Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Peningkatan usia harapan hidup dan status gizi bagi masyarakat pada

dekade terakhir ini telah menyebabkan transisi pola kebiasaan hidup termasuk

pola makan. Hal ini berdampak pada perubahan dari penyakit menular

menjadi penyakit tidak menular. Perubahan pola penyakit itu berhubungan

dengan pola makan, dari pola makan yang tradisional yang mengandung

banyak serat dan sayuran ke pola makan dengan komposisi banyak protein,

lemak dan garam. Pola makan yang banyak mengandung purin apabila proses

metabolismenya terganggu maka kadar asam urat didalam darah akan

meningkat dan menimbulkan penumpukan kristal asam urat (Zakhiah, 2015).

Asam urat adalah zat hasil metabolisme purin dalam tubuh. Zat asam

urat ini biasanya akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urin dalam kondisi

normal. Namun dalam kondisi tertentu, ginjal tidak mampu mengeluarkan zat

asam urat secara seimbang sehingga terjadi kelebihan dalam darah. Kelebihan

zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun pada persendian-

persendian di tempat lainnya termasuk di ginjal itu sendiri dalam bentuk

kristal-kristal (Herman Sandjaya, 2014). Kelebihan asam urat (hiperurisemia)

sering disebut dengan istilah gout yaitu merupakan gangguan inflamasi akut

yang ditandai dengan nyeri akibat penimbunan kristal monosodium urat pada

persendian maupun jaringan lunak di dalam tubuh (Shetty, 2011). Kristal asam

urat ini akan membentuk endapan garam urat yang menumpuk di dalam jaringan ikat

1
di seluruh tubuh (endapan ini di sebut tofus). Keadaan ini akan memicu respon

inflamasi yang menyebabkan terjadinya nyeri, inilah yang disebut dengan penyakit

gout (Kowalak, Welsh & Mayer, 2011).

Kadar asam urat yang tinggi akan menyebabkan peningkatan kristal

asam urat yang berbentuk seperti jarum terutama di persendian yang akan

menimbulkan rasa sakit. Menurut, Utomo (2014), menyebutkan bahwa asam

urat umumnya banyak diderita oleh laki-laki dibanding perempuan. Pada

perempuan akan meningkat setelah menopause karena penurunan fungsi

hormone estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine.

Rasa sakit akibat asam urat terjadi malam dan pagi hari bangun tidur

dan bisa berlangsung selama 4-11 hari. Pengobatan herbal sekarang ini sudah

menjadi alternatif lain dari pengobatan modern. Meskipun penggunaan obat-

obat tradisional ini belum begitu diminati dikalangan umum, akan tetapi

kebiasaan minum jamu masih terlihat dikalangan masyarakat Indonesia,

khususnya Jawa dan Madura (Utomo, 2014).

Alexander (2010) menyatakan prevalensi asam urat (gout) di Amerika

Serikat meningkat dua kali lipat dalam populasi lebih dari 75 tahun dari 21 per

1000 menjadi 41 per 1000. Dalam studi ke dua, prevalensi asam urat pada

populasi orang dewasa Inggris diperkirakan 1,4 % dengan puncak lebih dari 7

% pada pria berusia 75 tahun.

Peningkatan kejadian gout pada lansia wanita sebesar 19,7 % dan

prevalensi gout pada lansia pria sebesar 23,3 % (Irawan Y, 2014). Di Cina,

penduduk yang mengalami keadaan hiperurisemia berjumlah hingga 25%. Hal

2
ini disebabkan karena perubahan gaya hidup dan pola makan, konsumsi

alkohol yang berlebihan dan medikasi-medikasi lain (Wortman, 2002 dalam

Zahara, 2013).

Prevalensi penyakit gout atritis berdasarkan diagnosis tenaga

kesehatan di Indonesia sebesar 11,9 % dan berdasarkan diagnosis atau gejala

24,7%. Prevalensi berdasarkan diagnosis tertinggi, yaitu di Bali (19,3%),

diikuti Aceh (18,3%), Jawa Barat (17,5%), dan Papua (15,4 %). Prevalensi

Penyakit Sendi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala tertinggi,

yaitu di Nusa Tenggara Timur (33,1%), diikuti Jawa Barat (32,1%), dan Bali

(30%), sedangkan prevalensi penyakit gout atritis di provinsi Bengkulu

berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, yaitu 10,2 %, dan berdasarkan

diagnosis atau gejala, yaitu 16,5 %. Pengetahuan penatalaksanaan gout

arthritis yang baik sebagian pasien mengetahui penatalaksanaan gout arthritis

yang baik (membatasi mengkonsumsi daging, jeroan dan kacang-kacangan,

pasien tidak mengkonsumsi jamu, pasien hanya minum obat anti nyeri dan

penurunan asam urat dari dokter), sebagian dari pasien yang tidak mengetahui

penatalaksanaan gout arthritis yang baik suka mengkonsumsi jeroan, udang,

kacang-kacangan, dan suka membeli obat-obatan pereda nyeri yang dijual

bebas di warung dibanding periksa ke dokter (Riskedas 2013).

Data laporan Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa persentase yang

menderita penyakit sendi di Indonesia adalah 24,7%. Pada wanita 13,4% dan

pria lansia 11,3%. Data tersebut menunjukkan bahwa wanita dominan

mengalami nyeri sendi dari pada pria. Persentase yang mengalami penyakit

3
sendi berdasarkan diagnosis dan gejalanya di Kalimantan Barat adalah 22,3%.

Prevalensi Gout artritis Jawa Tengah mencapai 165,375 penderita, jumlah

tersebut terdiri atas usia (45-59 thn) sebanyak 48,055 orang, usia (≥60 thn)

sebanyak 42,787 orang, pada penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan

pada penderita perempuan dengan proposi puncaknya pada usia 50 tahun

(BPS, 2010). Survey epidemologik yang di lakukan di Jawa Tengah atas kerja

sama WHO bahwa prosentase menderita penyakit sendi di Indonesia adalah

24,7 %, pada pria 13,4% dan pada wanita 11,3 %. Data-data tersebut

menunjukan bahwa pria lebih dominan mengalami nyeri sendi (Riskendas,

2013).

Penanganan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri dapat dilakukan

secara farmakologis dan non farmakologis. Penanganan farmakologis yaitu

pemberian obat kelompok salisilat dan kelompok obat anti inflamasi

nonsteroid, tetapi salah satu efek yang serius dari obat anti inflamasi

nonsteroid adalah perdarahan saluran cerna. Sedangkan penanganan non

farmakologis tidak mengeluarkan biaya yang mahal dan tidak memiliki efek

yang berbahaya. Dalam keperawatan terapi nonfarmakologi disebut

keperawatan komplementer. Terapi komplementer merupakan terapi alamiah

diantaranya adalah dengan terapi herbal. Jenis terapi herbal yang dapat di

gunakan dalam mengurangi nyeri pada penderita asam urat yaitu daun sirsak

(Annona Muricata L.) (Wirahmadi, 2013).

Ilfakah (2017), menyatakan pada daun dan buah sirsak mengandung

senyawa flavonoid, tannin, resin, mangostine beberapa senyawa lainnya.

