Anda di halaman 1dari 11

III.3.

7 Klasifikasi Tanaman Jarak

Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )


Subkingdom : Trachebionta ( Tumbuhan vaskuler )
Diviso : Spermatophyta ( Tumbuhan berbiji )
Subdiviso : Magnoliopsida ( Tumbuhan berbunga )
Kelas : Magnoliopsida ( berkeping dua / dikotil )
Subkelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiacea
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas L. ( Nurcholis dan Sumarsih, 2007 )

III.3.8 Morfologi Tanaman jarak

Batang : Batang jarak berkayu, berbentuk silindris, dan bila terluka akan mengeluarkan getah
( Hariyadi, 2005 ). Fungsiu utama batang adalah pada sistem percabangan yang akan mendukung
perluasan bidang fotosintesi serta merupakan sebuah tranpor utama air, udara, unsur hara dan
bahan organik sebagai fotosintat ( Nugroho, et al.,2006 cit.  Cahaya, 2008 ).

Daun : Daun jarak berbentuk tunggal, berlekuk, bersudut 3 atau 5, tulang daun menjari dengan 5
-7 tulang utama, daun berwarna hijau degan permukaan bawah hijau pucat dibandingkan dengan
permukaan atas yang cerah ( Hariyadi, 2005 ). Panjang dan lebar daun berkisar 6 – 15 cm
( Pribhandana dan Hendroko, 2006 ). Pada musim kemarau yang sangat panjang, tanaman ini
akan mengugurkan daunnya ( Syah, 2006 ).

Bunga: Bunga tanaman jarak tersusun dari dua bagian yaitu bunga berkelamin satu( uniseksual )
dan berkelamin dua biseksual. Biasanya terdiri dari 100 bunga atau lebih, dengan persentasi
betina 5 – 10 %. Bunga jantan mempunyai 10 tangkai sari yang tersusun dari dua lingkaran,
masih – masing berisi limia tangkai sari yang menyatu. Penyerbukan bunga tanaman jarak di
bantu dengan serangga, yang akan menghasilkan nektar yang mudah terlihat dan memiliki bau
yang harum ( Diktorat Budidaya Tanamana Tahunan, 2007 )
Buah: Buah jarak berbentuk kendaga, oval, berupa buah kotak, berdiameter 2 -4 cm.
Pembentukan buah ini membutuhkan waktu selama 90 hari dari pembungaan sampai matang.
Dalam satu tangkai akan terdapa bunga, buah muda serta buah yang sudah kering, buah jarak
terbagi menjadi tiga ruang yang masing p masing ruang bersisi 3 – 4 biji ( Prihandana dan
Hendroko, 2006 )

Biji: Biji tanaman jarak berbentuk oval lonjong, berwarna kecoklat hitaman, dengan ukuran
panjang 2 cm, tebal 1 cm dan berat rata – rata 0,4 – 0,6 gram perbiji ( Pribahandana dan
Hendroko, 2006 )

III.3.9 Manfaat Tanaman Jarak

Manfaat tanaman jarak yaitu dapat digunakan sebagai minyak, kelebihan minyak jarak pagar
dibanding dengan solar adalah pada minyak jarak pagar banyak terdapat oksigen sehingga
pembakarannya sempurna. Hal ini menimbulkan gas buangan yang lebih bersih dan tidak
berbahaya. Sementara solar tidak memiliki oksigen sehingga gas buangnya berkarbon
monoksida, berasap, kotor, dan berbahaya. Sumanto (2005)

III.3.10 Klasifikasi Tanaman Pepaya

Kingdom       : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom  : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi  : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi            : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas             : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas      : Dilleniidae
Ordo              : Caricales
Famili            : Caricaceae
Genus            : Carica
Spesies          : Carica papaya L. (Rukmana,Rahmat,2009)

III.3.11 Morfologi Tanaman Pepaya

Akar : Akar pepaya merupakan akar dengan system akar tunggang (radix primaria), karena akar
lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih
kecil. bentuk akar bulat, dan berwarna putih kekuningan. Percabangan pepaya Batang pepaya
lurus Muncul cabang pada beberapa pohon pepaya Bekas daun pada batang pepaya Batang
papaya berongga Akan muncul cabang baru pada batang papaya

Batang : Bentuk batang pada tanaman pepaya yaitu berbentuk bulat, dengan permukaan batang
yang memperlihatkan berkas-berkas daun dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral
pada batang pohon bagian atas, jenis batang basah. Arah tumbuh batang yaitu tegak lurus yaitu
arahnya lurus keatas. Permukaan batang tanaman pepaya yaitu licin. Batangnya berongga,
umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, dan tingginya dapat mencapai 5-10 m.

