Anda di halaman 1dari 39

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus atau kencing manis adalah suatu gangguan kesehatan berupa
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh peningkatan
kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin ataupun resistensi insulin dan
gangguan metabolik pada umumnya. Diabetes merupakan salah satu penyakit
degeneratif yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan atau
dikelola.1
Diabetes melitus lebih dikenal sebagai penyakit yang membunuh manusia
secara diamdiam atau “Silent killer”. Diabetes juga dikenal sebagai “Mother of
Disease” karena merupakan induk dari penyakit - penyakit lainnya seperti
hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, gagal ginjal, dan
kebutaan. Penyakit DM dapat menyerang semua umur dan sosial ekonomi.1
Menurut International Diabetes Federation-7 tahun 2015, dalam metabolisme
tubuh hormon insulin bertanggung jawab dalam mengatur kadar glukosa darah.
Hormon ini diproduksi dalam pankreas, apabila di dalam tubuh kekurangan
hormone insulin maka dapat menyebabkan hiperglikemi.2 Hiperglikemi
merupakan salah satu tanda dari penyakit diabetes melitus, penyakit ini sampai
sekarang masih banyak diderita oleh masyarakat di Indonesia Diabetes ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah dan perubahan yang progresif terhadap
struktur histopatologi pankreas. Diabetes mellitus merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas. Obat antidiabetes oral kebanyakan memberikan efek
samping yang tidak diinginkan, maka para ahli mengembangkan sistem
pengobatan tradisional untuk diabetes melitus yang relatif aman.3
The World Health Organization Expert Committe on Diabetes telah
merekomendasikan bahwa ramuan obat tradisional dapat diteliti lebih lanjut untuk
pengobatan diabetes. Umbi bawang putih dipercaya dapat menurunkan kadar
glukosa darah pada penderita diabetes. Di Asia, Eropa, dan Timur Tengah,
bawang putih dikonsumsi sebagai obat tradisional untuk penderita diabetes. 4
2

Kandungan kimia pada ekstrak umbi bawang putih yang berperan dalam
menurunkan kadar glukosa darah yaitu allisin dan allin. Allisin dan allin dapat
merangsang pankreas untuk mengeluarkan lebih banyak insulin. Allisin juga
berperan sebagai antioksidan yang dapat menghambat aktifitas reactive oxygen
species (ROS) yang terbentuk karena induksi aloksan.4
Dalam penelitian ini peneliti tertarik dan merasa perlu dilakukan penelitian
mengenai pengaruh ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum) dengan berbagai
dosis sehingga dapat ditentukan dosis yang efektif terhadap penurunan kadar
glukosa darah pada Tikus Putih. Pada penelitian sebelumnya penurunan kadar
glukosa darah pada ketiga kelompok perlakuan yang diberi ekstrak umbi bawang
putih (Allium sativum) tidak signifikan mungkin karena pengukuran dilakukan
hanya sampai jam ke-24 sehingga efek penurunan kadar glukosa darah oleh
ekstrak umbi bawang putih yang diberikan belum terlalu terlihat. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu pengukuran yang lebih lama.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini


sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh dari pemberian ekstrak umbi bawang putih (Allium
sativum) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus
Norvegicus) diabetes melittus strain sparague dawley yang diinduksi
aloksan ?
2. Berapa dosis ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum) yang paling
efektif untuk penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus
Norvegicus) diabetes melittus strain sparague dawley yang diinduksi
aloksan ?
3

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui efek ekstrak umbi


bawang putih (Allium sativum) terhadap kadar glukosa darah pada tikus putih
(Rattus Norvegicus) diabetes melittus strain sparague dawley yang diinduksi
aloksan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian adalah untuk mengetahui dosis ekstrak umbi


bawang putih (Allium sativum) yang paling efektif dalam penurunan kadar
glukosa darah tikus putih (Rattus Norvegicus) diabetes melittus strain sparague
dawley yang diinduksi aloksan .

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai khasiat ekstrak umbi


bawang putih (Allium sativum) yang dapat memepercepat penurunan kadar gula
darah pada penderita diabetes melitus.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan


1. Memberikan informasi ilmiah mengenai khasiat ekstrak umbi bawang
putih (Alium sativum) terhadap penurunan kadar gula darah pada tikus
putih.
2. Dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Pustaka

2.1.1 Diabetes melitus

1. Definisi

Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi diakibatkan kegagalan pankreas


memproduksi insulin yang mencukupi atau tubuh tidak dapat menggunakan
secara efektif insulin yang diproduksi. Hiperglikemia atau peningkatan gula darah
adalah efek utama pada diabetes tidak terkontrol dan pada jangka waktu lama bisa
mengakibatkan kerusakan serius pada syaraf dan pembuluh darah. 5 DM terbagi
menjadi 2 tipe, yaitu tipe I dan tipe II. Individu yang menderita DM tipe I
memerlukan suplai insulin dari luar (eksogen insulin), seperti injeksi untuk
mempertahankan hidup, sedangkan individu dengan DM tipe II resisten terhadap
insulin, suatu kondisi dimana tubuh atau jaringan tubuh tidak berespon terhadap
aksi dari insulin.6

2. Epidemiologi

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronik yang masih menjadi


masalah kesehatan utama di Indonesia. Data studi global menunjukan bahwa
jumlah penderita DM pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika tidak
ada tindakan yang dilakukan, jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi
552 juta pada tahun 2030. Sebanyak 90-95% dari angka kejadian DM adalah DM
tipe 2.7

Peningkatan prevalensi DM di dunia lebih menonjol perkembangannya di


negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Menurut data Organisasi
Kesehatan Dunia World Health Organitation (WHO), dunia didiami oleh 171 juta
diabetisi pada tahun 2000 dan akan meningkat dua kali lipat menjadi 366 juta
diabetisi pada tahun 2030. 1
5

WHO juga memprediksi Indonesia, bahwa akan ada kenaikan prevalensi


DM di Indonesia dari 8,4 juta diabetisi pada tahun 2000, 14 juta diabetisi pada
tahun 2006, dan akan meningkat menjadi sekitar 21,3 juta diabetisi pada tahun
2030. Artinya akan terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun. Hal ini
akan menjadikan Indonesia menempati urutan ke empat dunia setelah Amerika
Serikat, China, dan India dalam masalah diabetes.8

Berdasarkan data PERKENI pada tahun 2015 menunjukkan jumlah


penderita diabetes di Indonesia mencapai 9,1 juta orang dan Indonesia menduduki
peringkat ke 5 dari peringkat 7 pada sebelumnya. WHO memperkirakan jumlah
penderita diabetes di Indonesia mencapai 21,3 juta pada tahun 2013, kondisi
tersebut sangat melonjak jika dilihat jumlah pasien diabetes yang mencapai 8,4
juta pada tahun 2000.9

Indonesia juga menghadapi situasi ancaman diabetes serupa dengan dunia.


