Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PADA An.

C DENGAN LUPUS ATAU SLE


(SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS ) DI RUANG FIRDAUS RUMAH SAKIT
ISLAM BANJARNEGARA
KEPERAWATAN ANAK

Di susun oleh :
WIDIA MEI LINANGGITA PUTRI
2011040079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020/2021
A. Laporan Pendahuluan (Konsep DasarPenyakit)
1. Definisi
Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah radang kronis yang disebabkan oleh
penyakit autoimun (kekebalan tubuh) di mana sistem pertahanan tubuh yang tidak
normal melawan jaringan tubuh sendiri. Antara jaringan tubuh dan organ yang
dapat terkena adalah seperti kulit, jantung, paru-paru, ginjal, sendi, dan sistem
saraf.
Lupus eritematosus sistemik (SLE) merupakan suatu penyakit atuoimun yang
kronik dan menyerang berbagai system dalam tubuh. ( Silvia& Lorraine, 2006 )
2. Etiologi dan faktor Pencetus

Sampai saat penyebab LES (Lupus eritematsus sistemik) belum diketahui, Diduga
ada beberapa faktor yang terlibat, antara lain:
1. Genetik
2. Infeksi, virus
3. Sinar ultraviolet
4. Stress
5. Obat-obatan
Kadang-kadang obat jantung tertentu dapat menyebabkan sindrom mirip lupus,
yang akan menghilang bila pemakaian obat dihentikan.
6. Hormon
Lupus seringkali disebut penyakit wanita walaupun juga bisa diderita oleh pria.
Lupus bisa menyerang usia berapapun, baik pada pria maupun wanita, meskipun
10-15 kali sering ditemukan pada wanita. Faktor hormonal yang menyebabkan
wanita sering terserang penyakit lupus daripada pria. Meningkatnya gejala
penyakit ini pada masa sebelum menstruasi atau selama kehamilan mendukung
keyakinan bahwa hormon (terutama esterogen) mungkin berperan dalam
timbulnya penyakit ini.
3. Tanda Gejala
Tanda dan gejala umum dari penyakit lupus antara lain:
1. Demam
2. Lelah
3. Merasa tidak enak badan
4. Penurunan berat badan
5. Ruam kulit
6. Ruam kupu-kupu
7. Ruam kulit yang diperburuk oleh sinar matahari
8. Sensitif terhadap sinar matahari
9. Pembengkakan dan nyeri persendian
10. Pembengkakan kelenjar
11. Nyeri otot
12. Mual dan muntah
13. Nyeri dada pleuritik
14. Kejang
15. Psikosa.
16. Hematuria (air kemih mengandung darah)
17. Batuk darah
18. Mimisan
19. Gangguan menelan
20. Bercak kulit
21. Bintik merah di kulit
22. Perubahan warna jari tangan bila ditekan
23. Mati rasa dan kesemutan
24. Luka di mulut
25. Kerontokan rambut
26. Nyeri perut
27. Gangguan penglihatan.
4. Patofisiologi

Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang


menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi
ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal dan
lingkungan.

Aktivasi imun dari sel yang bersirkulasi atau yang terikat jaringan diikuti
dengan peningkatan sekresi proinflammatorik tumor necrosis factor (TNF) dan
interferon tipe 1 dan 2 (IFNs), dan sitokin pengendali sel B, B lymphocyte
stimulator (BLyS) serta Interleukin (IL)-10. Peningkatan regulasi gen yang dipicu
oleh interferon merupakan suatu petanda genetik SLE. Namun, sel lupus T dan
natural killer (NK) gagal menghasilkan IL-2 dan transforming growth factor (TGF)
yang cukup untuk memicu CD4+ dan inhibisi CD8+. Akibatnya adalah produksi
autoantibodi yang terus menerus dan terbentuknya kompleks imun, dimana akan
berikatan dengan jaringan target, disertai dengan aktivasi komplemen dan sel
fagositik yang menemukan sel darah yang berikatan dengan Imunoglobulin.

Sistem komplemen juga akan menyebabkan lisis selaput sel sehingga akan
memperberat kerusakan jaringan yang terjadi. Kondisi inilah yang menimbulkan
manifestasi klinis SLE tergantung dari organ mana yang terkena. Inflamasi akan
menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus
tersebut berulang kembali.
5. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penyakit SLE bisa terjadi akibat
penyakitnya sendiri ataukomplikasi dari pengobatannya.
Komplikasi lupus eritematosus sistemik antara lain :
1. Serangan pada Ginjal
2. Serangan pada Jantung dan Paru
3. Serangan Sistem Saraf
4. Serangan pada Kulit
5. Serangan pada Sendi dan Otot
6. Serangan pada Darah
7. Serangan pada Hati
6. Pathway

Faktor penyebab (genetik, lingkungan,hormonal)

Limfosit T tidak berfungsi (abnormal)

Pembentukan Antibodi terhadap tubuh sendiri (inti sel)

