4,5; Luk. 7:11-17
Luk. 7:11-17
Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama
dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu
gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah
janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu,
tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambil
menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai
anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai
berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka
memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan
"Allah telah melawat umat-Nya." Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di
seluruh daerah sekitarnya.
Yesus Peduli
“Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata
kepadanya: "Jangan menangis!"
(Luk 7:13)
Pada saat bel istirahat berbunyi, semua murid X IPS 1 beranjak dari kursi dan segera menuju
ke kantin. Namun, tidak seperti biasanya, Gabriel duduk sendirian dan terlihat sedih. Carlos, yang
sedang lewat di depan kelas, melihat raut muka Gabriel dan cepat-cepat menghampirinya. “Kamu
kenapa, Gab?” tanya Carlos. Gabriel menjawab, “Aku lagi sedih nih gara-gara nilai ulanganku
tidak memenuhi KKM”. Kemudian, Carlos menjawab, “Kalau begitu, pulang sekolah nanti kita
belajar bareng di rumahku, yuk!” Mulai dari hari itu, Gabriel dan Carlos belajar bersama dan
keduanya naik kelas dengan hasil yang memuaskan.
Teman-teman yang terkasih, hari ini Yesus mengajarkan kita untuk peduli terhadap sesama.
Ketika melihat seorang yang sedang bersedih dan dilanda musibah, Yesus tidak diam. Yesus
datang dan menolong orang itu.
Sebagai murid Tuhan Yesus, kita patut meneladani sikap-Nya. Kita dapat meneladani-Nya
dengan menghibur sesama yang sedang bersedih, mengunjungi mereka yang sedang sakit,
mendoakan sesama, dan menolong mereka yang mengalami kesulitan. Tentunya, berbagai bentuk
kepedulian kita terhadap sesama membantu mereka untuk kembali bersemangat dan bergembira.
Refleksi
1. Apa aku sudah peduli terhadap sesamaku hari ini?
2. Apakah aku tergerak untuk menolong sesama yang kesulitan?
Marilah Berdoa:
Syukur kepada-Mu Tuhan karena Engkau telah meneladankan sebuah sikap mulia, yaitu
kepedulian. Semoga, kami mampu menjadi anak-anakMu yang peduli terhadap sesama di sekitar
kami. Amin.
Aksi: Aku mau peduli terhadap sesama.
Rabu, 14 September 2022
Bacaan: Bil. 21:4-9; Mzm. 78:1-2,34-35,36-37,38; Flp. 2:6-11; Yoh. 3:13-17
Yoh. 3:13-17
Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain daripada Dia yang telah turun dari sorga,
yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga
Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup
yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk
menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.

Senyuman Kasih
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal.”
(Yoh 3:16)
Seorang murid bernama Ferdi di kelas XI IPA 3 selalu bertanya-tanya mengapa Bu Budi
selalu terlihat bergembira. Setiap kali Bu Budi tersenyum, setiap murid merasakan kedamaian dan
kegembiraan. Kemudian, Ferdi berkata kepada Bu Budi, "Bu, maaf". "Ya, Ferdi?" balas Bu Budi
dengan senyuman cerah. "Saya penasaran kok bisa sih ibu selalu bahagia?" Dengan ramah Bu
Budi berkata, "Ferdi yang baik, Ibu selalu bahagia karena ibu mengingat kasih Tuhan dalam hidup
ibu. Kasih Yesus yang tersalib sangat membahagiakan ibu."
Teman-teman terkasih, salah satu hal yang patut kita syukuri adalah kasih Tuhan yang begitu
besar. Kasih itu Ia tunjukkan dengan mengutus Yesus untuk menyelamatkan kita. Bahkan, sampai
sekarang ini, Ia terus mencintai kita dan menemani kita di segala waktu.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk membalas cinta kasih Tuhan Yesus. Bagaimana
caranya? Caranya adalah rajin berdoa dan percaya pada penyelenggaraanNya. Hidup memang
tidak selalu berjalan sesuai keinginan kita. Namun, kita harus yakin bahwa ini adalah jalan terbaik
yang Tuhan berikan kepada kita. Ingat! Tuhan Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan kita
(Yoh 3:17).
Refleksi
1. Kasih Tuhan macam apa yang telah aku rasakan dalam hidup?
2. Apa aku sudah bersyukur atas kasihNya?

Marilah Berdoa:
Tuhan Yesus, terima kasih atas segala karunia, berkat, dan kasih yang Engkau limpahkan dalam
hidupku. Semoga, aku mampu membalas kasihMu dengan iman yang kuat. Dengan begitu, aku
makin sadar bahwa Engkau datang untuk menyelamatkan aku. Amin.
Aksi: Aku mau bersyukur atas cinta kasih Tuhan dalam hidupku.
Kamis, 15 September 2022
Bacaan: Ibr. 5: 7-9; Mzm 31:2-3a,3b-4,5-6,15-16, 20; Yoh. 19:25-27
Yoh. 19:25-27
Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria
Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya,
berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-
Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Maria, Ibu Rohaniku


“... Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!"
(Yoh 19:26-27)
Ibu Dewi yang sangat menyayangi anaknya, Kevin. Setiap hari, Ibu Dewi menghantar Kevin
ke sekolah dan membuatkan sarapan. Pada suatu malam, Kevin tiba-tiba terbangun dan melihat
ibunya masih belum tertidur. Ibunya terlihat sedang mengucapkan sesuatu secara perlahan dan
tangannya terkatup di depan dada. "Oh, ibu sedang berdoa", kata Kevin dalam hati. Dalam hening
itu, Kevin mendengar ibu menyebut namanya.
Teman-teman terkasih, semua ibu sayang kepada anaknya. Selama hidup Yesus di dunia,
Maria selalu setia menemani dan mendoakan Yesus. Kasih sayang Maria kepada Yesus
ditunjukkan, terutama dengan menemani Yesus menapaki jalan salib. Dalam jalan salib itu, Yesus
mengangkat Maria sebagai ibu rohani kita dengan berkata, "Ibu, inilah, anakmu!" Oleh karena
itulah, Maria juga menyayangi kita. Sama seperti setiap ibu, Maria akan menemani kita dalam
perjalanan hidup. Maka, janganlah lupakan doa Salam Maria. Doakanlah doa Salam Maria ketika
kamu takut, gelisah, sedih, dan sendirian. Maria pasti hadir menemani dan menghiburmu.
Refleksi
1. Apakah aku sudah mendoakan doa Salam Maria ketika aku takut, gelisah, sedih, dan
sendirian?
Marilah Berdoa:
Aku berterimakasih kepadaMu Tuhan karena Engkau telah mengaruniakan Ibu rohani yang
sangat baik, yaitu Maria. Semoga Engkau, lewat perantaraan Bunda Maria, menemani aku dalam
perjalanan hidupku. Amin.
(Salam Maria 1x)
Aksi: Aku mau mencintai Maria dengan rajin berdoa Salam Maria.
Jumat, 16 September 2022
Bacaan: 1Kor 15:12-20; Mzm 17:1.6-7.8b.15; Luk 8:1-3
Luk 8:1-3
Yesus berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah.
Kedua belas murid menyertai Dia, dan juga beberapa wanita, yang telah disembuhkan-Nya dari
roh-roh jahat serta berbagai macam penyakit, selalu menyertai Dia. Pada wanita itu ialah: Maria
yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh setan; Yohana, isteri Khuza, bendahara
Herodes, Susana dan banyak lagi yang lain. Wanita-wanita itu melayani seluruh rombongan
dengan harta kekayaan mereka.