4
Flavonoid merupakan antioksidan yang dapat mencegah kerusakan akibat

penuaan yang disebabkan oleh radikal bebas. Senyawa flavonoid dapat

menghambat enzim xiantin oksidase yang berperan dalam pembentukan asam

urat darah.

Berdasarkan data dari Puskesmas Pulosari menunjukkan jumlah

penderita gout atritis usia 45 – 50 tahun berjumlah 21 orang, usia 55- 59 tahun

berjumlah 8 orang, usia 60 – 69 tahun berjumlah 10 orang, dan usia >70 tahun

berjumlah 3 orang. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin meneliti

pengaruh pemberian air rebusan daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

penurunan kadar asam urat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yakni tingginya angka kejadian

asam urat maka rumusan masalah penelitian adalah : bagaimana pengaruh

pemberian air rebusan daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap penurunan

kadar asam urat?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh karakteristik responden penderita asam urat dan

pengaruh pemberian air rebusan daun sirsak (Annona muricata L.)

terhadap penurunan kadar asam urat pada penderit asam urat.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, pekerjaan,

jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas dan konsumsi alkohol.

5
b. Mengetahui kadar asam urat sebelum dan sesudah diberikan air rebusan

daun sirsak

c. Mengetahui pengaruh pemberian air rebusan daun sirsak terhadap

penurunan kadar asam urat.

D. Manfaat Penelitian

penelitian ini bukan hanya untuk kepuasan peneliti, penelitian ini mempunyai

manfaat bagi:

1. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi instansi

pendidikan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan program studi

ilmu kesehatan dalam hal mencegah ataupun mengatasi asam urat.

2. Bagi untuk Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi masyarakat serta

memberikan informasi kepada masyarakat mengenai daun sirsak untuk

menurunkan kadar asam urat.

3. Bagi Peneliti dan Peneliti Selanjutnya

Melalui penelitian ini, peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu

yang didapat selama pendidikan serta dapat menjadi tolak ukur dalam

melakukan penelitian selanjutnya dengan melakukan bahan dan sampel

lain.

6
E. Keaslian Penelitian

1. Ashraf (2019). Penelitian ini berjudul “Management of gout and

hyperuricemia: Multidisciplinary consensus in Taiwan The protective

efficacy of soursop fruit extract against hepatic injury associated with

acetaminophen exposure is mediated through antioxidant, anti-

inflammatory, and anti-apoptotic activities”. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian analitik dengan menggunakan Pre-Experimental

Designs dengan metode pendekatan One Group Pre-test Post-test. Hasil

Berdasarkan data spektral UV-Visible dan waktu retensinya, Annona

muricata ekstrak bubur buahmemiliki pita UV pada karakteristik 280 nm

untuk senyawa polifenol dan flavonoid, dapat berupa luteolin, kuersetin

dan turunannya, asam sinamat, katekin, asam caffeic turunannya,

epicatechin gallate dan turunannya, dan turunan gallocatechin. Persamaan

metode yang di gunakan yaitu pre eksperimen dan variabel bebas juga

menggunakan daun sirsak. Perbedaan variabel terikat berbeda dengan

penelitia yang akan di lakukan yaitu asam urat.

2. Kuang-Hui Yu (2018). Penelitian ini berjudul “Management of gout and

hyperuricemia: Multidisciplinary consensus in Taiwan”. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif konsensus / observasi. Hasil ada

penurunan pada penderita asam urat dengan angka <9 mg menjadi di

bawah <7. Persamaan variabel terikatnya tentang asam urat. Perbedaan

metode yang di gunakan yaitu metode kualitatif.

7
3. Anissa (2016). Penelitian ini berjudul “ Pengaruh Pemberian Air Rebusan

Daun Sirsak (Annona muricata Linn.) Terhadap Penurunan Kadar Asam

Urat Darah Mencit (Mus musculus)”. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian analitik dengan menggunakan Pre-Experimental Designs

dengan metode pendekatan One Group Pre-test Post-test. Pengambilan

sampel dilakukan dengan cara randomisasi sederhana (simple random

sampling), di mana semua objek atau elemen populasi memiliki

kesempatan yang sama sebagai sampel. Hasil Rebusan daun sirsak dapat

menurunkan kadar asam urat darah mencit selama 7 hari pemberian

(p<0,05). Persamaan dalam penelitian ini adalah metode yang di gunakan

yaitu pre eksperimen dan variabel terikatnya yaitu asam urat. Perbedaan

pada penelitian ini dan yang akan di lakukan penelitian yaitu responden

pada penelitian sebelumnya yaitu pada mencit dan pada penelitia

berikutnya yaitu ke resposnden penderita asam urat.

4. Gustomi (2016). Penelitian ini berjudul “ pemberian rebusan daun sirsak

(annona muricata linn) menurunkan nyeri pada penderita gout arthritis.

Penelitian ini menggunakan metode Pra Eksperimental dengan rancangan

One-Group Pra-Post test design. Sampel dipilih menggunakan metode

Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikan (2-

tailed) = 0.000 yang berarti rebusan daun sirsak bisa menurunkan nyeri

pada penderita gout arthritis. Persamaan dalam penelitian ini adalah

metode yang di gunakan yaitu pre eksperimen dan variabel terikatnya yaitu

8
asam urat. Perbedaan pada peneliti sebelumnya yaitu tujuanya untuk

meredakan nyeri dan peneliti yang akan di lakukan yaitu kadar asam urat.

5. Setianingrum (2019). Penelitian ini berjudul “pemberian air rebusan daun

salam (syzygium polyanthum) terhadap penurunan kadar asam urat pada

penderita asam urat di dusun kadisoro desa gilangharjo kecamatan pandak

kabupaten bantul diy tahun 2017. Metode pendekatan Quasi Eksperiment

Design dengan menggunakan Non Equivalent Control Group. Hasil

Berdasarkan pemberian air rebusan daun salam selam 3 hari dan

berdasarkan uji wilcoxon test diperoleh hasil Asymp. Sig. 0,001<0,05,

artinya ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap

penurunan kadar asam urat pada penderita asam urat. Persamaan Variabel

terikat yang digunakan sama yaitu meneliti tentang asam urat. Perbedaan

Variabel yang digunakan pada variabel bebas yaitu daun salam dan pada

peneliti yang akaun di lakukan adalah menggunakan daun sirsak.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gout Athritis (Asam Urat)

1. Gambaran Umum Gout Athritis

Penyakit asam urat dalam istilah medis dikenal dengan gout

merupakan penyakit akibat penumpukan asam urat dalam tubuh secara

berlebihan, baik secara produksi asam urat yang meningkat ataupun dari

asupan tinggi purin, sehingga ginjal tidak mampu mengeluarkan yang

menyebabkan krital asam urat menumpuk di persendian ( Wahyuningsih

2013). Pada keadaan normal kadar urat serum pada laki – laki mulai

meningkat setelah pubertas. Pada perempuan kadar urat tidak meningkat

sampai setelah menopause karena estrogen meningkatkan eksresi asam

urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar urat serum meningkat

seperti pada pria, (Carter 2015).

2. Definisi Gout Arthritis

Asam urat adalah zat hasil metabolisme purin dalam tubuh. Zat asam

urat ini biasanya akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urin dalam kondisi

normal. Namun dalam kondisi tertentu, ginjal tidak mampu mengeluarkan

zat asam urat secara seimbang sehingga terjadi kelebihan dalam darah.

