Anda di halaman 1dari 51

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Remaja

2.1 REMAJA
2.1.1 Definisi Remaja

Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usia antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga
perlu disiapkan secara dini (Nugroho Utama, 2014).Masa remaja adalah masa
peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi
juga fisik. Bahkan, perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan
gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Sementara itu, perubahan-perubahan
psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu
muncul ( Sarwono, 2007).

Remaja adalah bahasa inggris diistilahkan dengan adolescence, yang berarti


tumbuh menjadi dewasa dan merupakan salah satu periode kehidupan dimana
mulai munculnya karakteristik seksual sekunder dan berakhir dengan berhentinya
pertumbuhan dan maturitas emosional (Thompson 1996). Usia remaja merupakan
periode transisi perkembangan dari masa anak-anak kemasa dewasa, usia antara
10-24 tahun.Secara etimiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (who) remaja itu mencakup individu


periode usia 10 sampai 19 tahun. Sedangkan PBB (perserikatan bangsa-bangsa)
menyebut masa remajauntuk usia antara 15-24 tahun yaitu remaja Indonesia
perempuan an laki-laki belum menikah (Depkes RI, 2007). Definisi ini kemudian
disatukan dalam terminologi kaum muda (young people)yang mencakup usia 10-
24 tahun (kusmiran eny, 2012).Masa remaja adalah masa peralihan ari anak-anak
kedewasa. Peralihan tidak hanya dari faktor psikis saja, tetapi dari faktor fisik,
bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan tanda-
tanda primer dan pertumbuhan remaja (Sarlito, 1994)
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari 3 sudut pandang yaitu:

a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12


tahun sampai 20-21 tahun
b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan
fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kinerja
seksual
c. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu
mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi,
sosial,dan moral, diantara masa anak-anak menuju masa dewasa.

Gunarsa (1978) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa


peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang meliputi semua
perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa
remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Golongan
umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa anak-anak yang bebas
menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab (Kusmira eny, 2012).

Menurut soetjiningsih (2004) Masa remaja merupakan salah satu periode


dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan
dari masa kanak-kanak kemasa dewasa yang meliputi perubahan biologik,
perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Disebagian besar masyarakat dan
budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir
pada usia 18-22 tahun. Masa remaja merupakan peralihan antara masa anak-anak
yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12
tahun sampai 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda.

Peneliti menyimpulkan bahwa remaja adalah terjadinya pertubahan pada


masa anak-anak menuju ke masa dewasa pada usia 10-24 tahun. Terjadi
perubahan fisik, psikologis dan kronologis. Dengan munculnya karakteristik
seksual sekunder dan berakhirnya maturitas emosional.
2.1.2 Klasifikasi Remaja

Menurut Vilda & Eko (2018) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam
proses penyesuaian dari menuju kedewasaan:

a. Masa remaja awal (Early adolescence)


Pada fase ini perubahan terjadi perubahan pubertas, fase ini
berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau sekolah
menengah akhir.
b. Masa remaja akhir (Late adolescence)
Fase remaja akhir ini terjadi pada pertengahan dasa warsa kedua dari
kehidupan. Pada fase ini perkembangan minat karir, pacaran dan
eksplorasi identitas sering kali lebih menonjol dibanding masa
remaja awal.
Sedangkan menurut Potts & Mendleco (2007) mengklasifikasi
remaja menjadi 3 yaitu :
1) Masa remaja awal berada pada rentang usia 12-14 tahun
2) Masa remaja pertengahan berada pada rentang usia 15-17 tahun
3) Masa remaja akhir berada pada rentang usia 18-21 tahun

2.1.3 Masa Transisi Remaja


Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa transisi
tersebut menurut Gunarsa (1978) dalam disertai PKBI (2002) sebagai berikut :
a. Transisi fisik berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh
bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum
sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini
menyebabkan kebingungan peran didukung pula dengan sikap masyarakat
yang kurang konsisten
b. Transisi dalam kehidupan emosi
perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan
peningkatan kehidupan emosi. Remaja yang sering melibatkan
ketidakstabilan emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat tersinggung,
melamun, dan sedih, tetapi dilain sisi akan gembira, tertawa ataupun
marah-marah
c. Transisi dalam kehidupan sosial
lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, dimana
lingkungan teman sebaya mulai memegang peran penting. Pergesran
ikatan pada teman sebaya merupakan upaya remaja untuk mandiri
(melepaskan ikatan dengan keluarga).
d. Transisi dalam nilai-nilai moral
remaja mulai meningkatkan nilai-nilai yang dianut dan menjuju nilai-nilai
yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-nilai
yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai sendiri.
e. Transisi dalam pemahaman
Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat sehingga
mengembangkan kemampuan berfikir abstrak

2.1.4 Masa Pubertas Pada Remaja


Menurut (Hockenberry & Wilson, 2009) Masa remaja disebut sebagai
masa pubertas. Sebuah periode dimana kematangan fisik berlangsung
pesat yang melibatkan perubahan hormonal didalam tubuh, terutama
berlangsung pada periode remaja awal disebut dengan pubertas. Pada masa
pubertas banyak perubahan yang terjadi yaitu peristiwa yang
membingungkan bagi remaja. perubahan tersebut awalnya menimbulkan
keraguan, ketakutan dan kecemasan bagi remaja secara terus-menerus dan
remaja pada akhirnya dapat mengatasinya (santrock, 2007).
Setiap remaja mengalami pubertas tidaklah sama. Perubahan pada masa
pubertas ditandai dengan munculnya karakteristik seksual primer dan
sekundersecara biologis dan fisik. Karateristik seksual primer adalah
pertumbuhan yang terjadi pada organ reproduksi, pada remaja perempuan
yaitu ovarium, uterus dan payudara. Karakteristik sekunder adalah
perubahan yang muncul pada tubuh yang disebabkan oleh perubahan
hormon (perubahan suara, rambut pada area tertentu, penumpukan lemak
diarea tertentu) tapi tidak berhubungan dengan organ reproduksi
(Hockenberry & Wilson, 2009).

2.1.5 Siklus Menstruasi/Menarche


Menstruasi merupakan tanda mulai matangnya organ reproduksi remaja.
Menarche adalah menstruasi pertama yang biasanya terjadi 2 tahun sejak
munculnya perubahan pada masa pubertas. Ovulasi dan menstruasi reguler mulai
terjadi pada 6-14 bulan setelah menarche (Hockenberry & Wilson, 2009).
Menarche dan sikus menstruasi menghasilkan berbagai reaksi pada remaja
perempuan. Bagi banyak remaja perempuab, menarche terjadi sesuai waktunya,
sementara bagi remaja lainnya menarche dapat terjadi terlalu dini atau lebih
lambat. Remaja perempuan yang matang lebih dini beresiko mengalami sejumlah
masalah (Sentrock, 2007).

Gambar 2.1 Siklus menstruasi

Fase menstruasi pada hari pertama menandai permulaan siklus


berikutnya. Sekelompok folikel yang baru telah direkrut dan akan
berlanjut menjadi folikel yang matang dan salah satunya, akan
berovulasi. Fenomena yang disebut menstruasi sebagai besarmerupakan
peristiwa endometrial yang dipicu oleh hilangnya dukungan
progesteron terhadap korpus luteum pada siklus nonkonsepsi.

2.2 DISMENORE
2.2.1 Definisi dismenore
Dismenore berasal dari kata “dys” dan “menorrea”. Dys atau dis adalah
awalan yang berarti buruk, salah dan tidak baik. Menorea atau mens atau mensis
adalah pelepasan lapisan uterus yang berlangsung setiap bulan berupa darah atau
jaringan dan sering disebut denganhaid atau menstruasi (Ramali, 2003).
Dismenore adalah nyeri diperut bagian bawah, menyebar kedaerah pinggang, dan
paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama dengan permulaan
haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat
berlangsung beberapa hari (Wiknjosastro,2007).
Menurut Nugroho Topan (2014) Dismenore adalah nyeri perut yang bersal
dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. Dismenore ialah rasa nyeri saat
haid di bagian perut bawah dan muncul sebelum, selama atau setelah menstruasi.
Nyeri dapat bersifat terus menerus. Dismenore timbul akibat kontraksi dismitrik
lapisan miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari ringan
hingga berat pada perut bagian bawah, daerah pinggang dan sisi medial paha
(Badziad, 2003).
Dismenore merupakan rasa nyeri pada saat menstruasi yang terasa di perut
bagian bawah, menyebar ke bagian pinggang dan paha. Dismenore terjadi karena
adanya kontraksi distritmik lapisan miomtrium yang menampilkan satu atau lebih
gejala mula dari nyeri ringan hingga berat. Nyeri timbul tidak lama sebelum atau
bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa waktu.
2.2.2Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita

2.2.1Anatomi Organ Reproduksi Wanita

a. Organ Generatif Interna (Syaifuddin, 1999).

Gambar 2.1 Organ Reproduksi Interna Pada Wanita

(Sumber: Wiknjo Sastr0, 2002)

1) Vagina

Vagina merupakan jaringan membran mukosa membranosa berbentuk

tabung yang memanjang dari vulva ke uterus berada diantara kandung

kemih dianterior dan rectum diposterior.