MENYALURKAN KASIH ALLAH

Wanita-wanita itu melayani seluruh rombongan dengan harta kekayaan mereka.


(Luk 8:3)

Pada suatu pagi yang cerah, Ditho, siswa kelas 1 SMP, bangun seperti biasa. Karena
kemarin malam hujan deras, udara menjadi sangat sejuk. Ia bangun dengan amat segar dan siap
untuk menyambut fajar baru dan ulangan Fisikanya hari ini. Ia berangkat ke sekolah dengan diantar
oleh ayahnya yang berangkat ke kantor hari itu. Ketika ia datang ke sekolah, ternyata banyak
temannya yang belum hadir. Selanjutnya, ketika guru masuk, ibu guru mengumumkan bahwa
ulangan Fisika diundur. Alasannya adalah banyak peserta didik yang rumahnya kebanjiran, bahkan
sampai perlu mengungsi. Hati Ditho terenyuh. Ia tidak pernah kebanjiran, terlambat masuk
sekolah, apalagi sampai mengungsi. Ia hidup nyaman-nyaman saja selama ini.
Saat pulang sekolah, Ditho meminta kepada Mamanya, “Ma, aku boleh membantu teman-
temanku gak? Ternyata, banyak dari mereka yang kebanjiran dan harus mengungsi. Aku sisihkan
uang jajanku untuk mereka ya?” Mamanya terharu mendengar anaknya, lalu berkata, “Boleh,
dekkk… Nanti mama tambahin ya. Dan kapan-kapan kita kunjungi mereka yuk!”

Anak-anak yang terkasih, hari ini Yesus mengajak kita untuk menyalurkan kasih Allah.
Menyalurkan kasih Allah berarti aku mau mengasihi karena sadar bahwa Allah telah lebih dulu
mengasihiku. Allah telah mengasihi kita dengan banyak hal, terutama dengan memberikan Putra-
Nya yang tunggal demi keselamatan kita. Para perempuan dalam Injil menyadari kasih Allah itu.
Dengan demikian, mereka mampu melayani dengan sukacita. Mereka bergembira menjadi saluran
kasih Allah.
Cara menyalurkan kasih Allah tidak mesti dengan harta kekayaan. Kehadiran kita bagi
yang kesepian, dukungan kita kepada yang lemah, atau doa kita bagi dunia, semua itu adalah cara
untuk menyalurkan kasih Allah. Itulah cara kita untuk menyalurkan kasih Allah setiap hari.

Refleksi :
1. Apakah aku sudah menyadari kasih Allah dalam hidupku?
2. Apa yang bisa aku lakukan untuk menyalurkan kasih Allah itu?

Marilah berdoa:
Ya Yesus yang Baik. Terimakasih atas kasih-Mu yang senantiasa Engkau limpahkan dalam
hidup kami. Keluarga, teman, saudara, nafas kehidupan, hari yang baru, malam yang tenang, alam
semesta, dan terutama Diri-Mu sendiri, Engkau sediakan bagi kami. Semoga rasa syukur ini,
membuat kami sadar akan besarnya kasih-Mu dan lalu memampukan kami untuk menyalurkan
kasih-Mu. Amin.

Aksi: aku mau menyalurkan kasih Allah yang kuterima dalam hidupku dengan sukacita.
Sabtu, 17 September 2022
Bacaan: 1Kor 15:35-37.42-49; Mzm 56:10-14; Luk 8:4-15
Luk 8:4-15
Banyak orang datang berbondong-bondong dari kota-kota sekitar kepada Yesus. Maka kata Yesus
dalam suatu perumpamaan, "Adalah seorang penabur keluar menaburkan benih. Waktu ia menabur
sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak-injak orang dan dimakan burung-burung di
udara sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan tumbuh sebentar, lalu layu
karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, sehingga terhimpit sampai
mati oleh semak-semak yang tumbuh bersama-sama. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, lalu
tumbuh dan berbuah seratus kali lipat." Setelah itu Yesus berseru, "Barangsiapa mempunyai
telinga untuk mendengar, hendaklah mendengar."

Para murid menanyakan kepada Yesus maksud perumpamaan itu. Yesus menjawab, "Kalian diberi
karunia mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi hal itu diwartakan kepada orang lain dalam
perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat, dan sekalipun mendengar,
mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah sabda Allah. Yang jatuh di
pinggir jalan ialah orang yang telah mendengarnya, kemudian datanglah Iblis, lalu mengambil
sabda itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di
tanah yang berbatu-batu, ialah orang yang setelah mendengar sabda itu, menerimanya dengan
gembira, tetapi mereka tidak berakar. Mereka hanya percaya sebentar saja dan dalam masa
pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri, ialah orang yang mendengar sabda itu,
dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran, kekayaan dan kenikmatan
hidup, sehingga tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik ialah orang
yang mendengar sabda itu dan menyimpannya dalam hati yang baik, dan mengeluarkan buah
dalam ketekunan."

MENDENGARKAN YESUS

Setelah itu Yesus berseru, "Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah
mendengar.”
(Luk 8:8)
Siapa yang tidak kenal game free fire atau PUBG? Game ini merupakan game yang sangat
seru untuk dimainkan. Dengan game ini, kita bisa mendapatkan teman baru, komunitas baru,
bahkan hobi baru. Namun, apakah semuanya seindah itu? Coba simak kisah berikut ini ya.
Temanku, Acil, merupakan teman sekelas saat SD. Aku kenal dekat dengan Acil, maupun
orangtuanya. Sejauh aku mengenalnya, ia adalah anak yang pandai. Ia selalu menjadi 10 besar di
kelas. Singkat cerita, kami berdua lulus SD dengan baik.
Setelah itu, kami berpisah sekolah saat SMP. Saat ini, aku sudah SMP kelas 3 dan akan
ujian sebentar lagi. Namun, aku sangat sedih. Temanku, Acil tidak naik kelas dan bahkan terancam
DO. Aku mendengar dari orangtuanya, bahwa di sekolahnya, ia berantem dengan guru. Alasannya
sederhana, gurunya mengingatkan agar ia tidak bermain game saat pelajaran. Ia sudah diingatkan
berulang kali dan sudah didampingi guru BK. Namun, ia tidak mendengarkan. Lebih parahnya
lagi, Aku sedih ketika mendengar bahwa ia dijauhi teman-temannya sendiri karena menjadi
terasing di dalam ‘dunianya’ sendiri. Aku berharap ia dapat berubah.

Anak-anak yang terkasih, dalam Injil hari ini, Yesus mengajak kita untuk mendengarkan.
Mendengarkan berarti juga ‘melaksanakan’. Dengan mendengarkan Yesus dan Sabda-Nya, kita
pasti gembira. Yesus selalu menuntun kita pada jalan bahagia sejati, meskipun ada banyak
tantangannya. Kita dapat mendengarkan Yesus melalui suara hati kita dan juga orang-orang yang
kita percaya sebagai wakil Yesus sendiri.

