Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN FISKUS

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK


(STUDI PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG TERDAFTAR DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MALANG SELATAN)

Oleh:
Cevin Willmart

Dosen Pembimbing:
Ayu Fury Puspita SE., M.S.A., Ak

ABSTRAK
Pajak merupakan tumpuan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan. Hal
ini dikarenakan penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan Negara terbesar
saat ini yaitu mencapai 80% dari penerimaan negara (Kementerian Keuangan,
2018). Oleh sebab itu, Direktorat Jenderal Pajak terus berupaya meningkatkan
kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak dengan harapan dapat meningkatkan
kesadaran dan keinginan masyarakat untuk tertib sebagai Wajib pajak. Penelitian
ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Malang Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
survei untuk memperoleh data. Responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak
orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan
sejumlah 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan
fiskus dengan indikator keandalan, daya tanggap, jaminan, empati dan bukti fisik
berpengaruh terdahap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Kata kunci: pajak, kualitas pelayanan fiskus, kepatuhan wajib pajak

THE INFLUENCE OF FISCUS' SERVICE QUALITY


ON TAXPAYERS' COMPLIANCE (A STUDY ON INDIVIDUAL
TAXPAYERS OFFICE OF MALANG SELATAN)

ABSTRACT
Taxes are fundamental for the running the government because tax revenue is the
largest source of state revenue, reaching 80% (Ministry of Finance, 2018).
Therefore, the Directorate General of Taxes continues to improve the quality of
service for taxpayers to incrase tax compliance. The purpose of this quantitative
study is to examine the influence of fiscus’ service quality on taxpayers’
compliance. The data was collected through surveys on 100 individual taxpayers
listed in the small taxpayers office of Malang Selatan. This study finds that fiscus’
service quality, indicated by reliability, responsiveness, assurance, empathy, and
physical evidence, has a significant influence on taxpayers’ compliance.

Keyword: tax, fiscus service quality, taxpayer compliance


I. LATAR BELAKANG kepada Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya (Supadmi,
Pajak merupakan tumpuan 2009).
pemerintah dalam menjalankan roda
pemerintahan. Hal ini dikarenakan Untuk mencapai kualitas
penerimaan pajak merupakan sumber pelayanan pada Wajib Pajak yang
penerimaan Negara terbesar saat ini baik, upaya yang dilakukan oleh
yaitu mencapai 80% dari penerimaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
negara (Kementerian Keuangan, Malang Selatan adalah dengan
2018). Oleh sebab itu, Direktorat meningkatkan fasilitas-fasilitas
Jenderal Pajak terus berupaya umum di Kantor Pelayanan Pajak
meningkatkan kualitas pelayanan Pratama Malang Selatan,
kepada Wajib Pajak dengan harapan meningkatkan kualitas para pegawai,
dapat meningkatkan kesadaran dan menambah jumlah pegawai tiap
keinginan masyarakat untuk tertib tahunnya, serta mengembangkan
sebagai Wajib pajak. penggunaan aplikasi e-filling.
