Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja sangat penting akan keseimbangkan pemenuhan kebutuhan
zat mikronutrien. Masih sangat sedikit yang mengetahui terkait
pentingnya pemenuhan Zat mikronutrien pada remaja, apalagi pada orang
yang berstatus sosiol ekonomi rendah, mereka sering tidak menyadari
akan pentingnya pemenuhan kebutuhan zat mikronutrien dalam tubuh.
Kekurangan gizi mikro akan menyebabkan tubuh menjadi kurus, berat
badan turun drastis, pendek, anemia, sakit terus menerus sehingga
sebagai calon ibu menjadi tidak sehat.(Kemenkes RI, 2015)

Menurut data World Heald Organization dalam worldwide prevalence of


anemia menunjukan bahwa total keseluruhan penduduk dunia yang
menderita anemia sebanyak 1,62 miliar orang,di negara berkembang
kejadian anemia 53,7% termasuk remaja yang di perkirakan berjumlah
1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia 7,594 miliar (WHO,
2018).Jumlah Penduduk usia remaja(10-19 tahun) di Indonesia sebesar
26,2% dari total penduduk Indonesi 263,9 juta jiwa ,yang terdiri dari
50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes,2018).Berdasarkan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017, prevalensi anemia di
antara anak umur 5-12 tahun di Indonesia adalah 26%, pada wanita umur
13-18 tahun yaitu 23%. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2004,bahwa prevalensi anemia gizi pada remaja putri usia 10-18 tahun
sebesar 57,1 %.Data Riskesdas tahun 2013 kelompok umur 5-14 tahun
sebesar26,4%.

Anemia bukanlah suatu penyakit melainkan suatu tanda dari suatu


keadaan suatu penyakit atau ganguan fungsi tubuh. pada remaja memiliki
dampak yang buruk bagi kesehatan dan pendidikan remaja yaitu
menurunnya kesehatan reproduksi, terhambatnya perkembangan motorik,

1
2

mental dan kecerdasan, menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar,


mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai
optimal, menurunkan fisik olahraga serta tingkat kebugaran,
mengakibatkan muka pucat. Implikasinya dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan remaja, analisis penghambat ini salah
satunya adalah status gizi remaja tersebut. (Pedoman Gizi
Seimbang,2015)
Tingginya prevalensi anemia gizi besi antara lain disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu, kehilangan darah secara kronis , asupan zat besi
tidak cukup, penyerapan yang tidak adekuat dan peningkatan kebutuan
akan zat besi (Arisman,2010). Faktor yang mendorong lain terjadinya
anemia karenanya adanya siklus menstruasi setiap bulan pada remaja
putri, remaja putri yang sering kali menjaga penampilan, ingin kurus
sehingga berdiet dan mengurangi makan. Penyebab utama anemia pada
wanita adalah kurang memadainya asupan makanan sumber Fe,
sedangkan kebutuhan Fe pada remaja putri meningkat karena kehilangan
darah saat menstruasi.Faktor yang mendukung terjadinya anemia
diantaranya kurangnya pengetahuan remaja putri dalam melakukan
pencegahan anemia meliputi makanan yang mengandung zat besi rendah,
mengkonsumsi makanan dengan minum minuman yang mengganggu
penyerapan zat besi, dari kurangnya pengetahuan remaja putri tentang
pencegahan anemia akan mempengaruhi sikap dan perilaku remaja putri
dalam pencegahan anemia seperti pada remaja putri makan asal kenyang,
berdiet untuk menjaga penampilan sehingga jarang makan, dan
lainsebagainya. Masa remaja merupakan periode pertumbuhan anak-anak
menuju proses kematangan manusia dewasa. Periode ini terjadi
perubahan fisik, biologis, dan psikologis yang sangat unik dan
berkelanjutan. Perubahan fisik yang terjadi akan memengaruhi status
kesehatan dan nutrisinya. Ketidak seimbangan antara asupan zat gizi dan
kebutuhan akan menimbulkan masalah gizi, baik berupa masalah gizi
lebih maupun gizi kurang (Briawan, 2014).
3

PenelitianDani (2019) di Yogyakarta menyimpulkanAda hubungan


antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA
Negri 1 Gamping Sleman Yogyakarta dengan nilai p-value sebesar
0,000< 0,05 memilikikeeratansebesar 0,405 denganhubungansedang.
Hasil penelitian yang dilakukan Milasari (2019) pemenuhan kebutuhan
mikronutrien pada remaja putri SMAN 1 Tamban Kabupaten Barito
Kuala lebih separo berkategori cukup baik, berdasarkan status anemia
didapatkan berkategori anemia ringan dan ada hubungan antara
pemenuhan kebutuhan mikronutrien dengan status anemia pada remaja
putri di SMAN 1 Tamban.