2) Uterus

Uterus adalah organ yang berongga dan berdinding tebal yang sebagian

tertutup oleh peritonium atau serosa. Berfungsi untuk implantasi,

memberikan pelindungan dan nutrisi pada janin, mendorong keluar janin


dan plasenta pada persalinan serta mengendalikan perdarahan dari tempat

perlatakan plasenta.

Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng dan terdiri atas dua bagian

yaitu bagian atas berbentuk segitiga yang merupakan badan uterus yaitu

korpus dan bagian bawah berbentuk silindris yang merupakan bagian

fusiformosis yaitu serviks. Saluran ovum atau tuba falopi bermula dari

kornus (tempat masuk tuba) uterus pada pertemuan batas superior dan

lateral. Bagian atas uterus yang berada diatas kornus disebut fundus. Bagian

uterus dibawah insersi tuba falopi tidak menutup langsuang oleh serviks

dengan korpus uteri disebut isthmus uteri.

Bentuk dan ukuran bervariasi serta dipengaruhu usia dan paritas seorang

wanita. Sebelum pubertas panjangnya bervariasi antara 2,5-3,5 cm. Uterus

wanita multipara dewasa panjangnya bervariasi antara 6-8 cm sedangkan

pada wanita multipara 9-10 cm. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan

antara 50-70 gram, sedangkan pada wanita yang belum pernah melahirkan

80 gram atau lebih. Pada wanita muda panjnag korpus uteri kurang lebih

setengah panjnag serviks, pada wanita multipara, serviks hanya sedikit lebih

panjang dari sepertiga panjang total organ ini.

Bagian serviks yang berongga dan merupakan celah disebut dengan kanalis

servikalis yang berbentuk fusiformis dengan kecil pada kedua ujungnya

yaitu ostium eksterna. Setelah mounopose uteri mengecil sebagai akibat

atropi miometrium dan endometrium. Istmus uteri pada saat kehamilan

diperlukan untuk pembentukan segmen bawah rahim. Pada bagian inilah


dinding uterus dibuka jika mengerjakan section caesaria trans peritonealis

profund.

Suplay vaskuler uterus terutama berasal dari uteri aterina dan arteri ovarika.

Arteri uterina yang merupakan cabang utama arteri hipogastrika menurun

masuk dasar ligamentum katum dan berjalan ke medial menuju sisi uterus.

Arteri uterina terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu arteri serviko

vaginalis yang lebih kecil memperdarahi bagian atas serviks dan bagian atas

vagina. Cabang utama memperdarahi bagian bawah serviks dan korpus

uteri. Arteri ovarika yang merupakan cabang aorta masuk dalam

ligamentum latum melalui ligamentum infundibulopelvikum. Sebagian

darah dari bagian atas uterus, ovarium dan bagian atas ligamentum latum

dikumpulkan melalui vena yang didalam ligamentum latum, membentuk

pleksus pampiniformis yang berukuran besar, pembuluh darah darinya

bermuara di vena ovarika. Vena ovarika kanan bermuara ke vena cava,

sedangkan vena ovarika kiri bermuara ke vena renalis kiri.

Persyarafan terutama bersal dari sistem saraf simpatis, tetapi sebagian juga

bersal dari sistem serebrospinal dan parasimpatis. Cabang-cabang dari

pleksus ini mensyarafi uterus, vesika urinaria serta bagian atas vagina dan

terdiri dari serabut dengan maupun tanda menyelin. Uterus disangga oleh

jaringan ikat pelvis yang terdiri atas ligamentum latum, ligamentum

infundibolupelvikum, ligamentum kardialis, ligamentum rotundum dan liga

mentum uterosarkum.

Ligamentum latum meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak

banyak mengandung jaringan ikat. Ligamentum infundibolupelvikum


merupakan ligamentum yang menahan tuba falopi yang berjalan kearah

infundibulum ke dinding pelvis. Didalamnya ditemukan urat-urat saraf,

saluran limfe, arteria dan vena ovarika. Ligamentum kardinale mencegah

supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat yang tebal dan berjalan

dari serviks dan puncak vagina ke arah leteral dinding pelvis. Didalamnya

ditemukan banyak pembuluh darah antara lain vena dan arteria uterine.

Ligamentum uterosakrum menahan uterus supaya tidak bergerak, berjalan

dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan arah os sacrum kiri dan kanan,

sedangkan ligamentum rotundum menahan uterus anterfleksi dan berjalan

dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke daerah inguinal kiri dan kanan.

3) Serviks Uteri

Serviks uteri merupakan bagian uterus yang terletak dibawah isthmus

dianterior batas atas serviks yaitu ostium interna, kurang lebih tingginya

sesuai dengan batas peritonium pada kandung kemih. Ostium eksterna

terletak pada ujung bawah segmen vagina serviks yaitu portio vaginalis.

Serviks yang mengalami robekan yang dalam pada wajtu persalinan setelah

sembuh bisa menjadi berbentuk tak beraturan, noduler, atau menyerupai

bintang.

Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri dari jaringan

kolagen, jaringan elastin serta pembuluh darah. Selama kehamilan dan

persalinan, kemampuan serviks untuk meregangkan merupakan akibat

pemecahan kolagen. Mukosa kanalis servikalis merupakan kelanjutan

endometrium basalis yang tipis.


4) Korpus Uteri

dinding korpus uetri terdir dari 3 lapisan yaitu endometrium miometrium

dan peritoneum.

a. Endometrium merupakan nagian terdalam dari uterus, berupa lapisan

mukosa yang melapisi rongga uterus pada wanita yang tidak hamil.

Endometrium berupa membran tipis berwarna merah muda,

menyerupai beludu, yang bila diamati dari dekat akan terlihat

ditembusi oleh banyak lubang-lubang kecil yaitu muara kelenjar

uterine. Tebal endometrium 0,5-5 mm. Endometrium terdiri dari

epitel permukaan, kelenjer dan jaringan mesenkin antar kelenjer

yang didalamnya terdapat banyak pembuluh darah. Kelenjar urine

berbentuk tubuler dalam bentuk istirahat menyerupai jari jemari dari

sebuah sarung tangan.

b. Miometrium merupakan lapisan dinding yang merupakan lapisan

muskuler. Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian

besar uterus, terdiri atas kumpulan otot polos yang disatukan

jaringan ikat dengan banyak serabut elastin didalmnya. Selama

kehamilan miometrium membesar namun tidak terjadi perubahan

berarti pada oto serviks. Dalam lapisan ini tersusun serabut otot yang

terdiri atas tunikla muskularis longitidinalis eksterna, oblique media,

sirkularis interna dan sedikit jaringan fibrosa.

c. Peritonium merupakan lapisan serosa yang menyelubungi uterus,

dimana peritonium melekat erat kecuali pada daerah diatas kandung


kemih dan pada tepi lateral dimana peritonium berubah arah

sedemikian rupa membentuk ligamentum latum.

2.2.2 Fisiologi Nyeri


Salah satu permasalahan yang dapat menimbulkan dismenore adalah status
gizi yang tidak normal, karena terdapat jaringan lemak yang berlebihan dapat
mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah atau terdesaknya pembuluh darah oleh
jaringan lemak pada organ reproduksi wanita. Dengan status gizi baik darah akan
mengalir saat proses menstruasi tidak terganggu dan tidak mengakibatkan nyeri
menstruasi (yustianingsih, 2004).
Dengan melakukan olahraga teratur maka dapat menyediakan oksigen
hampir 2x lipat per menit sehingga oksigen tersampaikan kepembuluh darah yang
mengalami vasokontraksi. Ini akan menyebabkan terjadinya penurunan dismenore
dengan olahraga teratur (yustianingsih, 2004).
Mekanisme stimulus cedera jaringan danpengalaman subjektif nyeri
terdapat empat proses yaitu :
a. Transduksi adalah suatu proses dimanaakhiran saraf aferen
menerjemahkan stimulus(misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls
nosiseptif.Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalamproses ini,
yaitu serabut A-beta, A-delta, dan C.Serabut yang berespon secara
maksimal terhadapstimulasi non noksius dikelompokkan sebagai
serabutpenghantar nyeri, atau nosiseptor(Anas Tamsuri, 2006).
b. Transmisiadalah suatu proses dimanaimpuls disalurkan menuju
kornu dorsalis medulaspinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik
menujuotak. Neuron aferen primer merupakan pengirimdan
penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi.Aksonnya berakhir di
kornu dorsalis medula spinalisdan selanjutnya berhubungan dengan
banyak neuronspinal(Anas Tamsuri, 2006).
c. Modulasi adalah proses amplifikasi sinyalneural terkait nyeri (pain
related neural signals). Prosesini terutama terjadi di kornu dorsalis
medula spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya.
Serangkaianreseptor opioid sepertimu, kappa,
dandeltadapatditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga
mempunyai jalur desending berasal dari korteksfrontalis,
hipotalamus, dan area otak lainnya keotak tengah (midbrain) dan
medula oblongata,selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari
prosesinhibisi desendens ini adalah penguatan, atau
bahkanpenghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornudorsalis(Anas
Tamsuri, 2006).

