Anda di halaman 1dari 20

PROSEDUR TINDAKAN RELAKSASI PROGRESIF

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN JIWA

Dosen Pembimbing Ns.A. Fahrul, M.Kep,Sp.Kep.J

DISUSUN OLEH :

1. BAGUS SATRIO
2. FANIA
3. WIWIK ANDRIYAS (191178)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
RS dr. SOEPRAOEN MALANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul : “Prosedur Tindakan Relaksasi Progresif ” sesuai dengan waktu
yang ditentukan.

Makalah ini terwujud berkat adanya kerjasam dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Letnan Kolonel (Ckm) Arif Effendi, S.Mph., SH, S.Kep., Ners, M.M, Selaku
Direktur ITSK RS. dr. Soepraoen Malang.
2. Bapak Ns. Kumoro Asto Lenggono, M.Kep selaku Ka Prodi Keperawatan ITSK RS.
dr. Soepraen Malang.
3. Bapak Ns.A. Fahrul, M.Kep,Sp.Kep.J selaku dosen pembimbing Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa ITSK RS. dr. Soepraen Malang.
4. Berserta rekan – rekan kelas 2C Keperawatan ITSK RS. dr. Soepraen Malang.

Namun dengan demikian, kami telah berupaya untuk segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karena itu dengan
rendah hati kami berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran dan kritik
yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini.

Malang, 30 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
Latar Belakang...................................................................................................................................1
Rumusan Masalah.............................................................................................................................2
Tujuan................................................................................................................................................2
Manfaat.............................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................3
Rentang Respon.................................................................................................................................3
Reaksi kecemasan..............................................................................................................................6
Mekanisme Koping............................................................................................................................6
Respon Fisiologi terhadap Ansietas...................................................................................................7
TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESSIF...............................................................................................8
Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif..............................................................................................9
Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif.............................................................................................9
Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif..............................................................................................9
BAB III..................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

ii
ii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Stres dan kecemasan merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dan
merupakan gejala yang normal pada manusia. Bagi orang yang penyesuaiannya baik,
maka stres dan kecemasan dapat cepat diatasi dan ditanggulangi. Bagi orang yang
penyesuaiannya kurang baik, maka stres dan kecemasan merupakan bagian terbesar
dalam kehidupannya. Apabila penyesuaian yang dilakukan tidak tepat, akan
menimbulkan dampak penyesuaian diri terhadap kesehatan jasmani dan psikis.
Munculnya perasaan kesepian, merasa terasing, kelelahan fisik yang berkelanjutan,
frustasi, kecemasan berlebihan, stres, kecurigaan akan lingkungan sekitar (paronia),
kecenderungan untuk menarik diri dan depresi (Prawitasari,1999) Segala permasalahan
atau tuntutan penyesuaian diri menyebabkan stress yang apabila kita tidak dapat
mengatasinya dengan baik maka akan muncul gangguan badan ataupun gangguan jiwa
(Maramis,2000).
Diantara berbagai gangguan jiwa, gangguan neurotic (neurosis cemas) merupakan
gangguan jiwa yang paling banyak didapati dimasyarakat. 2% - 4% di antara penduduk di
suatu tempat diperkirakan pernah mengalami gangguan cemas (Hawari, 2001) Sedangkan
menurut Atkinson (1999) Pasien skizofrenia menunjukkan perilaku menarik diri,
terisolasi, sulit diatur dan cemas. Cemas merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi
ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan secara personal.
Terapi yang digunakan untuk pasien yang mengalami kecemasan salah satunya adalah
dengan terapi perilaku. Salah satu bentuk dari terapi perilaku adalah dengan teknik
relaksasi. Teknik relaksasi yang sering digunakan untuk mengurangi ketegangan otot
serta kecemasan adalah relaksasi progresif (Sheridan dan Radmacher, 1992). Latihan
relaksasi progresif sebagai salah satu tehnik relaksasi otot telah terbukti dalam program
terapi terhadap ketegangan otot mampu mengatasi keluhan anxietas, insomnia, kelelahan,
kram otot, nyeri leher dan pinggang, tekanan darah tinggi, fobi ringan dan gagap (Davis,
1995). Menurut Black and Mantasarin (1998) bahwa tekhnik relaksasi progresif dapat
digunakan untuk pelaksanaan masalah psikis. Relaksasi yang dihasilkan oleh metode ini
dapat bermanfaat untuk menurunkan kecemasan, kontraksi otot dan memfasilitasi tidur.