Refleksi:
1. Apakah aku sudah mendengarkan Yesus yang bersemayam dalam hatiku?
2. Apakah aku sudah mendengarkan Yesus melalui wakil-wakilnya, seperti orangtua dan
guru-guruku?

Marilah berdoa:
Tuhan Yesus, terimakasih atas dua telinga yang Engkau berikan bagi kami. Semoga kami
menggunakan kedua telinga kami untuk mendengarkan Engkau dan Sabda-Mu. Kami yakin bahwa
suara-Mu akan mengarahkan kami kepada kebaikan, kepada sukacita sejati. Amin.

Aksi: Aku mau mendengarkan Yesus melalui suara hatiku, orangtua, dan guru-guruku.
Minggu, 18 September 2022
Bacaan: Am 8:4-7; Mzm 113:1-2.4-6.7-8; 1Tim 2:1-8; Luk 16:1-13
Luk 16:1-13
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Ada seorang kaya yang mempunyai
seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan
miliknya. Lalu si kaya itu memanggil bendahara itu dan berkata, 'Apakah yang telah kudengar
tentang engkau? Berilah pertanggungjawaban atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi
bekerja sebagai bendahara.'

Berkatalah bendahara itu di dalam hatinya, 'Apakah yang harus kuperbuat? Tuanku memecat aku
dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa
yang akan kuperbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang
akan menampung aku di rumah mereka.

Lalu bendahara itu memanggil satu demi satu orang yang berhutang kepada tuannya. Katanya
kepada yang pertama, 'Berapakah hutangmu kepada tuanku?' Jawab orang itu, 'Seratus tempayan
minyak.' Lalu kata bendahara itu kepadanya, 'Inilah surat hutangmu! Duduklah dan buatlah surat
hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan.' Kemudian ia berkata kepada yang kedua, 'Dan
Saudara, berapakah hutangmu?' Jawab orang itu, 'Seratus pikul gandum.' Katanya kepada orang
ini, 'Inilah surat hutangmu! Buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.' Bendahara yang tidak
jujur itu dipuji oleh tuannya, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini
lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang. Maka Aku berkata kepadamu: Ikatlah
persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat
menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.

Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan
barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara
besar. Jadi, jika kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan
mempercayakan harta sejati kepadamu? Dan jika kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah
yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?
Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci
yang seorang dan mengasihi yang lain; atau ia akan setia kepada yang seorang, dan tidak
mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

TEKUN DAN SETIA

Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar.
(Luk 16:10)

Namaku Bojin. Sebenarnya namaku Stefanus, tetapi teman-temanku memanggilku ‘Bojin’


karena aku dianggap sebagai ‘Bocah Rajin’. Hal itu benar. Tetapi supaya tidak dikira sombong,
aku mau mengisahkan kisahku ya.
Sebelum aku jadi ‘Bojin’, aku biasa dipanggil ‘Boles’, alias ‘Bocah Males’. Dulu, kelas 1
SMP, aku sangat sering terlambat masuk sekolah. Kebiasaanku terlambat sebenarnya hanya karena
kebiasaan meng-’snooze’ alarm HP-ku setiap 10 menit. Alih-alih bangun, aku malah tidur lagi.
Akhirnya, dengan terpaksa, aku pun bangun, mepet-mepet dengan jam masuk sekolah.
Setelah beberapa bulan, guruku melihat kebiasaan yang kurang baik dalam diriku.
Akibatnya, aku dipanggil. Untunglah guruku tidak hanya menegur, tetapi juga membimbing. Ia
menunjukkan tips-tips untuk mengubah kebiasaanku itu. Guruku memintaku untuk mencoba
bangun pagi tanpa meng-’snooze’ alarm.
Awal program ini terasa berat. Minggu pertama dan kedua masih sangat berat bagiku,
bahkan aku kerap mengulangi kebiasaanku. Namun beranjak ke minggu ketiga dan seterusnya,
aku semakin terbiasa dengan kebiasaan baru yang ternyata menyenangkan. Dengan bangun lebih
pagi dan tidak terlambat ke sekolah, aku merasa lebih siap menerima pelajaran dari guru.
Akhirnya, nilai-nilaiku pun semakin baik dan aku dijuluki ‘Bojin’ sampai sekarang kelas 3 SMP.

Anak-anak yang baik, hari ini Yesus mengajak kita untuk tekun dan setia. Yesus berkata,
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar”. Seperti
bangun tidur, hal itu adalah hal kecil dan biasa, hal yang kita lakukan setiap hari. Namun, Yesus
mengingatkan bahwa kesetiaan kita pada hal-hal kecil itulah yang akan membuat kita mampu setia
pada hal-hal besar, termasuk mengikut-Nya.
Refleksi:
1. Apakah aku sudah tekun dan setia dalam tugasku sehari-hari?
2. Jika belum, apakah aku mau melatih diriku supaya tekun dan setia melakukan kebaikan?

Marilah berdoa:
Ya Yesus yang baik, terimakasih atas kasih-Mu bagi kami. Kami mohon, berilah kami
rahmat-Mu agar kami mampu tekun dan setia membangun kebiasaan-kebiasaan baik. Kami
berharap, dengan terbiasa melakukan yang baik, kami menjadi mudah berbuat baik. Dan semoga
dengan mudah berbuat baik, kami boleh menjadi anak-anak kesayangan-Mu. Amin.

Aksi: Aku mau membiasakan diri dengan kebiasaan-kebiasaan baik.


Senin, 19 September 2022
Bacaan: Ams. 3:27-34; Mzm. 15:2-3ab,3cd-4ab,5; Luk. 8:16-18.
Luk. 8:16-18.
"Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau
menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya
semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang
tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan
diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang
mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan
diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."

Menjadi Berkat Bagi Sesama

"Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau
menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya
semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. (Luk 8:16)

Michele adalah murid kelas 2 SMP di sebuah sekolah Katolik. Ia tergolong sebagai murid yang
mumpuni dalam bidang-bidang pembinaan di sekolahnya. Olahraga, pengetahuan, dan kepanitiaan
menjadi nilai unggulnya. Suatu kali, ia melihat temannya yang sungguh kesulitan dalam hal
pengetahuan. Melihat itu, ia merasa sedih. Maka, ia mengusulkan kepada dewan osis untuk
mengadakan tutor (pelajaran tambahan untuk sesama siswa mengajari siswa lainnya). Usulnya
ditolak. Menurut dewan osis dan guru, idenya tidak tepat. Michele sedih karena ketidakpedulian
orang-orang di sekitarnya terhadap keadaan siswa/i. Ia memutuskan untuk mundur dari OSIS dan
mengajak teman-teman yang ingin belajar untuk ikut belajar bersama. Di akhir tahun, semua teman
seangkatannya naik kelas, salah satunya, berkat bantuan Michele. Kemudian, dewan guru
memutuskan bahwa di tahun ajaran berikutnya akan diadakan tutor secara resmi. Mendengar itu,
Michele ikut berbahagia dan bersyukur kepada Tuhan.
Teman-teman yang terkasih, hari ini Yesus mengajak kita untuk menggunakan seluruh talenta kita
secara maksimal dan menggunakannya demi kepentingan orang banyak. Sebab, Dialah yang
memberi kita seluruh kemampuan yang kita miliki.