Daun : Daun pepaya merupakan daun tunggal, berukuran besar, bercanggap menjari
(palmatifidus), bergerigi dan juga mempunyai bagian-bagian tangkai daun (petiolus) dan helaian
daun (lamina). Daun pepaya dikatakan mempunyai bangun bulat atau bundar (orbicularis), ujung
daun yang meruncing, tangkai daun panjang dan berongga. Permukaan daun licin (laevis) sedikit
mengkilat (nitidus), daging seperti perkamen (perkamenteus). Dilihat dari sususnan tulang
daunnya, daun pepaya termasuk daun-daun yang bertulang menjari (palminervis). Daun yang
muda terbentuk dibagian tengah tanaman. Daun yang muda terbentuk dibagian tengah tanaman
Tangkai daun panjang dan berongga Daun bertulang menjari Daun pepaya muda bagian atas
Daun pepaya muda bagian bawah.

Bunga: Bunga pepaya termasuk golongan tumbuhan poligam (polygamus), karena pada satu
tumbuhan terdapat bunga jantan, bunga betina dan bunga sempurna. Biasanya poligam dimaksud
untuk menunjukan sifat tumbuhan bertalian dengan sifat bunga tadi yang memperlihatkan suatu
kombinasi bukan berumah satu dan juga bukan berumah dua. Bentuk terompet letak di ketiak
daun. Tepi bertaju lima, bersimetri banyak, warna bunga putih kekuningan. Bunga pepaya
termasuk bunga majemuk yang tersusun pada sebuah tangkai (pedunculus). Kelopak bunga
majemuk duduk pada tangkai daun. (Kalie, 1996).

III.3.12 Manfaat Tanaman Pepaya

Pemanfaatan tanaman pepaya cukup beragam.  Daun pepaya muda, bunga, dan buah yang masih
mentah dapat dibuat bahan berbagai sayuran. Dalam pengobatan tradisional, bagian-bagian
tanaman pepaya banyak yang digunakan .  Pada masa pendudukan jepang dulu, ketika obat sukar
diperoleh, penderita penyakit malaria selalu diobati dengan minuman perasan daun pepaya. (M.
Baga Kalie, 2007)

III.3.13 Klasifikasi Rumput Teki

Kingdom  : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom  : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi  : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi  : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas  : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas  : Commelinidae
Ordo  : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus L.

III.3.14 Morfologi Rumput Teki

Batang : Batang pada rumput teki merupakan batang segitiga yang dapat hidup sepanjang tahun
dengan ketinggian 10 sampai dengan 75 cm. (Balasoka, 2012)
Daun : Daun 4-10 helai terdapat pada pangkal batang membentuk roset akar, dengan pelepah
daun tertutup tanah. Helaian daun bangun pita, pertulangan daun sejajar, tepi daun rata,
permukaan atas berwarna hijau mengkilap dengan panjang 10-60 cm, dan lebar 2-6 mm.
Perbungaan majemuk berbentuk bulir mempunyai 8-25 bunga yang berkumpul berbentuk
payung, berwarna kuning atau cokelat kuning. (Dalimartha, 2009)
Umbi : Umbi pada rumput teki merupakan umbi yang menjalar, berbentuk kerucut yang besar
pada pangkalnya, kadang-kadang melekuk, berwarna cokelat, berambut halus berwarna cokelat
atau cokelat kehitaman, keras, wangi dan panjang 1,5-4,5 cm dengan diameter 5-10 mm
(Dalimartha, 2009)

III.3.15 Manfaat Rumput Teki

Secara tradisional, masyarakat di berbagai daerah di banyak negara telah lama memanfaatkan
rumput teki sebagai obat. (Balasoka, 2012).
Bagian yang digunakan untuk pengobatan pada rumput teki adalah bagian umbi. Umbi rumput
teki memiliki banyak manfaat diantaranya adalah sakit dada, sakit kepala, retensi dahak dan
cairan seperti bengkak akibat timbunan cairan, nyeri haid, datang haid tidak teratur, tidak datang
haid, payudara bengkak dan nyeri, memar, gatal-gatal di kulit, bisul, perdarahan dan keputihan,
mual pada kehamilan muda, perdarahan pada kehamilan, hernia disertai kolik di perut, serta
gangguan pencernaan seperti mual, muntah, diare, nyeri lambung dan perut (Hariana, 2007)

III.3.16 Klasifikasi Tanaman Lengkuas


Kingdom  : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom  : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi  : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi  : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas  : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas  : Commelinidae
Ordo  : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus L.

