DOSEN PEMBIMBING
Dr. Drs. Djasly By., MS
OLEH :
KELOMPOK 11
TAHUN 2020
A. PENGERTIAN KONSEPTUAL KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Secara sederhana, jika ada dua orang atau lebih dalam organisasi dengan sendirinya
akan berlangsung komunikasi. Organisasi merupakan “wadah kegiatan” orang- orang yang
melakukan berbagai tugas untuk mencapai tujuan bersama (common goals). Mereka
bekerja dalam struktur hubungan yang dibatasi oleh peran tugasnya. Dinamika perilaku
yang ditampilkannya diisi oleh posisi “tawar menawar” antara “needed accomplishment"
dan “lask accomplishment” yang mewarnai produktivitas kelompok maupun perorangan
(Satoro, 2002- 2003:1). Sedangkan Daryanto (1996:3), mengungkapkan bahwa:
“Organisasi adalah sistem kerjasama antara dua orang atau lebih yang secara sadar
dimaksudkan untuk mencapai tujuan”.
Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa setiap kelompok orang yang
bekerjasama akan terjadi suatu komunikasi atau hubungan sesuai dengan tugas yang
diembannya, sehingga menampilkan perilaku yang mendorong timbulnya kesadaran dalam
berkomunikasi untuk mencapai tujuan organi-sasi yang telah ditentukan. Myers & Myers
(1987: 21) menekankan bahwa komunikasi itu penting dan merupakan sentral dari
kehidupan organisasi, tetapi menganggapnya hanya sebagai salah satu dari sejumlah proses
yang berlangsung dalam organisasi. Berbagai pandangan kaum ilmuwan dalam bidang
komunikasi menganggap komunikasi sebagai kekuatan dominan dalam kehidupan
organisasi. Karena itu komunikasi merupakan inti organisasi, tanpa komunikasi tidak akan
terdapat akativitas organisasi.
Konsep Wajah
Terkait dengan konsep budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah
adalah konsep wajah. Wajah dapat dipahami dalam dua cara. Pertama, wajah
merujuk pada rasa percaya diri terhadap orang lain dalam hal karakter moral. Dan
kedua, wajah merujuk pada prestise atau reputasi seseorang yang dicapai dalam
hidup. Dalam budaya konteks tinggi seperti China, komunikasi terjalin secara tidak
langsung atau implisit dan lebih seperti menggunakan perantara karena harmoni
sosial dan pengelolaan wajah adalah krusial.
Komunikasi yang dilakukan melalui perantara dapat mengeliminasi
terjadinya konfrontasi tatap muka dan mengurangi resiko kehilangan muka.
Terdapat lebih dari negosiasi wajah dan kesamaan wajah atau pengelolaan wajah
lainnya. Dalam konteks budaya rendah seperti Amerika Serikat, terdapat lebih dari
negosiasi wajah secara langsung dan lebih mengelola wajah sendiri.
Dimensi-Dimensi Budaya
Dimensi lintas budaya telah menjadi salah satu faktor penting untuk
memahami berbagai macam lingkungan ekomoni dan bisnis. Geert
Hofstede (1980) mempublikasikan hasil studinya mengenai berbagai macam
dimensi budaya yaitu individualisme, maskulinitas, kekuatan jarak, dan
penghindaran ketidakpastian. Konsep ini telah diterapkan ke berbagai macam
bidang seperti psikologi lintas budaya, manajemen internasional dan
bisnis, komunikasi lintas budaya, dan lain-lain.
Individualisme dan Kolektivisme
Dimensi ini merujuk pada bagaimana individu memandang atau
mendefinisikan dirinya sendiri dan hubungannya dengan orang lain dari
strukturnya longgar hingga yang terintegrasi dengan kuat. Dalam budaya
individualis, minat individu berada di atas minat kolompok. Budaya individualis
menekankan pada arahan diri dan pencapaian diri, misalnya adalah Negara Kanada.