Refleksi:
1. Apakah aku sudah mengembangkan talentaku?
2. Bagaimana aku menggunakan talentaku selama ini? Demi diriku sendiri atau sudah
berguna bagi orang lain?

Marilah berdoa:
Yesus sumber segala sesuatu, terimakasih atas berkat dan rahmatMu kepada kami.
Bantulah kami agar kami mampu mengembangkan talenta kami dan menjadikannya berkat bagi
sesama. Sebab Engkaulah Kristus dan teladan kami sepanjang segala masa. Amin
Aksi: Aku ingin mengembangkan talenta yang kumiliki agar berguna bagi orang lain
Selasa, 20 September 2022
Bacaan: Ams. 21:1-6,10-13; Mzm. 119:1,27,30,34,35,44; Luk. 8:19-21.
Luk. 8:19-21.
Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena
orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: "Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar
dan ingin bertemu dengan Engkau." Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-
Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya."

Sesamaku Ialah Saudaraku

Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang


mendengarkan firman Allah dan melakukannya." (Luk 8:21)

Iwan adalah siswa kelas 3 SMP. Ia biasa berjalan kaki ke sekolah karena rumahnya cukup dekat
dengan sekolahnya. Di perjalanan pulang pada sore hari, ia kerap melihat pemadangan yang
menurutnya agak menyesakkan hati. Ia melihat anak-anak mengemis di pinggir jalan dengan wajah
yang lesu dan terlihat lapar. Suatu kali, ia berkata kepada orangtuanya untuk memberinya uang
lebih. Orangtuanya mengiyakan. Ketika pulang sekolah, Iwan menyiapkan uang yang diberikan
orangtuanya untuk membeli makanan dan diberikan kepada anak-anak kecl itu. Ketika
memberikan makanan kepada anak-anak itu, muncul rasa Bahagia dan syukur karena ia bisa
membantu. Ketika sampai di rumah, Iwan disambut oleh kedua orangutanya dengan makanan
kesukaanya, ayam goreng saus Gochujang. Lalu kedua orangtuanya berkata kepada Iwan, “tadi
papa dan mama melihat kamu di jalan sedang membagikan makanan kepada anak-anak itu. Kamu
memiliki sifat yang baik hati Iwan. Teruskan ya… sebab dengan melakukan ini kamu mengikuti
teladan Yesus”.

Belajar dari kisah Iwan, kita bisa mendapatkan nilai bahwa teladan kepada Yesus dapat dilakukan
tidak hanya melalui doa melainkan juga melalui perbuatan baik bagi sesama. Dengan berbuat baik
bagi sesama, kita menjadi saudara bagi Yesus sebab kita mendengarkan dan melaksanakan
perintahNya.
Refleksi:
1. Apakah aku sudah mendengarkan sabda Yesus hari ini?
2. Apakah aku sudah melihat orang lain sebagai saudara bukan musuh?

Marilah berdoa:
Yesus sumber kebaikan, kami bersyukur atas rahmat kehidupan yang boleh kami terima
sampai saat ini. Berkati dan bantulah kami agar kami selalu mendengarkan dan melaksanakan
perintahmu di setiap segi kehidpan kami. Sebab Engkaulah sang teladan kasih, kini dan sepanjang
masa. Amin.

Aksi: aku ingin membantu sesamaku yang kesulitan


Rabu, 21 September 2022
Bacaan: 4:1-7.11-13; Mazmur 19:2-3.4-5; Matius 9:9-13
Matius 9:9-13
Pada suatu hari, Yesus melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai. Yesus berkata
kepadanya, “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Matius, lalu mengikuti Dia. Kemudian, ketika Yesus
makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa, makan bersama-
sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada murid-
murid Yesus, “Mengapa gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”
Yesus mendengarnya dan berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, melainkan orang
sakit. Maka pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan
bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang
berdosa.”
Kehendak untuk Berbelaskasih
. Maka pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan
bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang
berdosa.” (Luk 9:13)
Kevin adalah seorang siswa SMP kelas 1 di SMP negeri. Ia adalah seorang anak berprestasi dengan
ranking tertinggi di SMP tersebut. Dengan mendapatkan predikat tersebut, ia mendapat banyak
perhatian dari teman-temannya, entah baik ataupun buruk. Suatu kali, segerombolan siswa
mengepungnya dan melakukan perundungan terhadapnya. Ia tetap diam karena tidak ingin terkena
masalah lebih lanjut. Kejadian ini terus berlanjut hingga suatu hari ketika peristiwa tersebut terjadi
lagi, ada seorang guru yang melihat dan akhirnya segerombolan siswa itu dipanggil. Melihat itu,
Kevin ikut dengan mereka ke ruang BK. Melihat siswa yang lain dimarahi, Kevin merasa iba. Ia
berkata kepada sang guru untuk mengampuni anak-anak itu dan berkata “saya tidak pernah
mendendam kepada mereka. Saya memaafkan mereka”. Mendengar itu, guru itu berhenti dan
hanya memberi peringatan. Setelah keluar dari ruangan BK, anak-anak itu mendatangi Kevin dan
berterimakasih kepadanya serta berjanji untuk tidak mengulangi lagi apa yang telah mereka
lakukan. Kevin hanya bisa tersenyum dengan penuh rasa syukur.

Teman-teman yang terkasih dalam Kristus, dalam setiap ajaran Yesus, Ia menghendaki kita untuk
berbelaskasih. Pemungut cukai, seorang yang berdosa, dan masih banyak lagi tokoh dalam Kitab
Suci yang menggambarkan bahwa Yesus adalah pribadi yang penuh dengan belas kasih. Oleh
karena itu maukah kamu berbelaskasih kepada sesama?
Refleksi:
1. Apakah selama ini aku sudah berbelaskasih kepada mereka yang menyakiti aku?
2. Apakah aku berani mengucapkan permintaan maaf lebih dahulu sekalipun mereka yang
bersalah?
Marilah berdoa:
Tuhan mahapengampun, syukur atas rahmat kebaikan yang Kau berikan kepada kami. Raihlah
tangan dan kehendak kami agar kami mampu menjadi berkat bagi sesama melalui Tindakan
berbelaskasih. Sebab Engkaulah sumber kasih, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Aksi: aku ingin selalu menjadi yang pertama untuk berkata maaf
Kamis, 22 September 2022

Bacaan: Pkh. 1:2-11; Mzm. 90:3-4.5-6.12-13.14.17; Luk. 9:7-9

Lukas 9:7-9
Ketika Herodes, raja wilayah Galilea, mendengar segala sesuatu yang terjadi, ia merasa cemas,
sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi
yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa
seorang dari nabi-nabi zaman dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata, “Yohanes kan telah
kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal besar itu?” Lalu
ia berusaha untuk dapat bertemu dengan Yesus.