Kelebihan zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun pada

persendian-persendian di tempat lainnya termasuk di ginjal itu sendiri

dalam bentuk kristal-kristal (Herman Sandjaya, 2014). Gout Arthritis

adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh tingginya kadar asam urat

10
dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah melebihi batas

normal menyebabkan penumpukan asam urat didalam persendian dan

oragan tubuh lainnya dengan nilai kadar asam urat pada perempuan adalah

2,4-6 mg/dl sedangkan pada laki-laki adalah 3.5-7.2 mg/dl (Noviyanti,

2015)

Hiperurisemia merupakan peningkatan kadar asam urat serum yang

melebihi kadar normal. Hasil penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa

dikatakan hiperurisemia jika kadar asam urat serum lebih dari 7,0 mg/dl

pada laki – laki dan lebih dari 6,0 mg/dl pada perempuan. Gout (pirai)

adalah kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal

monosodium urat pada jaringan akibat gangguan metabolisme berupa

hiperurisemia, (Dianati 2015).

3. Etiologi Gout Arthritis

Berdasarkan patofisiologisnya, hiperurisemia atau peningkatan

asam urat terjadi akibat produksi asam urat yang berlebih, pembuangan

asam urat yang kurang atau keduanya, (Suiraoka 2012).

a. Produksi asam urat berlebih

Peningkatan produksi asam urat terjadi akibat peningkatan

kecepatan biosintesa purin dari asam amino untuk membentuk inti sel

DNA dan RNA. Hal ini disebabkan kelainan produksi enzim yaitu

kekurangan enzim Hipoxantin guanine fosforibosil transferase

(HGPRT) dan kelebihan aktivitas enzim Fosforibosil piro fosfatase

(PRPP) sehingga terjadi kelainan metabolisme purin (inborn errors of

11
purin metabolism). Produksi asam urat dibantu oleh enzim Xantin

Oksidase dengan efek samping menghasilkan radikal bebas

superoksida. Kekurangan enzim HGPRT dapat menyebabkan

akumulasi PRPP dan penggunaan enzim PRPP untuk inhibisi umpan

balik menurun sehingga hipoxantin akan digunakan untuk

memproduksi asam urat.

aktivitas berlebih enzim PRPP akan menyebabkan pembentukan

nukleotida asam guanilat (GMP) dan Adenilat deaminase (AMP)

menurun sehingga menstimulasi proses inhibisi umpan balik yang

akibatnya meningkatkan proses pembentukan asam urat. Keadaan ini

ditemukan pada mereka yang memiliki kelainan herediter. Peningkatan

produksi asam urat juga bisa disebabkan asupan makanan kaya protein

dan purin atau asam nukleat berlebihan seperti jeroan, makanan laut,

kaldu kental dan lain – lain serta hasil pemecahan sel yang rusak

akibat obat tertentu. Penguraian purin yang terlalu cepat pada olahraga

berlebihan dan kelainan darah (hemolisis) juga menyebabkan

tingginya asam urat.

b. Pembuangan asam urat yang kurang

Asam urat akan meningkat dalam darah jika eksresi atau

pembuangannya terganggu. Sekitar 90% penderita hiperurisemia

mengalami gangguan ginjal dalam pembuangan asam urat ini.

Biasanya penderita gout mengeluarkan asam urat sekitar 40% lebih

sedikit dari orang normal. Dalam kondisi normal, tubuh mampu

12
mengeluarkan 2/3 asam urat melalui urin (sekitar 300 sampai dengan

600 mg/hari). Sedangkan sisanya dieksresikan melalui saluran

gastrointestinal.

Asam urat larut dalam plasma darah sebagai monosodium urat

yang pada suhu 370 C kelarutannya dalam plasma sebanyak 7 mg/dl.

Secara normal, pengeluaran asam urat secara otomatis akan lebih

banyak jika kadarnya meningkat dalam darah akibat asupan purin dari

luar atau pembentukan purin. Tapi pada penderita gout kadar asam

urat tetap lebih tinggi 1 – 2 mg/dl dibandingkan orang normal.

Di dalam tubuh, terdapat enzim urikinase untuk mengoksidai asam

urat menjadi alotinin yang mudah dibuang. Kalau terjadi gangguan

pada enzim urikinase akibat proses penuaan atau stres maka terjadi

hambatan pembuangan asam urat sehingga kadar asam urat akan naik

dalam darah. Hambatan pembuangan asam urat juga terjadi akibat

gangguan fungsi ginjal.

Pembuangan asam urat terganggu akibat penurunan proses filtrasi

ginjal di glomerulus ginjal, penurunan eksresi dalam tubulus ginjal

disebabkan karena akumulasi asam – asam organik lain yang

berkompetisi dengan asam urat untuk dieksresikan. Hal ini terjadi pada

keadaan starvasi, asidosis, keracunan dan pada penderita diabetes.

Hiperurisemia yang terjadi karena peningkatan reabsorpsi asam urat

banyak dialami oleh penderita diabetes dan terapi obat diuretik. Tetapi

13
jika pembuangannya terganggu tanpa terjadi kerusakan ginjal biasanya

hal ini berkaitan dengan herediter.

c. Kombinasi produksi asam urat berlebih dan pembuangan yang kurang

Mekanisme kombinasi keduanya terjadi pada kelainan intoleransi

fruktosa, defisiensi enzim tertentu yaitu glukosa 6-fosfat. Pada

kelainan tersebut akan diproduksi asam laktat berlebihan, pembuangan

asam urat menjadi menurun karena berkompetisi dengan asam laktat

dan hiperurisemia menjadi lebih parah. Kekurangan enzim glukose 6-

fosfat biasanya menyebabkan hiperurisemia sejak bayi dan menderita

gout usia muda.

4. Patofisiologi

Pada keadaan normal kadar urat serum laki – laki mulai meningkat

setelah pubertas. Pada perempuan kadar urat serum tidak meningkat

sampai setelah menopause karena estrogen meningkatkan eksresi asam

urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar urat serum pada perempaun

meningkat sama seperti pada laki – laki, akan tetapi penderita gout jarang

ditemukan pada perempuan. Sekitar 95% kasus penderita gout menyerang

laki – laki (Wahyuningsih 2013). Terdapat 4 tahap perjalanan klinis dari

penyakit gout yang tidak diobati. Tahap pertama adalah hiperurisemia

asimtomatik.. Dalam tahap ini pasien tidak menunjukkan gejala – gejala

lain dari peningkatan asam urat serum. Hanya 20% dari pasien

hiperurisemia asimtomatik yang berlanjut menjadi gout akut (Carter

2005).