1
Untuk mengurangi kecemasan dapat diatasi dengan menggunakan tehnik relaksasi,
salah satunya adalah dengan relaksasi otot progresif, karena dapat menekan saraf-saraf
simpatis di mana dapat menekan rasa tegang yang dialami oleh individu secara timbal
balik, sehingga timbul counter conditioning (penghilangan) (Sitralita, 2012).

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu, ” bagaimana prosdur tindakan relaksasi progresif?”

Tujuan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Utuk memberikan gambaran tentang prosedur tindakan relaksasi progresif dan role
play tindakan relaksasi progresif.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian relaksasi otot progresif
b. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan relaksasi progresif
c. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja relaksasi progresif
d. Mahasiswa dapat memberikan prosedur tindakan relaksasi progresif

Manfaat
1. Bagi Peneliti
Sebagai ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai prosedur tindakan relaksasi
progresif pada kecemasan
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan pada kepustakaan institusi dalam
meningkatkan mutu pendidikan yang akan didapatkan di bidang keperawatan
3. Bagi Klien dan Keluarga
Sebagai bahan masukan bagi klien dalam mengatasi masalah yang dihadapi dan juga
dapat memberikan kepuasaan pada klien dan keluarga atas prosedur tindakan
keperawatn yang dilakukan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KECEMASAN

2.1.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan emosi subjektif yang membuat individu tidak nyaman,


ketakutan yang tidak jelas dan gelisah, dan disertai respon otonom.Kecemasan juga
merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar berkaitan dengan perasaan
tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2007; Tomb, 2004).
Faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Stuart (2007) dan Tomp
(2004), antara lain:
1. Faktor predisposisi yang meliputi : teori psikoanalisis, teori interpersonal, teori
perilaku, teori kajian keluarga dan teori biologis
2. Faktor Presipitas
Faktor presipitas yang mempengaruhi kecemasan menurut Stuart (2007) dan
Tomp (2004), yaitu :
a. Faktor Eksternal yang meliputi : ancaman integritas diri, ancaman sistem diri
b. Faktor Internal yang meliputi :potensial stressor, maturitas, pendidikan, respon
koping, status sosial ekonomi, keadaan fisik, tipe kepribadian, lingkungan dan
situasi, dukungan social, usia dan jenis kelamin.

Rentang Respon
Respon adaptif Respon Maladaptif

Ringan Sedang Berat Panik


(Sumber : Stuart & Sunddent,Buku Saku Keperawatan Jiwa, 2014)

Keterangan:

3
Menurut Stuart dan Sunden (1995, dalam Novitasari, 2012) bahwa tingkat kecemasan
dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati
dan waspada.
1. Respon fisiologis
Respon alamiah di dalam tubuh yang menandakan berjalannya fungsi anggota
tubuh dengan baik, meliputi:
a) Sesekali nafas pendek 27 kali/menit.
b) Nadi melebihi 60-80 kali/menit dan tekanan darah naik melebihi 80-120
mmHg.
c) Gejala ringan pada lambung menyerupai gastritis.
d) Muka berkerut dan bibir bergetar.
2. Respon kognitif
Respon yang meliputi cara manusia menerima, mempersepsi, mempelajari,
menalar, mengingat dan berpikir tentang suatu informasi.
a) Lapang persegi meluas.
b) Mampu menerima rangsangan yang kompleks.
c) Konsentrasi pada masalah.
d) Menyelesaikan masalah secara efektif.
3. Respon perilaku dan emosi
a) Tidak dapat dudu tenang.
b) Tremor halus pada tangan.
c) Suara kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan Sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun atau individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
1. Respon Fisiologis
a) Sering nafas pendek.
b) Nadi ekstra systole dan tekanan darah naik
c) Mulut kering.
d) Anorexia.
e) Diare atau konstipasi.

4
2. Respon kognitif
a) Lapang persepsi menyempit.
b) Rangsang luar tidak mampu diterima.
c) Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
3. Respon perilaku dan emosi
a) Gerakan tersentak-sentak.
b) Bicara banyak dan cepat.
c) Perasaan tidak nyaman
c. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak
mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan atau tuntutan.
1. Respon fisiologis
Respon alamiah di dalam tubuh yang menandakan berjalannya fungsi anggota
tubuh dengan baik, meliputi:
a) Sering nafas pendek.
b) Nadi dan tekanan darah naik.
c) Berkeringat dan sakit kepala.
d) Penglihatan kabur.
2. Respon kognitif
a) Lapang persepsi sangat menyempit.
b) Tidak mampu menyelesaikan masalah.
3. Respon perilaku dan emosi
a) Perasaan ancaman meningkat.
b) Verbalisasi cepat.
d. Panik
Menurut Direja (2011) kehilangan kontrol, klien yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Menurut Asmadi
(2009) bahwa tingkat ansietas panik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Respon fisiologis
a) Napas pendek.
b) Rasa tercekik dan palpitasi.
c) Sakit dada.
d) Pucat.