International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2017 melaporkan bahwa epidemi
Diabetes di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan meningkat. Indonesia
adalah negara peringkat keenam di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika
Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah penyandang Diabetes usia 20-79
tahun sekitar 10,3 juta orang. Sejalan dengan hal tersebut, Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) memperlihatkan peningkatan angka prevalensi Diabetes yang cukup
signifikan, yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018; sehingga
estimasi jumlah penderita di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang yang
kemudian berisiko terkena penyakit lain, seperti: serangan jantung, stroke,
kebutaan dan gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian.
Sedangkan di jambi sendiri penyandang Diabetes usia >15 tahun sekitar 1,5 juta
orang.10
6

3. Patofisiologi

Pada keadaan normal glukosa diatur sedemikian rupa oleh insulin, sehingga
kadarnya di dalam darah selalu dalam batas normal, baik pada keadaan puasa
maupun sesudah makan. Kadar glukosa darah selalu stabil sekitar 70-140 mg/dl

Insulin adalah hormon peptida anabolik yang disekresikan oleh sel β pulau
Langerhans pankreas. Jumlah insulin yang disekresi tergantung dari kadar glukosa
darah. Jika kadar glukosa darah meningkat, maka sel sel β pulau Langerhans akan
di stimulus untuk melepaskan insulin dengan kadar yang lebih tinggi. 5

Dalam keadaan normal artinya kadar insulin cukup dan sensitif, insulin yang
bersirkulasi dalam plasma akan bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor
insulin yang terdapat di sebagian besar sel tubuh. Beberapa detik kemudian,
membranplasma berubah menjadi sangat permiabel terhadap glukosa.
Peningkatan permeabilitas terhadap glukosa selanjutnya membuat glukosa masuk
dengan cepat ke dalam sel. Di dalam sel, glukosa dengan cepat mengalami
fosforilasi dan diubah menjadi energi5

Pada diabetes dimana didapatkan jumlah insulin yang kurang atau pada
keadaan kualitas insulinnya tidak baik (resistensi insulin), meskipun insulin ada
dan reseptor juga ada, tapi karena ada kelainan di dalam sel itu sendiri pintu
masuk sel tetap tidak dapat terbuka hingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam
sel untuk dibakar. Akibatnya glukosa tetap berada di luar sel, hingga kadar
glukosa dalam darah meningkat.5
7

4. Klasifikasi

Menurut ADA tahun 2015, ada 4 kategori klinik klasifikasi diabetes antara
lain sebagai berikut.

a. Diabetes Mellitus tipe 1

Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya,
diperkirakan kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi penderita diabetes.
Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan
sel-sel β pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi autoimun. Namun ada
pula yang disebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie,
Rubella, CMVirus, Herpes, dan lain sebagainya. Ada beberapa tipe otoantibodi
yang dihubungkan dengan DM Tipe 1, antara lain ICCA (Islet Cell Cytoplasmic
Antibodies), ICSA (Islet cell surface antibodies), dan antibodi terhadap GAD
(glutamic acid decarboxylase). Diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit autoimun
kronis yang berhubungan dengan kehancuran selektif sel beta pankreas yang
memproduksi insulin. Timbulnya penyakit klinis merupakan tahap akhir dari
kerusakan sel beta yang mengarah ke Diabetes melitus tipe 1.11 Gejala yang
menonjol pada Diabetes melitus tipe 1 adalah terjadinya sering buang air kecil
(terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM
tipe ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan
memerlukan insulin seumur hidup.12

b. Diabetes Mellitus tipe 2

Resistensi insulin yang menyebabkan gangguan sekresi insulin yang progresif.


Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan. Disamping resistensi insulin, pada penderita
DM Tipe 2 dapat juga timbul karena produksi glukosa hepatik yang berlebihan.
Namun demikian, tidak terjadi pengrusakan sel-sel β Langerhans secara otoimun
sebagaimana yang terjadi pada DM Tipe 1. Dengan demikian defisiensi fungsi
insulin pada penderita DM Tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut. Oleh sebab
8

itu dalam penanganannya umumnya tidak memerlukan terapi pemberian insulin.


Diabetes melitus tipe 2 merupakan golongan diabetes dengan prevalensi
tertinggi.11

Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas


sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam
rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka
diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent diabetes
mellitus.13 Diabetes melitus tipe 2 disebabkan karena berbagai faktor diantaranya
faktor lingkungan dan faktor keturunan. Faktor lingkungan disebabkan karena
adanya urbanisasi sehingga mengubah gaya hidup seseorang yang mulanya
konsumsi makanan yang sehat dan bergizi dari alam menjadi konsumsi makanan
yang cepat saji. Makanan cepat saji berisiko menimbulkan obesitas sehingga
seseorang berisiko DM tipe 2.14

Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor yang belum sepenuhnya terungkap


dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam
menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan
rendah serat, serta kurang gerak badan. Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih
tinggi daripada laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara
fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. 13
Orang dengan obesitas memiliki risiko 4 kali lebih besar mengalami DM tipe 2
daripada orang dengan status gizi normal. Penyakit DM tipe 2 dapat juga
menimbulkan infeksi. Hal ini terjadi karena hiperglikemia di mana kadar gula
darah tinggi. Kemampuan sel untuk fagosit menurun. Infeksi yang biasa terjadi
pada penderita DM tipe 2 adalah infeksi paru.2 Gejala-gejala diabetes mellitus
meliputi frekuensi buang air kecil yang meningkat, rasa haus berlebihan, rasa
lapar berlebihan, merasa lelah dan lemah hampir disepanjang waktu, menurunnya
berat badan, luka yang sulit sembuh, rasa kesemutan pada kaki, penglihatan kabur,
kulit yang kering atau gatal.15
9

c. Diabetes tipe spesifik lain


1. Gangguan genetik pada fungsi sel β
kromosom 12, HNF-1 α (dahulu disebut MODY 3),
kromosom 7, glukokinase (dahulu disebut MODY 2)
kromosom 20, HNF-4 α (dahulu disebut MODY 1)
DNA mitokondria
2. Gangguan genetik pada kerja insulin
3. penyakit eksokrin pankreas (seperti cystic fibrosis
Pankreatitis
Trauma/Pankreatektomi
Neoplasma
Cistic Fibrosis
Hemokromatosis
Pankreatopati fibro kalkulus
4. Endokrinopati:
1. Akromegali
2. Sindroma Cushing
3. Feokromositoma
4. Hipertiroidisme
5. Diabetes karena obat/zat kimia: Glukokortikoid, hormon tiroid, asam
nikotinat, pentamidin, vacor, tiazid, dilantin, interferon .11

d. Gestational Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus Gestasional (GDM=Gestational Diabetes Mellitus) adalah


keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan,
dan biasanya berlangsung hanya sementara atau temporer. Sekitar 4-5% wanita
hamil diketahui menderita GDM, dan umumnya terdeteksi pada atau setelah
trimester kedua. Diabetes Mellitus Gestasional adalah gangguan toleransi glukosa
yang terjadi pada trimester kedua atau ketiga kehamilan dengan penyebab yang
tidak jelas.11
10