Peningkatan kualitas pelayanan Namun, pada kenyataannya,
perpajakan ini sesuai dengan tidak semua upaya-upaya tersebut
keputusan Direktur Jenderal Pajak dapat berjalan dengan baik. Adanya
NOMOR PER – 04/PJ/2019 tentang error atau system down e-filling
tempat pelayanan terpadu pada kantor merupakan masalah yang sering
pelayanan pajak. Peraturan tersebut dialami Wajib Pajak di Kantor
mempunyai tujuan untuk peningkatan Pelayanan Pajak Pratama Malang
pelayanan perpajakan pada kantor Selatan. Jika sistem sedang
pelayanan pajak dengan harapan mengalami error, maka dapat
nantinya akan berdampak pada menghambat proses pengisian Surat
kepatuhan Wajib Pajak, karena Pemberitahuan (SPT) serta input data
kepatuhan Wajib Pajak merupakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak
penentu suksesnya pemungutan Pratama Malang Selatan. Akibatnya,
pendapatan dari sektor pajak. Wajib Pajak menjadi malas untuk
melakukan pengisian SPT serta
Harapan dari kualitas pelayanan proses pelayanan pajak di Kantor
yang baik adalah Wajib Pajak dapat Pelayanan Pajak Pratama Malang
memperoleh kemudahan dalam Selatan menjadi terganggu. Ketika
menyelesaikan kewajiban pajaknya. sistem mengalami error, diperlukan
Pada akhirnya, pelayanan yang baik waktu yang relatif lama untuk
akan mendorong kesadaran Wajib memperbaikinya. Masalah seperti ini
Pajak dalam melaksanakan kewajiban yang membuat Wajib Pajak mengeluh
pajaknya sehingga kualitas pelayanan atas pelayanan yang diberikan
berdampak pada meningkatnya (Kantor Pelayanan Pajak Pratama
kepatuhan Wajib Pajak (Trianto, Malang Selatan, 2019).
2013).
Upaya peningkatan kualitas Teori yang digunakan pada
pelayanan dapat dilakukan dengan penelitian ini adalah Theory of
cara peningkatan kualitas dan Planned Behavior (TPB). Teori ini
kemampuan teknis pegawai dalam menjelaskan bahwa perilaku yang
bidang perpajakan, perbaikan ditimbulkan oleh individu muncul
infrastruktur seperti perluasan tempat karena adanya niat untuk berperilaku.
pelayanan terpadu (TPT), pengunaan Berdasarkan model TPB, ketentuan
sistem informasi dan teknologi untuk perpajakan dapat dipatuhi oleh
dapat memberikan kemudahan seorang individu apabila didalam diri
sendiri individu tersebut memiliki Behavioral beliefs merupakan
niat. Niat seorang individu untuk keyakinan individu akan hasil dari
berperilaku patuh terhadap pajak suatu perilaku dan evaluasi atas
dipengaruhi oleh beberapa faktor, hasil tersebut.
yaitu: behavioral belief, normative 2. Normative Beliefs
belief, control belief. Normative beliefs yaitu keyakinan
tentang harapan normatif orang
Hal ini yang menjadi salah satu lain dan motivasi untuk memenuhi
alasan mendasar pemerintah harapan tersebut.
membuat kebijakan kongkrit 3. Control Beliefs, merupakan
khususnya peningkatan kualitas keyakinan tentang keberadaan hal-
pelayanan fiskus pada kantor hal yang mendukung atau
pelayanan pajak, hal ini pula yang menghambat perilaku yang akan
mendorong peneliti berkeinginan ditampilkan dan presepsinya
untuk mengetahui sejauh mana tentang seberapa kuat hal-hal yang
kualitas pelayanan fiskus mendukung dan menghambat
berpengaruh terhadap tingkat perilakunya tersebut (perceived
kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi power).
khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Penelitian tentang kepatuhan
Pratama Malang Selatan. pajak telah banyak dilakukan.
Berdasarkan latar belakang yang Mustikasari (2007) melakukan
telah di jelaskan di atas, maka penelitian sebelumnya dengan
menarik bagi peneliti untuk mencoba menggunakan TPB dimana teori ini
mengangkatnya dengan relevan untuk menjelaskan perilaku
menjadikannya sebagai tulisan dalam wajib pajak dalam memenuhi
skripsi ini dengan judul : kewajiban perpajakannya. Individu
“PENGARUH KUALITAS akan memiliki keyakinan mengenai
PELAYANAN FISKUS hasil yang akan diperoleh dari
TERHADAP KEPATUHAN perilakunya sebelum memutuskan
WAJIB PAJAK (STUDI PADA akan melakukannya atau tidak
WAJIB PAJAK ORANG melakukannya.
