Anda di halaman 1dari 17

ASKEP ULKUS PEPTIKUM

Juliardinsyah, Maret 2013

A. Pengertian

Ulkus peptikum adalah suatu gambaran bulat atau semi bulat/oval pada permukaan
mukosa lambung sehingga kontinuitas mukosa lambung terputus pada daerah tukak.
Ulkus peptikum disebut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal,
tergantung pada lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001).

Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai
di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut
sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ”ulkus” (misalnya ulkus karena stres).
Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang
terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah
gastroenterostomi, juga jejenum.(Sylvia A. Price, 2006).

Ulkus peptikum adalah kerusakan selaput lendir karena factor – factor


psikosomatis, toksin, ataupun kuman – kuman Streptococcus. Faktor psikosomatis
(missal ketakutan, kecemasan, kelelahan, keinginan berlebihan) dapat merangsang
sekresi HCL berlebihan. HCL akan merusak selaput lendir lambung. Ulkus peptikum
disebut juga penyakit mag.

Ulkus duodenalis, merupakan jenis ulkus peptikum yang paling banyak ditemukan,
terjadi pada duodenum (usus dua belas jari), yaitu beberapa sentimeter pertama dari
usus halus, tepat dibawah lambung.

Ulkus gastrikum lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di sepanjang lengkung atas
lambung.

Jika sebagian dari lambung telah diangkat, bisa terjadi ulkus marginalis, pada daerah
dimana lambung yang tersisa telah disambungkan ke usus.

Menurut kelompok : ulkus peptikum adalah suatu penyakit dengan adanya lubang yang
terbentuk pada dinding mukosa lambung, pilorus, duodenum atau esofagus.
B. Etiologi

Penyebab umum dari ulserasi peptikum adalah ketidakseimbangan antara selresi cairan
lambung dan derajat perlindungan yang diberikan sawar mukosa gastroduodenal dan
netralisasi asam lambung oleh cairan deudenum. (Arif Mutaqqin,2011)

Penyebab khususnya diantaranya :

1. Infeksi bakteri H. pylori

Dalam lima tahun terakhir, ditemukan paling sedikit 75% pasien ulkus peptikim
menderita infeksi kronis pada bagian akhir mukosa lambung, dan bagian mukosa
duodenum oleh bakteri H. pylori. Sekali pasien terinfeksi, maka infeksi dapat
berlangsung seumur hidup kecuali bila kuman diberantas dengan pengobatan
antibacterial. Lebih lanjut lagi, bakteri mampu melakukan penetrasi sawar mukosa, baik
dengan kemampuan fisiknya sendiri untuk menembus sawar maupun dengan
melepaskan enzim – enzim pencernaan yang mencairkan sawar. Akibatnya, cairan asam
kuat pencernaan yang disekresi oleh lambung dapat berpenetrasi ke dalam jaringan
epithelium dan mencernakan epitel, bahkan juga jaringan – jaringan di sekitarnya.
Keadaai ini menuju kepada kondisi ulkus peptikum (Sibernagl, 2007).

2. Peningkatan sekresi asam

Pada kebanyakan pasien yang menderita ulkus peptikum di bagian awal duodenum,
jumlah sekresi asam lambungnya lebih besar dari normal, bahkan sering dua kali lipat
dari normal. Walaupun setengah dari peningkatan asam ini mungkin disebabkan oleh
infeksi bakteri, percobaan pada hewan ditambah bukti adanya perangsangan berlebihan
sekresi asam lambung oleh saraf pada manusia yang menderita ulkus peptikum
mengarah kepada sekresi cairan lambung yang berlebihan (Guyton, 1996). Predisposisi
peningkatan sekresi asam diantaranya adalah factor psikogenik seperti pada saat
mengalami depresi atau kecemasan dan merokok.

3. Konsumsi obat-obatan

Obat – obat seperti OAINS/obat anti-inflamasi nonsteroid seperti indometasin,


ibuprofen, asam salisilat mempunyai efek penghambatan siklo-oksigenase sehingga
menghambat sintesis prostaglandin dari asam arakhidonat secara sistemik termasuk
pada epitel lambung dan duodenum. Pada sisi lain, hal ini juga menurunkan sekresi
HCO3- sehingga memperlemah perlindungan mukosa (Sibernagl, 2007). Efek lain dari
obat ini adalah merusak mukosa local melalui difusi non-ionik ke dalam sel mukosa.
Obat ini juga berdampak terhadap agregasi trombosit sehingga akan meningkatkan
bahaya perdarahan ulkus (Kee, 1995).