Diabetes dalam masa kehamilan, walaupun umumnya kelak dapat pulih


sendiri beberapa saat setelah melahirkan, namun dapat berakibat buruk terhadap
bayi yang dikandung. Akibat buruk yang dapat terjadi antara lain malformasi
kongenital, peningkatan berat badan bayi ketika lahir dan meningkatnya risiko
mortalitas perinatal. Disamping itu, wanita yang pernah menderita GDM akan
lebih besar risikonya untuk menderita lagi diabetes di masa depan. Kontrol
metabolisme yang ketat dapat mengurangi risiko-risiko tersebut. 11

5. Gejala klinik

Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala
yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang
sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil),
polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu
sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh
terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali
sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.
Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria, polidipsia,
polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan
pruritus (gatal-gatal pada kulit).2

Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe
2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun
kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi.
Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari
luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita hipertensi,
hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.6
11

6. Komplikasi

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi


akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu : 5,14
a. Komplikasi akut
1. Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai normal
(< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1
yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu
rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga
tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
2. Hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba,
dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara
lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan
kemolakto asidosis.

b. Komplikasi Kronis
1. Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yang umum
berkembang pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah
pada sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal
jantung kongetif, dan stroke.
2. Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi
pada penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati (kebutaan),
neuropati, dan amputasi.

2.1.2 Bawang Putih (Allium sativum)


Bawang putih (Allium sativum ) merupakan salah tanaman sayuran umbi
yang banyak ditanam diberbagai negara di dunia. Di Indonesia bawang putih
memiliki banyak nama panggilan seperti orang manado menyebutnya lasuna
moputi, orang Makasar menyebut lasuna kebo dan orang Jawa menyebutnya
bawang.4
12

Hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa bawang putih memiliki


potensi sebagai bahan baku obat-obatan untuk menyembuhkan berbagai
penyakit.16

Klasifikasi ilmiah atau toksonomi dari bawang putih adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Asparagales

Family : Alliaceae

Subfamili : Allioideae

Genus : Allium

Spesies : A.sativum

Gambar 2.1 bawang Putih (A.sativum)


13

Komponen utama bawang putih tidak berbau, disebut komplek sativumin,


yang diabsorbsi oleh glukosa dalam bentuk aslinya untuk mencegah proses
dekomposisi. Dekomposisi kompleks sativumin ini menghasilkan bau khas yang
tidak sedap dari allyl sulfide, allyl disulfate, allyl mercaptane, alun allicin dan
alliin. Komponen kimia ini mengandung sulfur. Sulfur merupakan komponen
penting yang terkandung dalam bawang putih. Adapun komponen aktif bawang
putih sativumin adalah allicin, scordinine glycoside, scormine, thiocornim,
scordinine A dan B, creatinine, methionine, homocystein, vitamin B, vitamin C,
niacin, s-ade nocyl methionine, S-S bond (benzoyl thiamine disulfide), dan
organic germanium yang masing-masing mempunyai kegunaan berbeda. Baik
allin maupun allinase, keduanya cukup stabil ketika kering sehingga bawang putih
kering masih dapat berpotensi untuk menghasilkan allicin ketika dilembabkan.
Akan tetapi, allicin sendiri juga tidak stabil dalam panas ataupun pelarut organik
yang akan terurai menjadi beberapa komponen, yaitu diallyl sulfides.17

Dalam pengobatan, bawang putih digunakan sebagai antimikroba,


antiinflamasi, antidiabetes, antiplasmodik, antiseptik, bakteriostatik, antiviral, dan
antihipertensi. Secara tradisional, bawang putih biasa digunakan untuk mengobati
bronkitis kronik, asma bronkitis, respiratory catarh, dan influenza.18

Sebagaimana kebanyakan tumbuhan lain, bawang putih mengandung lebih


dari 100 metabolit sekunder yang secara biologi sangat berguna. Senyawa ini
kebanyakan mengandung belerang yang bertanggungjawab atas rasa, aroma, dan
sifat-sifat farmakologi bawang putih. Dua senyawa organosulfur paling penting
dalam umbi bawang putih, yaitu asam amino non-volatil γ-glutamil-Salk(en)il-L-
sistein dan minyak atsiri S-alk(en)ilsistein sulfoksida atau alliin. Dua senyawa di
atas menjadi prekursor sebagian besar senyawa organosulfur lainnya. Kadarnya
dapat mencapai 82% dari keseluruhan senyawa organosulfur di dalam umbi.
Senyawa γ-glutamil-S-alk(en)il-L-sistein merupakan senyawa intermediet
biosintesis pembentukan senyawa organosulfur lainnya, termasuk alliin. Senyawa
ini dibentuk dari jalur biosintesis asam amino. Dari γ-glutamil-S-alk(en)il-L-
sistein, reaksi enzimatis yang terjadi akan menghasilkan banyak senyawa turunan,
14

melalui dua cabang reaksi, yaitu jalur pembentukan thiosulfinat dan Sallil sistein
(SAC). Dari jalur pembentukan thiosulfinat akan dihasilkan senyawa allisin
(allisin). Selanjutnya dari jalur ini akan dibentuk kelompok allil sulfida, dithiin,
ajoene, dan senyawa sulfur lain .16,17

Proses reaksi pemecahan γ-glutamil-S-alk(en)ilL-sistein berlangsung


dengan bantuan enzim γglutamil - transpeptidase dan γ-glutamil-peptidase
oksidase, serta akan menghasilkan alliin. Pada saat umbi bawang putih diiris-iris
dan dihaluskan dalam proses pembuatan ekstrak atau bumbu masakan, enzim
allinase menjadi aktif dan menghidrolisis alliin menghasilkan senyawa
intermediet asam allil sulfenat. Kondensasi asam tersebut menghasilkan allisin ,
asam piruvat, dan ion NH4+ . Satu miligram alliin ekuivalen dengan 0,45 mg
allisin. Pemanasan dapat menghambat aktivitas enzim allinase. Pada suhu di atas
60oC, enzim ini inaktif. Asam amino alliin akan segera berubah menjadi allisin
begitu umbi diremas . Allisin bersifat tidak stabil sehingga mudah mengalami
reaksi lanjut, tergantung kondisi pengolahan atau faktor eksternal lain seperti
penyimpanan, suhu, dan lain-lain. Ekstraksi umbi bawang putih dengan etanol
pada suhu di bawah 60oC, akan menghasilkan alliin . Ekstraksi dengan etanol dan
air pada suhu 25oC akan menghasilkan allisin dan tidak menghasilkan alliin .
Sedang ekstraksi dengan metode distilasi uap (100oC) menyebabkan seluruh
kandungan alliin berubah menjadi senyawa allil sulfida. Oleh karena itu proses
ekstraksi perlu dilakukan pada suhu kamar. Pemanasan dapat menurunkan
aktivitas anti-kanker ekstrak umbi bawang putih. Pengolahan ekstrak dengan
microwave selama 1 menit menyebabkan hilangnya 90% kinerja enzim allinase.
Pemanasan dapat menyebabkan reaksi pem-bentukan senyawa allil-sulfur
terhenti.17
15