Percaya dan Berserah


“Lalu ia berusaha untuk dapat bertemu dengan Yesus.”
(Lukas 9:9)

Apakah teman-teman pernah merasa cemas? Cemas nanti siang ada ulangan tapi belum
belajar? Cemas karena gebetan belum membalas-balas WhatsApp? Atau cemas karena episode
serial favorit kita belum berlanjut? Tentunya ada berbagai hal di luar diri kita yang membuat kita
cemas.
Jika teman-teman pernah merasakannya, tenang, itu adalah sesuatu yang manusiawi. Dari
bacaan yang telah kita baca, Herodes, seorang raja yang hebat dan penuh kuasa pun juga
merasakan cemas. Ia merasa cemas lantaran ada orang biasa dan sederhana bernama Yesus, dengan
perbuatan kasih-Nya yang menyentuh hati banyak orang.
Dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan yang kita rasakan mungkin tanpa disadari sudah
menguasai diri kita, seperti Herodes yang cemas dan akhirnya menjadi takut kalau-kalau
kekuasaannya dapat dilengserkan.
Melalui bacaan hari ini, bila kita mengalami rasa cemas akan sesuatu, kita diajak untuk
percaya dan menyerahkan rasa cemas kita kepada Tuhan Yesus, yang selalu merencanakan yang
baik bagi diri kita. Sembari melakukan yang terbaik yang dapat kita lakukan, kita mohon rahmat
supaya Tuhan Yesus juga berkenan berkarya dalam setiap rencana kita. Janganlah cemas,
janganlah takut. Di dalam Tuhan, berlimpah berkat.
Refleksi:
1. Adakah sesuatu yang membuatku cemas saat ini?
2. Sudahkah aku percaya dan berserah kepada rencana Tuhan?
Marilah kita berdoa:
Tuhan Yesus, kami serahkan segala rasa cemas dan khawatir kami. Ajarilah kami untuk
selalu percaya bahwa rencana-Mu sungguh indah dan berharap Engkau selalu bersama kami dalam
setiap langkah hidup kami. Amin.

Aksi: aku mau mengandalkan Tuhan dalam rasa cemas yang kuhadapi.
Jumat, 23 September 2022

Bacaan: Pkh. 3:1-11; Mzm. 144:1a.2abc.3-4; Luk. 9:19-22

Lukas 9:19-22
Pada suatu ketika Yesus sedang berdoa seorang diri. Maka datanglah murid-murid-Nya kepada-
Nya. Lalu Yesus bertanya kepada mereka, “Kata orang banyak siapakah Aku ini?” Mereka
menjawab, “Yohanes Pembaptis; ada juga yang mengatakan: Elia; ada pula yang mengatakan:
salah seorang nabi dari zaman dulu telah bangkit.” Yesus bertanya lagi, “Menurut kalian, siapakah
Aku ini?” Jawab Petrus, “Engkaulah Kristus dari Allah.” Dengan keras Yesus melarang mereka
memberitakan hal itu kepada siapa pun. Ia lalu berkata, “Anak Manusia harus menanggung banyak
penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, oleh para imam kepala dan para ahli Taurat, lalu dibunuh,
dan dibangkitkan pada hari ketiga.”

Tak kenal, maka Tak Sayang


“Menurut kalian, siapakah Aku ini?”
(Lukas 9:20)

Apakah teman-teman masih ingat pengalaman ketika pertama kali masuk SMP, atau ketika
naik kelas? Kita banyak bertemu teman-teman baru dari SD, atau kelas yang berbeda dan belum
kita kenal sebelumnya. Ada teman yang mula-mula kita lihat sebagai orang yang pendiam dan
pemalu, tetapi ketika sudah saling kenal dan semakin akrab, wah, ternyata dia humoris, kreatif,
berbeda dari yang kita kira sebelumnya.
Santo Petrus pun juga demikian. Mengira bahwa Yesus adalah seorang “yang
menyelamatkan bangsa Israel dari penjajah Romawi”, layaknya seorang superhero, ternyata
bukanlah demikian. Petrus mengalami proses terus-menerus untuk semakin mengenal Yesus, yaitu
sebagai Mesias yang harus menderita, wafat di salib, dan bangkit dari kematian untuk
membebaskan kita dari belenggu dosa.
Setiap dari kita mengenal Yesus dengan “cara” yang berbeda-beda. Ada yang sebagai
teman curhat, penolong ketika kesulitan, atau mungkin kita belum begitu mengenal-Nya dengan
baik. Jangan khawatir, semua itu adalah proses terus-menerus sepanjang hidup kita. Semakin kita
mengenal Yesus, semakin kita serupa dengan-Nya, yaitu dengan banyak berbuat cinta kasih,
pengampunan, pengorbanan, dan berbagai perbuatan baik lainnya.

Refleksi:
1. Siapakah Yesus bagi diriku?
2. Adakah satu perbuatan kasih yang sudah dan mau kulakukan hari ini?

Marilah kita berdoa:


Tuhan Yesus, terima kasih sudah mau datang dan tinggal dalam diri kami. Semoga kami
dapat terus belajar untuk mengenal-Mu dan menjadi semakin serupa dengan-Mu melalui perbuatan
kasih kepada setiap orang. Amin.

Aksi: aku mau semakin akrab dengan Yesus melalui doa dan perbuatan baik.
Sabtu, 24 September 2022
Peringatan Wajib St. Padre Pio dari Pietrelcina

Bacaan: Pkh. 11:9-12:8; Mzm. 90:3-6.12-14.17; Luk. 9:43b-45

Lukas 9:43b-45
Semua orang heran karena segala yang dilakukan Yesus. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-
Nya, “Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke
dalam tangan manusia.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi
mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti
perkataan itu kepada Yesus.

Pengorbanan Kecil dan Sederhana


“Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”
(Lukas 9:44)

Ketika jam sekolah berakhir, seorang anak sekolah bernama Dimas ingin langsung pulang
ke rumah untuk bermain PlayStation dan istirahat setelah mengikuti beberapa ulangan di sekolah.
Akan tetapi, dari kejauhan Dimas melihat tong sampah yang tumpah berserakan di pojok kantin
sekolah dan menjadi sangat kotor. Meski diawali rasa ingin menghindar, Dimas segera mengambil
sapu dan membersihkan sampah yang berserakan tersebut.
Tuhan Yesus dalam bacaan hari ini ingin menyapa teman-teman bahwa Ia datang ke dunia
untuk berkorban. Berkorban dengan apa? Berkorban dengan wafat di kayu salib, agar kita selamat
dari belenggu dosa dan menjadi anak-anak-Nya yang terkasih.
Tuhan Yesus mengajak teman-teman untuk mempunyai semangat pengorbanan dalam
hidup sehari-hari. Ada banyak bentuk pengorbanan dalam hal kecil dan sederhana, lho. Contohnya
adalah Dimas yang mau dan rela mengorbankan waktu dan tenaganya untuk refreshing, demi
membersihkan sampah. Pengorbanan kecilnya membawa sukacita bagi orang lain, yaitu
kebersihan kantin sekolah. Kita percaya bahwa Tuhan Yesus selalu menemani dan memberi
kekuatan dalam setiap pengorbanan kita.
Refleksi:
1. Adakah satu pengorbanan kecil yang kulakukan hari ini?
2. Jika belum, relakah aku mengorbankan waktu dan tenagaku bagi sesama?

Marilah kita berdoa:


Tuhan Yesus, terima kasih atas pemgorbanan-Mu di kayu salib demi keselamatan kami.
Semoga dengan kekuatan Roh-Mu kami juga mampu untuk berkorban dalam hal kecil dan
sederhana di rumah, sekolah, dan bagi orang di sekitar kami. Amin.

