Kitab penghotbah berbicara tentang upaya menemukan makna hidup. Penulis memberikan pandangannya
terhadap hidup sebagai sesuatu yang tidak berarti dan sia-sia(psl 2:17). Meskipun manusia bekerja keras,
mendapatkan kesuksesan, popularitas, kuasa, jabatan, harta dan kekayaan..kematian menanti semuanya. Karena
itu orang tidak mempunyai apapun yang dapat diperlihatkan sebagai bukti kerja kerasnya selama ia hidup didunia
ini. Akhibatnya menimbulkan penafsiran bahwa kitab penghotba tidak mempunyai pengharapan. Namun
sesungguhnya ada harapan dan jawaban dari sebuah kehidupan yang sangat misteri tersebut Jika kita memahami
dan menikmati hidup sebagai anugerah Allah. (psl 2:24-26). Artinya bekerja denga susah payah tanpa Allah, maka
hidup kita tidak akan berarti atau sia-sia. Semua kosong tanpa harapan, dan semua jerih payah kita didunia ini akan
membuat kita frustasi dan mengecewakan.
Tujuan hidup kita diluar Tuhan tidak akan membawa kebahagiatan. Uang tidak memberi kita kebahagiaan,
kekuasaaan tidak memberi kita kebahagiaan, kesuksesan tidak membawa kita kebahagiaan, hikmat manusia tidak
memberi kita kebahagiaan. Tetapi sebuah hidup yag sepenuhnnya tunduk dan setia kepada Allah akan membawa
kebahagiaan, itulah makna hidup sesunguhnya.
Menurut penghotbah makna hidup yang sesungguhnya adalah sikap benar yang harus ditunjukan oleh
orang berhikmat dengan cara mematuhi perintah raja. Dalam hikmat israel ditekankan rasa hormat dan tunduk pada
kuasa dan otoritas raja. (band. Ams 14:33-35, 16:14, 20:2, 24:21). Alasannya raja diurapi oleh Allah dan ditabhiskan
di Bait Allah. (band. 1 Sam 8, 2 Sam 5:1-16). Seorang raja dizaman itu seringkali diposisikan sebagai pemegang
mandat Allah atas umat. Sebab itu rajapun bisa melakukan apa saja yang dikehendakinya dan perkataannya
berkuasa sehingga dampaknya orang yang patuh akan terhindar dari perkara yang mencelakakan (ay.6).
Selain itu orang berhikmat untuk mengoreksi raja supaya dia tidak melakukan sesuatu apapun yang dapat
membawa dampak buruk dikemudian hari. Oleh sebab itu raja perlu diingatkan tentang pengadilan (hukum) dari
setiap perbuatannya. Artinya raja memilki keterbatasan sebagai manusia sehingga ia membutuhkan pertolongan
(ay.8).
Tema Bulanan kita saat ini : Berkomitmenlah Untuk Membangun Hidup Bersama Yang berkelanjutan serta
tema mingguan kita ”Patuhilah Kewajiban Sebagai Warga Negara” merupakan dua hal yang saling berkaitan,
artinya membangun hidup bersama merupakan kewajiban dari setiap warga negara. Kewajiban warga negara yang
dimaksud dalam perikop kitab penghotbah 8:5-8 yakni :
Pertama : mentaati raja (pemerintah) dengan cara taat dan setia kepada peraturan dan hukum negara, misalnya
membayar pajak, tuduk kepada hukum, berperan serta dalam pembangunan, ikut serta dalam memberikan suara
dalam pemilu dll.
Kedua : menolong raja dengan (pemerintah) dengan melakukan fungsi kontrol sehingga pemerintah tidak
melakukan penyelewengan kuasa seperti KKN, memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar sehingga
merugikan orang banyak serta diri sendir. Namum yang perlu diperhatikan adalah ketika fungsi kontrol itu kita
lakukan dengan cara-cara yang sopan dan santun bukan dengan cara-cara yang arogan dan anrkis yang pada
akhinya membawa dapak negatif bagi semua. Amin..
(pemimpin dapat menambahkan sesuai konteks masing-masing)
Renungan Pelayanan Perempuan
Rabu, 8 November 2023
Rasul Paulus mengirimkan surat kepada Titus yang adalah muridnya serta rekan pelayannya untuk tetap
menjaga kekudusan hidup dan tetap melanjutkan pemberitaan injil. Bacaan kita kita adalah pasal terakhir dari surat
yang ditulis kepada Titus. Surat ini berisi sebuah peringatan kepada setiap orang yang percaya agar patuh dan taat
kepada Pemerintah. Pemerintah adalah wakil Allah didunia yang bertanggungjawab untuk mengatur, mengarahkan
dan menberikan kenyamanan kepada masyarakat yang didampinginya.
Dalam kehidupan rumah tangga, suami dikenal sebagai pemimpin sehingga tak jarang ketika mengambil
keputusan suami/ayah sangat berperan besar. Sebagai istri kitapun sebanarnya adalah pemimpin. Pemimpin yang
melayani dengan hati, dengan kelembutan dan kesabaran. Jadi untuk pemimpin dalam rumah tangga baik suami
maupun istri hendaknya dapat saling menopang dan memperhatikan satu dengan yang lain. Sebab keteraturan
kepemimpinan dalam rumah tangga berimplikasi besar bagi tanggung jawab diluar keluarga. Hindari keegoisan atau
sikap mementingkan diri.
Dalam persekutuan bergerja maupun masyarakat, ada juga orang-orang pilihan yang dipercayakan untuk
menjadi pemimpin. Untuk ketahuan kita bersama, yang namanya pemimpin pasti memiliki tujuan yang baik untuk
memberikan kenyamanan dan kesejahteraan bagi yang dipimpinnya. Dengan demikian atas setiap kebijakan yang
baik dari para pemimpin kita, hendaknya kita mendukung dan menopan untuk kebaikan bersama. Jika ada
ketidakadilan atau ketimpangan dalam kepemimpinan maka perlu diingatkan dan ditindak sesuai peraturan yang
berlaku.
Jika sebagai warga masyarakat kita patuh menjalankan kewajiban kepada pemerintah, maka kita tidak
akan lalai atau lupa menjalankan kewajiban membayar pajak, listrik, air dan sebagainya. Karena semua kewajiban
itulah yang akan dimanfaatkan oleh pemerintah untuk terus mengupayakan kebaikan dan kesejahteraan bagi kita
selaku masyarakat. membangun komitmen sebagai perempuan gereja agar tetap teguh menjalankan kewajiban
sebagai warga masyarakat adalah hal yang mesti kita lakukan, meskipun ditengah banyak persoalan dan
pergumulan yang dihadapi secara pribadi, keluarga maupun dalam tugas dan pelayanan kita. Jangan berhenti
melakukan kewajiban kita bukan saja dalam masyarakat namun juga dalan gereja dan keluarga. Allah didalam
Yesus akan senantias memberkati setiap orang yang dengan setia melakukan kewajiban-kewajibannya Amin…