PRIBADI YANG TERDAFTAR Kesadaran wajib pajak,
DI KANTOR PELAYANAN pelayanan fiskus, dan sanksi pajak
PAJAK PRATAMA MALANG dapat menjadi faktor yang
SELATAN)”. menentukan perilaku patuh pajak.
Setelah wajib pajak memiliki
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN kesadaran untuk membayar pajak,
PENGEMBANGAN termotivasi oleh fiskus dan sanksi
HIPOTESIS pajak, maka wajib pajak akan
Theory of Planned Behavior memiliki niat untuk membayar pajak
dan kemudian merealisasikan niat
Dalam Theory of Planned Behavior tersebut.
(TPB) dijelaskan bahwa perilaku Perpajakan di Indonesia
yang ditimbulkan oleh individu Pada dasarnya pajak
muncul karena adanya niat untuk merupakan suatu kewajiban dan
berperilaku. Sedangkan munculnya pengabdian yang memerlukan peran
niat untuk berperilaku ditentukan oleh aktif dari warga negara dan anggota
tiga faktor (Mustikasari, 2007), yaitu: masyarakat lainnya. Berdasarkan
1. Behavioral Beliefs Undang-Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan No 16
Tahun 2009, pajak adalah kontribusi pajak menurut berbagai penjelasan
wajib kepada negara yang terutang literatur. Resmi (2013:7-8)
oleh orang pribadi atau badan yang mengemukakan terdapat berbagai
bersifat memaksa berdasarkan jenis pajak, yang dapat dikelompokan
Undang-Undang dengan tidak menjadi tiga, yaitu pengelompokan
mendapat imbalan secara langsung menurut golongan, menurut sifat, dan
dan digunakan untuk keperluan menurut lembaga pemungutnya.
negara bagi sebesar-besarnya 1. Menurut Golongan
kemakmuran rakyat. a) Pajak langsung adalah pajak
Pemerintah Indonesia yang harus dipikul atau
memungut pajak untuk membiayai ditanggung sendiri oleh
Anggaran Pembelanjaan dan Belanja Wajib Pajak dan tidak dapat
Negara (APBN). Undang-undang dilimpahkan atau
nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak dibebankan kepada orang
Penghasilan adalah peraturan lain atau pihak lain. Pajak
perundang-undangan perpajakan harus menjadi beban Wajib
yang mengatur tentang pajak Pajak bersangkutan.
penghasilan yang berlaku sejak 1 Misalnya PPh.
januari 1984 sebagaimana telah b) Pajak tidak langsung adalah
diubah terakhir dengan Undang- pajak yang pada akhirnya
undang Nomor 17 Tahun 2000. dapat dibebankan atau
Sistem pajak yang diatur oleh dilimpahkan kepada orang
Indonesia adalah self assessment lain atau pihak ketiga. Pajak
system, sejak Undang-Undang Nomor tidak langsung terjadi jika
6 Tahun 1983. Dalam sistem ini, terdapat suatu kegiatan,
Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk peristiwa, atau perbuatan
menghitung, menyetor dan melapor yang menyebabkan
sendiri kewajiban pajaknya. terutangnya pajak, misalnya
Menurut Resmi (2013:3) terjadi penyerahan barang
terdapat dua fungsi pajak, yaitu: atau jasa yaitu PPN.
fungsi budgetair (sumber keuangan 2. Menurut sifat
negara) dan fungsi regularend a) Pajak subjektif adalah pajak
(pengatur). yang pengenaannya
1. Fungsi Budgetair (Sumber memperhatikan keadaan
Keuangan Negara). Pajak pribadi Wajib Pajak atau
mempunyai fungsi budgetair, pengenaan pajak yang
artinya pajak merupakan salah satu memperhatikan keadaan
sumber penerimaan pemerintah subjeknya. Misalnya PPh.