Aksi: aku mau berbuat satu pengorbanan hari ini.


25 September 2022
I. Injil (Luk 16: 19-31)
“Ada seorang kaya; pakaiannya mahal-mahal dan hidupnya mewah setiap hari. Ada
pula seorang miskin bernama Lazarus. Tubuhnya penuh dengan kudis yang bernanah.
Lazarus biasa dibawa ke hadapan pintu rumah orang kaya itu. Dia berharap dapat
mengisi perut dengan sisa-sisa yang dibuang dari meja orang kaya itu. Kadang-kadang
anjing datang menjilat kudisnya. Orang miskin itu meninggal lalu dibawa oleh malaikat
ke sisi Abraham di syurga. Orang kaya itu pun meninggal dan dikebumikan. Di alam
maut dia sangat menderita. Apabila dia memandang ke atas, dia nampak Abraham jauh
di sana dengan Lazarus di sisinya. ‘Bapa Abraham,’ seru orang kaya itu, ‘kasihanilah
saya. Suruhlah Lazarus mencelupkan jarinya ke dalam air dan membasahkan lidah
saya, kerana saya sengsara di dalam api ini!’ Tetapi Abraham menjawab, ‘Ingatlah,
anakku, seumur hidupmu kamu sudah mendapat segala yang baik, sedangkan Lazarus
mendapat segala yang buruk. Tetapi sekarang Lazarus seronok di sini, sebaliknya kamu
menderita sengsara. Selain itu, ada pula jurang yang dalam di antara kamu dan kami,
sehingga orang dari sini tidak dapat ke sana dan orang dari sana tidak dapat ke mari!’
‘Jika demikian, Bapa Abraham,’ kata orang kaya itu, ‘saya memohon supaya bapa
menyuruh Lazarus pergi ke rumah ayah saya. Saya mempunyai lima orang saudara.
Biarlah Lazarus pergi memberikan amaran kepada mereka, supaya setidak-tidaknya
mereka tidak akan datang ke tempat penderitaan ini.’ Abraham berkata kepadanya,
‘Tidakkah mereka mempunyai Kitab Musa dan Kitab Nabi-Nabi yang memberikan
amaran kepada mereka? Sepatutnya mereka mendengarkan amaran kitab-kitab itu!’
Tetapi orang kaya itu menjawab, ‘Hal itu tidak cukup, Bapa Abraham. Jika ada seorang
bangkit daripada kematian lalu datang kepada mereka, tentu mereka akan bertaubat
daripada dosa.’ Tetapi Abraham berkata kepadanya, ‘Jika mereka tidak mendengarkan
ajaran Musa dan nabi-nabi, mereka tidak akan percaya juga sekalipun ada orang
bangkit daripada kematian.”
II. Ilustrasi
“Jangan Tunda”
Matahari siang itu menembus kaca angkutan umum yang aku naiki, sinarnya
membakar kulitku. Sambil menunggu lampu berwarna hijau, aku meminum es the yang
ada di genggamanku, slurrrppp…ahhh…betapa segarnya es the ini! Tepat di depan
muka pintu angkutan umum itu aku melihat seorang anak yang menatap sebungkus es
teh yang ku pegang. Tak lama, dia ditarik oleh oleh temannya untuk bermain kesana-
kemari. Entah kenapa aku merasa harus membelikan dia es teh, namun aku enggan
untuk turun dari angkutan umum itu. Lampu hijau menyala, mobil angkutan umum itu
menjauh dari anak kecil itu dan pada saat yang sama temanku turun untuk membelikan
es teh untuk anak itu. Dalam hatiku terbesit “Mengapa aku tidak membelikan minuman
untuknya?” “Mengapa aku masih sulit untuk mengasihi orang lain?”
III. Renungan
Teman-teman yang terkasih, cerita pengalaman di atas ingin menggambarkan
bahwa kesempatan untuk berbuat baik itu banyak sekal, tinggal bagaimana hati ku
menanggapi sesama kita yang mungkin membutuhkan uluran tangan kita. Lazarus
dan orang muda yang kaya dalam bacaan Injil, digambarkan dengan sosok anak
kecil di pinggir jalan yang bertatapan muka dengan tokoh “aku” yang hanya
melihatnya. Dalam masa pandemi seperti ini kita semua diberikan kesempatan
untuk membantu saudara kita yang masih sulit mencukupi kebutuhan hidup
mereka. Kita dapat melakukan hal-hal kecil seperti: mendukung usaha teman kita
dengan membelinya, memberi testimoni, atau bahkan sekedar mempromosikan
usaha teman kita. Selain itu, jika ada tetangga kita yang terkena covid-19, kita bisa
menyapanya, kita bisa menaati protokol Kesehatan, dan memberi semangat dari
jauh, maka dari itu, berbuat baiklah selagi masih ada kesempatan.
IV. Doa dan Ajakan
Tuhan Yesusu Kristus Yang Mahamurah, dampingilah kami anak-anakMu yang
sednag berjuang untuk berbuat baik di dunia ini. Semoga kami peka terhadap orang-
orang di sekitar kami yang membutuhkan uluran tangan atau sekedar menghibur
mereka. Maafkan kami jika pada hari ini kami belum bertindak sesuai dengan
harapan-Mu, namun kami percaya ya Tuhan bahwa Engkau yang selalu mengetuk
hati kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
26 September

I. Injil (Luk 9: 46-50)


“Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang
terbesar di antara mereka. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia
mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya, dan berkata
kepada mereka: "Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut
Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku.
Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar."

II. Ilustrasi
“Tolong, Terima Kasih, dan Maaf.”
Hari ini jadwal sekolahku padat sekali, belum lagi aku ditunjuk menjadi ketua
kelas, pulang sekolah masih ada les ini-les itu, arrghhhh… aku ingin istirahat! Aku
suruh anggota kelas ku saja untuk piket, aku mau pulang duluan! Kan aku ketua
kelas, bisa nyuruh-nyuruh! Siang itu saat jam istirahat, aku melihat temanku dari
kelas lain ikut membantu piket menyapu kela. Aku menghampirinya dan bertanya
heran “kok kamu datang untuk bantu piket kelas ku?” “Oh..ini biar cepat selesai
dan kita bisa segera pulang sekolah bersama” “Emm..kalau begitu aku juga ikut
bantu dehh..”

III. Renungan
Teman-teman yang baik, siapa disini yang pernah menjadi ketua kelas? Apakah ada
pernah menjadi koordinator atau pemimpin dalam sebuah acara sekolah? Dalam
bacaan Injil, diceritakan para murid Yesus mempertengkarkan yang terbesar
diantara mereka. Dengan kata lain, mereka berebut kekuasaan, entah itu menjadi
pemimpin, koordinator, dll. Lalu mengapa mereka memperebutkan posisi sebagai
yang terbesar? Mereka menginginkan “yang terbesar” dengan harapan mereka
berkuasa atas murid-murid yang lain. Dari cerita ketua kelas di atas, kita dapat
mengetahui bahwa posisi ketua kelas seharusnya digunakan dengan sebijaksana
mungkin, boleh saja membagi tugas dengan anggota yang lain, tetapi ketua kelas
juga perlu hadir untuk mengawasi jalannya tugas.