2.2.3 Penyebab Dismenore


Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan penyebab yang
mendasarinya dan dismenore sekunder adalah kelainan kandungan.Dismenore
primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalaminya dan
15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat. Biasanya dismenore primer timbul
pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama. Nyeri pada
dismenore primer juga berasal dari kontraksi rahim yang diransang oleh
prostaglandin, nyeri yang dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan
jaringan dari lapisan rahim melewati serviks (leher rahim) terutama jika saluran
serviksnya sempit (Nugroho Topan & Utama Indra, 2014).
Menurut Nugroho Topan & Utama Indra (2014) Faktor lainnya yang bisa
memperburuk dismenore adalah :
1) Rahim yang menghadap kebelakang (retroversi)
2) Kurang berolahraga
3) Stress psikis atau stress sosial

Penyebab dari dismenore sekunder yaitu:


a. Endormetriosis
b. Fibroid
c. Adenomiosis
d. Peradangan tuba falopi
e. Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut
Banyak teori yang telah menerangkan penyebab dismenore primer tetapi
patofisiologinya belum jelas. Beberapa faktor memegang pertama
sebagian penyebab dismenore primer antara lain:
Faktor kontribusi
Faktor ini berat hubungannya dengan faktor kejiwaan sebagai
penyebab timbulnya keluhan dismenore primer, karena faktor ini
menurunkan ketahanan seseorang terhadap rasa nyeri, seperti :
1) Anemia
Anemia adalah defisiensi eritrosit atau hemoglobin atau dapat
kduanya hingga menyebabkan kemampuan mengangkat oksigen
berkurang. Sebagian besar penyebab anemia adalah kekurangan zat
besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga
disebut anemia kekuragan zat besi. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel
tubuh maupun sel otak dan dapat menurunkan daya tahan
tubuhseseorang, termasuk daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri
(Wiknjosastro, 2000).
2) Penyakit menahun
Penyakit menahun yang diderita seorag wanita akan menyebabkan
tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit rasa nyeri. Penyakit yang
termasuk penyakit menahun dalam hal ini adalah asma dan migrain
(Wiknjosastro, 2000).
3) Faktor obstruksi kanalis servikalis
4) Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat
terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak
dianggap sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita menderita
dismenore hanya karena mengalami stenosis kanalis servikalis
tanpa hiperantefleksi posisi uterus. Sebaliknya terdapat banyak
wanita tanpa keluhan dismenore. Mioma submukosum bertangkai
atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena oto-
otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluargkan
kelainan tersebut (Kelly, 2007).
5) Faktor pengetahuan
Disemnore yang timbul pada remaja putri merupakan dampak dari
kurang pengetahuannya mereka tentang dismenore. Terlebih jika
mereka tidak mendapatkan informasi kurang menganggap bahwa
keadaan itu sebagai permasalahan yang dapat menyulitkan mereka.
Mereka tidak siap dalam menghadapi menstruasi dan segala hal
yang akan dialami oleh remaja putri (Wiknjosastro, 2000).
Pengalaman tidak menyenangkan pada seorang perempuan
terhadap peristiwa menstruasinya menimbulkan beberapa tingkah
laku patologis. Pada umunya mereka akan diliputi kecemasan
sebagai bentuk penolakan pada fungsi fisik dan psikisnya. Apabila
keadaan ini terus berlanjut, maka magakibatkan gangguan
menstruasi. Gangguan mentruasi yang banyak dialami adalah
kesakitan pada saat menstruasi yaitu nyeri haid atau dismenore
(Kartono K, 2006).
6) Faktor endokrin
Pada umunya ada anggapan bahwa kram perut yang terjadi pada
dismenore primer karena kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor
endokrin erat hubungannya dengan keadaan tersebut. Jika hormon
prostaglandin yang diproduksi banyak dan dilepaskan diperedaran
darah, maka selain mengakibatkan dismenore juga menyebabkan
keluhan lain seperti vomitus, neusea dan diare (wiknjosastro,
2000).
a. Faktor kejiwaan
Dismenore primer banyak dialmai oleh remaja yang sedang
mengalami tahap pertumbuhan an perkemabangan baik fisik maupun
psikis. Ketidaksiapan remaja putri dalam mengahadapi perkembangan
dan pertumbuhan pada dirimya tersebut, mengakibatkan gangguan
psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya
gangguan haid seperti dismenore (Wiknjosastro, 2000).

2.2.4 Tanda dan gejala dismenore


Umunya adalah nyeri yang timbul tidak lama sebelum atau bersama sama
dengan permulaan menstruasi. Biasanya nyeri pada perut bagian bawah yang
menjalar kepunggung bagian bawah dan tungkai, nyeri dirasakan sebagai kram
yang hilang timbul atau sebgai nyeri yang terus-menerus, dapat berlangsung
dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala-gejala yang menyertai berupa
mual, muntah, sakit kepala, diare dan perubahan emosional (Wiknjosastro, 2000).

Gejala dismenore:

dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar
kepunggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang
timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai
timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu
24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh
sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai
terjadi muntah (Nugroho Topan & Utama Indra, 2014)

2.2.5 Skala Pengukuran Tingkat Dismenore

Intensitas neyri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan


oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama berbeda oleh dua orang yang
berbeda (Septiani, 2011).

Skala UkurVisual Analogue Scale (VAS)

Visual Analogue Scale (VAS) merupakan alat pengukuran intensitas


nyeri yang dianggap paling efisien yang telah digunakan dalam
penelitian dan pengaturan klinis. VAS umumnya disajikan dalam
bentuk garis horizontal Dalam perkembangannya VAS menyerupai
NRS yang cara penyajiannya diberikan angka 0-10 yang masing-
masing nomor dapat menunjukkan intensitas nyeri yang dirasakan oleh
pasien.Dalam beberapa penelitian yang dilakukan untuk menilai
intensitas nyeri pasca operasi, skala yang digunakan adalah rekombinasi
antara VAS dan NRS.VAS juga sering digunakan untuk menilai nyeri
pada pasien untuk dapat memperoleh sensitivitas obat pada uji coba
obat analgetik.Dalam penggunaan VAS terdapat beberapa keuntungan
dan kerugian yang dapat diperoleh. Keuntungan penggunaan VAS
antara lain VAS adalah metode pengukuran intensitas nyeri paling
sensitif, murah dan mudah dibuat.VAS mempunyai korelasi yang baik
dengan skala-skala pengukuran yang lain dan dapat diaplikasikan pada
semua pasien serta VAS dapat digunakan untuk mengukur semua jenis
nyeri.Namun kekurangan dari skala ini adalah VAS memerlukan
pengukuran yang lebih teliti dan sangat bergantung pada pemahaman
pasien terhadap alat ukur tersebut (Jauny Daniel, 2013).

Gambar 2.2 Visual Analogue Scale (VAS)

untuk memverbalkan atau menunjukkan tingkat nyerinya. skala intensitas nyeri


numerik yaitu : (Potter & Perry, 2005)

2.2.6 Karakteristik Dismenore


Dismenore terjadi pada wanita yang berusia antara 20 tahun hingga 24
tahun yang mana dismenore yang paling parah biasanya berlaku pada usia
sebelum 25 tahun (Azifah, 2010). Umumnya terjdi pada wanita nulipara dan
kerap menurun signifikan setelah kelahiran anak. Lebih sering terjadi pada wanita
obesitas.
Dismenore jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi
yang tidak teratur. Dismenore berkaitan dengan aliran darah menstruasi yang lama
dan jarang terjadi pada atlet. Sedangkakn pada dismenore sekunder kasus ini
dimulai setelah usia 20 tahun dan neyri bersifat unilateral. Faktor resiko durasi
dan tingkat keparahan dismenore adalah usia menarche. Periode mentrual yang
panjang dan juga adanya riwayat merokok (azifah, 2010).

2.2.7 Klasifikasi Dismenore


Menurut Karim (2013) menyebutkan bahwa disemnore dapat menjadi dua
yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder.