Gambar 2.2 struktur kimia allin

Gambar 2.3 reaksi pembentukan allicin


16

Kandungan kimia pada ekstrak umbi bawang putih yang berperan dalam
menurunkan kadar glukosa darah yaitu allisin dan allin. Allisin dan allin mampu
menjadi agen antidiabetes dengan merangsang pankreas untuk pengeluaran
sekresi insulin lebih banyak. Allisin juga berperan sebagai antioksidan yang dapat
menghambat aktifitas reactive oxygen species (ROS) yang terbentuk karena
induksi aloksan.4

2.1.3 Aloksan
Aloksan adalah suatu substrat yang secara struktural adalah derivat
pirimidin sederhana. Nama aloksan diperoleh dari penggabungan kata allantoin
dan oksalurea (asam oksalurik). Nama lain dari aloksan adalah 2,4,5,6
tetraoxypirimidin; 2,4,5,6-primidinetetron; 1,3-Diazinan-2,4,5,6-tetron (IUPAC)
dan asam Mesoxalylurea 5-oxobarbiturat.4,15 Rumus kimia aloksan adalah
C4H2N2O4. Aloksan murni diperoleh dari oksidasi asam urat oleh asam nitrat.
Aloksan adalah senyawa kimia tidak stabil dan senyawa hidrofilik. Waktu paruh
aloksan pada pH 7,4 dan suhu 37o C adalah 1,5 menit.19

Gambar 2.4 Struktur kimia aloksan


17

Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi


diabetes pada binatang percobaan. Sebagai diabetogenik, aloksan dapat digunakan
secara intravena, intraperitoneal dan subkutan. Tikus hiperglikemik dapat
dihasilkan dengan menginjeksikan 120 - 150 mg/kgBB.19

Pemberian aloksan adalah cara yang cepat untuk menghasilkan kondisi


diabetik eksperimental (hiperglikemik) pada binatang percobaan. Aloksan bersifat
toksik selektif terhadap sel beta pancreas yang memproduksi insulin karena
terakumulasinya aloksan secara khusus melalui transporter glukosa yaitu
GLUT2.19,20

Aloksan secara cepat dapat mencapai pankreas, aksinya diawali oleh


pengambilan yang cepat oleh sel β Langerhans. Agen diabetogenik senyawa
aloksan menyebabkan degenerasi dan nekrosis sel β pankreas pada tikus.
Mekanisme kerja aloksan dalam merusak sel β pankreas menunjukkan bahwa
aloksan merupakan agen oksidator kuat yang menghasilkan radikal bebas dalam
jumlah besar sehingga menimbulkan keadaan stres oksidatif (kerusakan oksidatif).
Stres oksidatif merupakan keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara
jumlah radikal bebas dengan antioksidan yang disebabkan oleh pembentukan
ROS (reactive oxygen species) karena induksi aloksan. Pembentukan ROS
tersebut dapat meningkatkan modifikasi lipid, DNA, dan protein pada berbagai
jaringan. Modifikasi molecular di berbagai jaringan mengakibatkan
ketidakseimbangan antara antioksidan protektif (pertahanan antioksidan) dan
pengingkatan produksi radikal bebas. Aksi radikal bebas dengan rangsangan
tinggi meningkatkan konsentrasi kalsium sitosol yg menyebabkan destruksi cepat
sel beta.4,20

Sehingga keadaan tersebut dapat mengakibatkan kerusakan sel β pankreas


dan terjadi peningkatan kadar glukosa darah dan terjadi hiperglikemi. Sedangkan
zat diabetogenik pada aloksan dan streptozotocin bersifat toksik terhadap sel β
pankreas yang dapat mengakibatkan insulitis pada hewan percobaan. Senyawa
aloksan dan senyawa diabetogenik lainnya banyak digunakan secara luas untuk
18

membuat model hewan diabetes, sebab kemampuan senyawa aloksan secara


spesifik menyebabkan kerusakan pada sel beta pankreas yang mengakibatkan
produksi insulin berkurang seperti pada diabetes tipe 1.19,16

2.1.4 Insulin

Insulin adalah hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen, dan


berfungsi mengatur kadar gula darah bersama hormon glukagon. Kekurangan
insulin karena kelainan genetik pada pankreas, menyebabkan seseorang menderita
diabetes melitus (kencing manis) baik tipe 1 (DMT1) di mana pankreas tidak
memproduksi insulin maupun tipe 2 (DMT2) di mana terjadi gangguan sekresi
maupun resistensi insulin, yang berdampak sangat luas terhadap kesehatan, mulai
kelainan jantung, ginjal, mata (kebutaan) hingga impotensi.6

Sejarah Penemuan Insulin

Penemuan insulin lebih dari 80 tahun yang lalu merupakan salah satu
penemuan terbesar dalam dunia kedokteran abad ke20. Hal ini berawal dari
seorang ahli fisiologis kebangsaan Inggris, Sir Edward Albert Sharpey-Schafer
pada tahun 1910. Dikatakan bahwa pankreas telah membawanya ke penemuan zat
yang biasanya akan diproduksi pada orang normal yaitu insulin. Kata insulin
berasal dari bahasa Latin yaitu insula yang berarti pulau, suatu pulau sebagai
penghasil pulau Langerhans di pankreas.21

Pada akhir tahun 1921, ahli biokimia James B. Collip bergabung ke dalam
tim peneliti Banting dan Best. Collip memiliki tugas untuk membuat insulin
supaya dapat digunakan pada manusia dengan cara memurnikan ekstrak insulin
anjing tersebut. Pada Januari 1922 di Kanada, seorang anak laki-laki berumur 14
tahun bernama Leonard Thompson sebagai pasien diabetes penerima insulin
pertama. Banting, Best, Collip, dan profesor J.J.R. Macleod yang memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian di Universitas Toronto, menerima nobel
penghargaan dibidang fisiologi atau kedokteran.21
19