14
Tahap kedua adalah atritis gout akut. Pada tahap ini terjadi awitan

mendadak pembengkakan dan nyeri luar biasa, biasanya pada sendi ibu

jari kaki dan sendi metatarsofalangeal. Atritis bersifat monoartikular dan

menunjukkan tanda – tanda peradangan lokal. Mungkin terdapat demam

dan peningkatan jumlah leukosit. Serangan dapat dipicu oleh pembedahan,

trauma, obat – obatan, alkohol, atau stres emosional. Tahap ini biasanya

mendorong pasien untuk mencari pengobatan segera. Sendi – sendi lain

dapat terserang, termasuk sendi jari – jari tangan, lutut, mata kaki,

pergelangan tangan, dan siku. Serangan gout biasanya pulih tanpa

pengobatan, tetapi dapat memakan waktu 10 – 14 hari. Perkembangan dari

serangan akut gout umumnya mengikuti serangkaian peristiwa sebagai

berikut. Mula – mula terjadi hipersaturasi dari urat plasma dan cairan

tubuh. Selanjutnya diikuti oleh penimbunan didalam dan sekeliling sendi –

sendi.

Mekanisme terjadinya kristalisasi urat setelah keluar dari serum masih

belum jelas dimengerti. Serangan gout seringkali terjadi setelah trauma

lokal atau ruptura tofi (timbunan natrium urat), yang mengakibatkan

peningkatan cepat konsentrasi asam urat lokal. Tubuh mngkin tidak dapat

mengatasi peningkatan ini dengan baik, sehingga terjadi pengendapan

asam urat diluar serum. Kristalisasi dan penimbunan asam urat akan

memicu serangan gout. Kristal – kristal asam urat.

Kristal – kristal asam urat memicu respon fagositik oleh leukosit,

sehingga leukosit memakan kristal – kristal urat dan memicu mekanisme

15
respon peradangan lainnya. Respon peradangan ini dapat dipengaruhi oleh

lokasi dan banyaknya timbunan kristal asam urat. Reaksi peradangan

dapat meluas dan bertambah sendiri, akibat dari penambahan timbunan

kristal serum. Tahap ketiga setelah serangan gout akut, adalah tahap

interkritis. Tidak terdapat gejala – gejala pada masa ini, yang dapat

berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang

mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun.

Tahap keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat

yang harus bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak

dimulai. Peradangan kronik akibat kristal – kristal asam urat

mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, juga pembesaran dan penonjolan

sendi yang bengkak. Serangan akut atritis gout dapat terjadi dalam tahap

ini diobati. Batu ginjal asam urat juga dapat terbentuk sebagai akibat

sekunder dari gout. Batu biasanya berukuran kecil, bulat, dan tidak terlihat

pada pemeriksaan radiografi.

5. Gejala

Suroika (2012), Gejala asam urat meliputi kesemutan dan linu, nyeri

terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur, sendi yang terkena

asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri luar biasa pada

malam dan pagi hari. Athritis pirai akut terjadinya secara mendadak.

Timbul serangan bisa dipicu oleh luka ringan, pembedahan, pemakaian

sejumlah besar alkohol atau makanan kaya protein, kelelahan, stres

emosional, penyakit.

16
Kadar asam urat normal pada laki – laki dan perempuan berbeda. Pada

laki – laki kadar asam urat normal berkisar 3,5 – 7 mg/dl sedangkan pada

perempuan berkisar 2,6 – 6 mg/dl. Kadar asam urat diatas normal disebut

hiperurisemia. Kadar asam urat yang terlalu tinggi akibat sistem

pembuangan lewat ginjal yang tidak berjalan dengan baik dapat

merangsang fungsi ginjal. Gangguan ini dapat berdampak terbentuknya

batu ginjal, bahkan sampai pada gagal ginjal. Kristal asam urat juga dapat

merusak struktur bagian dalam pembuluh darah koroner sehingga beresiko

penyakit jantung koroner

6. Faktor Resiko

Khanna (2012), Penyakit gout terbagi menjadi 2 jenis, yaitu gout

primer dan gout sekunder. Gout primer adalah penyakit gout dimana

mengalami peningkatan asam urat dan penurunan ekskresi tubular asam

urat. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui

(idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor

hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat

mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga

diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Gout

sekunder terjadi karena konsumsi obat atau toksin, makanan dengan kadar

purin yang tinggi, penyakit darah (penyakit sumsum tulang,polisitemia),

kadar trigliserida yang tinggi yang dapat menurunkan ekskresi asam urat

dan mencetusnya serangan akut.

Gejala arthritis gout disebabkan oleh reaksi inflamasi terhadap

17
pembentukan Kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu dilihat dari

penyebabnya, penyakit ini termasuk golongan kelainan metabolik.

Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu

hiperurisemia.. menurut Ragab (2017), hiperurisemia pada penyakit ini

terjadi karena:

1. Pembentukan asam urat yang berlebihan;

a. Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang

bertambah.

b. Gout sekunder metabolik, disebabkan pembentukan asam urat

berlebihan karena penyakit lain seperti leukemia.

2. Kurangnya pengeluran asam urat melalui ginjal;

a. Gout primer renal, terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di

tubuli distal ginjal yang sehat.

b. Gout sekunder renal, disebkan oleh kerusakan ginjal, misalnya

pada glomerulonefritis kronik atau gagal ginjal kronik.

3. Umur

Meskipun kejadian hiperurisemia bisa terjadi pada semua

tingkat usia namun kejadian ini meningkat pada laki–laki dewasa

berusia ≥30 tahun dan perempuan setelah menopause atau berusia

≥40 tahun, karena pada usia ini perempuan mengalami gangguan

produksi hormon estrogen.

4. Jenis Kelamin

18
Laki-laki memiliki resiko lebih besar terkena penyakit asam

urat dari pada perempuan terutama saat usianya diatas 30 tahun

karena perempuan banyak memproduksi hormon esterogen dan asam

urat akan dikeluarkan pada saat menstruasi. Pada wanita, biasanya

penyakit ini berisiko menyerang setelah menopause.

5. Riwayat Keluarga

Riwayat genetik/keturunan yang mempunyai hiperurisemia

mempunyai risiko 1-2 kali lipat di banding pada penderita yang tidak

memiliki riwayat genetik/ keturunan. Kadar asam urat dipembanding

oleh beberapa gen.

6. Nutrisi

Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun

asam nukleat atau asam inti dari sel dan termasuk dalam kelompok

asam amino,unsur pembentuk protein. Makanan dengan kadar purin

tinggi (150–180 mg/100 gram) antara lain jeroan, daging baik daging

sapi, babi, kambing atau makanan dari hasil laut (sea food), kacang-

kacangan,bayam, jamur, kembang kol, sarden, kerang, minuman

beralkohol. Purin merupakan senyawa yang di rombak menjadi asam

urat dalam tubuh. Sejak dahulu masyarakat percaya bahwa konsumsi

makanan tinggi purin dapat menimbulkan penyakit asam urat. Dengan

demikian pada penderita radang sendi/ tanpa mengetahui

penyebabnya, selalu berupaya menghindari makanan tinggi purin. Saat

19
mengkonsumsi makanan mengandung tinggi purin, mereka meminum

obat atau ramuan tradisional penurun asam urat.

7. Obesitas

Obesitas dan kegemukan dapat dinilai paling mudah dengan

berat dan tinggi badan. Salah satunya adalah menghubungkan berat

badan dengan rentang tinggi badan rata-rata dan umur. Obesitas tubuh

bagian atas (obesitas abdominal) berhubungan lebih besar dengan

intoleransi glukosa atau penyakit diabetes mellitus,hiperinsulinemia,

hipertrigliseridemia, hipertensi, dan gout dibanding obesitas bawah.