a. Dismenore primer
Dismenore primer adalah nyeri yang banyak dialami oleh remaja
tanpa kelainan pada alat genital (Lestari, 2013). Usia 15-25 tahun
wanita akan mengalami dismenore primer akan mengalami setelah
usia 30 tahun (Yustianingsih, 2004).
b. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder terjadi karena adanya masalah penyakit fisik
akibat endometritis, polip uteri,stenosis serviks atau penyakit radang
punggung (PID) (Bickley, 2009).
2.2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dismenore
a. Usia adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur waktu hidup
maupun mati seseorang (Depkes, 2013).Usia kronologis adalah usia yang
dihitung berdasarkan kematangan biologis.Menurut Bare dan Smeltzer
(2002) hubungan usia dengan disemnore yaitu bahwa semakin tua usia
wanita yangmengalmai menstruasi akan menyebabkan pelebaran leher
rahim, sehingga kejadian dismenore pada wanita usia tua jarang ditemukan.
Hubungan usia dengan dismenore terjadi pada usia menarche. Usia wanita
sangat mempengaruhi terjadinya disemenore (Wiknjosastro, 2005). Usia
wanita muda akan beresiko terjadinya dismenore. Hal ini karena alat
reproduksi yang belum sempurna belum dapat berfungsi sebagaimana
mestinya sehingg pada saat menstruasi akan menyebabkan nyeri haid
(Lestari, 2013).
b. Status Pernikahan
Pernikahan adalah adanya perjanjian eksplisit bersifat permanen dan
merupakan persatuan seksual yang diakui secara sosial. Pernikahan adalalh
seorang laki-laki dan perempuan yang usdah memiliki umur yang cukup
untuk mengikat janji suci atau sakral (Dariyo, 2004).
Hubungan pernikahan dengan dismenore terjadi pada wanita yang belum
menikah. Wanita yang belum menikah berpotensi akan mengalami
dismenore. Menurut Abidin (2004) yang menyatakan bahwa resiko
tejadinya dismenore lebih kecil pada wanita yang sudah menikah
dibandingkan dengan wanita yang belum menikah. Menurutnya kejadian
dismenore primer pada mereka yang pernah menikah disebabkan oleh
hilangnya sebagian saraf akibat kemunduran saraf rahim akibat penuaan.
c. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak
pertama sampai anak terakhir (Jensen, Bobak, Lowdermik, 2004).
Menurut Bobak (2004) paritas adalah jumlah kehamilan yang
menghasilkan. Menurut Prawirohardjo (2009) paritas dapat dibedakan
menjadi multipara, primipara, dan nulipara:
1) Nulipara adalah wanitayang belum pernah melahirkan bayi hidup
(Manuaba, 2008).
2) Primipara adalah wanita hamil untuk pertama kalinya dan mampu
melahirkan anak hidup didunia luar dengan cukup besar (Varney, 2006).
3) Multipara adalah wanita yang oernah hamil beberapa kalai dimana
kehamilan trsebut tidak lebih dari 5 kali (Manuaba, 2008).
Hubungan paritas dengan disemnore yaitu responden yang pernah
melahirkans ecara normal. Keluhan nyeri yang berkurang apabila pernah
hamil dan pernah mempunyai pengalaman melahirkan pervagina (Reeder
dan Koniak, 2011). Nyeri saat menstruasi akan terasa sakit saat bekuan
darah melewati leher rahim terutama bila saluran darah sempit (Andira,
2013). Sehingga nyeri haid pada wanita yang pernah hamil akan
berkurang bahkan menghilang karena adanya pelebaran leher rahim.
Oleh sebab itu resiko kecil terjadi dismenore pada wanita yang sering
melahirkan dan sering mengalami kehamilan (Lestari, 2013). Hal ini
sesuai dengan teori santoso, bahwa dismenore akanmneghilang pada
wanita yang pernah malahirkan karena saluran servicnya telah melebar
(Santoso, 2007).
2.2.9 Upaya Penanganan Dismenore
a. Farmakologi
Untuk mengatasi dismenore biasanya menggnakan obat-obat jenis
prostaglandin inhibitor yaitu dengan NSAID (Non Stelroidal Anti
inflammatory Drugs) yang menghambat produksi dan kerja prostaglandin.
Obat itu termasuk formula ibuprofen yang dijual bebas dan naproksen.
Untuk kram yang berat, pemberian NSAID seperti nalroksen atau
piroksikam dapat membantu, contoh golongan obat NSAID antara lain
aspirin, ibuprofen, naproxen sodium dan ketoprofen (Tamsuri, 2007).
Penggunaan NSAID efektif jika dimulai diminum 2-3 hari sebelum
menstruasi dan dilanjutkan sampai 1-2 hari setelah menstruasi. Penggunaan
ini adalah dengan memberikan dosis pertama sebanyak 2 kali dosis reguker,
kemudian dilanjtkan dengan pemberian dosis reguler hingga gejalanya
berkurang, NSAID tidak bileh diberikan kepada ibu hamil, penderita dengan
gangguan saluran pencernaan, asma, alergi terhadap jenis oabat anti
prostaglandin. Efek samping dari obat tersebut adalag mual, muntah, nyeri,
dam sakit kepala (Tamsuri, 2007).
Terapi obat lain dalam mengatasi dismenore adalah analgetik dan
pengobatan hormonal. Analgetik digunakan untuk mengurangi nyeri. Jenis
analgetik untuk nyeri ringan yaitu aspirin, asetaminofen, paracetamol dan
propofiksen (Wikjosastro, 2000).
Pengobatan hormonal untuk meredakan dismenore dan lebih tepat diberikan
pada wanita yang ingin menggunakan alat KB berupa pil, jenis hormon
yang diberikan pil kontrasepsi. Pemberian pil dari hari 5-25 sikus haid
dengan dosis 5-10 mg/hari. Progesteron diberikan pada hari ke 16 sampai 25
siklus haid, stelah keluhan nyeri berkurang. Tetapi hormonal mempunyai
tujuan untuk menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan
maksud untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting
pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan
pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi( Simanjuntak, 2006).
b. Non Farmakologi
pengompresan dengan air hangat, ketika nyeri menstruasi datang, lakukan
pengompresan menggunakan air hangat dibagian bawah karena dapat
membantu relaksasi otot-otot dan sisitem saraf. Selain itu mandi air hangat
dan mengolesi bagian yang nyeri dengan balsem atau lotion penghangat
juga dilakukan untuk menurunkan nyeri (Taruna, 2003).
Respon fisiologis yang ditimbulkan dari teknik ini adalah vasodilatasi atau
pelebaran pembuluh darah, sehingga dapat meningkatkna aliran darah
kebagian tubuh yang sakit dan mampu menurunkan yang dapat mengurangi
ketegangan otot, dengan respon tersebut dapat meningkatkan relaksasi otot
dan menurunkan nyeri (Bobak, 2005).

2.3 ENDORPHINE MASSAGE

2.3.1 PIJAT ENDORPHINE MASSAGE

Pijat Endorfin berasal dari kata endogenous + morphine, molekul protein


yang diproduksi sel-sel dari system syraf dan beberapa bagian tubuh yang berguna
untuk bekerjasama sreseptor sedative untuk mengurangi rasasakit. Reseptor
analgesik ini diperoduksi di spina cord (simpul saraf tulang belakang hingga
tulang ekor) dan ujung saraf (Aprillia.2010:114)

Endorfin merupakan sejumlah polipeptida yang yang terdiri dari 30 unit


asaam amino. Opiod-opiod hormon-hormon penghilang stress seperti
kortikotrofin, kortisol, dan ketokelamin di hasilkan tubuh untuk mengurangi stress
dan menghilangkan rasa nyeri (Apillia.2010:114).

Tubuh menghasilkan sedikitnya 20 endorfin yang berada manfaat dan


kegunaannya. Beta-endorfin muncul sebagai endorfin yang berfungsi memberikan
pengaruh paling besar di otak dan tubuh selama latihan. Beta-endorfin juga
merupakan satu jenis hormon peptide yang dibentuk sebagian besar oleh tyrosine,
yaitu satu jenis asam amino. Struktur molekular pada endorfin sangat serupa
dengan yanga ada pada mophin, tapi dengan kekayaan kimia yang berbeda
(Aprillia.2010:114).

Endorfin digambarkan sebagai peptida yang menyerupai opiat, atau


neuropeptida yang dihasilkan secara alami oleh tubuh pada sinaps neural di
berbagai tempat dalam sistem saraf pusat. Endorfin memodulasi transmisi
persepsi nyeri di area ini. Endorfin ditemukan dalam sistem limbic, hipotalamus,
dan formasi reticular. Endorfin berkaitan dengan membrsne prasinaptik,
menghambat zat P yang merupakan neurotransmitter yang dilepaskan pada
beberapa sinaps jika terdapat impuls nyeri; neurotransmitter ini memfasilitasi
informasi itu endorfin menghambat transmisi nyeri sehingga nyeri berkurang
(Frase,2009:464-465).

Pijat endorfin merupakan sebuah terapi sentuhan atau pijatan ringan yang
cukup penting diberikan pada ibu hamil, diawaktu menjelang hingga saatnya
melahirkan. Pijatan ini dapat merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa
endorfin yang merupakan perbeda rasa sakit dan dapat menciptakan perasaan
nyaman. Selama ini, endorfin sudah dikenal sebagai zat yang banyak manfaatnya.
Beberapa diantaranya adalah mengatur produksi hormon pertumbuhan dan seks,
mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan perasaan
stress, serta meningkatkan system kekebalan tubuh. Endorfin dalam tubuh bisa
dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti pernafasan yang dalam dan
relaksi, serta meditasi (Kuswandi.2014:108).

2.3.2 MANFAAT PIJAT ENDORPHINE MASSAGE

Manfaat Pijat Endorfin Kegunaan dari endorfine :

a. Mengendalikan rasa sakit yang peresisten menetap.

b.Mengendalikan potensi kecanduan akan cokelat

c. Mengendalikan perasaan frustasi dan stress.

d.Mengatur produksi hormon pertumbuhan dan seksual.

e. Mengurangi gejala-gejala akibat gangguan makan. (Aprillia.2010:114)

Endorfin adalah hormon alami yang diperoduksi tubuh manusia, maka


endorfin adalah penghalang rasa sakit yang terbaik. Endorfin dapat diproduksi
tubuh secara alami saat tubuh melakukan aktivitas seperti meditai, pernafasan
dalam, makanan pedas, atau menjalani akupuntur dan chiropractic (pengobatan
alternatif). Walaupun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai endorfin,
tapi endorfi dipercaya mampu memproduksi empat kunci bagi rubuh dan pikiran,
yaitu meningkatkan system kekebalan tubuh/imunitas, mengurangi rasa satik,
mengurangi stress, dan memperlambat proses penuaan. Para ilmuwan juga
menemukan bahwa beta-endorfin dapat mangfaktifkan NK (Natural Killer) cell
pada tubuh manusia dan mendorong system kekebalan tubuh untuk melawan sel-
sel kanker (Aprillia.2010:115).