4. Stres fisik

Stres fisik yang disebabkan oleh syok, luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
napas, gagal ginjal, dan kerusakan susunan saraf pusat (Lewis, 2000). Bila kondisi stress
fisik ini berlanjut, maka kerusakan epitel akan meluas dan kondisi ulkus peptikum
menjadi lebih parah.

5. Refluks usus lambung

Refluks usus lambung dengan materi garam empedu dan enzim pancreas yang
berlimpah dan memenuhi permukaan mukosa dapat menjadi predisposisi kerusakan
epitel mukosa.

C. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan dan
bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat
diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi
atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului.

1. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau
sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa nyeri
terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan
merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi
dengan asam merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus
sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau
dengan menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak
digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan
memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis
tengah. Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.

2. Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada
esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam.
Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.
3. Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat
menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut
atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya
pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah
nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.

4. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus,


kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang
dengan perdarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus
akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala
setelahnya.

D. Patofisiologi

Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat
menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang
terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau
berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak
tidak dapat mensekresi mukus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam
klorida.

Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :

1. Sefalik

Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau
rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya
merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan
menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan makanan
sering secara konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini
banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek signifikan
pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan
selama malam hari saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.

2. Fase lambung

Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan
kimiawi dan mekanis terhadap reseptor didinding lambung. Refleks vagal menyebabkan
sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.

3. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap
menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.

Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan


mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini
mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida
disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik
dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila asam hidroklorida
tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar mukosa tidak memberikan
perlindungan asam hidroklorida bersama dengan pepsin akan merusak lambung. Asam
hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian
menyebar ke dalamnya dengan lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut
barier mukosa lambung. Barier ini adalah pertahanan untama lambung terhadap
pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yang
mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah, keseimbangan asam basa, integritas sel
mukosa, dan regenerasi epitel. Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus
peptikum karena satu dari dua factor ini :

a. Hipersekresi asam pepsin

b. Kelemahan barier mukosa lambung

Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa
lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol,
dan obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini.

Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan


ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar.
Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus
duodenal, dan gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan dalam
gastric triangle yang mengenai kista dan duktus koledokus, bagian kedua dan tiga dari
duodenum, dan leher korpus pancreas. Kira-kira ⅓ dari gastrinoma adalah
ganas(maligna).

Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui.


Pasien ini dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan
karenanya dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama
adalah nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa
akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara
fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan organ
multiple dapat menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam setelah
cedera menunjukkan erosi dangkal pada lambung, setelah 72 jam, erosi lambung
multiple terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi
sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress.

Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa.
Biasanya ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa
lambung. Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin
menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan
dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus cushing
umum terjadi pada pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus,
lambung, atau duodenum, dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus
stress. Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.

E. Komplikasi

Sebagian besar ulkus bisa disembuhkan tanpa disertai komplikasi lanjut. Tetapi pada
beberapa kasus, ulkus peptikum bisa menyebabkan komplikasi yang bisa berakibat fatal,
seperti penetrasi, perforasi, perdarahan dan penyumbatan. (Medicastore News)

1. Penetrasi

Sebuah ulkus dapat menembus dinding otot dari lambung atau duodenum dan sampai
ke organ lain yang berdekatan, seperti hati atau pankreas. Hal ini akan menyebabkan
nyeri tajam yang hebat dan menetap, yang bisa dirasakan diluar daerah yang terkena
(misalnya di punggung, karena ulkus duodenalis telah menembus pankreas). Nyeri akan
bertambah jika penderita merubah posisinya. Jika pemberian obat tidak berhasil
mengatasi keadaan ini, mungkin perlu dilakukan pembedahan.

2. Perforasi

Ulkus di permukaan depan duodenum atau (lebih jarang) di lambung bisa menembus
dindingnya dan membentuk lubang terbuka ke rongga perut. Nyeri dirasakan secara
tiba-tiba, sangat hebat dan terus menerus, dan dengan segera menyebar ke seluruh
perut. Penderita juga bisa merasakan nyeri pada salah satu atau kedua bahu, yang akan
bertambah berat jika penderita menghela nafas dalam. Perubahan posisi akan
memperburuk nyeri sehingga penderita seringkali mencoba untuk berbaring mematung.
Bila ditekan, perut terasa nyeri. Demam menunjukkan adanya infeksi di dalam perut.
Jika tidak segera diatasi bisa terjadi syok. Keadaan ini memerlukan tindakan
pembedahan segera dan pemberian antibiotik intravena.