5
e) Hipotensi.
f) Serta rendahnya koordinasi motorik.
2. Respon kognitif
a) Gangguan realitas.
b) Tidak dapat berpikir logis.
c) Persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi.
d) Ketidakmampuan memahami situasi.
3. Respon perilaku dan emosi
a) Agitasi
b) Mengamuk
c) Marah
d) Ketakutan
e) Berteriak-teriak
f) Kehilangan kendali atau kontrol diri (aktivitas motorik tidak menentu).
g) Serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan atau
orang lain.

Reaksi kecemasan
Menurut Suliswati, et al., (2005) kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif
maupun destruktif bagi klien, antara lain:
a. Konstruktif
Klien termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terutama perubahan
terhadap perasaan tidak nyaman dan terfokus pada kelangsungan hidup.
b. Destruktif
Klien bertingkah laku maladaptif dan disfungsional.

Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2006) bahwa pola yang sering digunakan klien untuk mengatasi
ansietas ringan cenderung tetap dominan, ketika ansietas menjadi lebih intens.
Ansietas ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar. Ansietas sedang
dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping, yaitu
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas
Reaksi yang berorientasi pada tugas adalah upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stres secara realistis.
b. Perilaku menyerang

6
Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
c. Perilaku menarik diri
Perilaku menarik diri digunakan untuk menjauhkan diri dari sumber ancaman,
baik secara fisik maupun psikologis.
d. Perilaku kompromi
Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa dilakukan klien,
mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal.

Respon Fisiologi terhadap Ansietas


Menurut Stuart (2006) bahwa respon fisiologis terhadap ansietas, antara lain
1. Sistem Kardiovaskuler
Palpitasi, jantung “berdebar”, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsang,
tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
a. Sistem Pernapasan
Napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas dangkal, pembangkakan
pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah.
b. Sistem Neuromuskular
Refleks meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor,
regiditasi, gelisah, mondar-mandir, wajah tegang, kelemahan umum, tungkai
lemah, gerakan yang janggal.
c. Sistem Gastrointestinal
Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen,
nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati, diare.
d. Saluran Perkemihan
Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
e. Sistem Kulit
Wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas
dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
2. Respon Perilaku, Kognitif, dan Afektif terhadap Ansietas
Menurut Stuart (2006) bahwa respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap
ansietas, antara lain:
a. Sistem Perilaku

7
Gelisah, ketegangan fisik, reaksi terkejut, tremor, bicara cepat, kurang
koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik diri dari hubungan
interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar,
hiperventilasi, sangat waspada.
b. Sistem Kognitif
Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan
penilaiaan, preokupasi, hambatan berpikir, lapang persepsi menurun,
kreativitas menurun, produktifitas menurun, binggung, sangat waspada,
kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut
gambaran visual, takut cidera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk.
c. Sistem Afektif
Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan,
kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, malu.

TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESSIF


2.2.1 Pengertian
Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang
didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Teknik
relaksasi semakin sering dilakukan karena terbukti efektif mengurangi
ketegangan dan kecemasan (Jacobson & Wolpe dalam Utami, 2002).
Relaksasi otot progresif merupakan kegiatan untuk mengendurkan ketegangan
jasmani yang nantinya akan berdampak pada penurunan ketegangan jiwa.
Oleh karena efek yang dihasilkan adalah perasaan senang, relaksasi mulai
digunakan untuk mengurangi ketegangan, terutama ketegangan psikis
(Purwanto, 2008).
Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang
tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti (Herodes, 2010) dalam
(Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Terapi relaksasi otot progresif yaitu terapi
dengan cara peregangan otot kemudian dilakukan relaksasi otot (Gemilang,
2013). Relaksasi progresif adalah cara yang efektif untuk relaksasi dan
mengurangi kecemasan (Sustrani, Alam, & Hadibroto, 2004).

8
Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter (2005) dalam Setyoadi dan
Kushariyadi (2011) bahwa tujuan dari teknik ini adalah:
a. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,
tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik.
b. Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.
c. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak memfokus perhatian seperti relaks.
d. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
e. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.
f. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia
ringan, gagap ringan, dan
g. Membangun emosi positif dari emosi negatif.

Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif


Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011, hlm.108) bahwa indikasi dari terapi
relaksasi otot progresif, yaitu:
a. Klien yang mengalami insomnia.
b. Klien sering stres.
c. Klien yang mengalami kecemasan.
d. Klien yang mengalami depresi.

Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif


Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk melakukan teknik
ini yaitu:
a. Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang
dan sunyi.
1) Pahami tujuan, manfaat, prosedur.
2) Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi
dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri.
3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu.
4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat
b. Prosedur

9
1) Gerakan 1 : Ditunjukkan untuk melatih otot tangan
a) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
b) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan
yang terjadi.
c) Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.
d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks
yang dialami.
e) Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan
2) Gerakan 2 : Ditunjukkan untuk melatih otot tangan bagian belakang
a) Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan
sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah
menegang.
b) Jari-jari menghadap ke langit-langit

3) Gambar 3 : Ditunjukkan untuk melatih otot biseps (otot besar pada


bagian atas pangkal lengan)
a) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
b) Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot
biseps akan menjadi tegang

10
4) Gambar 4 : Ditunjukkan untuk melatih otot bahu supaya mengendur
a) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga
menyentuh kedua telinga.
b) Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi
di bahu punggung atas, dan leher.

5) Gambar 5 dan 6 : Ditunjukkan untuk melemaskan otot-otot wajah


(seperti dahi, mata, rahang dan mulut)
a) Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai
otot terasa kulitnya keriput.
b) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di
sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
6) Gambar 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami
oleh otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi
sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang
7) Gambar 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut.
Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan
ketegangan di sekitar mulut.

11
8) Gambar 9 : Ditunjukkan untuk merilekskan otot leher bagian depan
maupun bagian belakang
a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian
otot leher bagian depan.
b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan
punggung atas.
9) Gerakan 10 : Ditijukan untuk melihat otot leher bagian depan
a) Gerakan membawa kepala ke muka.
b) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka.
10) Gerakan 11 : Ditunjukkan untuk melatih otot punggung
a) Angkat tubuh dari sandaran kursi.
b) Punggung dilengkungkan
c) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian
relaks.
d) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan
otot menjadi lurus.
11) Gerakan 12 : Ditujukkan untuk melemaskan otot dada
a) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya.

12
b) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
c) Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
d) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara
kondisi tegang dan relaks.

12) Gamabr 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut


a) Tarik dengan kuat perut ke dalam.
b) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu
dilepaskan bebas.
c) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.
13) Gambar 14 – 15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha
dan betis)
a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
c. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
d. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terapi yang digunakan untuk pasien yang mengalami kecemasan salah satunya
adalah dengan terapi perilaku. Teknik relaksasi yang sering digunakan untuk
mengurangi ketegangan otot serta kecemasan adalah relaksasi progresif d
iharapkan pasien mampu melakukan sendiri bila muncul sewaktu - waktu

3.2 Saran

Sehingga disarankan
dalam melakukan tindakan relaksasi

14
otot progresif ternyata hanya terjadi
sedikit penurunan tingkat kecemasan, relaksasi otot progresif dapat
menurunkan tingkat stres pada subjek penelitian yang merupakan penderita
asma. Begitu juga halnya dengan tingkat gejala keseringan stres, bagi
institusi rumah sakit kiranya
tindakan relaksasi otot progresif dapat
dilakukan pada pasien yang akan
menjalani operasi sehingga diharapkan
terjadi penurunan tingkat kecemasan
secara maksimal, untuk itu relaksasi
otot progresif dapat dijadikan
standaroperasional prosedur (SOP)
dalam penurunan tingkat kecemasan
pada pasien preoperasi. tetap rutin melakukan latihan relaksasi otot progresif
untuk mencegah tingginya tingkat stres. Semakin sering berlatih akan semakin
terampil.Sebaiknya subjek mencari pekerjaan yang sesuai dengan batas
kemampuannya dan lebih berpikiran positif dalam menghadapi kondisi saat ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Puji Kurniati Leatari,dkk.2015.Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap


Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperasi Diruang Wijaya Kusuma
RSUD DR Soeprapto Cepu.Jurnal Keperawatan Maternitas.Vol 3 No.1 Mei 2015;27-32

Heppy Dwi Rochmawati.2014.Teknik Relaksasi Otot Progressif untuk Menurunkan


Kecemasan.Program Studi S1 Keperawan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Islam Sultan Agung Semarang

Purwaningtyas Lisa Dwi Ari.2010.Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Tingkat


Kecemasan pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.Jurnal
Keperawatan Jiwa.Vol 3 No 1 Maret 2010

16

Anda mungkin juga menyukai