Dalam dunia kebidanan, selama melakukan riset tentang mengelola rasa


sakit dan relaksasi, Constance Palinsky juga mengembangkan pijit endorfin
sebagai sentuhan ringan. Teknik ini bisa dipakai untuk mengurangi perasaan tidak
nyaman melalui permukaan kelit, teknik sentuhan ringan ini juga dapat
menormalkan denyut jantung dan tekanan darah (Aprillia.2010:115).

Sentuhan ringan mencakup pijatan sangat ringan yang bisa membuat bulu-
bulu halus berdiri. Riset membuktikan bahwa teknik ini meningkatkan pelepasan
oksitosin, sebuah hormon yang memfasilitasi persalinan. Bidan harus bisa
mengajarkan si ibu hamil dan pasangannya untuk melakukan pijat yang sangat
ringan ini selama bulan terakhir kehamilan. Selain mendukung dan membantu ibu
untuk masuk ke relaksasi yang dalam, teknik ini juga membantu menguatkan
ikatan antara suami dan ostri dalam memperssiapkan persalinan
(Aprillia.2010:115).

2.3.3 TEKNIK PIJAT ENDORPHINE MASSAGE

Pijatan ternyata tidak hanya berguna untuk meredakan rasa sakit dibagian
tubuh tertentu. Tapi pijatan juga ternyata bisa meredakan rasa nyeri di beberapa
titik bagian tubuh, seperti sakit perut, tekanan darah sampai nyeri karena haid.

Pijat merupakan jenis terapi alternatif yang bisa dipilih selain


mengkonsumsi ramuan tradisional atau jamu. Karena itu pijat itu juga sangat
bermanfaat untuk meredakan nyeri haid. Kamu wanita bisa mempraktekannya
dengan melakukannya dengan melakukan.

3 teknik pijat :

1. Memijat area tangan


Memijat- mijat sekitar tangan antara ibu jari dan telunjuk diklaim dapat
meredakan rasa nyeri dan begah yang dirasakan saat haid atau menstruasi.

2. Memijat area tumit


Selain area antara jempol dan telunjuk , memijat di area tumit juga percaya
dapat meredakan nyeri haid. Hal ini di katakan oleh penulis buku dr
Susan’s Solutions : The Menstrual Cramps Cure. Caranya adalah dengan
duduk nyaman di atas karpet atau bantal yang empuk dan tempelkan kedua
telapak kaki. Setelah itu gunakan kedua jempol tangan untuk memijat
bagian tengah tumit minimal selama tiga menit.
3. Adapun cara pijat yang bisa dilakukan adalah :
a. Tempatkan telapak tangan dibagian perut dekat pusar.
b. Dengan telapak tangan, buatlah gerakan melingkar disekitar pusar searah
dengan jarum jam. Lakukan dengan perlahan selama beberapa kali
putaran.
c. Alihkan pijatan dengan menggunakan ujung jari. Gunakan ujung jari untuk
memberi beberapa tekanan sedikit sambil lakukan dengan gerakan
memutar seperti langkah kedua.
d. Saat menemukan titik yang sakit, berhentilah sejenak di titik tersebut.
Tekan lebih dalam dan tahan sebentar. Kemudian tarik nafas dalam- dalam
dan berbafaslah dengan perut.
e. Setelah dirasa cukup, tahan tangan di bagian dekat pusar selama beberapa
saat. Tarik nafas dalam-dalam, dan relaksasikan pundak agak otor perut
juga ikut rileks.

2.3.4 HUBUNGAN PIJAT ENDORPHINE MASSAGE DENGAN


DISMINORE

Hubungan Pijat Endorfin dengan Dismenore Pijat endorfin adalah suatu


metode sentuhan ringan. Teknik sentuhan sentuhan ini mencakup pemijatan yang
sangat ringan yang bisa membuat bulu-bulu halus di permukaan kulit berdiri. Pijat
endorphin dapat meningkatkan pelepasan hormon endorfin dan oksitosin
(Apillia.2010:113).
Endorfin digambarkan sebagai peptida yang menyerupai opiat, atau
neuropeptida yang dihasilkan secara alami oleh tubuh pada sinaps neural di
berbagai tempat dalam jaras sistem saraf pusat. Endorfin memodulasi transmisi
persepsi nyeri di area ini. Endorfin berkaitan dengan membrane prasinaptik,
menghambat zat P yang merupakan neurotransmitter yang dilepaskan pada
beberapa sinaps jika terdapat impuls nyeri: neurotransmitter ini memfasilitasi
informasi tentang nyeri yang ditransmisikan nyeri sehingga nyeri berkurang
(Frase, 2009:464-465).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elvira,ddk (2018) tentang


“Pengaruh Pijat Endorphine Terhadap Skala Nyeri Pada Siswi SMA Yang
Mengalami Disminore”. Disimpulkan bahwa pijat endorphin dapat menurunkan
nyeri dismenore pada siswi.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Asuhan Keperawatan Desminore

1. Pengkajian

Tanyakan riwayat mestruasi, eksplorasi persepsi wanita mengenai

kondisinya, pengaruh budaya atau etnis, gaya hidup dan pola adaptasi.

Evaluasi seberapa berat rasa nyeri atau perdarahan yang dialami dan

efeknya pada aktivitas sehari-hari. Tuliskan berbagai pengobatan rumah

dan obat-obatan yang digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan

selama menstruasi. Catatan tentang gejala emosi, perilaku, fisik, pola

diet, pola latihan dan pola istirahat, merupakan alat diagnostik yang

bermanfaat (Lowdermilk, 2013).

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan untuk wanita yang mengalami gangguan

menstruasi menurut Bobak (2004) meliputi:

a. Risiko tinggi terhadap koping individu atau keluarga tidak efektif

yang berhubungan dengan

1) Pengetahuan tentang penyebab gangguan yang tidak memadai

2) Efek fisiologis dan emosional gangguan

b. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan

1) Perawatan diri

2) Terapi yang tersedia untuk mengatasi gangguan tersebut

c. Risiko tinggi gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan


1) Gangguan menstruasi

d. Risiko tinggi terhadap harga diri rendah yan berhubungan dengan

1) Persepsi lain tentang rasa tidak nyamannya

2) Ketidakmampuan untuk mengandung

e. Nyeri yang berhubungan dengan

1) Gangguan menstruasi

3. Perencanaan

Asuhan keperawatan pada kasus dismenore primer yang dapat diberikan

menurut Proverawati (2009), yaitu:

a. Jelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya

b. Pemberian analgesik dan tokolitik

c. Anjurkan klien untuk berolahraga ringan seperti senam, berjalan kaki,

bersepeda, atau berenang

d. Anjurkan klien untuk cukup istirahat

e. Anjurkan klien untuk memperbanyak komsumsi protein dan sayuran

hijau

f. Anjurkan klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah perut

jika terasa nyeri

4. Pelaksanaan

a. Menjelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya

b. Memberikan terapi analgesik dan tokolitik

c. Menganjurkan klien olahraga ringan seperti senam, berjalan kaki,

bersepeda, atau berenang

d. Menganjurkan klien untuk cukup istitahat


e. Menganjurkan klien untuk memperbanyak konsumsi protein dan

sayuran hijau

f. Menganjurkan klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah

perut jika terasa nyeri

5. Evaluasi

Pelayanan telah efektif ketika wanita melaporkan peningkatan dalam

kualitas hidupnya kemampuan perawatan diri, dan konsep diri serta

gambaran tubuh yang positif (Lowdermilk, 2013).

B. Konsep Menstruasi

 Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah proses pelepasan dinding rahim yang disertai dengan

pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan, kecuali pada saat terjadi

kehamilan. Menstruasi atau menstruasi merupakan salah satu ciri kedewasaan

perempuan. Menstruasi biasanya diawali pada usia remaja 9-12 tahun. Ada

sebagian kecil yang mengalami lebih lambat dari itu, 13- 15 tahun meski sangat

jarang terjadi (Anurogo, 2011).

Menstruasi merupakan perubahan secara fisiologis dalam tubuh wanita

yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh oleh hormon reproduksi, 14 hal

ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai usia menopause

(Nugroho, 2010).

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar 14

hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus

(Bobak, 2004).
2. Siklus Menstruasi

Masa rata-rata perempuan menstruasi antara 3-8 hari dengan siklus rata-

rata menstruasi selama 28 hari. Hari pertama terjadinya menstruasi dihitung

sebagai awal setiap siklus menstruasi (hari ke-1). Menstruasi akan terjadi 3-7 hari.

Hari terakhir menstruasi adalah waktu berakhir sebelum mulai siklus menstruasi

berikutnya. Rata- rata perempuan mengalami siklus menstruasi selama 21-40 hari.

Hanya sekitar 15 persen perempuan yang mengalami siklus menstruasi selama 28

hari (Anurogo, 2011).

Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10 mL per hari

tetapi biasanya dengan rata-rata 35 mL per hari (Nugroho, 2010). Siklus

menstruasi dibagi menjadi empat fase yang ditandai dengan perubahan pada

endometrium uterus (1) fase menstruasi, (2) fase proliferasi, (3) fase ovulasi, (4)

fase pasca ovulasi (Proverawati, 2009).

 Menstruasi

Fase menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak

dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang 15 robek. Dapat

diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormone estrogen dan

progresteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidak ada

(Proverawati, 2009).