3. Perdarahan

Perdarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Gejala dari perdarahan karena
ulkus adalah:

a. muntah darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal dari makanan
yang sebagian telah dicerna, yang menyerupai endapan kopi

b. tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah.

Dengan endoskopi dilakukan kauterisasi ulkus. Bila sumber perdarahan tidak dapat
ditemukan dan perdarahan tidak hebat, diberikan pengobatan dengan antagonis-H2 dan
antasid. Penderita juga dipuasakan dan diinfus, agar saluran pencernaan dapat
beristirahat.

Bila perdarahan hebat atau menetap, dengan endoskopi dapat disuntikkan bahan yang
bisa menyebabkan pembekuan. Jika hal ini gagal, diperlukan pembedahan.

4. Penyumbatan.

Pembengkakan atau jaringan yang meradang di sekitar ulkus atau jaringan parut karena
ulkus sebelumnya, bisa mempersempit lubang di ujung lambung atau mempersempit
duodenum. Penderita akan mengalami muntah berulang, dan seringkali memuntahkan
sejumlah besar makanan yang dimakan beberapa jam sebelumnya.

Gejala lainnya adalah rasa penuh di perut, perut kembung dan berkurangnya nafsu
makan. Lama-lama muntah bisa menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi dan
ketidakseimbangan mineral tubuh. Mengatasi ulkus bisa mengurangi penyumbatan,
tetapi penyumbatan yang berat memerlukan tindakan endoskopik atu pembedahan.

F. Pemeriksaan Penunjang

Nyeri lambung yang khas merupakan petunjuk adanya ulkus. Diperlukan beberapa
pemeriksaan untuk memperkuat diagnosis karena kanker lambung juga bisa
menyebabkan gejala yang sama.
Endoskopi adalah suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukkan melalui
mulut dan bisa melihat langsung ke dalam lambung. Pada pemeriksaan endoskopi, bisa
diambil contoh jaringan untuk keperluan biopsi. Keuntungan dari endoskopi:

a. lebih dapat dipercaya untuk menemukan adanya ulkus dalam duodenum dan
dinding belakang lambung dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen

b. lebih bisa diandalkan pada penderita yang telah menjalani pembedahan lambung

c. bisa digunakan untuk menghentikan perdarahan karena ulkus.

2. Rontgen dengan kontras barium dari lambung dan duodenum (juga disebut barium
swallow atau seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika ulkus tidak dapat ditemukan
dengan endoskopi.

Analisa lambung merupakan suatu prosedur dimana cairan lambung dihisap secara
langsung dari lambung dan duodenum sehingga jumlah asam bisa diukur.

Prosedur ini dilakukan hanya jika ulkusnya berat atau berulang atau sebelum
dilakukannya pembedahan.

Pemeriksaan darah tidak dapat menentukan adanya ulkus, tetapi hitung jenis darah bisa
menentukan adanya anemia akibat perdarahan ulkus. Pemerisaan darah lainnya bisa
menemukan adanya Helicobacter pylori.

G. Pengobatan

Salah satu segi pengobatan ulkus duodenalis atau ulkus gastrikum adalah menetralkan
atau mengurangi keasaman lambung. Proses ini dimulai dengan menghilangkan iritan
lambung (misalnya obat anti peradangan non-steroid, alkohol dan nikotin).

Makanan cair tidak mempercepat penyembuhan maupun mencegah kambuhnya ulkus.


Tetapi penderita hendaknya menghindari makanan yang tampaknya menyebabkan
semakin memburuknya nyeri dan perut kembung.

1. ANTASID

Antasid mengurangi gejala, mempercepat penyembuhan dan mengurangi jumlah angka


kekambuhan dari ulkus. Sebagian besar antasid bisa diperoleh tanpa resep dokter.

Kemampuan antasid dalam menetralisir asam lambung bervariasi berdasarkan jumlah


antasid yang diminum, penderita dan waktu yang berlainan pada penderita yang sama.

Pemilihan antasid biasanya berdasarkan kepada rasa, efek terhadap saluran pencernaan,
harga dan efektivitasnya. Tablet mungkin lebih disukai, tetapi tidak seefektif obat sirup.
a. Antasid yang dapat diserap.