Tingginya kadar leptin pada orang yang mengalami obesitas dapat

menyebabkan resistensi leptin. Leptin adalah asam amino yang

disekresi oleh jaringan adiposa, yang berfungsi mengatur nafsu makan

dan berperan pada perangsangan saraf simpatis, meningkatkan

sensitifitas insulin, natriuresis, diuresis dan angiogenesis. Jika

resistensi leptin terjadi di ginjal, maka akaterjadi gangguan diuresis

berupa retensi urin. Retensi urin inilah yang dapat menyebabkan

gangguan pengeluaran asam urat melalui urin, sehingga kadar asam

urat dalam darah orang yang obesitas tinggi.

8. Stress

Stress yaknni keadaan dimana badan memberikan respon

berlebih kepada keadaan lingkungan baik yang bersifat fisik maupun

psikis,maka dengan cara automatis dapat meningkatkan sistem

metabolisme badan yang berakibat terhadap meningkatnya asam

20
lambung dan kadar asam urat dalam darah.

9. Konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol

meningkatkan produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat

sebagai akibat produk sampingan dari metabolisme normal alkohol.

Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga

terjadi peningkatan kadarnya dalam serum.

10. Obat-obatan

Penggunaan Obat-obatan diuretika (furosemid dan

hidroklorotiazida), obat sititoksik, pirazinamid, levodopa, aspirin dosis

rendah, obat kanker, vitamin B12 dapat meningkatkan absorbsi asam

urat di ginjal sebaliknya dapat menurunkan ekskresi asam urat urin

(Ridi, 2017)

7. Manifestasi Klinis

Menurut Noviyanti (2015) manifestasi klinis yang ditimbulkan pada

penyakit asam urat antara lain adalah sebagai berikut:

1. Gout arthritis akut

Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien

tidur tanpa ada gejala apaapa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang

hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat monoartikuler dengan

keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan

gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Lokasi

yang paling sering pada MTP-1 yang biasanya disebut podagra.

21
Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu

pergelangan tangan/kaki, lutut, dan siku.

2. Gout arthritis interkritikal

Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi

periode interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak dapat

ditemukan tanda-tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi

ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses peradangan

masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan.

3. Gout arthritis kronis

Artritis gout menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan

poliartikular. Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat,

kadang- kadang dapat timbul infeksi sekunder. Lokasi tofi yang paling

sering pada aurikula, MTP-1, olekranon, tendon achilles dan distal

digiti. Tofi sendiri tidak menimbulkan nyeri, tapi mudah terjadi

inflamasi disekitarnya, dan menyebabkan destruksi yang progresif

pada sendi serta dapat menimbulkan deformitas. Pada stadium ini

kadang-kadang disertai batu saluran kemih sampai penyakit ginjal

menahun.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan asam urat secara umum menurut Noviyanti (2015),

dapat diatasi dengan menggunakan terapi farmakologi dan terapi

nonfarmakologi.

1. Farmakologi

22
Pengobatan modern ini biasa diperoleh dengan mengunakan

resep dokter. Obat-obatannya antara lain:

a. Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang berfungsi untuk

mengatasi nyeri sendi akibat proses peradangan.

b. Kortikosteroid, yang berfungsi sebagai obat anti radang dan menekan

reaksi imun.

c. Imunosupresif, yang berfungsi untuk menekan reaksi imun. Obat ini

jarang digunakan karena efek sampingnya cukup berat yaitu dapat

menimbulkan penyakit kanker dan bersifat racun bagi ginjal dan hati.

d. Suplemen antioksidan yang diperoleh dari asupan vitamin dan

mineral yang berkhasiat untuk mengobati asam urat. Asupan vitamin

danmineral dapat diperoleh dengan mengkonsumsi buah atau

sayuran segar atau orange, seperti wortel

e. Alopurinol: Obat yang paling umum digunakan untuk menghambat

produkasi asam uraty dengan menghambat xanthine oksidase,

mencegah peningkatan kadar asam urat.

2. Nonfarmakologi

a. Pola hidup sehat: makan makanan yang mengandung rendah purin,

olahraga

b. Pengobatan Tradisional (Herbal)

Tanaman obat yang digunakan untuk penyakit asam urat

berfungsi sebagai anti radang, penghilang rasa sakit (analgesic).

Membersihkan darah dari zat toksik, peluruh kemih (diuretic)

23
sehingga memperbanyak urin, dan menurunkan asam urat.

B. Tanaman Sirsak (Annona murricata L)

Tanaman sirsak termasuk tanaman yang dapat tumbuh dan berbuah

sepanjang tahun dan diberbagai tempat. Daerah yang ideal untuk tanaman

sirsak adalah daerah yang tanahnya cukup mengandung air. Di Indonesia

sirsak dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian kurang

dari 1000 m diatas permukaan laut (Latief 2014).

1. Morfologi Tanaman Sirsak

Tanaman sirsak merupakan tanaman tegak dengan tinggi

batang 4 – 10 meter (Kunz 2007). Batangnya berwarna coklat,

berkayu, bulat, bercabang. Tanaman sirsak memiliki daun tunggal

berwarna hijau sampai hijau kecoklatan, dan berbentuk bundar

panjang, lanset, atau bundar telur agak tebal (Latief 2014).

2. Klasifikasi tanaman sirsak

Menurut Tjitrosoepomo (2013) tanaman sirsak (Annonaa

murricata L) mempunyai klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridaeplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Sphermatophytina
Infradivisi : Angiospermae
Kelas : Maqnoliopsida
Superordo : Maqnolinae
Ordo : Maqnoliales

24
Famili : Annonaceae
Genus : Annona L
Spesies : Annona murricata L
3. Kandungan Senyawa dalam Daun Sirsak

Daun sirsak mengandung alkaloid (retikulin, coreksimin,

koklarin dan anomurin) dan minyak atsiri (β-caryophyllene, δ-

cadinene, epi-α-kadinol dan α-kadinol) (Sousa et al., 2010). Selain itu,

daun juga mengandung senyawa asetogenin, seperti annomusirin A

dan B, gigantetrosin A, annonasin-10-one, murikatetrosins A dan B,

annonasin, goniothalamisin, murikatosins A dan B, annonasin A, (2,4-

trans)- isoannonasin, (2,4-cis)- isoannonasin, annomurisin C,

murikatosin C, gigantetronenin, annomutasin, (2,4-trans)- 10 R-

annonasin-A-one, (2,4-cis)10R-annonasin-A-one,annopentonins A,B,

dan C, cis dan trans-annomurisin-D-ones, annomurisin,

murikapentosin, murikoreasin serta muriheksosin C dan annocatasin

A, serta Banomurisin A dan B (Sousa, 2010).

Selain asetogenin, daun juga mengandung KH 7,31%, protein

8,6%, saponin, tanin, vitamin C 66,6%, vitamin E 6,68%, fosfor 128%,

Besi 1,07%, dan klasium 3,00% (Ramesh et al., 2013), serta

mengandung flavonoid seperti kuersetin, katekin, epikatekin, asam

klorogenat, dan kaempferol (Nawwar, 2012). Infusa daun sirsak

memiliki banyak kandungan yang bermanfaat pada bidang kesehatan.