Sedangkan, dalam budaya kolektif, minat kelompok berada di atas
minat individu. Budaya kolektif menekankan pada kesetiaan pada kelompok dan
konformitas, misalnya adalah Indonesia. Dimensi individualisme dan kolektivisme
adalah dimensi budaya yang umumnya digunakan sebagai landasan teori dalam
berbagai penelitian komunikasi lintas budaya dalam bidang komunikasi, psikologi,
dan antropologi
Maskulinitas dan Feminitas
Hofstede memberikan label sebagai budaya maskulin untuk
menggambarkan perbedaan maksimal antara pria dan wanita. Budaya yang
menempatkan nilai tinggi pada maskulin memberlakukan tekanan pada
keasertifitas, kompetisi, dan sukses materi, misalnya adalah Negara Jepang.
Sedangkan label budaya feminin merujuk pada adanya tumpang tindih peran sosial
yang dialami oleh wanita. Budaya yang menempatkan nilai tinggi terhadap feminin
memberlakukan tekanan pada kualitas hidup, hubungan interpersonal, dan lebih
memperhatikan kelemahan, misalnya adalah Negara Norwegia.
Kekuatan Jarak
Kekuatan jarak mengindikasikan tingkat dimana kekuatan didistribusikan
secara seimbang dalam sebuah masyarakat dan derajat penerimaan masyarakat
terhadap distribusi tersebut. Budaya dengan kekuatan jarak yang tinggi dan
pengaruh terkonsentrasi pada beberapa orang dibandingkan dengan seluruh
polpulasi. Negara dengan kekuatan jarak yang tinggi cenderung otoriter dan
berkomunikasi dengan interaksi yang terbatas dan penguatan perbedaan diantara
orang-orang. Negara dengan kekuatan jarak tinggi misalnya Malaysia, sedangkan
Negara dengan kekuatan jarak rendah misalnya Israel.
Penghindaran Ketidakpastian
Penghindaran ketidakpastian adalah tingkat dimana orang dalam suatu
budaya merasa terancam oleh situasi yang tidak dikenal dan diketahui dan merasa
membutuhkan aturan yang tertulis maupun tidak tertulis. Dalam dunia bisnis, hal
ini membuat orang membutuhkan kerja keras karena aturan, presisi, dan puntualitas
dinilai. Negara dengan tingkat penghindaran ketidakpastian tinggi misalnya Yunani
dan negara dengan tingkat penghindaran ketidakpastian rendah misalnya
Singapura.
Orientasi Jangka Panjang dan Orientasi Jangka Pendek
Hofstede berpendapat bahwa dimensi-dimensi budaya dapat digambarkan
sebagai pentingnya hubungan dengan masa depan dibandingkan dengan masa lalu
dan masa kini. Orientasi jangka panjang merujuk pada individu-individu yang
berdedikasi, termotivasi, bertanggung jawab, dan berpendidikan dengan sebuah
rasa komitmen dan kesetiaan terhadap identitas organisasi.
Pada orientasi jangka panjang, konsisten dengan penghematan, ketekunan
pada hasil, dan keinginan untuk berada pada sisi sub-ordinat bagi sebuah tujuan.
Sedangkan dalam orientasi jangka pendek, konsisten dengan pemborosan dan
ketekunan pada hasil yang cepat. Negara dengan tingkat orientasi jangka panjang
yang tinggi misalnya Tiongkok. Sedangkan, Negara dengan tingkat orientasi
jangka pendek misalnya Inggris Raya.
[1] Taylor, Shirley. 2000. Communication for Bussines, Third Edition. New York:
Pearson Education Inc
[2] Lewis, Richard D. 2015. Komunikasi Bisnis Lintas Budaya. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
[3] Hofstede, Geert H. 1997. Cultures and Organizations: Software of the Mind. New
York: McGraw-Hill
[4] Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga