DISUSUN OLEH :
1. BAGUS SATRIO
2. FANIA
3. WIWIK ANDRIYAS (191178)
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul : “Prosedur Tindakan Relaksasi Progresif ” sesuai dengan waktu
yang ditentukan.
Makalah ini terwujud berkat adanya kerjasam dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Letnan Kolonel (Ckm) Arif Effendi, S.Mph., SH, S.Kep., Ners, M.M, Selaku
Direktur ITSK RS. dr. Soepraoen Malang.
2. Bapak Ns. Kumoro Asto Lenggono, M.Kep selaku Ka Prodi Keperawatan ITSK RS.
dr. Soepraen Malang.
3. Bapak Ns.A. Fahrul, M.Kep,Sp.Kep.J selaku dosen pembimbing Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa ITSK RS. dr. Soepraen Malang.
4. Berserta rekan – rekan kelas 2C Keperawatan ITSK RS. dr. Soepraen Malang.
Namun dengan demikian, kami telah berupaya untuk segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karena itu dengan
rendah hati kami berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran dan kritik
yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
Latar Belakang...................................................................................................................................1
Rumusan Masalah.............................................................................................................................2
Tujuan................................................................................................................................................2
Manfaat.............................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................3
Rentang Respon.................................................................................................................................3
Reaksi kecemasan..............................................................................................................................6
Mekanisme Koping............................................................................................................................6
Respon Fisiologi terhadap Ansietas...................................................................................................7
TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESSIF...............................................................................................8
Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif..............................................................................................9
Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif.............................................................................................9
Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif..............................................................................................9
BAB III..................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16
ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Stres dan kecemasan merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dan
merupakan gejala yang normal pada manusia. Bagi orang yang penyesuaiannya baik,
maka stres dan kecemasan dapat cepat diatasi dan ditanggulangi. Bagi orang yang
penyesuaiannya kurang baik, maka stres dan kecemasan merupakan bagian terbesar
dalam kehidupannya. Apabila penyesuaian yang dilakukan tidak tepat, akan
menimbulkan dampak penyesuaian diri terhadap kesehatan jasmani dan psikis.
Munculnya perasaan kesepian, merasa terasing, kelelahan fisik yang berkelanjutan,
frustasi, kecemasan berlebihan, stres, kecurigaan akan lingkungan sekitar (paronia),
kecenderungan untuk menarik diri dan depresi (Prawitasari,1999) Segala permasalahan
atau tuntutan penyesuaian diri menyebabkan stress yang apabila kita tidak dapat
mengatasinya dengan baik maka akan muncul gangguan badan ataupun gangguan jiwa
(Maramis,2000).
Diantara berbagai gangguan jiwa, gangguan neurotic (neurosis cemas) merupakan
gangguan jiwa yang paling banyak didapati dimasyarakat. 2% - 4% di antara penduduk di
suatu tempat diperkirakan pernah mengalami gangguan cemas (Hawari, 2001) Sedangkan
menurut Atkinson (1999) Pasien skizofrenia menunjukkan perilaku menarik diri,
terisolasi, sulit diatur dan cemas. Cemas merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi
ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan secara personal.
Terapi yang digunakan untuk pasien yang mengalami kecemasan salah satunya adalah
dengan terapi perilaku. Salah satu bentuk dari terapi perilaku adalah dengan teknik
relaksasi. Teknik relaksasi yang sering digunakan untuk mengurangi ketegangan otot
serta kecemasan adalah relaksasi progresif (Sheridan dan Radmacher, 1992). Latihan
relaksasi progresif sebagai salah satu tehnik relaksasi otot telah terbukti dalam program
terapi terhadap ketegangan otot mampu mengatasi keluhan anxietas, insomnia, kelelahan,
kram otot, nyeri leher dan pinggang, tekanan darah tinggi, fobi ringan dan gagap (Davis,
1995). Menurut Black and Mantasarin (1998) bahwa tekhnik relaksasi progresif dapat
digunakan untuk pelaksanaan masalah psikis. Relaksasi yang dihasilkan oleh metode ini
dapat bermanfaat untuk menurunkan kecemasan, kontraksi otot dan memfasilitasi tidur.
1
Untuk mengurangi kecemasan dapat diatasi dengan menggunakan tehnik relaksasi,
salah satunya adalah dengan relaksasi otot progresif, karena dapat menekan saraf-saraf
simpatis di mana dapat menekan rasa tegang yang dialami oleh individu secara timbal
balik, sehingga timbul counter conditioning (penghilangan) (Sitralita, 2012).
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu, ” bagaimana prosdur tindakan relaksasi progresif?”
Tujuan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Utuk memberikan gambaran tentang prosedur tindakan relaksasi progresif dan role
play tindakan relaksasi progresif.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian relaksasi otot progresif
b. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan relaksasi progresif
c. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja relaksasi progresif
d. Mahasiswa dapat memberikan prosedur tindakan relaksasi progresif
Manfaat
1. Bagi Peneliti
Sebagai ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai prosedur tindakan relaksasi
progresif pada kecemasan
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan pada kepustakaan institusi dalam
meningkatkan mutu pendidikan yang akan didapatkan di bidang keperawatan
3. Bagi Klien dan Keluarga
Sebagai bahan masukan bagi klien dalam mengatasi masalah yang dihadapi dan juga
dapat memberikan kepuasaan pada klien dan keluarga atas prosedur tindakan
keperawatn yang dilakukan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KECEMASAN
Rentang Respon
Respon adaptif Respon Maladaptif
Keterangan:
3
Menurut Stuart dan Sunden (1995, dalam Novitasari, 2012) bahwa tingkat kecemasan
dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati
dan waspada.
1. Respon fisiologis
Respon alamiah di dalam tubuh yang menandakan berjalannya fungsi anggota
tubuh dengan baik, meliputi:
a) Sesekali nafas pendek 27 kali/menit.
b) Nadi melebihi 60-80 kali/menit dan tekanan darah naik melebihi 80-120
mmHg.
c) Gejala ringan pada lambung menyerupai gastritis.
d) Muka berkerut dan bibir bergetar.
2. Respon kognitif
Respon yang meliputi cara manusia menerima, mempersepsi, mempelajari,
menalar, mengingat dan berpikir tentang suatu informasi.
a) Lapang persegi meluas.
b) Mampu menerima rangsangan yang kompleks.
c) Konsentrasi pada masalah.
d) Menyelesaikan masalah secara efektif.
3. Respon perilaku dan emosi
a) Tidak dapat dudu tenang.
b) Tremor halus pada tangan.
c) Suara kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan Sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun atau individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
1. Respon Fisiologis
a) Sering nafas pendek.
b) Nadi ekstra systole dan tekanan darah naik
c) Mulut kering.
d) Anorexia.
e) Diare atau konstipasi.
4
2. Respon kognitif
a) Lapang persepsi menyempit.
b) Rangsang luar tidak mampu diterima.
c) Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
3. Respon perilaku dan emosi
a) Gerakan tersentak-sentak.
b) Bicara banyak dan cepat.
c) Perasaan tidak nyaman
c. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak
mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan atau tuntutan.
1. Respon fisiologis
Respon alamiah di dalam tubuh yang menandakan berjalannya fungsi anggota
tubuh dengan baik, meliputi:
a) Sering nafas pendek.
b) Nadi dan tekanan darah naik.
c) Berkeringat dan sakit kepala.
d) Penglihatan kabur.
2. Respon kognitif
a) Lapang persepsi sangat menyempit.
b) Tidak mampu menyelesaikan masalah.
3. Respon perilaku dan emosi
a) Perasaan ancaman meningkat.
b) Verbalisasi cepat.
d. Panik
Menurut Direja (2011) kehilangan kontrol, klien yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Menurut Asmadi
(2009) bahwa tingkat ansietas panik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Respon fisiologis
a) Napas pendek.
b) Rasa tercekik dan palpitasi.
c) Sakit dada.
d) Pucat.
5
e) Hipotensi.
f) Serta rendahnya koordinasi motorik.
2. Respon kognitif
a) Gangguan realitas.
b) Tidak dapat berpikir logis.
c) Persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi.
d) Ketidakmampuan memahami situasi.
3. Respon perilaku dan emosi
a) Agitasi
b) Mengamuk
c) Marah
d) Ketakutan
e) Berteriak-teriak
f) Kehilangan kendali atau kontrol diri (aktivitas motorik tidak menentu).
g) Serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan atau
orang lain.