Kandungan infusa daun sirsak yang telah terdeteksi antara lain

flavonoid, polifenol, alkaloid, tannin dan saponin. Gambaran

25
mengenai kandungan yang terdapat dalam infusa daun sirsak tersebut

diperoleh dengan menggunakan pemeriksaan kandungan kimia secara

Kromatografi Lapis Tipis (Redo, 2015).

4. Manfaat Daun Sirsak

Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang ekstrak daun sirsak

sebagai antioksidan pada penurunan kadar asam urat tikus wistar

menunjukkan bahwa hasil uji in vivo, dosis 200 mg/kgBB ekstrak n-

butanol daun sirsak dapat menurunkan asam urat mencapai 86,29%

(Artini, 2012).

5. Aktivitas Antioksidan Daun Sirsak

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70%

daun sirsak memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 yaitu

22,25 bpj. Aktivitas suatu senyawa dikatakan memiliki aktivitas tinggi

jika mempunyai nilai IC50 dibawah 20 bpj, aktivitas sedang jika

mempunyai nilai IC50 21-100 bpj, aktivitas rendah jika mempunyai

nilai IC50 101-200 bpj, dan tidak aktif jika mempunyai nilai IC 50 diatas

200 bpj (Tambunan 2013).

26
D. Kerangka Teori penelitian

1. Definisi Faktor resiko:


2. Etiologi Usia, jenis kelamin, Riwayat
3. Pathofisiologi keluarga, Makanan tinggi purin,
4. Gejala Obesitas, Stress, Alkohol, Obat-
5. Faktor resiko
obatan
6. Manifestasi
klinis

Asam Urat

Peningkatan asam urat Pembentukan asam


urat berlebihan

Metode prngobatan

Farmakologi Non Farmakologi

kesetabilan Air Rebusan daun sirsak


kadar asam
urat

Alkaloid, Minyak astiri, Senyawa


Asterogen, Protein, Saponin, Tanin,
27
Vitamin C, Fosfor, Besi dan Kalsium
Gambar 2.1 Kerangka teori penelitianmmenurut Khana (2012), Suroika

(2012),Ramesh (2013), Latief (2014), Dianati (2015), Novianti (2015),

Ragab(2017).

D. Kerangka Konsep Penelitian

Pemberian Penurunan
air rebusan kadar asam
daun sirsak urat

Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian

E. Hipotesa

Ha = Ada pengaruh pemberian air rebusan daun sirsak (Annona muricata

L.) terhadap penurunan kadar asam urat.

H0 = Tidak ada perbedaan yang nyata dan signifikan antara pemberian air

rebusan daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap penurunan

kadar asam urat.

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif

dengan desain quasy eksperimental dengan pendekatan control group pre

test-post test design, yaitu desain penelitian dengan membandingkan

sebelum dan sesudah sehingga hasilnya dapat diketahui lebih akurat.

( Sugiyono, 2014). Pengukuran variabel ini dilakukan sebelum dan setelah

dilakukan pengaruh pemberian air rebusan daun sirsak (Annona muricata

L.). Gambaran penelitian skema penelitian ini adalah sebagai berikut.

(Pre test) (Intervensi) (Post test)

O1 ———————— X ——————— O2

Keterangan:

O1 : Observasi kadar asam urat sebelum mengkonsumsi air rebusan daun

sirsak.

29
X : perlakuan

O2 : Observasi kadar asam urat setelah mengkonsumsi air rebusan daun

sirsak.

B. Populasi, sampel dan teknik sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjekatau

objek yang memiliki karakteristik sesuai dengan ketentuan peneliti

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Jadi

populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh penderita asam urat

sebanyak 30 0rang.

2. sampel

Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling. Terdapat dua syarat yang

harus dipenuhi untuk mendapatkan sampel, yaitu: 1) Representatif

(sampel dapat mewakili populasi yang ada). 2) Sampel harus cukup

banyak (Nursalam, 2013). Sampel diseleksi dengan kriteria sampel

yang terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Penentuan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus

sebagai berikut :

N . Z2 . p , q
n= 2
d ( N −1 )+ Z . p . q

Keterangan:

n = perkiraan jumlah sample N = Perkiraan jumlah populasi

30
Z = Nilai standar normal untuk alfa = 0,05 ( 1,96 )

P = Perkiraan proporsi jika tidak diketahui dianggap 50% q = 1-p

( 100 % - p )

d = Tingkat kesalahan yang dipilih ( d = 0,05 )

Dari hasil rumus diatas, responden untuk setiap kelompok yaitu

15 orang. jadi jumlah sampel 15 orang menjadi kelompok

perlakuan/intervensi, 15 orang menjadi kelompok pembanding,

sehingga total sampel adalah 30 orang.

Berikut ini kriteria inklusi dan ekslusi dalam penelitaian ini meliputi :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana objek penelitian

mewakili sampel penelitian yang mempengaruhi syarat sebagai

sampel (Hidayat, 2007). kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah:

1) Laki-laki yang menderita asam urat ≥ 7mg/dL.

2) Wanita yang menderita asam urat ≥ 6mg/dL.

3) Penderita yang bersedia menandatangani informed consent.

4) Responden gout arthritis yang pernah memeriksakan diri ke

Puskesmas Pulosari 1 bulan terakhir.

b. Kriteria Eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian (Hidayat, 2007).

Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

31
1) Penderita yang tidak bersedia menandatangani informed

consent.

2) Penderita yang mengosumsi obat-obatan penurun kadar asam

urat secara rutin.

3) Penderita yang rutin ke puskesmas.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk

menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat

bebrbagai teknik sampling yang digunakan dalam penelitian. Pada

penelitaian ini pengambilan sample menggunakan total sampling atau

sampling jenuh adalah teknik pengumpulan sample bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sample. (Sugiono, 2014).

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini akan dilakukan di wilayah sekitar Puskesmas

Pulosari, Desa Penakir Kabupaten Pemalang.

2. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian ini akan dilakukan sejak penggambilan data awal

sampai dengan dilakukannya penelitian pada bulan Desember 2019.

D. Variabel Penelitian

Variabel secara teoritis dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang

atau objek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang

lainnya atau objek lainnya ( Sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini terdiri

32
dari dua variabel, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat

(dependen):

1. Variabel independen

Variabel ini sering disebut variabel stimulus, prediktor, antecedent.

Dalam bahasa indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas

merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat) (Sugiyono,

2014). Variabel independen pada penelitian ini adalah air rebusan daun

sirsak.

2. Variabel Dependen

Variabel ini disebut sebagai variabel output, kriteria, dan konsekuen.

Dalam bahasa indonesia serin disebut sebagai variabel terikat. Variabel

terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014). Variabel dependen

pada penelitian ini adalah penderita asam urat.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini definisi operasionalnya yaitu :

Tabel 1

Variabel Definisi Variabel Hasil Alat Ukur Skala


Kadar asam urat Sisa Angka dalam Nesco multi Rasio
metabolismepur satuan mg/dL chek
in yang berasal
dari makanan
yang di
konsumsi

33
responden, di
ambil dari darah
perifer atau
ujung jari
Air rebusan Daun sirsak Perubahan Kadar SOP Rasio
daun sirsak yang direbus asam urat dalam
sebanyak 10 darah.
lembar direbus
dengan air
600cc menjadi
300cc
kemudian,
diberikan setiap
2x pagi dan
sore hari selama
7 hari.