Fungsi Hormon Insulin

Insulin telah lama digunakan untuk mengobati diabetes. Zaman dahulu,


insulin diekstraksi dari hewan, tetapi saat ini insulin telah dapat diproduksi secara
massal melalui rekayasa genetik. Teknik mutakhir, bakteri tertentu disisipi gennya
sehingga dapat memproduksi insulin manusia. Peran insulin di dalam tubuh
sangat penting, antara lain adalah mengatur kadar gula darah agar tetap dalam
rentang nilai normal. Saat dan setelah makan, karbohidrat yang kita konsumsi
akan segera dipecah menjadi gula dan masuk aliran darah dalam bentuk glukosa.
Glukosa adalah senyawa siap pakai untuk menghasilkan energi. Ketika keadaan
normal, tingginya kadar glukosa setelah makan akan direspon oleh kelenjar
pankreas dengan memproduksi hormon insulin. Adanya insulin, glukosa akan
segera masuk ke dalam sel. Selain itu, dengan bantuan insulin, kadar glukosa yang
lebih dari kebutuhan akan disimpan di dalam hati (liver) dalam bentuk glikogen.
Jika kadar glukosa darah turun, misalnya saat puasa atau di antara dua waktu
makan, glikogen akan dipecah kembali menjadi glukosa untuk memenuhi
kebutuhan energi .22 Cara pemberian insulin yang umum dilakukan adalah dengan
spuit dan jarum, pen insulin, atau pompa insulin (CSII). Sampai saat ini,
penggunaan CSII di Indonesia masih sangat terbatas. Pen insulin kini lebih
popular dibandingkan spuit dan jarum. Cara penggunaannya lebih mudah dan
nyaman, serta dapat dibawa kemana-mana. Kelemahannya adalah kita tidak dapat
mencampur dua jenis insulin menjadi berbagai kombinasi, kecuali yang sudah
tersedia dalam sediaan tetap (insulin premixed).6

Jenis-Jenis Insulin23

Tipe insulin bervariasi bergantung pada seberapa cepat insulin bekerja,


waktu kerja maksimal, dan durasi kerja insulin dalam tubuh. Karena terapi insulin
selalu membutuhkan peningkatan dosis dan tidak nyaman, banyak dokter
merekomendasikan penggunaan insulin basal dengan insulin yang diberikan pada
waktu makan saat dibutuhkan. insulin basal ditujukan untuk menjaga kadar
glukosa darah tetap terkendali selama periode puasa atau tidur. Terdapat dua jenis
20

insulin basal, yaitu insulin intermediate-acting (kerja sedang) dan insulin


longacting (kerja-panjang). Untuk menyerupai mekanisme tubuh pasien sehat
dalam melepaskan insulin, insulin bolus (insulin short-acting (kerja singkat) atau
rapid-acting (kerja-cepat)) harus diberikan untuk mencegah peningkatan kadar
glukosa darah setelahmakan.

a. Insulin reguler atau short-acting : Digunakan pada waktu makan,


Mulai bekerja dalam waktu 30 menit, Bekerja maksimal dalam 2
hingga 3 jam, Efek bertahan hingga 6 jam. Contoh : Humulin R;
Novolin R; dan, untuk pompa insulin, Velosulin, hanya Humulin R
yang tersedia di Indonesia.

b. Insulin kerja-sedang : Digunakan sehari sekali, Bekerja maksimal 4


hingga 8 jam setelah injeksi, Efeknya bertahan hingga 18 jam, Jika
diinjeksikan sebelum tidur, insulin akan bekerja maksimal pada dini
hari, yaitu saat insulin paling dibutuhkan, Contoh : NPH,Humulin
N,dan Novolin N,hanya Humulin N tersedia di Indonesia.

c. Insulin kerja-panjang : Menurunkan kadar glukosa secara bertahap,


Efeknya dapatbertahan hingga 24 jam, Contoh : detemir (Levemir) dan
glargine (Lantus),tersedia di Indonesia.

d. Ultralong-acting insulin : Digunakan sehari sekali, Efeknya dapat


bertahan lebih dari 24 jam, contoh : degludec (Tresiba),belum tersedia
di Indonesia.23
21

2.1.5 . Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Spague-Dawley

Biologi Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Tikus putih (Rattus norvegicus) atau disebut juga disebut juga tikus
norwegia adalah salah satu hewan yang umum digunakan dalam eksperimental
laboratorium. Taksonomi tikus putih (Rattus norvegicus) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Subordo : Myomorpha

Famili : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus


22

gambar 2.4 Tikus putih (Rattus norvegicus)

Tikus mempunyai sifat yang membedakannya dari hewan percobaan lain


yaitu tikus tidak dapat muntah. Hal tersebut karena struktur anatomi yang tidak
lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tidak mempunyai
kantong empedu. Tikus putih memiliki beberapa sifat yang menguntungkan
sebagai hewan uji penelitian di antaranya perkembangbiakan cepat, mempunyai
ukuran yang lebih besar dari mencit, dan mudah dipelihara dalam jumlah yang
banyak. Tikus putih juga memiliki ciri-ciri morfologis seperti albino, kepala kecil,
dan ekor yang lebih panjang dibandingkan badannya, pertumbuhannya cepat,
temperamennya baik, kemampuan laktasi tinggi, dan cukup tahan terhadap
perlakuan. Biasanya pada umur empat minggu tikus putih mencapai berat 35-40
gram, dan berat dewasa rata-rata 200-250 gram.

Galur tikus yang sering digunakan antara lain Wistar, SpragueDawley,


Osborne-Mendel, Long-Evans, Holtzman, Slonaker, Albany. Namun, diantara
galur tersebut, Wistar dan Sprague-Dawley merupakan tikus yang paling populer
digunakan untuk eksperimen. Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Tikus Putih (Rattus norvegicus) galur Sprague-Dawley.24

Tikus Putih Galur Sprague-Dawley

Galur tikus Sprague-Dawley (SD) dan Long-Evans dikembangkan dari


tikus galur Wistar. Galur ini berasal dari peternakan Sprague-Dawley, Madison,
Wiscoustin. Ciri-ciri galur SD yaitu bertubuh panjang dengan kepala lebih sempit,
telinga yang tebal dan pendek dengan rambut halus. Mata tikus putih berwarna
merah dan ciri yang paling terlihat adalah ekornya yang lebih panjang dari
tubuhnya. Tikus memiliki lama hidup berkisar antara 4-5 tahun dengan berat
badan umum tikus jantan berkisar antara 267-500 gram dan betina 225-325 gram.
Galur ini memiliki pertumbuhan yang cepat, tempramen yang baik dan
kemampuan laktasi yang tinggi. Kadar glukosa darah tikus normal adalah 50-135
mg/d.
23