Obat ini dengan segera akan menetralkan seluruh asam lambung.

Yang paling kuat adalah natrium bikarbonat dan kalsium karbonat, yang efeknya
dirasakan segera setelah obat diminum.

Obat ini diserap oleh aliran darah, sehingga pemakaian terus menerus bisa
menyebabkan perubahan dalam keseimbangan asam-basa darah dan menyebabkan
terjadinya alkalosis (sindroma alkali-susu). Karena itu obat ini biasanya tidak digunakan
dalam jumlah besar selama lebih dari beberapa hari.

b. Antasid yang tidak dapat diserap.

Obat ini lebih disukai karena efek sampingnya lebih sedikit, tidak menyebabkan
alkalosis. Obat ini berikatan dengan asam lambung membentuk bahan yang bertahan di
dalam lambung, mengurangi aktivitas cairan-cairan pencernaan dan mengurangi gejala
ulkus tanpa menyebabkan alkalosis. Tetapi antasid ini mempengaruhi penyerapan obat
lainnya (misalnya tetracycllin, digoxin dan zat besi) ke dalam darah.

c. Alumunium Hdroksida

Merupakan antasid yang relatif aman dan banyak digunakan. Tetapi alumunium dapat
berikatan dengan fosfat di dalam saluran pencernaan, sehingga mengurangi kadar fosfat
darah dan mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan lemas. Resiko timbulnya efek
samping ini lebih besar pada penderita yang juga alkoholik dan penderita penyakit ginjal
(termasuk yang menjalani hemodialisa). Obat ini juga bisa menyebabkan sembelit.

d. Magnesium Hidroksida

Merupakan antasid yang lebih efektif daripada alumunium hidroksida.

Dosis 4 kali 1-2 sendok makan/hari biasanya tidak akan mempengaruhi kebiasaan buang
air besar; tetapi bila lebih dari 4 kali bisa menyebabkan diare.

Sejumla kecil magnesium diserap ke dalam darah, sehingga obat ini harus diberikan
dalam dosis kecil kepada penderita yang mengalami kerusakan ginjal.

Banyak antasid yang mengandung magnesium dan alumunium hidroksida.

2. OBAT-OBAT ULKUS.

Ulkus biasanya diobati minimal selama 6 minggu dengan obat-obatan yang mengurangi
jumlah asam di dalam lambung dan duodenum. Obat ulkus bisa menetralkan atau
mengurangi asam lambung dan meringankan gejala, biasanya dalam beberapa hari.
a. Sucralfate.

Cara kerjanya adalah dengan membentuk selaput pelindung di dasar ulkus untuk
mempercepat penyembuhan. Sangat efektif untuk mengobati ulkus peptikum dan
merupakan pilihan kedua dari antasid. Sucralfate diminum 3-4 kali/hari dan tidak
diserap ke dalam darah, sehingga efek sampingnya sedikit, tetapi bisa menyebabkan
sembelit.

b. Antagonis H2

Contohnya adalah cimetidine, ranitidine, famotidine dan nizatidine. Obat ini


mempercepat penyembuhan ulkus dengan mengurangi jumlah asam dan enzim
pencernaan di dalam lambung dan duodenum. Diminum 1 kali/hari dan beberapa
diantaranya bisa diperoleh tanpa resep dokter. Pada pria cimetidine bisa menyebabkan
pembesaran payudara yang bersifat sementara dan jika diminum dalam waktu lama
dengan dosis yang tinggi bisa menyebabkan impotensi. Perubahan mental (terutama
pada penderita usia lanjut), diare, ruam, demam dan nyeri otot telah dilaporkan terjadi
pada 1% penderita yang mengkonsumsi cimetidine. Jika penderita mengalami salah satu
dari efek samping tersebut diatas, maka sebaiknya cimetidine diganti dengan antagonis
H2 lainnya. Cimetidine bisa mempengaruhi pembuangan obat tertentu dari tubuh
(misalnya teofilin untuk asma, warfarin untuk pembekuan darah dan phenytoin untuk
kejang).

c. Penghambat pompa proton ( Omeprazole , Lansoprazole , Rabeprazole ,


Esomeprazole , Pantoprazole) Merupakan obat yang sangat kuat menghambat
pembentukan enzim yang diperlukan lambung untuk membuat asam. Obat ini dapat
secara total menghambat pelepasan asam dan efeknya berlangsung lama.