IV. Doa & Ajakan


Tuhan Yesus teladan kerendahan hati, terima kasih karena telah mengingatkan
kami untuk semakin rendah hati dalam pelayanan menjadi ketua kelas, koordinator
acara, ketua osis, maupun pemimpin yang lain. Kami anak-anakMu masih butuh
banyak pengalaman untuk melakukan pelayanan yang rendah hati. Kami ingin
belajar menjadi pemimpin yang peduli terhadap anggota, dapat bekerja sama
dengan baik, dan tentunya terlibat aktif bersama anggota kami. Kami ingin
berusaha untuk mengubah kata “menyuruh” menjadi “tolong”, berterima kasih &
maaf jika ada kesalahan.
27 September
I. Injil (Luk 9: 51-56)
“Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan
pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan
mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk
mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau
menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya,
yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah
Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan
mereka?" Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa
yang lain.”

II. Ilustrasi
“Anak-anak, hari ini ekskul futsal di lapangan sebelah gedung aula ya! Kita mulai
pkl 14:00 sesudah pulang sekolah” “baik pak!” Beni sangat bersemangat mengikuti
ekskul futsal, begitu pun dengan Evan. Sudah setengah jam ekskul berlangsung,
tetes keringat berjatuhan dan tenggorokan sudah mulai kering, tetapi kedua tim
belum mencetak gol. Evan akhirnya menendang bola dengan sekuat tenaga
dan…gebebukkk… bola futsal yang kerasnya seperti batok kelapa itu mengenai
perut Beni. Evan segera berlari & meminta maaf atas perbuatannya, Beni belum
mau memaafkan Evan. (Beni berbicara dalam hati) awas aja nanti ya! Aku bakal
menendang bola hingga kena perutmu! “Priiitt…anak-anak kita istirahat sejenak!”
Beni masih belum memaafkan Evan setelah kejadian tadi. Sambil mengaduk-aduk
isi tasnya, Beni berkata, “wah..kemana ya? Kayanya aku udah masukin deh..kok
botol minumku tidak ada?” Tanpa berpikir Panjang, Beni meminta minum milik
Evan. Evan pun memberikannya sambal meminta maaf untuk yang kedua kali,
“Ben, aku minta maaf ya atas kejadian tadi…” “ahh sudah tidak apa-apa, aku tadi
hanya syok saja, lain kali jika kamu menendang bola kea rah perutku, kamu harus
mentraktirku es teh!” “enak saja kamu!” “ha…ha..ha.ha”
III. Renungan
Siapa di antara teman-teman yang tidak pernah berkonflik? Berantem? Atau sebel
dengan seseorang? Teman-teman yang baik, jika teman-teman pernah merasakan
benci, sebel, marah, & kecewa itu wajar-wajar saja, karena kita hidup bersama
dengan orang lain. Dari cerita Beni dan Evan, ingin dijelaskan bahwa ada saatnya
Ketika permohonan maaf itu sulit diterima oleh Sebagian orang, apalagi jika
kesalahan yang diperbuat itu cukup besar. Harus tetap diingat bahwa kita hidup
bersama mereka. Apakah anda tetap tidak mau memaafkan orang lain yang bersalah
terhadap diri anda? Bagaimana jika sewaktu-waktu anda membutuhkanbantuan
orang lain?
IV. Doa & Ajakan
Allah Yang Maharahim, terkadang kami masih sulit untuk mengendalikan emosi
negatif yang timbul dari hati kami. Bantulah kami dalam mengendalikan emosi,
terutama rasa dendam yang timbul ketika orang lain melakukan kesalahan terhadap
kami. Kami semua ingin meneladani-Mu yang ketika dicemooh, ditolak, dan
disalib pun, Engkau masih mendoakan mereka. Amin.
28 September 2022

Luk 9:57-62
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah
jalan kepada Yesus: "Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi."
Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak
Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."
Lalu Ia berkata kepada seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku pergi
dahulu menguburkan bapaku."
Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau,
pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana."
Dan seorang lain lagi berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan
dahulu dengan keluargaku.
Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak
layak untuk Kerajaan Allah."
Ilustrasi
Ada sebuah Cerita kesetiaan seekor anjing yang setia pada tuannya. Di Jepang ada legenda
seekor anjing yang setia menemani tuannya, Prof. Dr. Elisaburo Ueno, guru besar di Universitas
Tokyo. Awalnya, Hachiko, anjing itu diajak mengantar dan menjemput tuannya di sebuah stasiun
kereta api. Setiap hari, Hachiko selalu menunggu dengan setia kedatangan profesor. Suatu saat,
tahun 1925, sang profesor tidak muncul di stasiun kereta karena meninggal di tempat mengajar.
Namun Hachiko, dengan kesetiaan luar biasa tetap menanti hingga tengah malam. Keesokannya,
lusa, dan bahkan dikisahkan seterusnya selama 10 tahun, ia terus menunggu. Suatu saat, Hachiko
tertabrak dan mati seketika. Kisah ini sangat mengharukan masyarakat Jepang sehingga mereka
mengabadikannya dengan mendirikan patung anjing.
Renungan
Seringkali kita merasa bahwa mengikut Yesus, pastilah semuanya akan berjalan dengan
baik-baik saja. Namun jika kita menelaah lebih jauh, iman kita justru semakin bertumbuh ketika
dalam mengikut Yesus begitu banyak “kerikil dan ketidaknyamanan” yang kita hadapi. Kita harus
siap menerima segala macam ketidaknyamanan dalam melayani Tuhan. Tuhan mengetahui
kedalaman isi hati kita, termasuk motivasi kita dalam mengikuti Tuhan. Kita dipanggil untuk
menjadi pelayan Tuhan yang tangguh dan berkomitmen serta tidak lagi menoleh ke belakang.
Inilah yang diingatkan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya dan kita. Saat kita sudah berkomitmen
untuk melayani, untuk melakukan pekerjaan Tuhan, terimalah tanggung jawab dan risikonya.
“Menoleh ke belakang” dalam perkataan Tuhan Yesus di Injil Lukas memberi kesan negatif.
“Menoleh ke belakang” di sini bukan berarti kita bisa belajar dari kesalahan di masa lalu.
Sebaliknya saat kita menoleh ke belakang, ada banyak hal yang bisa menghalangi kesungguhan
kita dalam melayani: masa lalu yang pahit, keluhan, kritik, atau keadaan kita yang menyenangkan
di masa lalu.
Kisah Hachiko merupakan sebuah contoh kisah yang baik dalam hal kesetiaan yang luar
biasa. Dimana kesetiaan yang luar biasa dapat kita lakukan yaitu dengan ketekunan melakukan
hal-hal kecil dalam setiap tanggung jawab yang diberikan kepada kita. Tentu saja kesetiaan juga
memerlukan ketulusan hati karena dengan melakukannya dengan tulus hati, segala kegiatan kita
dapat dilakukan dengan gembira dan setia. Begitu pun dalam mengikuti Tuhan Yesus, dimana kita
memerlukan kesetiaan, ketekunan, dan ketulusan dalam kehidupan kita sehari-hari. Do Small
Things With Great Love.
Doa
Tuhan yang baik, kami sungguh bersyukur karena kami boleh mengikuti-Mu. Tuntunlah
kami dalam setiap langkah hidup kami agar kami dapat seturut dengan jalan-Mu. Ajarlah kami
untuk dapat menjadi saksi-saksi Kristus sehingga seluruh dunia dapat merasakan cinta kasih-Mu
yang hangat. Amin
29 September 2022