2.2 Kerangka Teori

Aloksan

Pembentukan
ROS
↑ Kadar gula
darah

Stress oksidatif
Ekstrak bawang
Insulin
putih

Destruksi sel β
pankreas Allin dan allisin

↑ sekresi insulin

Keterangan :

= induksi aloksan

= akibat
24

= perlakuan

2.3 Kerangka Konsep

Ekstrak bawang Dosis 3mg


putih

Dosis 6mg

Kadar glukosa
Dosis 12mg
darah

Insulin

Keterangan :

= variabel independen

= variabel dependen

2.4 Hipotesis

ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum) dapat menurunkan kadar glukosa
darah pada tikus putih (Rattus Norvegicus) diabetes melittus strain sparague
dawley yang diinduksi aloksan.
25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analisis kuantitatif True Experimental


dengan menggunakan rancangan The Randomized Pre Test-Post test Contol
Group Design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak
umbi bawang putih (Allium sativum) terhadap penurunan kadar glukosa darah
pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Diabetes Melittus strain Sparague Dawley
yang diinduksi Aloksan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua Laboratorium, yaitu:


1. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi dalam proses peningkatan glukosa darah dan tahap
pengamatan.

2. Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Jambi, untuk proses


pembuatan ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum).

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu dari bulan Juli 2019 hingga
bulan Agustus 2019.
26

3.3 Subjek penelitian

3.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tikus Putih (Rattus
norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diperoleh dari Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

3.3.2 Sampel

Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 24 ekor Tikus Putih
(Rattus Norvegicus) jantan yang diambil secara acak dengan kriteria Tikus
Putih (Rattus Norvegicus) umur 3-4 bulan dengan rata-rata berat 200-250
gram.

3.3.3 Kriteria Sampel


 Kriteria Ekslusi
o Tikus Putih (Rattus Norvegicus) yang umur kurang dari 3
bulan dan beratnya kurang dari 200 gram.
o Tikus Putih (Rattus Norvegicus) yang mati sebelum
perlakuan.

 Kriteria Inklusi
o Tikus Putih (Rattus Norvegicus) jantan dengan umur 3-4
bulan dan beratnya 200-250 gram yang diperoleh dari
laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi.
27

3.3.4 Cara Pengambilan Sampel

Pada uji eksperimental rancangan acak lengkap, besar sampel penelitian


yang digunakan ditentukan dengan menggunakan rumus Federer.

(t-1) (n-1) ≥ 15

Dengan (t) adalah jumlah kelompok perlakuan dan (n) adalah jumlah ulangan
pada masing-masing kelompok. Perhitungan jumlah sampel untuk setiap
kelompok adalah sebagai berikut.

(t-1) (n-1) ≥ 15

(6-1) (n-1) ≥ 15

5 (n-1) ≥ 15

5n-5 ≥ 15

5n ≥ 20

n≥4

n≈4

Dari perhitungan di atas, dibutuhkan sampel minimal sebanyak 4 ekor tikus


tiap kelompok. Oleh karena itu, sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini
berjumlah 24 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague-Dawley betina
yang hamil dan terbagi dalam 6 kelompok. Penempatan tikus pada tiap kelompok
perlakuan pada penelitian ini menggunakan metode acak (Simple Random
Sampling).
28

3.4 Variabel Penelitian

Variabel Independen :
 dosis pemberian Ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum)dan
insulin

Variabel Dependen

 Kadar glukosa darah Tikus Putih (Rattus Norvegicus)

3.5 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


operasional
Penuruna Merupakan Pemeriksaan penurunan Rasio
n kadar penilaian terhadap glukosa darah kadar glukosa
glukosa penurunan menggunakan darah selama
darah glukosa darah glukometer pengamatan
pada tikus Putih (autocheck)
(Rattus
Norvegicus)

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

3.6 Instrumen Penelitian


29

Alat yang digunakan dalam pembuatan ekstrak umbi bawang putih (Allium
sativum) , peningkatan kadar glukosa darah ,dan pengukuran kadar glukosa
darah adalah sebagai berikut :

3.6.1 Alat Penelitian

No Alat pembuatan ekstrak Alat peningkatan kadar Alat tahap pengukuran


glukosa darah glukosa darah
1 Timbangan Spuit 1 cc Glukometer (autocheck)
2 Blender Masker Spuit 1 cc
3 Rotary evaporator Handscoon Silet / pencukur
4 Kertas saring Masker
5 Erlenmeyer Handscoon
6 Masker
Tabel 3.2 Alat Penelitian

3.6.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan untuk pembuatan ekstrak umbi bawang putih


(Allium sativum) dan peningkatan glukosa darah.

Tabel Bahan Penelitian

No Bahan pembuatan ekstrak Bahan peningkatan glukosa darah


1 umbi bawang putih Tikus
2 Etanol 70% Aloksan
3 Aquades

Tabel 3.3 Bahan Penelitia

3.7 Pengumpulan Data

1. Persiapan alat
Alat yang digunakan adalah alat yang dipinjam dari Laboratorium Biomedik
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan Laboratorium Fakultas Pertanian
Universitas Jambi dan beberapa alat disediakan oleh peneliti.
30

2. Pengelompokan hewan coba


Hewan coba yang terdiri dari 24 ekor Tikus Putih (rattus norvegicus)
jantan galur Sprague Dawley dikelompokkan secara random menjadi enam
kelompok masing-masing terdiri dari 4 ekor Tikus. Setelah pengelompokkan
hewan coba, Tikus diaklimatisasi selama satu minggu dengan tujuan dapat
beradaptasi dengan lingkungan yang baru, selama adaptasi Tikus di beri makan
dan minum sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi hari pukul 08.00 wib dan sore pukul
16.00 wib dan terus dijaga kebersihan kandangnya.

3. Persiapan Bahan Uji


a. Penentuan dosis ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum)
Dosis ekstrak umbi bawang putih yang digunakan untuk manusia dewasa
dengan berat badan 50 kg yaitu 7,2 gram/hari. Faktor konversi dari manusia 70 kg
ke tikus 200 g yaitu 0,018.4

Dosis pada manusia = Berat ekstrak pekat umbi bawang putih x 7,2 gram/hari
Berat umbi bawang putih
Dosis pada manusia = 134 gram x 7,2 gram/hari = 483,8 mg/hari
2000 gram
Dosis ekstrak pada tikus = 50 x 0,018 x 483,8 = 6,22 mg/200 g tikus/hari
70
Dibuat sediaan ekstrak sebanyak 1000mg di larutkan dalam 100 ml aquades.
Volume pemberian pada tikus = 6,22 mg/1000 mg x 100 ml = 0,6 ml