Terutama efektif diberikan kepada penderita esofagitis dengan atau tanpa ulkus
esofageal dan penderita penyakit lainnya yang mempengaruhi pembentukan asam
lambung (misalnya sindroma Zollinger-Ellison).

d. Antibiotik.

Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus adalah Helicobacter pylori.

Pengobatan terdiri dari satu macam atau lebih antibiotik dan obat untuk mengurangi
atau menetralilsir asam lambung. Yang paling banyak digunakan adalah kombinasi
bismut subsalisilat (sejenis sucralfate) dengan tetracyclin dan metronidazole atau
amoxycillin , Clarithromycin. Kombinasi efektif lainnya adalah omeprazole dan antibiotik.
Pengobatan ini bisa mengurangi gejala ulkus, bahkan jika ulkus tidak memberikan
respon terhadap pengobatan sebelumnya atau jika ulkus sering mengalami
kekambuhan.
e. Misoprostol.

Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh obat-obat anti
peradangan non-steroid. Obat ini diberikan kepada penderita artritis yang
mengkonsumsi obat anti peradangan non-steroid dosis tinggi. Tetapi obat ini tidak
digunakan pada semua penderita artritis tersebut karena menyebabkan diare (pada 30%
penderita).

H. Asuhan Keperawatan pada Pasien Ulkus Peptikum

1. Pengkajian Data Klien

a. Aktivitas/istirahat : gejala dan tanda yang mungkin ditemui kelemahan, kelelahan,


takikardia, takipnea.

b. Sirkulasi : gejala dan tanda yang mungkin ditemui adalah takikardi, disritmia,
pengisian kapiler lambat/perlahan, warna kulit pucat, sianosis dan berkeringat.

c. Integritas ego : gejala dan tanda meliputi stress akut dan kronis, perasaan tidak
berdaya, gelisah, pucat, berkeringat, rentang perhatian menyempit, gemetar.

d. Eliminasi : gejala dan tanda meliputi riwayat perdarahan, perubahan pola defekasi,
perubahan karakteristik feses, nyeri tekan abdomen, distensi, bising otot meningkat,
karakteristik feses (terdapat darah, berbusa, bau busuk), konstipasi (perubahan diet dan
penggunaan antasida).

e. Makanan/cairan : gejala dan tanda meliputi anoreksia, mual, muntah (warna kopi
gelap atau merah), nyeri ulu hati, sendawa, intoleransi terhadap makanan, berat badan
menurun.

f. Nyeri/keamanan : gejala dan tanda meliputi nyeri yang sangat, seperti rasa
terbakar, nyeri hilang setelah makan, nyeri epigastrik kiri ke mid epigastrikdapat
menjalar ke punggung.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul adalah

a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah

c. Konstipasi berhubungan dengan ketidakadekuatan defekasi


d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri kronis

e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan

f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

3. Intervensi

Diagnosa keperawatan

Tujuan dan criteria hasil (NOC)

Intervensi

(NIC)

Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.

P : nyeri terjadi saat klien terlambat makan.

Q : klien mengatakan nyeri terasa seperti terbakar.

R : klien mengatakan nyeri terjadi pada epigastrium tengah atau di punggung.

S : klien mengatakan skala nyeri 8 (1-10).

T : klien mengatakan nyerinya terjadi pada saat dua jam setelah makan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien dapat menunjukkan
nyeri efek merusak yang ditandai dengan :

- Gangguan kerja, kepuasan hidup atau kemampuan untuk mengendalikan.

- Penurunan konsentrasi

- Terganggunya tidur

- Penurunan nafsu makan atau kesulitan menelan

- Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri

Pengkajian

1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
informasi pengkajian.
2. Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang konsisten dengan usia dan
tingkat perkembangan pasien

Pendidikan untuk pasien dan keluarga

3. Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika pengurang nyeri


tidak dapat dicapai

4. Informasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan
tawarkan saran koping

Aktivitas lain

5. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktifitas daripada nyeri/ ketidaknyamanan
dengan melakukan pengalihan melalui televisi, radio, tape dan kunjungan.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien dapat menunjukkan
status gizi : asupan makanan dan cairan yang ditandai dengan :

- Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal

- Melaporkan keadekuatan tingkat energy.

Pengkajian

1. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.

2. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

Pendidikan untuk pasien/keluarga

3. Ajarkan pasien tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal

4. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana


memenuhuinya.

