BAB I Fix Sempro April
BAB I Fix Sempro April
BAB I
PENDAHULUAN
Kandungan kimia pada ekstrak umbi bawang putih yang berperan dalam
menurunkan kadar glukosa darah yaitu allisin dan allin. Allisin dan allin dapat
merangsang pankreas untuk mengeluarkan lebih banyak insulin. Allisin juga
berperan sebagai antioksidan yang dapat menghambat aktifitas reactive oxygen
species (ROS) yang terbentuk karena induksi aloksan.4
Dalam penelitian ini peneliti tertarik dan merasa perlu dilakukan penelitian
mengenai pengaruh ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum) dengan berbagai
dosis sehingga dapat ditentukan dosis yang efektif terhadap penurunan kadar
glukosa darah pada Tikus Putih. Pada penelitian sebelumnya penurunan kadar
glukosa darah pada ketiga kelompok perlakuan yang diberi ekstrak umbi bawang
putih (Allium sativum) tidak signifikan mungkin karena pengukuran dilakukan
hanya sampai jam ke-24 sehingga efek penurunan kadar glukosa darah oleh
ekstrak umbi bawang putih yang diberikan belum terlalu terlihat. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu pengukuran yang lebih lama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
2. Epidemiologi
3. Patofisiologi
Pada keadaan normal glukosa diatur sedemikian rupa oleh insulin, sehingga
kadarnya di dalam darah selalu dalam batas normal, baik pada keadaan puasa
maupun sesudah makan. Kadar glukosa darah selalu stabil sekitar 70-140 mg/dl
Insulin adalah hormon peptida anabolik yang disekresikan oleh sel β pulau
Langerhans pankreas. Jumlah insulin yang disekresi tergantung dari kadar glukosa
darah. Jika kadar glukosa darah meningkat, maka sel sel β pulau Langerhans akan
di stimulus untuk melepaskan insulin dengan kadar yang lebih tinggi. 5
Dalam keadaan normal artinya kadar insulin cukup dan sensitif, insulin yang
bersirkulasi dalam plasma akan bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor
insulin yang terdapat di sebagian besar sel tubuh. Beberapa detik kemudian,
membranplasma berubah menjadi sangat permiabel terhadap glukosa.
Peningkatan permeabilitas terhadap glukosa selanjutnya membuat glukosa masuk
dengan cepat ke dalam sel. Di dalam sel, glukosa dengan cepat mengalami
fosforilasi dan diubah menjadi energi5
Pada diabetes dimana didapatkan jumlah insulin yang kurang atau pada
keadaan kualitas insulinnya tidak baik (resistensi insulin), meskipun insulin ada
dan reseptor juga ada, tapi karena ada kelainan di dalam sel itu sendiri pintu
masuk sel tetap tidak dapat terbuka hingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam
sel untuk dibakar. Akibatnya glukosa tetap berada di luar sel, hingga kadar
glukosa dalam darah meningkat.5
7
4. Klasifikasi
Menurut ADA tahun 2015, ada 4 kategori klinik klasifikasi diabetes antara
lain sebagai berikut.
Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya,
diperkirakan kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi penderita diabetes.
Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan
sel-sel β pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi autoimun. Namun ada
pula yang disebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie,
Rubella, CMVirus, Herpes, dan lain sebagainya. Ada beberapa tipe otoantibodi
yang dihubungkan dengan DM Tipe 1, antara lain ICCA (Islet Cell Cytoplasmic
Antibodies), ICSA (Islet cell surface antibodies), dan antibodi terhadap GAD
(glutamic acid decarboxylase). Diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit autoimun
kronis yang berhubungan dengan kehancuran selektif sel beta pankreas yang
memproduksi insulin. Timbulnya penyakit klinis merupakan tahap akhir dari
kerusakan sel beta yang mengarah ke Diabetes melitus tipe 1.11 Gejala yang
menonjol pada Diabetes melitus tipe 1 adalah terjadinya sering buang air kecil
(terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM
tipe ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan
memerlukan insulin seumur hidup.12
5. Gejala klinik
Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala
yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang
sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil),
polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu
sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh
terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali
sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.
Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria, polidipsia,
polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan
pruritus (gatal-gatal pada kulit).2
Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe
2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun
kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi.
Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari
luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita hipertensi,
hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.6
11
6. Komplikasi
b. Komplikasi Kronis
1. Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yang umum
berkembang pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah
pada sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal
jantung kongetif, dan stroke.
2. Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi
pada penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati (kebutaan),
neuropati, dan amputasi.
Klasifikasi ilmiah atau toksonomi dari bawang putih adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Family : Alliaceae
Subfamili : Allioideae
Genus : Allium
Spesies : A.sativum
melalui dua cabang reaksi, yaitu jalur pembentukan thiosulfinat dan Sallil sistein
(SAC). Dari jalur pembentukan thiosulfinat akan dihasilkan senyawa allisin
(allisin). Selanjutnya dari jalur ini akan dibentuk kelompok allil sulfida, dithiin,
ajoene, dan senyawa sulfur lain .16,17
Kandungan kimia pada ekstrak umbi bawang putih yang berperan dalam
menurunkan kadar glukosa darah yaitu allisin dan allin. Allisin dan allin mampu
menjadi agen antidiabetes dengan merangsang pankreas untuk pengeluaran
sekresi insulin lebih banyak. Allisin juga berperan sebagai antioksidan yang dapat
menghambat aktifitas reactive oxygen species (ROS) yang terbentuk karena
induksi aloksan.4
2.1.3 Aloksan
Aloksan adalah suatu substrat yang secara struktural adalah derivat
pirimidin sederhana. Nama aloksan diperoleh dari penggabungan kata allantoin
dan oksalurea (asam oksalurik). Nama lain dari aloksan adalah 2,4,5,6
tetraoxypirimidin; 2,4,5,6-primidinetetron; 1,3-Diazinan-2,4,5,6-tetron (IUPAC)
dan asam Mesoxalylurea 5-oxobarbiturat.4,15 Rumus kimia aloksan adalah
C4H2N2O4. Aloksan murni diperoleh dari oksidasi asam urat oleh asam nitrat.
Aloksan adalah senyawa kimia tidak stabil dan senyawa hidrofilik. Waktu paruh
aloksan pada pH 7,4 dan suhu 37o C adalah 1,5 menit.19
2.1.4 Insulin
Penemuan insulin lebih dari 80 tahun yang lalu merupakan salah satu
penemuan terbesar dalam dunia kedokteran abad ke20. Hal ini berawal dari
seorang ahli fisiologis kebangsaan Inggris, Sir Edward Albert Sharpey-Schafer
pada tahun 1910. Dikatakan bahwa pankreas telah membawanya ke penemuan zat
yang biasanya akan diproduksi pada orang normal yaitu insulin. Kata insulin
berasal dari bahasa Latin yaitu insula yang berarti pulau, suatu pulau sebagai
penghasil pulau Langerhans di pankreas.21
Pada akhir tahun 1921, ahli biokimia James B. Collip bergabung ke dalam
tim peneliti Banting dan Best. Collip memiliki tugas untuk membuat insulin
supaya dapat digunakan pada manusia dengan cara memurnikan ekstrak insulin
anjing tersebut. Pada Januari 1922 di Kanada, seorang anak laki-laki berumur 14
tahun bernama Leonard Thompson sebagai pasien diabetes penerima insulin
pertama. Banting, Best, Collip, dan profesor J.J.R. Macleod yang memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian di Universitas Toronto, menerima nobel
penghargaan dibidang fisiologi atau kedokteran.21
19
Jenis-Jenis Insulin23
Tikus putih (Rattus norvegicus) atau disebut juga disebut juga tikus
norwegia adalah salah satu hewan yang umum digunakan dalam eksperimental
laboratorium. Taksonomi tikus putih (Rattus norvegicus) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Aloksan
Pembentukan
ROS
↑ Kadar gula
darah
Stress oksidatif
Ekstrak bawang
Insulin
putih
Destruksi sel β
pankreas Allin dan allisin
↑ sekresi insulin
Keterangan :
= induksi aloksan
= akibat
24
= perlakuan
Dosis 6mg
Kadar glukosa
Dosis 12mg
darah
Insulin
Keterangan :
= variabel independen
= variabel dependen
2.4 Hipotesis
ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum) dapat menurunkan kadar glukosa
darah pada tikus putih (Rattus Norvegicus) diabetes melittus strain sparague
dawley yang diinduksi aloksan.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu dari bulan Juli 2019 hingga
bulan Agustus 2019.