 Fase Proliferasi (hari ke-5 sampai hari ke-14)

Fase proliferasi fase folikuler ditandai dengan menurunnya hormon

progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan


FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, serta dapat membuat

hormone estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi

folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormon estrogern yang

merangsangnya keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat

sekersei FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek

(Proverawati, 2009).

 Fase Ovulasi/ Luteal (hari ke-14 sampai hari ke-28)

Fase ovulasi/ fase luteal ditandai dengan sekresi LH yang memacu

matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah mentruasi. Sel ovum yang

matang akan meninggalkan folikel dan folikel aka mengkerut dan berubah

menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan

hormon progesteron yang berfungsi untuk mempertebal dinding

endometrium yang kaya akan pembuluh darah (Proverawati, 2009).

 Fase Pasca Ovulasi/ Fase Sekresi

Fase sekresi ditandai dengan Corpus luteum yang mengecil dan

menghilang dan berubah menjadi Corpus albicans yang berfungsi untuk

menghambat sekresi hormone estrogen dan progesteron sehingga hipofisis

aktif mensekresikan FSH dan LH. Dengan terhentinya sekresi progesteron

maka penebalan dinding endometrium akan terhenti sehingga

menyebabkan endometrium mengering dan robek. Terjadilah fase

pendarahan menstruasi (Proverawati, 2009).

3. Masalah Menstruasi

Periode menstruasi yang tidak teratur atau masalah lainnya merupakan

permasalahan paling sering pada wanita dan paling sering menyebabkan mereka
mencari pertolongan pada d sistem pelayanan kesehatan. Kelainan menstruasi

yang sering terjadi di antaranya amenore, dismenore, sindrom premenstrual,

menoragia, atau metroragia (Lowdermilk, 2013).

a. Amenore Amenore secara tradisional di bagi menjadi 2 kategori: primer dan

sekunder. Amenore primer di definisikan sebagai tidak adanya menstruasi sejak

usia menarche yang seharusnya (di AS 16-17 tahun) di sertai berkembangnya

payudara atau pada usia 14-15. Amenore sekunder di definisikan sebagai

hilangnya menstruasi setelah menarche lebih dari 6 bulan berturut-turut dengan

riwayat menstruasi yang teratur atau lebih dari 12 bulan dengan riwayat yang

tidak teratur. (Rudolph, 2006).

b. Dismenore Dismenore, baik primer atau sekunder, merupakan salah satu

penyebab utama keluhan sistem reproduksi pada remaja perempuan yang

mengalami menstruasi serta merupakan penyebab utama hilangnya waktu

sekolah. Dismenore primer merupakan bagian adanya kontraksi miometrium

yang dirangsang oleh prostaglandin yang terasa nyeri. Prostaglandin

menginduksi 18 kontraksi miometrium dan diproduksi dalam jumlah banyak

pada endometrium perempuan yang mengalami disme- nore. Sebagian besar

prostaglandin dilepas dalam 2 hari pertama siklus menstruasi, bersamaan dengan

bertambahnya rasa tidak enak. Karena berkaitan dengan siklus ovulasi,

dismenore primer tidak menjadi masalah, sampai satu tahun atau lebih setelah

menarke. Dismenore sekunder berhubungan dengan fisiologik dan patologik

spesifik termasuk infeksi pelvis, kehamilan ektopik, kehamilan intrauterin,

endometriosis, AKDR, dan kelainan anatomik. (Rudolph, 2006).


c. Sindrom premenstrual

Sindrom sebelum menstruasi atau biasa dikenal dengan Pre Menstrual

Syndrome (PMS) sering berhubungan dengan naik turunnya kadar estrogen dan

progesteron yang terjadi selama siklus menstruasi. Estrogen berfungsi untuk

menahan cairan yang dapat menyebabkan bertambahnya berat badan,

pembengkakan jaringan, nyeri payudara, hingga perut kembung. Penyebab

sindrom sebelum menstruasi yang paling sering berhubungan dengan faktor-

faktor sosial, budaya, biologis, dan masalah psikis emosional. PMS sering terjadi

pada perempuan usia subur dengan jumlah sekitar 70%-90%. Kondisi ini lebih

sering ditemukan pada perempuan yang berumur 20-40 tahun. Jenis dan berat

gejalanya 19 tidak sama pada setiap ka perempuan, tergantung pada kesehatan

dan kondisi tar masing-masing. Gejala-gejala yang sering dialami pada saat

terjadi di PMS adalah sakit punggung, perut kembung, payudara terasa penuh

dan nyeri, perubahan nafsu makan (dapat bertambah ataupun tidak mau makan

sama sekali), sakit kepala, pingsan, daerah panggul terasa sakit dan tertekan,

kulit pada wajah dan leher menjadi bengkak dan terasa memerah, sulit tidur,

tidak bertenaga, mual maupun muntah, serta kelelahan yang luar biasa, dan

munculnya jerawat. Selain itu, PMS juga disertai perubahan emosional, seperti

mudah marah, cemas, mudah tersinggung, depresi, stress, sulit berkonsentrasi,

dan bisa menjadi pelupa (Anurogo, 2011).

D. Menoragia/ hipermenore

Menoragia adalah pengeluaran darah menstruasi yang terlalu banyak dan

biasanya disertai dengan pada siklus yang teratur. Menoragia biasanya


berhubungan dengan nokturagia yaitu suatu keadaan dima- na menstruasi

mempengaruhi pola tidur wanita dimana wanita harus mengganti pembalut pada

tengah malam. Menoragia juga berhubungan dengan kram selama menstruasi

yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Penderita juga 20 sering

merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama menstruasi

(Irianto, 2015).

f. Metroragia

Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan

siklus menstruasi. Perdarahan ovulatori terjadi pada pertengahan siklus

sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran

suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organic (polip

endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan

fungsional dan penggunaan estrogen eksogen (Irianto, 2015).

C. Konsep Dismenore

1. Definisi dismenore

Dismenore adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat

atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari

(Proverawati, 2009).

Dismenore dalam bahasa Indonesia adalah nyeri menstruasi, sifat dan

derajat rasa nyeri ini bervariasi. Mulai dari yang ringan sampai yang berat.

Keadaan yang hebat dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga memaksa

penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari

untuk beberapa jam atau beberapa hari. Hampir semua wanita mengalami rasa

tidak enak pada perut bagian bawah saat menstruasi. Uterus atau rahim terdiri
atas otot yang juga berkontraksi dan 21 relaksasi. Umumnya, kontraksi otot

uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang hebat dan sering menyebabkan

aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul rasa nyeri Aulia (2009).

Dismenore, baik primer atau sekunder, merupakan salah satu penyebab utama

keluhan sistem reproduksi pada remaja perempuan yang mengalami menstruasi

serta merupakan penyebab utama hilangnya waktu sekolah. Dismenore primer

merupakan bagian adanya kontraksi miometrium yang dirangsang oleh

prostaglandin yang terasa nyeri. Prostaglandin F2 (PGF2a) menginduksi

kontraksi miometrium dan diproduksi dalam jumlah banyak pada endometrium

perempuan yang mengalami dismenore. Sebagian besar prostaglandin dilepas

dalam 2 hari pertama siklus menstruasi, bersamaan dengan bertambahnya rasa

tidak enak. Karena berkaitan dengan siklus ovulasi, dismenore primer tidak

menjadi masalah,sampai satu tahun atau lebih setelah menarke. Dismenore

sekunder berhubungan dengan fisiologik dan patologik spesifik termasuk infeksi

pelvis (endometritis, PID) kehamilan ektopik, kehamilan intrauterin,

endometriosis, AKDR, dan kelainan anatomik (Rudolph, 2006).

2. Klasifikasi dismenore

a. Dismenore primer Dismenore primer adalah kondisi yang berhubungan

dengan siklus ovulasi. Penelitian menunjukan bahwa dismenore primer 22

memiliki dasar biokimia dan terjadi akibat pelepasan prostaglandin selama

mens. Selama fase luteal dan menstruasi berjalan prostaglandin F2alfa (PGR,

Pelepasan (PGF2a) yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan frekuensi

kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme dari arteriol uterus,

menyebabkan iskemia dan perut bagian bawah. Respons sistemik terhadap


PGF2a meliputi nyeri pinggang, kelemahan, berkeringat, gejala gastrointestinal

(anoreksia, mual, muntah, dan diare) dan gejala sistem saraf pusat (rasa

mengantuk, sinkop, sakit kepala, dan konsentrasi buruk). Nyeri biasanya dimulai

pada saat onset menstruasi dan berlangsung selama 8-4 jam Lentz, 2007b dalam

Lowdermilk (2013).

b. Dismonore Sekunder Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang

terjadi belakangan dalam kehidupan, umurnnya setelah usia 25 tahun. Hal ini

berhubungan dengan abnormalitas panggul seperti adenomiosis endometriosis,

penyakit radang panggul, polip endometrium, mioma submukosa atau interstisial

(fibroid uterus), atau penggunaan alat kontrasepsi dalam kandungan. Nyeri

sering kali dimulai beberapa hari sebelum mens, namun hal ini dapat terjadi pada

saat ovulasi dan berlanjut selama hari-hari pertama menstruasi atau dimulai

setelah menstruasi terjadi. Berbeda dengan 23 dismenore primer, nyeri pada

dismenore sekunde sering kali bersifat tumpul, menjalar dari perut bagian bawal

ke arah pinggang atau paha. Wanita sering kali mengalam perasaan

membengkak atau rasa penuh dalam panggul. (Lowdermilk, 2013).

3. Tanda dan Gejala Dismenore

Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa

menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram

yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya

nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya

dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering

disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih.

Kadang sampai terjadi muntah (Nugroho, 2014) Menurut Wratsongko Kowalak


(2011), tanda dan gejala yang mungkin terdapat pada dismenore meliputi rasa

nyeri yang tajam, rasa kram pada abdomen bagian bawah yang biasanya

menjalar ke bagian punggung, paha, lipat paha, serta vulva. Rasa nyeri ini secara

khas dimulai ketika keluar darah menstruasi atau sesaat sebelum keluar darah

menstruasi dan mencapai puncak dalam waktu 24 jam Menurut Kowalak (2011)

dismenore dapat pula disertai tanda dan gejala yang memberikan kesan kuat ke

arah sindrom premenstruasi, yang meliputi gejala sering kencing (urinary

frequency), mual muntah, 24 diare, sakit kepala, lumbagia (nyeri pada

punggung), menggigil, kembung (bloating), payudara yang terasa nyeri, depresi,

dan,iritabilitas.

4. Etiologi dismenore

a. Dismenore primer Dismenore primer adalah proses normal yang dialami

ketika menstruasi. Kram menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim

yang sangat intens, yang dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim

yang tidak diperlukan lagi. Dismenore primer disebabkan oleh zat kimia alami

yang diproduksi oleh sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin.

Prostaglandin akan merangsang otot otot halus dinding rahim berkontraksi.

Makin tinggi kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa

nyeri yang dirasakan juga makin kuat. Biasanya, pada hari pertama menstruasi

kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya, lapisan

dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar prostaglandin akan menurun. Rasa

sakit dan nyeri menstruasi pun akan berkurang seiring dengan makin

menurunnya kadar prostaglandin (Sinaga, 2017).


b. Dismenore sekunder Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan

atau gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang 25

panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenore sekunder dapat

diatasi hanya dengan mengbati atau menangani penyakit atau kelainan yang

menyebabkannya (Sinaga, 2017).

5. Patofisiologi Dismenore

Selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin disekresi. Pelepasan

prostaglandin yang berlebihan meningkatkan frekuensi kontraksi uterus dan

menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dan

kram abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon sistemik terhadap

prostaglandin meliputi nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala

saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, dan diare) dan gejala system syaraf

pusat meliputi: pusing, sinkop, nyeri kepala dan konsentrasi buruk (Bobak,

2004).

6. Faktor penyebab dan resiko

Menurut Hendrik (2006), wanita yang mempunyai resiko menderita

dismenore primer adalah:

a. Mengkonsumsi alkohol Alkohol merupakan racun bagi tubuh dan hati

bertanggungjawab terhadap penghancur estrogen untuk disekresi oleh tubuh.

Fungsi hati terganggu karena adanya konsumsi alkohol yang terus menerus,

maka estrogen tidak bisa disekresi dari tubuh, akibatnya estrogen dalam tubuh

meningkat dan dapat menimbulkan gangguan pada pelvis. 26

b. Perokok Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan

meningkatkan lamanya dismenore.


c. Tidak pernah berolah raga Kejadian dismenore akan meningkat dengan

kurangnya aktifitas selam menstruasi dan kurangnya olah raga, hal ini dapat

menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada uterus adalah

aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan menyebabkan nyeri.

d. Stres Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan

otot-otot punggung bawah sehingga menyebabkan dismenore. Karakteristik dan

faktor yang berkaitan dengan dismenore primer (Morgan & Hamilton, 2009)

adalah sebagai berikut :

a. Dismenore primer umumnya dimulai 1-3 tahun setelah haid.

b. Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 23- 27

tahun, lalu mulai mereda.

c. Umumnya terjadi pada wanita nulipara.

d. Dismenore primer lebih sering terjadi pada wanita obesitas.

e. Kejadian ini berkaitan dengan aliran haid yang lama

f. Jarang terjadi pada atlet.

g. Jarang terjadi pada wanita yang memiliki status haid tidak teratur. 27

7. Derajat Dismenore

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi

namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore secara siklik dibagi

menjadi tiga tingkat keparahan. Menurut Manuaba (2009) dismenore dibagi 3

yaitu:

a. Dismenore Ringan. Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan dapat

melanjutkan kerja sehari- hari.


b. Dismenore Sedang. Pada dismenore sedang ini penderita memerlukan obat

penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya.

c. Dismenore Berat. Dismenore berat membutuhkan penderita untuk istirahat

beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, nyeri pinggang, diare dan rasa

tertekan. Derajat Dismenore menurut (Hakim, 2016)

a. Derajat 0, tanpa rasa nyeri, aktivitas sehari-hari tidak terpengaruh.

b. Derajat I, nyeri ringan, jarang memerlukan analgesik, aktivitas seharihari

jarang terpengaruh.

c. Derajat II, nyeri sedang, memerlukan analgesik, aktivitas sehari-hari

terganggu.

d. Derajat III, nyeri berat, nyeri tidak banyak berkurang dengan analgesik,

timbul keluhan, nyeri kepala, kelelahan, mual, muntah dan diare.

8. Penatalaksanaan Dismenore

Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-

steroid (misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). obat ini akan sangat

efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari

1-2 menstruasi (Nugroho, 2014).

Menurut Nugroho (2014) selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa

dikurangi dengan:

a. Istirahat yang cukup.

b. Olah raga yang teratur (terutama berjalan).

c. Pemijatan.

d. Yoga atau senam

e. Orgasme pada aktivitas seksual.


f. Kompres hangat di daerah perut.

Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi

mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi. Gejala juga

bisa dikurangi dengan istirahat yang cukup serta olah raga secara teratur

(Nugroho, 2014).

Apabila nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka

diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau

diberikan medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk

mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan

prostaglandin, yang selanjutnya akan mengurangi 29 beratnya dismenore. Jika

obat ini juga tidak efektif, maka dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya

laparoskopi). Jika dismenore sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium,

yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat

pemanas. Pengobatan untuk dismenore sekunder tergantung kepada penyebabnya

(Nugroho, 2014).

D. Senam Dismenore

1. Pengertian

Senam dismenore merupakan aktivitas fisik yang dapat digunakan untuk

mengurangi nyeri. Saat melakukan senam, tubuh akan menghasilkan endorphin.

Hormon endorphin yang semakin tinggi akan menurunkan atau meringankan

nyeri yang dirasakan seseorang sehingga seseorang menjadi lebih nyaman,

gembira, dan melancarkan pengiriman oksigen ke otot (Sugani, 2010).

Latihan senam dismenore mampu meningkatkan produksi endorphin

(pembunuh rasa sakit alami dalam tubuh), dan dapat meningkatkan kadar
serotonin. Latihan atau senam ini tidak membutuhkan biaya yang mahal, mudah

dilakukan dan tentunya tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi

tubuh (Sugani, 2010).

2. Tujuan Senam

a. Membantu remaja yang mengalami dismenore untuk mengurangi dan

mencegah dismenore.

b. Alternatif terapi dalam mengatasi dismenore. 30

c. Intervensi yang nantinya dapat diterapkan untuk memberikan pelayanan asuhan

keperawatan bagi masalah dismenore yang sering dialami remaja.

d. Memberikan pengalaman baru remaja.

3. Peneletian sebelumnya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Puji (2009) tentang efektivitas senam

dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja putri yang dilakukan di

SMU N 5 Semarang, senam dismenore dilakukan minimal 3 hari sebelum

menstruasi, hasilnya senam dismenore efektif untuk mengurangi dismenore

pada remaja.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Solihatunisa (2012), senam

dismenore dilakukan secara rutin selama 2-3 kali dalam seminggu sebelum

siklus menstruasi bulan selanjutnya atau saat menstruasi hari pertama setelah

melakukan senam, hasilnya senam dismenore efektif untuk menurunkan

intensitas skala nyeri saat dismenore.

4. Gerakan senam dismenore

Teknik pergerakan senam dismenore terdiri dari pemanasan, inti dan

pendinginan Puji (2009).


a. Gerakan Pemanasan

1) Tarik nafas dalam melalui hidung, sampai perut menggelembung.

Tahan sampai beberapa detik dan hembuskan nafas lewat mulut.

2) Kedua tangan di perut samping, tunduk dan tegakkan kepala (2x 8

hitungan)

3) Kedua tangan di perut samping, tengokkan kepala ke kanan – kiri (2 x

8 hitungan).

4) Kedua tangan di perut samping, patahkan leher ke kiri – ke kanan (2 x

8 hitungan).

5) Putar bahu bersamaan keduanya (2 x 8 hitungan)

b. Gerakan Inti Gerak badan I

1) Berdiri dengan tangan direntangkan ke samping dan kaki diregangkan

kira-kira 30 sampai 35 cm.

2) Bungkukkan ke pinggang berputar ke arah kiri, mencoba meraba kaki

kiri dengan tangan kanan tanpa membengkokkan lutut.

3) Lakukan hal yang sama dengan tangan kiri menjamah kaki kanan.