III.3.17 Morfologi Tanaman Lengkuas


Batang : Tanaman lengkuas memiliki batang semu, dengan ketinggian mencapai 1-3 meter
bahkan lebih. Biasanya tumbuh dengan merumput dan juga sangat rapat, selain itu batang
tumbuh dengan tegak yang tersusun dari beberapa pelepah – pelepah daun yang membentuk
batang semu, berwarna hijau muda hingga tua. Batang muda ini akan keluar dengan bentuk tunas
baru dari pangkal bawah hingga pangkal atas.

Daun : Daun tanaman ini tunggal, berwarna hijau, bertangkai pendek , yang tersusun dengan
selang seling. Bentuk daun ini memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, dengan tepi yang
merata. Pertulangan daun mentyirip, dengan panjang daun mencapai 20-60 cm dengan lebar 4-15
cm.

Bunga : Bunga lengkuas merupakan bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau harum,


berwarna putih kehijauan atau putih kekuningan, terdapat dalam tandan bergagang panjang dan
ramping, yang terletak tegak di ujung batang.  Ukuran perbungaan lebih kurang 10 – 30 cm x 5 –
7 cm.  Jumlah bunga di bagian bawah tandan lebih banyak daripada di bagian atas, sehingga
tandan tampak berbentuk piramida memanjang.  Panjang bibir bunga 2½ cm, berwarna putih
dengan garis miring warna merah muda pada tiap sisi.  Mahkota bunga yang masih kuncup, pada
bagian ujungnya berwarna putih, sedangkan pangkalnya berwarna hijau.  Bunga agak berbau
harum.

Rimpang : Rimpang besar dan tebal, berdaging, berbentuk silindris, diameter sekitar 2 – 4 cm,
dan bercabang-cabang.  Bagian luar berwarna coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan
pucat, mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau kemerahan, keras mengkilap, sedangkan
bagian dalamnya berwarna putih.  Daging rimpang yang sudah tua berserat kasar.  Apabila
dikeringkan, rimpang berubah menjadi agak kehijauan, dan seratnya menjadi keras dan liat. 
Untuk mendapatkan rimpang yang masih berserat halus, panen harus dilakukan sebelum tanaman
berumur lebih kurang 3 bulan.  Rasanya tajam pedas, menggigit, dan berbau harum karena
kandungan minyak atsirinya.

III.3.18 Manfaat Tanaman Lengkuas

Salah satu keanekaragaman hayati yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat
tradisional adalah lengkuas (Languas galanga (L.) Stunz.). Rimpang lengkuas sering digunakan
sebagai obat tradisional yang 1 2 bermanfat untuk mengobati penyakit seperti : diare, disentri,
panu, kudis, bercakbercak kulit dan tahi lalat, menghilangkan bau mulut, dan sebagainya.
Khasiat obat umumnya disebabkan oleh kandungan metabolit sekundernya, salah satu
diantaranya adalah minyak atsiri (Anonim, 2007). Efek farmakologis lengkuas di antaranya
menetralkan racun (antitoksik), menurunkan panas (antipiretik), menghilangkan rasa sakit
(analgetik), meluruhkan kentut (carminative), meluruhkan kencing (diuretik), obat jamur,
menyegarkan (stimulan), memperkuat lambung, dan meningkatkan nafsu makan (Hariana,
2007).

III.3.19 Klasifikasi Tanaman Jahe

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Musales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale

III.3.20 Morfologi Tanaman Jahe

Akar : Akar merupakan bagian terpenting dari tanaman jahe. Pada bagian ini tumbuh tunas-tunas
baru yang kelak akan menjadi tanaman. Akar tunggal (rimpang) tertanam kuat didalam tanah dan
makin membesar dengan pertambahan usia serta membentuk rhizoma-rhizoma baru (Rukmana,
2000).
Batang : Jahe tumbuh merumpun, berupa tanaman tahunan berbatang semu. Tanaman tumbuh
tegak setinggi 30-75 cm. Batang semu jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna hijau
kemerahan dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah daun (Tim Lentera, 2002).
Daun : Panjang daunnya 15-23 cm dan lebar 0,8-2,5 cm. Tangkainya berbulu atau gundul. Ketika
daun mengering dan mati, pangkal tangkainya (rimpang) tetap hidup dalam tanah. Rimpang
tersebut akan bertunas dan tumbuh menjadi tanaman baru setelah terkena hujan (Harmono dan
Andoko, 2005).
Rimpang : Rimpang jahe berbuku-buku, gemuk, agak pipih, membentuk akar serabut. Rimpang
tersebut tertanam dalam tanah dan semakin membesar sesuai dengan bertambahnya usia dengan
membentuk rimpang-rimpang baru. Di dalam sel-sel rimpang tersimpan minyak atsiri yang
aromatis dan oleoresin khas jahe (Harmono dan Andoko, 2005).