Dalam jurnal of midwifes since, linda suryani menyebutkan bahwa Status


gizi remaja harus dinilai secara perorangan, baik secara klinis,
antropometri, maupun secara psikososial. Ilmuwan Wait dkk menyatakan
bahwa kebutuhan kalori pada masa remaja dapat diukur melalui tinggi
badannya yaitu: usia 11-18 tahun: 13-23 kkal/cm, sedangkan remaja putri
10-19 kkal/cm. Kebutuhan Gizi remaja relatif besar, karena mereka
masih mengalami pertumbuhan. Selain itu,remaja umumnya melakukan
aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan
zat gizi yang lebih banyak.(Pedoman Gizi seimbang, 2015).

Menurut penelitian Eka Darmayanti, P.S (2018) Responden yang


memiliki IMT kurang/kurus dan mengalami anemia sebanyak 3 orang
(100,0%). Hal ini disebabkankarena asupan gizi dalam tubuh kurang
sehingga kebutuhan gizi dalam tubuh tidakter penuhi misalnya zat besi,
sedangkan responden yang memiliki IMT berlebih dan obesitas tidak ada
yang mengalami anemia, yaitu sebanyak 17 orang (100,0%). Hal ini
berarti bahwa, IMT menunjukkan cukup atau tidaknya nutrisi dalam
tubuh pada remaja dengan IMT berlebih dan obesitas dapat diartikan
bahwa asupan nutrisi terpenuhi dengan baik.
4

Untuk angka kejadian anemia pada remaja putri pada tahun 2019
berdasarkan catatan atau regester di Puskesmas Kuripan khususnya
remaja putri terdapat 131 orang.

Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan September tahun 2020


Dari remaja putri (masih duduk di kelas VII SMP) yang dijaring
berjumlah 20 orang. 10 remaja putrid terdapat IMT (Indek MasaTubuh)
kurang, 10 orang IMT (Indek MasaTubuh) normal. Diberi pertanyaan
tentang keluhan anaemia apakah pernah merasakan tanda-tanda anemia
seperti lemah,letih,lesu,disaat pembagian tablet tambah darah ternyata
semua member jawaban bahwa mereka pernah mengalami keluhan
tersebut, pertanyaan tentang penyebab anemia hanya 6 orang yang
mengetahui penyebab anemia, 14 orang menyatakan tidak tahu tentang
penyebab anemia.

Peneliti berpikir karean usia masuk bangku SMP bagi remaja putri
kebanyakan mengalami awal menstruasi yang kemungkinan bias terjadi
anemia yang disebabkan oleh banyak faktor, dan di masa ini juga terjadi
pertumbuhan fisik yang sangat cepat pada remaja putri, kemungkinan
besar akan terjadi ketidak seimbangan kebutuhan nutrisi dengan
kebutuhan fisiknya di masa petumbuhan ini, serta menghawatirkan akan
berpengaruh terhadap semangat belajar, prestasi sekolah,dan kesehatan
reproduksi, serta penyakit lain yang menyertai anemia remaja yang baru
memasuki bangku sekolah di SMP tersebut, dalam melaksanakan
penjaringan anak usia sekolah kami laksanakan dengan tim termasuk
petugas gizi yang melakukan pengukuran antropometrinya yaitu tingi
badan dan berat badannya. Sedangkan kitatahu Sebagai pelaksana
program remaja sangat perlu sebagai bahan masukan membuat
perencanaan pelaksanaan program agar tepat guna dan sasaran untuk
tahun berikutnya.
5

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan lata rbelakang masalah di atas dapat disampaikan rumusan
masalah dari penelitian ini adalah : “Apakah adahubungan antara status
gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di wilayah kerja
Puskesmas Kuripan Kabupaten Barito Kuala ?”