Dosis ekstrak yang digunakan yaitu 3 mg/200 gBB tikus dengan volume
pemberian 0,3 ml, 6 mg/200 gBB tikus dengan volume pemberian 0,6 ml, dan 12
mg/200 gBB tikus dengan volume pemberian 1,2 ml. Ekstrak diberikan secara
oral dengan menggunakan sonde lambung.4
31

b. Perhitungan dosis insulin


Berat badan rata-rata manusia dewasa di Indonesia adalah 50 kg. Dosis yang
digunakan untuk manusia dewasa yang memiliki kadar glukosa darah >180 mg/dL
adalah 6 U novomix. Perhitungan pemberian dosis berdasarkan pada rumus
Human Equivalent Dose (HED) based on Body Surface Area (BSA).4
HED (U/kg) = 6 U/50 kg = 0,12 U/kg
HED (U/kg) = animal dose (mg/kg) x 𝑎𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 Km
ℎ𝑢𝑚𝑎𝑛 Km
Animal dose (U/kg) = 0,12 U x 37
6
Animal dose (U/kg) = 0,74 U/kg BB
dibulatkan menjadi 0,7 U/kg BB insulin diberikan secara subkutan pada bagian
punggung tikusputih.

c. Perhitungan dosis aloksan


Dosis yang digunakan 120 mg/kgbb
Dosis untuk tikus dengan rata – rata 300 g
= 300 g x 120 mg
1000 g
= 36 mg

Untuk 20 tikus dengan rata – rata berat badan 300 g


= 20 x 300 g x 120 mg
1000 g
= 720 mg
Jadi untuk penyuntikan 20 ekor tikus membutuhkan 720 mg aloksan.
32

d. Tahap pembuatan ekstrak umbi bawang putih (Allium


sativum)
Sebanyak 2 kg bawang putih diperoleh dari Kota Jambi, Provinsi Jambi.
Kemudian bawang putih di kupas kulitnya dan dikeringkan di dalam oven. Umbi
bawang putih yang sudah dikeringkan di oven dihaluskan dengan menggunakan
blender, kemudian disaring dan ditimbang dengan menggunakan timbangan
analitik, didapatkan 420 gr tepung umbi bawang putih. Setelah itu tepung umbi
bawang putih tersebut dimaserasi yaitu dilakukan perendaman dengan
menggunakan 2000 ml etanol 70%. Setelah dimaserasi selama 10 hari (setiap hari
diaduk) kemudian hasil rendaman umbi bawang putih disaring dengan kertas
saring hingga bebas dari partikel kasar, didapatkan hasil larutan ekstrak umbi
bawang putih sebanyak 1500 ml, selanjutnya dievaporasi untuk memisahkan
pelarut etanol dengan ekstrak umbi bawang putih menggunakan alat penguap
(rotary evaporator) pada suhu 60 0 C selama kurang lebih 8 jam per hari selama 3
hari untuk mendapatkan ekstrak kental dari umbi bawang putih. Setelah didapat
ekstrak kental, kemudian hasil ekstrak dibagi dalam tiga kelompok dosis yaitu 3
mg/200 gBB tikus dengan volume pemberian 0,3 ml, 6 mg/200 gBB tikus dengan
volume pemberian 0,6 ml, dan 12 mg/200 gBB tikus dengan volume pemberian
1,2 ml.

e. Tahap pengaplikasian ekstrak umbi bawang putih (Allium


sativum)
Pada kelompok perlakuan diaplikasikan ekstrak umbi bawang putih dengan 3
mg/200 gBB tikus dengan volume pemberian 0,3 ml, 6 mg/200 gBB tikus dengan
volume pemberian 0,6 ml, dan 12 mg/200 gBB tikus dengan volume pemberian
1,2 ml secara oral dengan menggunakan bantuan sonde setiap harinya sampai
hari ke-4. Aplikasi dilakukan 1 kali sehari, yaitu pada pagi hari selama 4 hari.
Pada kelompok kontrol negatif tidak diberikan apa-apa, sedangkan pada
kelompok kontrol positif DM diberikan glibenklamid 1 kali sehari secara oral
pada pagi hari selama 4 hari.
33

f. Tahap peningkatan kadar glukosa pada Tikus Putih

Tikus Putih jantan dengan usia sekitar 3-4 bulan dan berat badan sekitar
200-250 gram diperoleh dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi. Tikus-tikus ini disimpan pada ruangan dengan kondisi standar
serta diberi minum dan makanan. Sebelum dilakukan induksi, semua tikus dibuat
dalam keadaan puasa. Tikus disuntik dengan menggunakan aloksan dengan dosis
120mg/kgbb disuntik secara interaperitoneal. Setelah dilakukan penyuntikan pada
hari ke 2 dilakukan pemeriksaan glukosa darah.

g. Tahap pengukuran Kadar Glukosa darah


Kadar glukosa darah tikus diukur secara enzimatik menggunakan glucometer
AutoCheck dengan sampel 10 μL darah yang diambil dari vena femoralis tikus.
Kadar glukosa darah akan diukur pada hari pertama sebelum diberikan induksi
aloksan , kemudian diperiksa pada hari kedua setelah induksi aloksan dan hari ke
enam.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data


1. Coding Data
Memberi kode pada setiap kandang yang digunakan sebagai media
pemeliharaan Tikus Putih (Rattus Norvegicus) dengan tujuan untuk memudahkan
pemasukkan data.
2. Editing Data

Editing data dilakukan sebelum memasukkan data. Editing dilakukan


untuk memastikan data yang diperoleh benar, semua telah terisi relevan, dan dapat
dibaca dengan baik. Editing dilakukan di laboratorium agar data yang meragukan
dapat ditelusuri kembali atau dicek lagi kebenarannya.

3. Struktur Data dan Data File


34

Struktur data dikembangkan sesuai dengan analisis yang digunakan.


Nomor identitikasi tiap responden dibuat kemudian diurutkan sesuai yang telah
ditetapkan pada tabung.

4. Entry Data

Memasukkan data yang didapat dengan menggunakan software program


computer yang sesuai, yakni SPSS.

5. Cleaning Data

Proses pembersihan dan pengecekan kembali data untuk melihat


kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan,
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

6. Analisis Data

Dikarenakan penelitian ini merupakan jenis hipotesis komperatif variabel


numerik, tidak berpasangan dan terdapat > 2 kelompok maka hasil penelitian
dianalisis dengan menggunakan metode uji parametrik one-way ANOVA.
Syarat dari uji one-way ANOVA haruslah memiliki distribusi yang normal
secara statistik dan memiliki varian yang sama atau homogen, untuk
mengetahui apakah memiliki distribusi yang normal atau tidak secara statistik
yaitu dilakukan dengan uji normalitas, karena jumlah sampel ≤ 50 maka dapat
diketaui dengan uji normalitas Shapiro-Wilk.