Penumpukan kompleks imun di seluruh organ

Clinical manifestation

Muskuloskletal Mukokutan Ginjal Paru Oral

Nyeri sendi eritema, PK Nefritis PK Efusi ulkus palatum,


sikatriks, gagal ginjal Pleura lesi di mulut
lesi diskoid
anoreksia
Intoleransi Gangguan
Nyeri Akut Gangguan
Aktivitas Citra Integritas Kulit Ketidakseimbangan
Tubuh nutrisi kurang dari
kebutuhan

7. Penatalaksanaan

Tidak ada obat untuk SLE. Tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan


gejala.
1. Penatalaksanaan untuk SLE dengan gejala ringan:
a. NSAID : untuk mengatasi gejala reumatik, radang selaput dada dan radang
lainnya
b. Krim kortikosteroid : untuk mengatasi gejala ruam pada kulit
c. Obat anti malaria (hydroxychloroquine) : untuk mengatasi gejala di kulit dan
artritis
d. Pembatasan diet
1) Rendah garam
2) Tinggi asam folat : Alpukat, daging, kuning telur
3) Omega 3 : minyak ikan, ikan tuna, salmon
4) Cukup kalsium : susu, keju, bayam, brokoli
5) Rendah lemak : hindari gorengan, jeroan, daging berlemak tinggi, santan

B. Konsep Dasar AsuhanKeperawatan


1. Pengkajian :
Penting dilakukan Pengkajian terhadap Klien secara holistik
(Biologis, Psikologis,Social dan Spiritual ) untuk mendapatkan data yang
lengkap dan sistematis. Adapun metode yang dapat dipakai dalam Proses
Pengkajian yaitu :

a. Status kesehatan

1) Status kesehatan saat ini

2) Status kesehatan masa lalu

3) Riwayat penyakit keluarga

4) Riwayat kehamilan dan kelahiran


5) Riwayat imunisasi
b. Pola kebutuhan dasar
1. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi
terhadap arti kesehatan, dan piñata laksanaan kesehatan, kemampuan menyusun
tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
2. Nutrisi-Metabolik
3. Eliminasi
4. Aktivitas-Latihan
5. Tidur-Istirahat

c. Pemeriksaan Fisik

2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan aktivitas
penyakit, rasa nyeri, depresi.
Intervensi:
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik
- Monitor pola dan jam tidur
- Kaji rentang aktivitas yang dapat di lakukan ana
- Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
- Lakukan latihan gerak pasif dan aktif
- Berikan aktivitas distreksi yang menyenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur
- Anjurkan tirah baring
- Anjurka melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan untuk mengubah posisi dan tidak malas bergerak
- Anjurkan untuk melatih gerak aktif dan pasif

- Kolaborasi dengan ahli medis tentang cara meningkatkan asupan


makanan
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan
ketergantungan fisik serta psikologis yang diakibatkan penyakit
kronik.
Intervensi :
- Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
- Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur citra tubuh
- Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibtakan isolasi sosial
- Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
- Monitor apakan pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
- Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
- Diskusikan perbedan penampilan fisik terhadap harga diri
- Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
- Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
- Jelaskan kepad keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
- Anjurkan mengikuti kelompok pendukung ( kelompok sebaya)
- Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun
kelompok

- Kolaborasi dengan dokter ,keluarga,


c. gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier
kulit, penumpukan kompleks imun
intervensi :
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- identifikasi penyebab gangguan intergritas kulit
- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Monitor status nutrisi pasien
- Oleskan lotio atau minyak baby oil pada daerah yang tertekan
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Anjurkan paasien menggunakan pakaian yang longgar
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Anjurkan minum air yang cukup
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalm pemberian obat Ceftriaxon,
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Esther, dkk. 2009. Patofisiologi Aplikasi Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Mrdikal-Bedah Volume 2.


Jakarta: EGC.

Fandika.2016. Asuhan Keperawatan SLE (Systemic Lupus Erythematosus) Pada Anak.


Available at :https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/5854/6849 .
Diakses tanggal 23 September 2018

Nurarif, A.H. dan Kusuma, H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Price A. Sylvia. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6


Penerbit buku Kedokteran. Jakarta : ECG

Syifa, Vyza. 2012. Informasi Yang Harus Dikaji Pada Pengkajian Menggunakan 11
Pola Fungsi Kesehatan Gordon. Available at :
http://vyzasyifa.blogspot.com/2012/01/pengkajian-menggunakan-11-pola-fungsi.html .
Diakses tanggal 23 September 2018

2012. Asuhan Keperawatan SLE. Available at
:Http://tutor.lscf.ucsb.edu/instdev/sears/immunology/fig20-6-110.gif). Diakses tanggal
20 September 2018

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta.

Yusuf. 2014. Askep SLE(dalam :http://cupdate1.blogspot.com/2014/04/askep-sle-


systemic-lupus-erithematosus.html ) Diakses Tanggal 20 September 2018
Endi.2013. Askep Penyakit Lupus Sistem Imun. Available at:
http://evaloy.blogspot.com/2013/03/askep-penyakit-lupus-sistem-imun-dan.html).
Diakses tanggal 20 September 2018.

Anda mungkin juga menyukai