F. Pengumpulan dan analisis data

1. Bahan dan alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa daun sirsak

sebanyak 10 lembar, air 600 ml, alcohol swab dan stik uric acid.

Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian panci, gelas ukur,

kompor, Nesco multi chek, lembar observasi, bolpoint.

2. Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen digunakan untuk mendapatkan data

yang relevan dengan tujuan penelitian (Arikunto, 2010). Pada

penelitian ini instrumen yang digunakan variabel kadar asam urat

adalah lembar observasi pengukuran kadar asam urat dari hasil

pemeriksaan asam urat menggunakan Nesco multi check pada

responden sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun sirsak.

34
G. Prosedur penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi masalah yang ingin diteliti dan

mengajukan tema dan judul kepada pembimbing

2. Menyusun proposal penelitian

3. Mengurus surat pengantar penelitian dari Fakultas Ilmu Kesehatan

Prodi Keperawatan S1 UM Purwokerto yang ditujukan kepada

Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang.

4. Mengajukan ijin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kabupaten

Pemalang dengan tembusan Puskesmas Pulosari.

5. Melakukan studi pendahuluan dan melakukan wawancara di

Puskesmas Pulosari.

6. Melengkapi proposal penelitian sampai dengan pelaksanaan ujian

proposal penelitian

7. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian yang akan

dilakukan dan bila bersedia menjadi responden dipersilahkan

untuk menandatangani informed consent

8. Menjelaskan kepada responden tentang pemeriksaan kadar asam urat

9. Melakukan pemeriksaan kadar asam urat dengan Nesco Multi

Chek pada responden sebelum diberikan air rebusan daun sirsak.

10. Responden diminta untuk minum air rebusan daun sirsak yang

sebanyak 2x /Hari @300 cc selama 7 hari.

11. Setelah pemberian air rebusan daun salam sirsak 2x /Hari @300 cc

35
selama 7 hari.dilakukan pemeriksaan kadar asam urat dengan

Nesco multi chek

12. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul maka dilakukan

pengumpulan data kemudian melakukan pengolahan data dan

melakukan analisa data

13. Terakhir dilakukan penyusunan laporan hasil penelitian

H. Cara analisis data

1. Editing

Editing adalah kegiatan pengecekan dari hasil yang telah di

tulis dilembar observasi (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian

ini akan dilakukan editing setelah data dikumpulkan diperiksa

dengan segera berkenaan dengan ketepatan dan kelengkapan

pengisian lembar observasi. Konsistensi serta kesesuaian juga

perlu diperhatikan untuk menguji hipotesis atau menjawab tujuan

penelitian sehingga akan memudahkan untuk pengolahan

selanjutnya.

1. Coding

Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi angka. Setelah semua lembar observasi diedit

selanjutnya dilakukan pengkodean (Notoatmodjo, 2010).

36
Kegiatan Kegiatan mengklarifikasi data atau pemberian data-

data pada setiap kategori yang sama, diperoleh dari sumber

data yang telah diperiksa kelengkapannya. Coding akan

berguna untuk memasukan data. Kode dibuat dalam bentuk

angka atau huruf yang akan memberikan petunjuk pada data

yang akan dianalisis.

a. Data umum

I. Kode responden
1) Responden 1 :1
2) Responden 2 :2
3) Responden 30 : 30
II. Kode jenis kelamin

1) Laki-laki :1

2) Perempuan :2

III. Kode usia

1. Usia 45-59 tahun :1

2. Usia 60-74 tahun :2

3. Usia 75-90 tahun :3

4. Usia >90 :4

IV. Kode riwayat asam urat


1. Tidak pernah :1
2. Pernah :2
V. Kode pola makan
1. Tidak diet purin :1

37
2. Diet purin :2
3. Diet purin ketat :3
b. Data khusus
I. Kadar asam urat sebelum pemberian air rebusan daun sirsak
1. Tidak normal :1
2. Normal :2
II. Kadar asam urat sesudah pemberian air rebusan daun sirsak
1. Tidak normal :1
2. Normal :2
2. Scoring

Scoring adalah memberikan nilai berupa angka dari hasil

pengukuran yang sudah dilakukan untuk memperoleh data.

Pemberian skor sebagai berikut :

a. Variabel asam urat

Kadar asam urat tetap :0

Kadar asam urat menurun :1

Kadar asam urat meningkat :2

. 3 . Tabulating

Tabulating adalah menyusun data yang telah lengkap

sesuai dengan variabel yang dibutuhkan kedalam tabel

distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2010). Setelah diperoleh

hasil dengan cara perhitungan, hasil dimasukan kedalam

kategori nilai yang telah di buat.

Adapun hasil pengolahan data dapat diinterprestasikan

dengan skala sebagai berikut : (Arikunto, 2010)

38
0% : tidak seorang pun

1-25% : sebagian kecil

26-49% : hampir setengahnya

s50% : setengahnya

51-74% : sebagian besar

75-99% : hampir seluruhnya

100% : seluruhnya

I. Analisis data

1. Univariat

Analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan dengan tujuan

untuk menjelaskan karakteristik variabel (Notoatmodjo, 2010).

Analisis univariat dalam penelitian bertujuan untuk menjelaskan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, pada penelitian

ini adalah penurunan kadar asam urat. Kadar asam urat diukur

dengan menggunakan Nesco Multi Chek. Hasil pemeriksaan kadar

asam urat di interpretasikan menjadi :

b. Kadar asam urat meningkat

c. Kadar asam urat menurun

d. Kadar asam urat tetap (Sevilia & Mumpuni 2014)

2. Bivariat

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

39
berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Pada

penelitian ini menggunakan uji non parametric yaitu Uji

Wilcoxon. Uji tersebut dapat digunakan dengan menggunakan

bantuan komputerisasi program SPSS (Statistic Product Servise

Solution) for windows release 20. Analisis bivariat pada

penelitian ini bertujuan untuk menganalis pengaruh pemberian air

rebusan daun sirsak terhadap penurunan kadar asam urat pada

penderita asam urat dengan pengambilan keputusan sebagai

berikut:

a. p < 𝛼 = 0,05 maka H1 diterima yang berarti ada pengaruh

pemberian air rebusan daun sirsak terhadap penurunan

kadar asam urat.

b. p > 𝛼 = 0,05 maka H1 ditolak tidak ada pengaruh

pemberian air rebusan daun sirsak terhadap penurunan

kadar asam urat.

J. Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data

supaya data yang didapat menjadi akurat dan sesuai dengan yang peneliti

butuhkan. Langkah-langkah dalam pengolahan data menurut Hidayat

(2011) adalah sebagai berikut:

1. Editing

40
Pada langkah ini, peneliti mengecek kembali data yang diperoleh.

Peneliti memeriksa kelengkapan, kejelasan, dan kekonsistenan isi

kuesioner untuk meminimalisir kekurangan data

2. Tabulating

Tabulating adalah membuat tabel semua jawaban yang telah diberi

skor dan dimasukan kedalam tabel Entri data.