4) Ulangilah masing-masing posisi sebanyak empat kali. Gerak badan II

1) Berdirilah dengan tangan di samping dan kaki sejajar

2) Luruskan tangan dan angkat sampai melewati kepala. Pada waktu yang

sama tendangkan kaki kiri anda dengan kuat ke belakang.

3) Lakukan bergantian dengan kaki kanan.

4) Ulangi empat kali masing-masing kaki.


c. Gerakan Pendinginan

1) Lengan dan tangan, genggam tangan kerutkan lengan dengan kuat

tahan, lepaskan

2) Tungkai dan kaki, luruskan kaki (dorsi fleksi), tahan beberapa detik,

lepaskan

3) Seluruh tubuh, kontraksikan/kencangkan semua otot sambil nafas dada

pelan teratur lalu relaks (bayangkan hal menyenangkan).

5. Lama dan Frekuensi Senam

Menurut Anurogo (2011), senam dismenore sebaiknya dilakukan 5-7 hari

sebelum haid. Menurut Brick dalam Solihatunisa (2015) frekuensi dan lama

latihan senam menggunakan pola yang sama dengan takaran olahraga secara

umum, yaitu prinsip frekuensi, intensitas dan time (FIT) yang meliputi:

a. frekuensi latihan 2-4 kali dalam 1 minggu

b. lama latihan 20-60 menit dalam satu kali latihan

E. Teori Gate Kontrol pada Nyeri.

Teori Gate Kontrol Melzack dan Wall (1965) merupakan teori yang

pertama mengungkapkan bahwa nyeri memiliki komponen emosional dan kognitif

serta sensasi secara fisik. Mereka juga 33 mengusulkan bahwa mekanisme

"gerbang" yang berlokasi di sepanjang sistem saraf pusat dapat mengatur atau

bahkan menghambat impulsimpuls nyeri. Teori tersebut mengatakan bahwa

impuls-impuls nyeri akan melewati gerbang ketika gerbang dalam posisi terbuka

dan akan dihentikan ketika gerbang ditutup. Penutupan gerbang merupakan dasar

terhadap intervensi nonfarmakologis dalam penanganan nyeri. Dengan mengerti


dan memahami apa saja yang dapat memengaruhi gerbang gerbang ini (proses

fisiologis, emosional, dan kognitif), kita akan memperoleh kerangka kerja

konseptual yang bermanfaat dalam manajemen nyeri. Sebagai contoh: stres,

latihan/ olahraga, dan faktorfaktor lain yang meningkatkan pelepasan endorfin

serta meningkatkan ambang nyeri seseorang (suatu titik di mana seseorang

merasakan nyeri). Dikarenakan jumlah substansi-substansi sirkulasi bervariasi di

setiap individu, maka respons terhadap nyeri pun akan berbeda (Potter & Perry,

2009).

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Tanda

dan gejala mayor nyeri akut adalah mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap

protektif, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur. Tanda dan gejala minor nyeri

akut adalah tekanan darah 34 meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan

berubah, proses berpikir terganggu, berfokus pada diri sendiri dan diaphoresis

(SDKI, 2017).

Nyeri akut menurut Nanda (2015) adalah pengalaman sensori dan

emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual

atau potensial atau yang di gambarkan sebagai kerusakan (internasional

association for the study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas

ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atu diprediksi. Batasan

karakteristik nyeri akut menurut Nanda (2015) adalah diforesis, dilatasi pupil,

ekspresi wajah nyeri (mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata

berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis), fokus menyempit (persepsi
waktu, proses berpikir, interaksi dengan orang dengan lingkungan), fokus pada

diri sendiri, keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri (skala

Wong-Baker FACES skala analog visual, skala penilaian numerik), keluhan

tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri (McGill

Paint Questionnaire, Brief Paint Infentory), laporan tentang perilaku

nyeri/perubahan aktifitas (anggota keluarga, pemberi asuhan), mengekspresikan

perilaku (gelisah, merengek, menangis, waspada), perilaku distraksi, perubahan

pada parameter fisiologis (tekanan darah, frekuensi jantung, frekuensi pernapasan,

saturasi oksigen, end/tidal karbondioksida (CO2), perubahan sisi untuk

menghindari nyeri, 35 perubahan selera makan, putus asa, sikap melindungi area

nyeri, dan sikap tubuh melindungi. Faktor yang berhubungan terkait nyeri akut

menurut Nanda (2015) adalah agen cedera biologis (misalnya infeksi, iskemia,

neoplasma), agens cedera fisik (misalnya apses, amputasi, luka bakar, terpotong,

mengangkat berat, konsedur bedah, trauma, olaragah berlebihan), agens cedera

kimiawi (misalnya luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agen mustard).

Menurut Nanang Winarto Astarto, et all (2011) penyebab pasti dismenore

belum diketahui secara pasti, pada dismenore primer nyeri timbul akibat tingginya

kadar prostaglandin. Sedangkan pada dismenore sekunder diduga penyebab

terbanyak adalah endometriosis. Adapun faktor-faktor risiko dari dismenore

primer yaitu wanita yang belum pernah melahirkan, obesitas, perokok, dan

memiliki riwayat keluarga dengan dismenore. Sedangkan faktor yang dapat

memperburuk keadaan adalah rahim yang menghadap ke belakang, kurang

berolahraga dan stres psikis atau stres sosial (Icemi & Wahyu, 2013). Timbulnya

rasa nyeri pada menstruasi biasanya disebabkan karena seseorang sedang


mengalami stres yang dapat menggangu kerja sistem endokrin, sehingga dapat

menyebabkan menstruasi yang tidak teratur dan menimbulkan rasa sakit pada saat

menstruasi (Hawari, 2008).

Sallika, (2010) mengatakan bahwa senam dismenore dapat membantu

mengurangi nyeri. Dismenore dapat diatasi dengan melakukan senam khusus

yaitu senam dismenore yang fokusnya membantu peregangan seputar otot perut,

panggul dan pinggang dengan senam tersebut dapat memberikan sensasi rileks

yang berangsur-angsur dapat mengurangi nyeri sebab dengan melakukan senam

dismenore dapat menghasilkan hormon endorphin. Endorphin yang disekresikan

ini berhubungan dengan teori “gate control” dari yang mengatakan bahwa impuls

nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah

pertahanan ditutup. Salah satu cara menutup mekanisme pertahanan ini adalah

dengan merangsang sekresi endorphin (penghilang nyeri alami) yang akan

menghambat pelepasan impuls nyeri.

F. Kebutuhan Aman Nyaman

Menurut Kozier (2010), mengatakan bahwa keamanan adalah keadaan

bebas dari segala fisik psikologis yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang

harus dipenuhi, serta dipengaruhi oleh factor lingkungan. Keamanan adalah

keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan

tentram (Potter & Perry, 2009). Sedangkan kenyamanan sebagai suatu keadaan

terpenuhi kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan akan ketentraman,

kepuasaan, kelegaan dan tersedia. 37 Potter & Perry (2009) mengungkapkan

kenyamanan /rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang


meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan

transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Menurut

Prasetyo (2010), rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan

adalah suatu kebutuhan individu.Nyeri merupakan salah satu perasaan yang tidak

menyenangkan yang terkadang dialami individu.

Menurut Tamsuri (2007), mengatakan bahwa nyeri adalah suatu rasa yang

tidak aman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan

yang mempengaruhi seseorang dan ektensinya diketahui bila seseorang pernah

mengalaminya. Menurut (Nanda, 2015), nyeri akut adalah pengalaman sensori

dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual

atau potensial atau yang digambarkan sebagai keruskan (International Association

for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan

hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi.


DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan Gangguan menstruasi

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

adanya mual,muntah.
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA SLKI SIKI

1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri


asuhan Observasi:
dengan Gangguan keperawatan - identifikasi lokasi
selama 2x24 jam ,karakteristik,durasi,frekuensi,ku
menstruasi maka nyeri dapat alitas,intensitas nyeri
diatasi dengan - -identifikasi skala nyeri
kriteria hasil : - -identfikasi respons nyeri non
1. Keluhan verbal
nyeri - identifikasi faktor yang
menurun memperberat nyeri
2. Meringis - identifikasi pengaruh nyeri
menurun dikualitas hidup
3. Frekuensi Terapeutik:
nadi - berikan teknik nonfarmakologis
membaik untuk mengurangi rasa nyeri
4. Nafsu - kontrol lingkungan yang
makan memperberat rasa nyeri
membaik
- -Fasilitias istirahat dan tidur
Pola tidur cukup
Edukasi
- jelaskan penyebab,periode dan
membaik
pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu

2 Gangguan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

yang berhubungan

dengan adanya
mual,muntah.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah

kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan dan hasil yang dipikirkan dari asuhan keperawatan

dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan

keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.

Namun demikian, dibanyak lingkungan perawatan kesehatan,

implementasi mungkin dimulai secara langsung setelah pengkajian

(Potter & Perry, 2005).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang

teramati dan tujuan atau krieria hasil yang dibuat pada tahap

perencaan. Evaluasi dilakukan secara keseimbangan dengan

melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainya. Jika hasil evaluasi

menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bias keluar dari

siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk

kembalike dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang

(reassessment). Secara umum, evaluasi ditunjukan untuk :


a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan

b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau

belum

c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum

tercapai (Asmadi, 2008).

Anda mungkin juga menyukai