3.9 Etika Penelitian

Hewan coba diperlakukan sesuai dengan kode etik penelitian yang berlaku.
Pada penelitian ini digunakan hewan coba yaitu Tikus Putih ( Rattus Norvegicus)
jantan galur Sprague Dawley yang dipelihara di Laboratorium Biomedik Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
35

Sebelum melakukan perlakuan, penelitian ini sudah mendapat surat keterangan


layak penelitian ( Ethical Cleareance) dari komisi etik penelitian kesehatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

3.10 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan, terhadap beberapa kendala yang


merupakan hambatan dalam penelitian ini , antara lain :

1. Pada penelitian ini digunakan ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum)
dimana pembuatan ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum) ini tidak bisa
dilakukan di lingkungan Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Jambi karena keterbatasan alat di laboratorium.
2. Rentan terjadi kematian pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) saat dilakukan
penelitian.

3.11 Jalannya Penelitian

Jalannya penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada skema dibawah ini .
36

Persetujuan Penelitian Dari Kepala Laboratorium Fakultas


Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Sampel Penelitian

Pembuatan Ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum)

induksi aloksan pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus)

perlakuan menggunakan glibenklamid dan Ekstrak umbi


bawang putih (Allium sativum)

Pengamatan dan Pencatatan data

Pengolahan dan Analisis Data


37

DAFTAR PUSTAKA

1 Diabetes P, Tipe M, Rs DI, Batang QIM. Unnes Journal of Public Health.


2015; 4: 153–161.
2 Relationship T, Duration B, Mellitus D, Sampling SR. Hubungan durasi
penyakit dan kadar gula darah dengan keluhan subyektif penderita diabetes
melitus. 2013; : 231–239.
3 Goenarwo E, Mashoedi I. Pengaruh Air Perasan Jahe terhadap Kadar
Glukosa Darah dan Gambaran Histopatologi Sel Beta Pankreas Studi
Eksperimental pada Tikus Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Alloxan
Effect of Ginger Juice Water on Blood Glucose Levels and Histopathology.
; : 165–173.
4 Efek UJI, Umbi E, Putih B, Diinduksi Y, Wowor MP. TERHADAP
KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS WISTAR. 2015; 3.
5 Care F. Standards of Medical Care in Diabetes — 2015. 2015; 38.
doi:10.2337/dc15-S001.
6 Windani C, Sari M, Khotimah FN, Hartati SP. A Descriptive Study Of Diet
In Family Of Patients With Diabetes Mellitus Type 2 Gambaran Diet pada
Keluarga Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. 2018; 1: 69–77.
7 Wakhidana GA, Caesarina A, Marchianti N, Santosa A. Uji Efektivitas
Beras Herbal Forte terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 ( Study of the Herbal Rice Forte Effectiveness on
Decreasing Blood Glucose of Diabetes Mellitus Type 2 Patient ). 2018; 6:
85–91.
8 Palimbunga TM, Ratag BT, Kesehatan F, Universitas M, Ratulangi S,
Keluarga R. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSU GMIM PANCARAN
KASIH MANADO. 2016; : 48–59.
9 Nurmawati T. STUDI RESPON FISIOLOGIS DAN KADAR GULA
DARAH PADA TIKUS PUTIH ( RATTUS NORVEGICUS ) YANG
TERPAPAR STREPTOZOTOCIN ( STZ ) ( The Study of Physiological
Response and White Rats ( Rattus norvegicus ) Blood Glucose Levels
Exposed by Streptozotocin ). 2017; 3: 244–247.
10 Kesehatan K. HASIL UTAMA RISKESDAS 2018. 2018.
11 Parisa N, Farmakologi B, Kedokteran F, Sriwijaya U. Efek Ekstrak Daun
Salam pada Kadar Glukosa Darah The Effect of Bay Leaves on Blood
Glucose Levels. 2016; 1: 404–408.
38

12 Rini EA. Laporan Kasus Neglected-Noncompliant Type 1 Diabetes


Mellitus with Complications. 2012; 1: 107–111.
13 Fatimah RN. DIABETES MELITUS TIPE 2. 2015; 4: 93–101.
14 Alberti KGMM, Zimmet P, Shaw J. International Diabetes Federation : a
consensus on Type 2 diabetes prevention. 2007; : 451–463.
15 Yustisiani A, Andari D. Pengaruh Pemberian Kopi Terhadap Penurunan
Kadar Glukosa. 2013; 9: 38–45.
16 Malik MI, Nasrul E. Artikel Penelitian Hubungan Hiperglikemia dengan
Prothrombin Time pada Mencit ( Mus musculus ) yang Diinduksi Aloksan.
2014; 4: 182–188.
17 Hernawan U. Senyawa Organosulfur Bawang Putih ( Allium sativum L .)
dan Aktivitas Biologinya REVIEW : Senyawa Organosulfur Bawang Putih
( Allium sativum L .) dan Aktivitas Biologinya. 2014.
18 Prasonto D, Riyanti E, Gartika M. UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum). 2017; 4: 122–128.
19 Tropika JE, Kedokteran F, Universitas H, Kuala S, Aceh B. Mustafa Sabri.
2015; 3: 25–28.
20 Farmasi F, Ahmad U. EFEK HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL
UMBI KETELA RAMBAT ( Ipomoea batatas P ) ( EEUKR ) PADA
MENCIT SWISS YANG DIINDUKSI ALOKSAN HYPOGLICEMIA
EFFECT OF SWEET POTATOS ( Ipomoea batatas P ) ROOT
ETHANOLIC EXTRACT IN ALLOXAN. .
21 Sinoputro D, Putri FR, Jomeiputri GH, Simbolon A, Priscilla M, Limbong
NT et al. Tinjauan Pustaka Penggunaan Insulin untuk Pasien Diabetes
Melitus dari Generasi ke Generasi. 1923.
22 Hasanah U, Sebagai I, Kadar P, Darah G. INSULIN SEBAGAI
PENGATUR KADAR GULA DARAH Uswatun Hasanah *). 2008; : 42–
49.
23 Afifah HN. Mengenal Jenis-Jenis Insulin Terbaru untuk Pengobatan
Diabetes. 2016; 1: 1–4.
24 No JVI, No JVI, No JVI. ISSN : 2302-1705 ISSN : 2302-1705 KEADAAN
PUASA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS Rattus
Norvegicus Program Studi Biologi Universitas PattimuraAmbon Mayor
Ilmu-ilmu faal dan khasiat obat ( IFO ), Sekolah pascasarjana Institut
Pertanian Bogor Email : adebiologi@yahoo.co.id Diterima 15 Januari
2012 / Disetujui 20 Agustus 2012 ISSN : 2302-1705 JESBIO Vol . I No .
1 , November 2012. 2012; I: 29–33.
39

Anda mungkin juga menyukai