26
3.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tikus Putih (Rattus
norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diperoleh dari Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
3.3.2 Sampel
Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 24 ekor Tikus Putih
(Rattus Norvegicus) jantan yang diambil secara acak dengan kriteria Tikus
Putih (Rattus Norvegicus) umur 3-4 bulan dengan rata-rata berat 200-250
gram.
Kriteria Inklusi
o Tikus Putih (Rattus Norvegicus) jantan dengan umur 3-4
bulan dan beratnya 200-250 gram yang diperoleh dari
laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi.
27
(t-1) (n-1) ≥ 15
Dengan (t) adalah jumlah kelompok perlakuan dan (n) adalah jumlah ulangan
pada masing-masing kelompok. Perhitungan jumlah sampel untuk setiap
kelompok adalah sebagai berikut.
(t-1) (n-1) ≥ 15
(6-1) (n-1) ≥ 15
5 (n-1) ≥ 15
5n-5 ≥ 15
5n ≥ 20
n≥4
n≈4
Variabel Independen :
dosis pemberian Ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum)dan
insulin
Variabel Dependen
Alat yang digunakan dalam pembuatan ekstrak umbi bawang putih (Allium
sativum) , peningkatan kadar glukosa darah ,dan pengukuran kadar glukosa
darah adalah sebagai berikut :
1. Persiapan alat
Alat yang digunakan adalah alat yang dipinjam dari Laboratorium Biomedik
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan Laboratorium Fakultas Pertanian
Universitas Jambi dan beberapa alat disediakan oleh peneliti.
30
Dosis pada manusia = Berat ekstrak pekat umbi bawang putih x 7,2 gram/hari
Berat umbi bawang putih
Dosis pada manusia = 134 gram x 7,2 gram/hari = 483,8 mg/hari
2000 gram
Dosis ekstrak pada tikus = 50 x 0,018 x 483,8 = 6,22 mg/200 g tikus/hari
70
Dibuat sediaan ekstrak sebanyak 1000mg di larutkan dalam 100 ml aquades.
Volume pemberian pada tikus = 6,22 mg/1000 mg x 100 ml = 0,6 ml
Dosis ekstrak yang digunakan yaitu 3 mg/200 gBB tikus dengan volume
pemberian 0,3 ml, 6 mg/200 gBB tikus dengan volume pemberian 0,6 ml, dan 12
mg/200 gBB tikus dengan volume pemberian 1,2 ml. Ekstrak diberikan secara
oral dengan menggunakan sonde lambung.4
31
Tikus Putih jantan dengan usia sekitar 3-4 bulan dan berat badan sekitar
200-250 gram diperoleh dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi. Tikus-tikus ini disimpan pada ruangan dengan kondisi standar
serta diberi minum dan makanan. Sebelum dilakukan induksi, semua tikus dibuat
dalam keadaan puasa. Tikus disuntik dengan menggunakan aloksan dengan dosis
120mg/kgbb disuntik secara interaperitoneal. Setelah dilakukan penyuntikan pada
hari ke 2 dilakukan pemeriksaan glukosa darah.
4. Entry Data
5. Cleaning Data
6. Analisis Data
Hewan coba diperlakukan sesuai dengan kode etik penelitian yang berlaku.
Pada penelitian ini digunakan hewan coba yaitu Tikus Putih ( Rattus Norvegicus)
jantan galur Sprague Dawley yang dipelihara di Laboratorium Biomedik Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
35
1. Pada penelitian ini digunakan ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum)
dimana pembuatan ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum) ini tidak bisa
dilakukan di lingkungan Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Jambi karena keterbatasan alat di laboratorium.
2. Rentan terjadi kematian pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) saat dilakukan
penelitian.
Jalannya penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada skema dibawah ini .
36
Sampel Penelitian
DAFTAR PUSTAKA