Aktivitas kolaboratif

5. Tentukan dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, secara tepat jumlah
kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

Aktivitas Lain

6. Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi.
7. Bantu makan, sesuai dengan kebutuhan

Konstipasi berhubungan dengan ketidakadekuatan defekasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien dapat menunjukkan
kemampuan eliminasi defekasi yang ditandai dengan :

- Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan; feses lembut dan terbentuk

- Mengkonsumsi cairan dan serat dengan adekuat

- Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan.

Pengkajian

1. Dapatkan data dasar pada program defekasi, aktivitas, pengobatan, dan pola
kebiasaan pasien

Pendidikan untuk pasien/keluarga

2. Tekankan penghindaran mengejan selama defekasi untuk mencegah perubahan


pada tanda vital, sakit kepala atau pendarahan

Aktivitas Kolaboratif

3. Minta program dari dokter untuk memberikan bantuan eliminasi, seperti diet tinggi
serat, pelembut feses, enema dan laksatif.

Aktivitas Lain

4. Anjurkan pasien untuk meminta obat nyeri sebelum defekasi untuk memudahkan
keluarnya feses tanpa nyeri.

5. Anjurkan aktivitas optimal untuk merangsang eliminasi defekasi pasien.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri kronis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien dapat melakukan
perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari – hari yang ditandai dengan :

- Mengidentifikasi aktivitas dan/atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang


berkontribusi pada intoleransi aktivitas.

Pengkajian

1. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas

2. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber – sumber energy.


Pendidikan untuk Pasien/keluarga

3. Instruksikan kepada pasien/keluarga dalam penggunaan tekhnik relaksasi.

Aktivitas Kolaboratif

4. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas

Aktivitas Lain

5. Hindari menjadwalkan aktivitas perawatan selama periode istirahat

6. Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, bersandar, duduk, berdiri, dan
ambulasi yang dapat ditoleransi.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamana.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien dapat menunjukkan
pola tidur yang normal yang ditandai dengan :

- Tidak ada masalah dengan pola, kualitas, dan rutinitas tidur atau istirahat.

- Mengidentifikasi tindakan yang dapat meningkatkan tidur atau istirahat

Pengkajian

1. Tentukan efeksamping pengobatan pada pola tidur pasien.

2. Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik.

Pendidikan Pasien/Keluarga

3. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat.

4. Ajarkan pasien dan orang lain tentang faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada
gangguan pola tidur.

Aktivitas kolaboratif

5. Diskusikan dengan dokter tentang perlunya meninjau kembali program


pengobatan jika berpengaruh pada pola tidur.

Aktivitas lain

6. Fasilitasi untuk mempertahankan rutinitas waktu tidur pasien.


7. Ajarkan pasien untuk menghindari makanan dan minuman pada jam tidur yang
dapat mengganggu tidurnya.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien dapat melakukan
perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari – hari yang ditandai dengan :

- Melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari secara mandiri dengan alat bantu

- Meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi, jika diperlukan

Pengkajian

1. Kaji kebutuhan akan bantuan pelayanan kesehatan di rumah dan kebutuhan akan
peralatan pengobatan yang tahan lama

2. Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas

3. gunakan ahli terapi fisik / okupasi sebagai suatu sumber untuk pengembangan
perencanaan dan mempertahankan / meningkatkan mobilitas.

4. awasi seluruh kegiatan mobilitas dan bantu pasien,jika di perlukan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Ulkus peptikum adalah kerusakan selaput lendir karena factor – factor psikosomatis,
toksin, ataupun kuman – kuman Streptococcus. Faktor psikosomatis (missal ketakutan,
kecemasan, kelelahan, keinginan berlebihan) dapat merangsang sekresi HCL berlebihan.
HCL akan merusak selaput lendir lambung. Ulkus peptikum disebut juga penyakit mag.

Ulkus duodenalis, merupakan jenis ulkus peptikum yang paling banyak ditemukan,
terjadi pada duodenum (usus dua belas jari), yaitu beberapa sentimeter pertama dari
usus halus, tepat dibawah lambung.

Ulkus gastrikum lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di sepanjang lengkung atas
lambung.

Jika sebagian dari lambung telah diangkat, bisa terjadi ulkus marginalis, pada daerah
dimana lambung yang tersisa telah disambungkan ke usus.

Anda mungkin juga menyukai