III.3.21 Manfaat Tanaman Jahe

Jahe putih/kuning besar biasa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik
sebagai jahe segar maupun jahe olahan. Jahe putih/kuning kecil selalu dipanen setelah berumur
tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas,
disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak
oleoresin dan minyak atsirinya. Jahe merah memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan
jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan (Harmono dan Andoko, 2005).
III.3.22 Klasifikasi Tanaman Cabai
Kingdom  : Plantae 
Divisio  : Spermatophyta 
Sub Divisio  : Angiospermae 
Classis : Dicotyledonae 
Ordo  : Solanales 
Familia  : Solanaceae 
Sub Familia  : Solanaceae 
Genus  : Capsicum 
Spesies  : Capsicum frutencens L var. Cengek (Wiryanta, 2006) 

III.3.23 Morfologi Tanaman Cabai

Batang : Batang cabai tumbuh tegak berwarna hijau tua dan berkayu. Pada ketinggian batang
tertentu akan membentuk percabangan seperti huruf “Y”. Batangnya berbentuk silindris,
berukuran diameter kecil dengan tajuk daun lebar dan buah cabai yang lebat (Samadi, 1997).

Daun : Daun cabai berbentuk lonjong yang berukuran panjang 8-12 cm, lebar 3-5 cm dan di
bagian pangkal dan ujung daun meruncing. Pada permukaan daun bagian atas berwarna hijaun
tua, sedang dibagian bawah berwarna hijau muda.  Panjang tangkai daunnnya berkisar 2-4 cm
yang melekat pada percabangan, sedangkan tulang daunnnya berbentuk menyirip (Samadi,
1997).

Akar : Akar tanaman cabai tumbuh menyebar dalam tanah terutama akar cabang dan akar
rambut. Bagian ujung akarnya hanya mampu menembus tanah sampai kedalaman 25-30 cm.
Oleh karena itu penggemburan tanah harus dilakukan sampai kedalaman tersebut agar
perkembangan akar lebih sempurna (Samadi, 1997).

Bunga : Bunga cabai termasuk berkelamin dua, karena pada satu bunga terdapat kepala sari
dan kepala putik. Bunga cabai tersusun dari tangkai bunga yang berukuran panjang berkisar 1-
2 cm, kelopak bunga, mahkota bunga dan alat kelamin yang meliputi kepala sari dan kepala
putik. Mahkota bunganya berwarna putih dan akan mengalami rontok bila buah mulai
terbentuk. Jumlah mahkota bunga bervariasi antara 5-6 kelopak bunga. Kepala putik berwarna
kuning kehijauan dan tangkai kepala putiknya berwarna putih, panjangnya berkisar 0,5 cm.
Sedangkan kepala sari yang telah masak berwarna biru sampai ungu. Tangkai sarinya
berwarna putih, panjangnya 0,5 cm. Letak bunganya berada pada posisi menggantung,
berukuran panjang antara 1-1,5 cm, lebarnya berkisar 0,5 cm dan warna bunga tampak
menarik (Samadi, 1997).

Buah : Buah cabai merah biasanya muncul dari percabangan atau ketiak daun dengan posisi
buah menggantug. Berat cabai merah sangat bervariasi, yakni berkisar 5-25 gram. Buah cabai
yang masih muda berwarna hijau, berangsur-angsur berubah menjadi merah menyala setelah
buahnya tua (Samadi, 1997)

III.3.24 Manfaat Tanaman Cabai


Cabai berfungsi dalam mengendalikan kanker karena mengandung lasparaginase dan capcaicin.
Selain itu kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian
setiap orang, namun harus dikonsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung (Prajnanta,
2001).
Selain sebagai bumbu masak, buah cabai juga digunakan sebagai bahan campuran industri
makanandan untuk peternakan (Setiadi, 2000).
Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung kapsidiol, yang
menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan bila digunakan untuk rempah-rempah
(bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan
sehari-hari (Prajnanta, 2001).