3. Entry data

Dalam langkah ini ,data yang sudah diberi kode dimasukan ke

program yang ada di komputer.

4. Cleaning

Dalam langkah ini peneliti melakukan pengecekan kembali data yang

telahdimasukan untuk melihat adanya kemungkinan kesalahan data.

K. Etika Penelitian

Etika penelitian ini bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas

responden dan untuk melindungi serta menghormati hak-hak responden

dengan cara mengajukan pertanyaan persetujuan (Informed Consent)

secara terlampir, dimana peneliti terlebih dahulu menjelaskan tentang

tujuan penelitian, peran responden, harapan dan kerahasiaan, data-data

yang diperoleh secara lisan maupun tulisan. Menurut Hidayat (2009)

Beberapa hal yang menyangkut etika penelitian yaitu:

1. Informed Consent ( Lembar persetujuan)

41
Peneliti meminta responden menandatangani lembar persetujuan

penelitian setelah responden menyatakan kesediaannya untuk

berpartisipasi dalam penelitian

2. Anonimity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka dalam lembar

pengumpulan data tidak dicantumkan nama tetapi kode.

3. Confidentiality (Rahasia)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden

dijaga oleh peneliti. Data hanya disajikan atau dilaporkan dalam

bentuk kelompok yang berhubungan dengan penelitian ini.

4. Justice (Keadilan)

Peneliti menerapkan prinsip keseimbangan dan berlaku adil.

5. Beneficence (Manfaat)

Suatu penelitian diharapkan dapat memaksimalkan manfaat ysang

didapat dari penelitian, menjaga kesejahteraan responden dan

memberikan manfaat khususnya bagi perkembangan ilmu.

42
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, J.I & R.G.Hill (2010) Postoperative Pain Control. London: Blackwell
Scientific Publications

Annisa. (2016). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Sirsak (Annona


muricata Linn.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Mencit
(Mus musculus). Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia, 19.

Arifin H, Aldi Y, Yuliandra Y, Friardi, Noviza D, Juwita DA, et al., editor. Buku
prosiding seminar nasional & workshop perkembangan terkini sains
farmasi dan klinik 4. Padang: Fakultas Farmasi Universitas Andalas; 2014.

Artini. N.P.R, Wahjuni.S, & Sulihiningtyas.W.D. Ekstrak Daun Sirsak (Annona


muricata L.) Sebagai Antioksidan Pada Penurunan Kadar Asam Urat
Tikus Wistar. 2012. Jurnal Kimia, 6 (2).

Carter. M.A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses – Proses Penyakit.
Edisi Keenam. Volume Dua. EGC. Jakarta.

Dianati, Nur Amalia. Gout and Hiperuricdemia. 2015. J Majority. Vol . No 3.

Gustomi. (2016). pemberian rebusan daun sirsak (annona muricata linn) menurunkan
nyeri pada penderita. Volume 07, Nomor 02, November 2016, 167-172. (n.d.).

Llkafah, (2017). Efektivitas Baun Sirsak Dalam Menurunkan Nilai Asam Urat
Dan Keluhan Nyeri Pada Gout Di Kelurahan Tamalanrea Makasaar.
Jurnal Unsrat di download dari : https//ejournal. Unsrat a. p/
pharamacon/article/view/15834

Khanna, D., Fitzgerald, J. D., Khanna, P. P., Bae, S., Singh, M. K., Neogi,
T.,Terkeltaub, R. (2012). American College of Rheumatology Guidelines
for Management of Gout . Part 1 : Systematic Nonpharmacologic and
Pharmacologic Therapeutic Approaches to Hyperuricemia, 64(10), 1431–
1446. https://doi.org/10.1002/acr.21772

43
Kowalak, Welsh & Mayer. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Latief A. (2014). Obat Tradisional. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Lina & Juwita. (2012). Ramuan & Khasiat Sirsak. Jakarta : Penebar Swadaya.

Millar L. (2010). Program Olahraga: Artritis, Yogyakarta : Pt. Citra Aji Parama

Notoatmodjo, S 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta:


Jakarta.

Noviyanti. (2015). Hidup Sehat Tanpa Asam Urat. Yogyakarta : Notebook.

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Edisi 3.


Jakarta: Salemba Medika. (n.d.).

Ragab, G., Elshahaly, M., & Bardin, T. (2017). Gout: An old disease in new
perspective – A review. Journal of Advanced Research, 8(5), 495–511.
https://doi.org/10.1016/j.jare.2017.04.008

Riskesdes. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tentang Penyakit Sendi. Diakses dari
www.litbang.depkes.go.id. Pada tanggal 3 oktober 2019.

Riskendes. (2013). riset keperawatan dasar. jakarta: kementrian kesehatan RI.

Riskesdas, (2013). Riset Kesehatan Dasar Tentang Penyakit Sendi. Diakses dari
www.litbang.depkes.go.id.

Sari.A.K. 2015. Penetapan Kadar Polifenol Total, Flavonoid Total, dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata) Dari
Jember Pada Ketinggian Tanah Yang Berbeda. Skripsi, Jember : Fakultas
Farmasi Universitas Jember.

Sandjaya, Herman. (2014). Buku Sakti Pencegah dan Menangkal Asam Urat.
Yogyakarta: Mantra Books. (n.d.).

44
Shetty, S., Bhandary, R. R., & Kathyayini. (2011). Serum uric acid as
obesityrelated indicator in young obese adults. Research Journal of
Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences,

Suiroka.IP. 2012. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta :Nuha Medika

Sumantri, I., Hermawan, G. P., & Laksono, H. (2014). Ekstraksi Daun Sirsak
(Annona Muricata L) Menggunakan Pelarut Etanol. Momentum, 10(1).

Tambunan, dkk. 2012. Uji Pendahuluan Aktivitas Sitotoksik dan Antioksidan


Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata Linn) dan Batang Brotowali
(Tinoospora crispa). 2012. Seminar Nasional POKJANAS TOI XLII.

Utomo, F. (2014). Pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap


penurunan kadar asam urat pada lansia di Tegalsari Salatiga. Program
Studi Ilmu Keperawatan . Universitas Satyawicana Salatiga.

Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet Pasien. Graha Ilmu :


Yogyakarta

Wirahmadi IKAN. Pengaruh pemberian rebusan daun sirsak terhadap nyeri pada
penderita gout di kelurahan genuk barat kecamatan ungaran barat
kabupaten semarang [skripsi]. Semarang: PSIK STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran; 2013.

Wulandari & mumpuni. (2016). Cara Jitu Mengatasi Asam Urat. Yogyakarta.
Andi Offset.

Wullur, A. C., Schaduw, J., & Wardhani, A. N. (2013). i. JIF-Jurnal Ilmiah


Farmasi, 3(2)

Zahara, 2013.Artritis Gout Metakarpal Dengan Perilaku Makan Tinggi Purin


Diperberat Oleh Aktifitas Mekanik Pada Kepala Keluarga Dengan Posisi
Menggenggam Statis

Zakiyah, A. (2015). Nyeri: Konsep Dan Penatalaksanaan Dalam Praktik


Keperawatan Berbasis. Bukti. Jakarta:Salemba Medika

45
46

Anda mungkin juga menyukai