untuk membiayai pengeluaran b) Pajak objektif adalah pajak
baik rutin maupun pembangunan. yang pengenaannya
2. Fungsi Regularend (Pengatur). memperhatikan objeknya
Pajak mempunyai fungsi pengatur, baik berupa benda, keadaan,
artinya pajak sebagai alat untuk perbuatan, atau peristiwa
mengatur atau melaksanakan yang mengakibatkan
kebijakan pemerintah dalam timbulnya kewajiban
bidang social dan ekonomi, serta membayar pajak, tanpa
mencapai tujuan-tujuan tertentu di memperhatikan keadaaan
luar bidang keuangan. pribadi Subjek Pajak (Wajib
Terdapat perbedaan atau Pajak) maupun tempat
penggolongan pajak serta jenis jenis
tinggal. Misalnya PPN, With Holding System adalah
PPnBM, dan PBB. sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada
pihak ketiga untuk menentukan
3. Menurut Lembaga Pemungut berapa besarnya pajak yang
a) Pajak Negara (Pajak Pusat) terutang oleh Wajib Pajak sesuai
adalah pajak yang dipungut dengan peraturan perundang-
oleh pemerintah pusat dan undangan perpajakan yang
digunakan untuk membiayai berlaku.
rumah tangga negara pada Kualitas Pelayanan Fiskus
umunya. Misalnya PPh, PPN, Kualitas pelayanan pajak
dan PPnBM. merupakan upaya pemenuhan
b) Pajak daerah adalah pajak kebutuhan dan keinginan wajib pajak
yang dipungut oleh pemerintah serta ketetapan penyampaiannya
daerah baik daerah tingkat I dalam mengimbangi harapan wajib
(pajak provinsi) maupun daerah pajak. Kualitas pelayanan pajak dapat
tingkat II (pajak diketahui dengan cara
kabupaten/kota) dan digunakan membandingkan presepsi para wajib
untuk rumah tangga daerah pajak atas pelayanan nyata yang
masing masing. Misalnya Pajak mereka terima / peroleh dengan
Kendaraan Bermotor, Pajak pelayanan yang sesungguhnya
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak mereka harapkan terhadap atribut-
Air Permukaan, dan lain-lain. atribut pelayanan pada setiap Kantor
Resmi (2013:11) mengemukakan Pelayanan Pajak (KPP).
dalam memungut pajak dikenal Pengertian kualitas pelayanan
beberapa sistem pemungutan pajak, menurut Parasuruman yang dikutip
yaitu: oleh Farida Jasfar (2005:50), yaitu
1. Official Assessment System “Kualitas pelayanan adalah
Official Assessment System perbandingan antara layanan yang
adalah sistem pemungutan pajak dirasakan pelanggan dengan kualitas
yang memberi kewenangan pelayanan yang diharapkan oleh
aparatur perpajakan untuk pelanggan.”
menentukan sendiri jumlah pajak Melalui Surat Edaran Direktur
yang terutang setiap tahunnya Jenderal Pajak No. SE-45/PJ/2007
sesuai dengan peraturan ditegaskan mengenai pelayanan
perundang-undangan perpajakan perpajakan, yaitu “Pelayanan adalah
yang berlaku. sentra dan indikator utama untuk
2. Self Assessment System membangun citra DJP, sehingga
Self Assessment System adalah kualitas pelayanan harus terus
sistem pemungutan pajak yang menerus ditingkatkan dalam rangka
memberi kewenangan kepada mewujudkan harapan dan
Wajib Pajak dalam menentukan membangun kepercayaan Wajib
sendiri pajak yang terutang setiap Pajak terhadap DJP.”
tahunnya sesuai dengan
perarturan perundangan- Pelayanan fiskus dapat diartikan
undangan perpajakan yang sebagai cara petugas pajak dalam
berlaku. membantu mengurus atau
3. With Holding System menyiapkan segala keperluan yang
sibutuhkan wajib pajak. Kualitas
pelayanan fiskus sangat berpengaruh pelanggan, serta memberikan
terhadap wajib pajak dalam perhatian personal kepada
membayar pajaknya. Oleh karena itu, pelanggan dan memiliki jam
fiskus dituntut untuk memberikan operasi yang aman.