Reaksi kecemasan
Menurut Suliswati, et al., (2005) kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif
maupun destruktif bagi klien, antara lain:
a. Konstruktif
Klien termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terutama perubahan
terhadap perasaan tidak nyaman dan terfokus pada kelangsungan hidup.
b. Destruktif
Klien bertingkah laku maladaptif dan disfungsional.
Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2006) bahwa pola yang sering digunakan klien untuk mengatasi
ansietas ringan cenderung tetap dominan, ketika ansietas menjadi lebih intens.
Ansietas ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar. Ansietas sedang
dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping, yaitu
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas
Reaksi yang berorientasi pada tugas adalah upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stres secara realistis.
b. Perilaku menyerang
6
Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
c. Perilaku menarik diri
Perilaku menarik diri digunakan untuk menjauhkan diri dari sumber ancaman,
baik secara fisik maupun psikologis.
d. Perilaku kompromi
Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa dilakukan klien,
mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal.
7
Gelisah, ketegangan fisik, reaksi terkejut, tremor, bicara cepat, kurang
koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik diri dari hubungan
interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar,
hiperventilasi, sangat waspada.
b. Sistem Kognitif
Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan
penilaiaan, preokupasi, hambatan berpikir, lapang persepsi menurun,
kreativitas menurun, produktifitas menurun, binggung, sangat waspada,
kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut
gambaran visual, takut cidera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk.
c. Sistem Afektif
Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan,
kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, malu.
8
Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter (2005) dalam Setyoadi dan
Kushariyadi (2011) bahwa tujuan dari teknik ini adalah:
a. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,
tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik.
b. Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.
c. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak memfokus perhatian seperti relaks.
d. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
e. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.
f. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia
ringan, gagap ringan, dan
g. Membangun emosi positif dari emosi negatif.
9
1) Gerakan 1 : Ditunjukkan untuk melatih otot tangan
a) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
b) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan
yang terjadi.
c) Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.
d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks
yang dialami.
e) Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan
2) Gerakan 2 : Ditunjukkan untuk melatih otot tangan bagian belakang
a) Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan
sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah
menegang.
b) Jari-jari menghadap ke langit-langit
10
4) Gambar 4 : Ditunjukkan untuk melatih otot bahu supaya mengendur
a) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga
menyentuh kedua telinga.
b) Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi
di bahu punggung atas, dan leher.
11
8) Gambar 9 : Ditunjukkan untuk merilekskan otot leher bagian depan
maupun bagian belakang
a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian
otot leher bagian depan.
b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan
punggung atas.
9) Gerakan 10 : Ditijukan untuk melihat otot leher bagian depan
a) Gerakan membawa kepala ke muka.
b) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka.
10) Gerakan 11 : Ditunjukkan untuk melatih otot punggung
a) Angkat tubuh dari sandaran kursi.
b) Punggung dilengkungkan
c) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian
relaks.
d) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan
otot menjadi lurus.
11) Gerakan 12 : Ditujukkan untuk melemaskan otot dada
a) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya.
12
b) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
c) Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
d) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara
kondisi tegang dan relaks.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terapi yang digunakan untuk pasien yang mengalami kecemasan salah satunya
adalah dengan terapi perilaku. Teknik relaksasi yang sering digunakan untuk
mengurangi ketegangan otot serta kecemasan adalah relaksasi progresif d
iharapkan pasien mampu melakukan sendiri bila muncul sewaktu - waktu
3.2 Saran
Sehingga disarankan
dalam melakukan tindakan relaksasi
14
otot progresif ternyata hanya terjadi
sedikit penurunan tingkat kecemasan, relaksasi otot progresif dapat
menurunkan tingkat stres pada subjek penelitian yang merupakan penderita
asma. Begitu juga halnya dengan tingkat gejala keseringan stres, bagi
institusi rumah sakit kiranya
tindakan relaksasi otot progresif dapat
dilakukan pada pasien yang akan
menjalani operasi sehingga diharapkan
terjadi penurunan tingkat kecemasan
secara maksimal, untuk itu relaksasi
otot progresif dapat dijadikan
standaroperasional prosedur (SOP)
dalam penurunan tingkat kecemasan
pada pasien preoperasi. tetap rutin melakukan latihan relaksasi otot progresif
untuk mencegah tingginya tingkat stres. Semakin sering berlatih akan semakin
terampil.Sebaiknya subjek mencari pekerjaan yang sesuai dengan batas
kemampuannya dan lebih berpikiran positif dalam menghadapi kondisi saat ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
16