Kajilah sistem usaha agar disukai Allah (sesuai dengan syariat), juga pembinaan
karyawan nya tidak hanya dididik agar terampil dan profesional dalam bidang
pekerjaannya saja tetapi sangat diutamakan juga agar seluruh karyawan dan
keluarganya terbina keimanannya dan keluarganmya terbina keimanannya dan
ketaatannya kepada Allah.salah satu yang harus dilakukan adalah dengan
pemberian ilmu agama islam yang sistematis dan berkesinambungan, plus
kesempatan dan fasilitas beribadah yang layak.
Kepada karyawan selalu diyakinkan bahwa perusahaan tempat dia bekerja adalah
amanah dari Allahuntuk dikelola bersama,tiada yang menggaji semuanya kecuali
hanya Allah,bekerja adalah beramal shaleh beribadah dan berjihad dijalan
Nya,bukan semata mata hanya mencari uang .karena andaikan bekerja hanya
mencari uang saja ,bagaimana kalau mati sebelum gajian ?niskaya sangat rugi
,uang tidak didapat ,pahala amal pun lepas.
Tentu saja semua ini harus diawali dan dibarengi dengan suritauladan yang baik
,serta kejujuran dan keadilan para managernya khususnya pemilik usahanya
tersebut, niskaya Allah tidak mengecewakan pengusaha yang menjadikan bisnis
yang dilakukannya sebagai ladang jihad.
Contoh lain yang harus kita evaluasi,dan orang banyak menganggapnya sepele
adalah waktu shalat.kita harus hati-hati jangan sampai karyawan lalai apalagi melupakan
shalat.Jelas sekali,produktifitas yang dihasilkan karyawan yang tidak melakukan shalat tidak
akan membawa berkah baik untuk dirinya maupun untuk pemilik perusahaan. Keuntungan
memang harus dikejar semaksimal mungkin tapi apa artinya keuntungan yang melimpah apabila
tidak membawa malapetaka.
Sekali-kali jangan takut akan mengurangi keuntungan,justru sebaliknya,karena dengan doa yang
tulus dari karyawan-karyawan yamng diberi keluangan waktu shalat tadi, doanya akan dikabulkan
oleh Allah SWT.Siapa tau salah seorang dari karyawan kita ada yang sangat dekat kepada Allah
sehingga doanya sangat ijabah guna kemajuan perusahaan.
Mengapa kita harus takut merugi oleh karena itu waktu digunakan untuk shalat?Yakinlah,bahwa
yang memberi rizki hanya Allah pemilik segala kekayaan dan keberuntungan.Jikalau Allah
menakdirkan untuk mendapat rizki pasti tiada satupun dapat menolak –Nya ,dan tentu saja yang
sangat penting adalah keberkahan dalam rizki yang diterima,maslahat bagi dunia dan akhirat.
Wallahu a’lam (aep) © 2003