III.3.25 Klasifikasi Tanaman Kedondong


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Spondias
Spesies             : Spondias dulcis Forst. (Plantamor,2012)

III.3.26 Morfologi Tanaman Kedondong

Akar : Tumbuhan ini berakar tunggang dan berwarna coklat tua (Yustina,2011).
Batang : Tumbuhan ini mempunyai batang yang berkayu ( lignosus ) yang biasanya keras dan
kuat karena sebagian besar terdiri dari kayu yang terdapat pada pohon dengan bentuk batangnya
yang bulat ( teres ) dan tumbuh tegak, percabangan batangnya yaitu simpodial dimana batang
pokoknya sukar untuk ditemukan karena dalam perkembangannya kalah cepat dan besar
pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya, permukaan batang halus dan berwarna putih
kehijauan.
Daun : Tumbuhan ini termasuk ke dalam tanaman berdaun majemuk, bagian yang terlebar yang
berada di tengah-tengah helaian daunnya berbentuk jorong ( ovalis ), pangkal daun runcing
( acutus ), ujung daun meruncing ( acuminatus ), warna daun hijau dengan panjang daunnya 5-8
cm dan lebar 3- 6 cm, dilihat dari arah tulang-tulang cabang yang besar pada helaian daun daun
kedondong ini termasuk daun yang bertulang menyirip dengan jumlah anak daun yang gasal
( imparipinnatus ) dan anak daun yang berpasang-pasangan, tepi daunnya rata ( integer ), tata
letak daun tersebar ( folia sparsa ), permukaan daun licin (laevis) dan mengkilat ( nitidus ).
 Bunga : Tumbuhan ini termasuk bunga majemuk ( inflorescentia ), berbentuk malai ( panicula )
dimana ibu tangkainya mengadakan percabangan monopodial, panjang 24-40 cm, panjang
kelopak bunganya ± 5 cm, jumlah benang sari delapan berwarna kuning, mahkota bunga
berjumlah empat sampai lima, lanset, warna bunganya putih kekuningan.(Yustine, 2012)

III.3.27. Manfaat Tanaman Kedondong

Manfaat buah kedondong manis kultivar unggul dimakan dalam keadaan segar, tetapi sebagian
buah matang diolah menjadi selai, jeli, dan sari buah. Buah yang direbus dan dikeringkan dapat
disimpan untuk beberapa bulan. Buah mentahnya banyak digunakan dalam rujak dan sayur, serta
untuk dibuat acar (sambal kedondong). Daun mudanya yang dikukus dijadikan lalapan. Buah dan
daunnya juga dijadikan pakan ternak. Kayunya berwarna coklat muda dan mudah mengambang,
tidak dapat digunakan kayu pertukangan, tetapi kadang-kadang dibuat perahu. Dikenal di
berbagai pelosok dunia berbagai manfaat obat dari buah, daun, dan kulit batangnya, dan dari
beberapa negara dilaporkan adanya pengobatan borok, kulit perih, dan luka bakar. Tiap 100 gram
bagian buah yang dapat dimakan mengandung 60-85 gram air, 0,5-0,8 gram protein, 0,3-1,8
gram lemak, 8-10,5 gram sukrosa, 0,85 – 3,60 gram serat. Daging buahnya merupakan sumber
vitamin C dan besi; buah yang belum matang mengandung pektin sekitar 10% (BPPT,2011).

III.3.28 Klasifikasi Tanaman Cocor Bebek


Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Rosales
Genus : Kalanchoe
Spesies : Kalanchoe blossfeldiana Poeln.
Synonim Bryophillum pinnatum,Bryophillum calycinum.
(DepKes RI, 2000)
III.3.29 Morfologi Tanaman Cocor Bebek
Batang berbentuk segi empat, lunak, beruas, tegak dan bewarna hijau. Bagian daun tebal, tungal,
berbentuk lonjong, bertangkai pendek, ujung tumpul, tepi bergerigi, bagian pangkal membundar
dengan panjang 5-20 cm, dan lebar 2,5 – 15 cm.
Bunga tanaman ini berbentuk malai, majemuk, mengantungg, dengan kelopak silindris,
berlekatan dengan warna keungguan, benang sari bejumlah 8, dan memiliki putik dengan
panjang 4 cm bahkan lebih. Mahkota tanaman ini berbentuk corong dengan panjang 3,5 – 5,5
cm. Buah tanaman ini berbentuk petak atau kotak dengan warna keungguan bernoda putih.
Selain itu, terdapat biji kecil didalamnya dengan warna putih kotor dengan bentuk keci, tipis dan
memanjang serta di lapisi dengan serat halus. Bagian perakatan tanaman ini menggunakan sistem
perakaran tunggang berwarna kekuning putihan ( Depkes RI, 2000 )

Anda mungkin juga menyukai