Yoh 1:47-51
Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu
berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!"
Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya:
"Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara."
Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!"
Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon
ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu."
Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit
terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."
Renungan
Kisah bagaimana Nathanael dipanggil untuk mengikuti Yesus memiliki pesona tersendiri.
Bersama Filipus, dia dipanggil di hari kedua di Galilea setelah setelah di hari sebelumnya Yesus
memanggil Andreas dan Simon yang di kemudian hari akan dikenal sebagai Kefas yang artinya
Petrus (Yoh 1:42). Menarik untuk melihat bagaimana Filipus mengajak Nathanael untuk melihat
dan mengalami terlebih dahulu. Dan ketika Nathanael mengikuti ajakan itu dan bertemu dengan
Yesus, di situlah Yesus memuji dia sebagai seorang Israel sejati, seorang pemuda yang tidak ada
kepura-puraan di dalamnya, dan bahwa bahkan Yesus sudah terlebih dahulu melihat dia duduk di
bawah pohon ara sebelum dipanggil Filipus.
Sekurang-kurangnya tiga hal dapat kita pelajari dari kisah panggilan Nathanael. Pertama,
panggilan itu adalah sebuah pertemuan dan pengalaman pribadi, tepatnya pengalaman perjumpaan
dengan Yesus sendiri yang memanggil. Kedua, pengalaman mengenal, mengalami sendiri Allah,
dan meyakini siapa Dia pada akhirnya harus diwartakan. Ini adalah sebuah pengalaman suka cita
yang harus dinyatakan kepada orang lain supaya kabar suka cita itu dapat menyebar dan diterima.
Ketiga, sikap skeptis dibutuhkan dalam keberimanan kita.
Hari ini kita belajar dari Nathanael untuk menjadi diri sendiri, untuk menjadi pengikut
Yesus bukan dalam kepura-puraan dan kemunafikan – misalnya menjadi pengikut Yesus karena
tidak enak dengan teman, atasan, mertua, pasangan hidup dan sebagainya. Bahwa kita kadang-
kadang menjadi skeptis dan tidak yakin, itu adalah bagian dari dinamika keberimanan kita.
Doa
Bapa yang kekal, Kami sungguh bersyukur karena Engkaulah yang membentuk dan
memanggil kami sedari kandungan. Bantulah kami agar kami dapat mengenal dan menjadi diri
kami secara utuh. Karena kami yakin bahwa segala yang Kau jadikan adalah baik adanya termasuk
diri kami. Amin
30 September 2022

Luk 10:13-16
"Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi
mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan
berkabung.
Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada
tanggunganmu.
Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan
diturunkan sampai ke dunia orang mati!
Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia
menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."
Ilustrasi
Di musim panas yang hangat dan cerah sedikit menggoda Belalang untuk memainkan biola
kesayangan sambil bernyanyi dan menari. Hampir setiap harinya itulah yang dilakukan belalang.
Ia tidak terpikir untuk melakukan aktivitas lainnya seperti bekerja atau bersiap untuk
mengumpulkan bekal musim dingin.
Sedikit pun tidak pernah terlintas dalam benak belalang bahwa musim panas yang sedang
dinikmatinya sekarang sudah akan berakhir. Musim panas yang membuatnya ceria sudah akan
berganti ke musim dingin, dimana hujan akan turun dengan lebat disertai suhu udara yang sangat
rendah.
Disaat belalang sedang asyiknya bermain biola, dia melihat semut yang sedang giat
melewati rumahnya. Belalang yang masih riang tersebut ingin mengajak semut bermain bersama
dan semut pun diundangnya untuk bersenang-senang ke kediaman belalang.
Tak disangka belalang ternyata semut menolak undangan belalang dengan santun, semut berkata
pada belalang,“Maaf Belalang, aku masih ingin bekerja untuk bekal di musim dingin. Aku harus
mengumpulkan cadangan makanan yang banyak serta memperbaiki tempat tinggal agar lebih
hangat.”“Berhentilah memikirkan hal yang tidak penting semut, mari kita bernyanyi dan
bersenang-senang, ayolah nikmati hidup kita”, Sanggah belalang. Belalang pun masih dengan
kebiasaannya untuk bersenang-senang tanpa memikirkan apapun.
Tidak disangka musim panas berakhir jauh lebih cepat daripada biasanya. Belalang yang
terbiasa gembira lantas panik bukan main. Ia tidak memiliki persediaan makanan yang cukup
ditambah rumahnya yang rusak dan tidak layak huni karena diterjang badai. Dengan harapan tinggi
dan lunglai belalang menuju rumah semut dan meminta bantuan untuk diperbolehkan tinggal
bersama dan meminta makan. Mendengar permohonan tersebut semut menjawab, “Maafkan aku
belalang aku tidak bisa membantumu, rumahku terlalu sempit untukmu, dan bekalku hanya cukup
untuk keluargaku saja”.Belalang akhirnya pun meninggalkan rumah semut dengan rasa menyesal
dan sedih. Dalam hati ia bergumam, “Andai saja aku mengikuti nasihat semut saat itu untuk
bekerja keras, pasti saat ini aku bisa kenyang dan tidur nyenyak di dalam rumah”.
Renungan
Yesus datang dan banyak melakukan mukjizat. Namun, orang-orang di Khorazim,
Betsaida dan Kapernaum juga menolak-Nya. Mereka banyak menerima pengajaran yang baik,
tetapi tidak berubah menjadi lebih baik. Faktanya memang kita sering tidak bisa melihat hal baik
pada saat pembelajaran atau teguran dari Allah datang. Padahal, Allah sudah melakukan banyak
cara untuk menyentuh kita. Sama seperti mereka dalam teks Alkitab, perasaan kita juga cenderung
tumpul. Orang yang mengecam pembawa kabar keselamatan dari Tuhan tidak akan mendapatkan
berkat dari anugerah. Alih-alih tersentuh atau terbangun, mereka malah mencari dukungan untuk
berprasangka buruk terhadap firman-Nya dan memfitnah si pembawa berita.
Dalam kisah semut dan belalang, kita pun menemukan bahwa betapa pentingnya
mendengarkan nasihat dari orang-orang sekitar. Kita perlu belajar menerima ajaran dan didikan-
Nya; siapa pun yang dipakai Tuhan untuk menyampaikannya. Kiranya hati dan perasaan kita
dilembutkan sehingga kebenaran-Nya memerdekakan dan mengubah kita, menuntun kita hidup
dalam anugerah-Nya.
Doa
Allah yang Maha bijaksana, bimbinglah kami dalam mengambil setiap keputusan ditengah
tawaran-tawaran dunia yang menjanjikan. Tuntunlah kami agar mampu menjadikan Engkau
sebagai pusat kehidupan kami dalam mengambil setiap keputusan. Demi Kristus, Tuhan dan
pengantara kami. Amin

Anda mungkin juga menyukai