pelayanan ramah, adil, dan tegas
setiap saat kepada wajib pajak serta 5. Bukti Fisik (tangibles)
dapat memupuk kesadaran Berkenaan dengan daya tarik
masyarakat tentang tanggung jawab fasilitas fisik, perlengkapan, dan,
membayar pajak. material yang digunakan
perusahaan, serta penampilan
Menurut DJP kualitas pelayanan karyawan.
fiskus yang prima dalam memberikan
pelayanan kepada wajib pajak harus Pelayanan Publik
menjaga sopan santun dan perilaku,
ramah, tanggap, cermat dan cepat, Pelayanan publik adalah
serta tidak mempersulit pelayanan. pelayanan yang dilakukan oleh
Kantor Pelayanan Pajak memberikan birokrasi atau lembaga lain yang
suatu kegiatan pelayanan yang berupa tidak termasuk Badan Usaha
pelayanan prima perpajakan agar Swasta, yang berorientasi pada laba
dapat memberikan angka kepuasan (profit). Ruang lingkup pelayanan
atas pelayanan Wajib Pajak. Pada publik yang diberikan pemerintah
indikator atau ukuran kualitas meliputi melayani, mengayomi, dan
pelayanan terdapat lima dimensi yang menumbuhkan prakarsa peran serta
digunakan dalam kualitas pelayanan. masyarakat dalam pembangunan.
Berikut adalah lima dimensi kualitas Keputusan MENPAN Nomor 63
pelayanan menurut Zeithaml (dalam Tahun 2003 menyatakan bahwa
Albari, 2009): hakekat pelayanan publik adalah
pemberian pelayanan prima kepada
1. Kehandalan (reliability) masyarakat yang meruapakan
Kemampuan perusahaan untuk perwujudan kewajiban aparatur
dapat memberikan pelayanan pemerintah sebagai abdi masyarakat.
yang dijanjikan dengan tepat
serta dapat dipercaya. Menurut Wahid (2002:10)
2. Daya Tanggap (responssiveness) pada dasarnya cara pemungutan
Kemampuan atau keinginan para pajak yang dilakukan adalah dengan
karyawan untuk membantu dan self assessment system, yaitu wajib
memberikan pelayanan yang pajak diberi kepercayaan penuh
dibutuhkan konsumen. untuk menghitung,
3. Jaminan (assurance) memperhitungkan, membayar dan
Berkaitan dengan pengetahuan, melaporkan pajak. Dalam
keramahan, kesopanan, dan opersionalnya self assessment
sifat dapat dipercaya dari system memerlukan kegiatan-
pemberi jasa untuk kegiatan sebagai berikut:
menghilangkan sifat keragu- 1. Penyuluhan, yaitu memberikan
raguan konsumen dan merasa penerangan kepada seluruh
terbebas dari bahaya dan resiko lapisan masyarakat mengenai
atas jasa yang diterimanya. perpajakan, cara memenuhi
4. Empati (empathy) kewajiban perpajakan antara
Perusahaan memahami masalah wajib pajak dengan unit
para pelanggannya dan pelaksanan DJP.
bertindak demi kepentingan
2. Pelayanan, yaitu memberikan Sesuai dengan kondisi dan
pelayanan kepada wajib pajak kemampuan pemberi dan
dalam memenuhi kewajiban penerima pelayanan dengan
perpajakannya meliputi tetap berpegang pada prinsip
pemberian nomor identitas atau efisiensi dan efektifitas.