1.3 Tujuan
1.3.1 TujuanUmum
Mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia
pada remaja putri di wilayah kerja Puskesmas Kuripan Kabupaten
Barito Kuala.

1.3.2 Tujuan Khusus adalah:


1.3.2.1 Mengidentifikasi status gizi remaja putri di wilayah kerja
Puskesmas Kuripan Kabupaten Barito Kuala.
1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian anemia pada remaja putri di
wilayah kerja Puskesmas Kuripan Kabupaten Barito Kuala
1.3.2.3 Menganalisa hubungan antara status gizi dengan kejadian
anemia pada remaja putri di wilayah kerja Puskesmas
Kuripan Kabupaten Barito Kuala.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan keilmuan serta menjadi refrensi untuk
peneliti berikutnya dalam meneliti masalah gizi dengan kejadian
anemia pada remaja putri.

1.4.2 Manfaat Praktisi


1.4.2.1 Manfaat Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, wawasan tentang hubungan
status gizi dan kejadian anemia pada remaja putri.
6

1.4.2.2 Manfaat BagiI nstistusi Pendidikan


Hasil penelitian dapat digunakan sebagai kontribusi dalam
menanamkan minat,motivasi dan sikap dari mahasiswa
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar bagi
mahasiswanya.
1.4.2.3 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai landasan atau referensi dalam membuat penelitian
selanjutnya.
1.4.2.4 Manfaat bagi tempat penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sekolah SMP yang
ada di wilayah kerja sebagai acuan menyusun program
dalam mengatasi kasus remaja putrid terutama pencegahan
anemia pada remaja putri di sekolah.

1.5 Keaslian Penelitian


Tabel 1.1
KeaslianPenelitian
N Nama, Judul, Tahun Metode Hasil
o
1 CahyaDaris Tri Wibowo, Penelitian yang Dari hasil ujiChi-
HarsoyoNotoatmojo, dilakukan bersifat Square didapatkan
AfianaRohmani: Hubungan analitik nilai p-value=
Antara Status Gizi Dengan observasional 0,000 maka dapat
Anemia Pada Remaja Putri dengan pendekatan disimpulkan
Di Sekolah Menengah cross sectional. bahwa
Pertama Muhammadiyah 3 Populasi penelitian adahubungan yang
Semarang (2013). sebanyak 254siswi bermakna antara
dan sampel dalam status gizi dengan
penelitian ini anemia.
sebanyak 44 siswi.
Pengambilan
sampel dilakukan
dengan
menggunakan
teknik non random
sampling,yaitu
purposive sampling.
Kemudian
dilakukan uji Chi-
7

Square.
2 Wina Mariana, Penelitian ini Tidak ada
NurKhafidhoh: Hubungan merupakan Peneliti- hubungan antara
Status Gizi Dengan an kuantitatif status gizi dengan
Kejadian Anemia dengan studi anemia pada
RemajaPutri Di SMK korelasi remaja putri di
Swadaya Wilayah menggunakan SMK Swadaya
KerjaPuskesmasKarangdor pendekatan cross Semarangtahun
o Kota Semarang (2103). sectional meng- 2013 dengan nilai
gunakanuji Chi- sign-ifikansi ρ
square value = 0,089
(>0,05)
3 DeaIndarti. Hubungan Desain penelitian Hasil analisis
Status GiziDenganKejadian cross-sectional. bivariat
Anemia PadaRemajaPutri Subjek 90 remaja menunjukkan
(2014). putri yang dipilih tidak ada
secara consecutive hubungan
sampling. bermakna antara
status gizi dengan
kejadian anemia
pada remaja putri
(p=0,289).
4 Adiyani K. dkk. Hubungan Penelitian ini Tidak terdapa
Status Gizi Dengan bersifat thubungan yang
Kejadian Anemia Pada observasional bermakna antara
Remaja Putri Di SMA analitik dengan status gizi dengan
PGRI 4 Banjarmasin pendekatan cross kejadian anemia
(2018). sectional. Sampel pada remaja putri
diambil dengan di SMA PGRI 4
teknik proportional Banjarmasin.
stratified random
sampling, terdiri
dari 67 subjek
penelitian. Analisis
data menggunakan
uji chi square

Anda mungkin juga menyukai