NPWP, penyedia formulir-
formulir, memberi petunjuk 4. Partisipatif
pengisiannya, menyediakan Mendorong peran serta
fasilitas tempat pembayaran masyarakat dalam
pajak, pemberian restitusi pajak penyelenggara pelayanan publik
termasuk menyelesaikan dengan memperhatikan aspirasi,
sengketa perpajakan yang kebutuhan, dan harapan
terjadi antara wajib pajak masyarakat.
dengan inti pelaksana DJP 5. Kesamaan Hak
melalui prosedur yang mudah, Tidak diskriminatif dalam arti
sederhana, dan cepat. tidak membedakan suku, ras,
3. Pengawasan, yaitu melakukan agama, golongan, gender, dan
pengawasan untuk menjamin status ekonomi.
agar pelaksanaan kewajiban 6. Keseimbangan Hak dan
perpajakan yang dilakukan Kewajiban
wajib pajak sesuai dengan Pemberi dan penerima pelayanan
ketentuan peraturan perundang- publik harus memenuhi hak dan
undangan yang berlaku. kewajiban masing-masing pihak.
4. Penegakan hukum, yaitu
tindakan-tindakan memaksa agar Kepatuhan Wajib Pajak
wajib pajak (yang tidak Kepatuhan dalam perpajakan
memenuhi kewajiban berarti keadaan wajib pajak yang
perpajakannya dengan benar) melaksanakan hak, dan khususnya
memenuhi kewajibannya dengan kewajibannya, secara disiplin, sesuai
benar, termasuk penjatuhan peraturan perundang-undangan serta
sanksi administratif sampai tata cara perpajakan yang berlaku.
dengan penuntutan pidana. Menurut Kiryanto yang dikutip oleh
Untuk dapat memberikan Eliyani (1999) kepatuhan wajib
pelayanan yang memuaskan bagi pajak didefinisikan sebagai
pengguna jasa, penyelenggara memasukkan dan melaporkan pada
pelayanan harus mempunyai asas- waktunya informasi yang diperlukan,
asas sebagai berikut (Keputusan mengisi dengan benar jumlah pajak
MENPAN Nomor 63 Tahun 2004): yang terutang dan membayar pajak
pada waktunya, tanpa ada tindakan
1. Transparasi pemeriksaan.
Bersifat terbuka, mudah dan
dapat diakses oleh semua pihak Terdapat dua macam kepatuhan,
yang membutuhkan disediakan yaitu:
secara memadai serta mudah 1. Kepatuhan Administrasi (Formal),
dimengerti. adalah suatu keadaan dimana
2. Akuntabilitas Wajib Pajak memenuhi kewajiban
Dapat di pertanggungjawabkan perpajakan secara formal sesuai
sesuai dengan ketentuan dengan ketentuan dalam undang-
peraturan perundang-undangan. undang perpajakan.
3. Kondisional 2. Kepatuhan Teknis (Material),
adalah suatu keadaan dimana
Wajib Pajak secara subtantif Ketentuan mengenai sanksi pidana
memenuhi semua ketentuan dibidang perpajakan diatur/
material perpajakan, yakni sesuai ditetapkan dalam Undang-Undang
isi dan jiwa undang-undang Republik Indonesia Nomor 6
perpajakan. Tahun 1983 sebagaiman telah
DJP mengemukakan menurut diubah terakhir dengan Undang-
Keputusan Menteri Keuangan No. Undang Republik Indonesia
39/PMK.03/2018. Kepatuhan wajib Nomor 28 Tahun 2007 tentang
pajak dapat diidentifikasi dari: “tepat Ketentuan Umum dan Tata Cara
waktu dalam dalam menyampaikan Perpajakan.
SPT Tahunan dalam 3 (tiga) Tahun
Pajak terakhir yang wajib Hipotesis
disampaikan sampai dengan akhir Pentingnya kualitas fiskus
tahun sebelum masa penetapan Wajib dalam memberikan pelayanan kepada
Pajak Kriteria Tertentu; tidak wajib pajak selama proses perpajakan
mempunyai tunggakan pajak untuk berkaitan dengan sikap wajib pajak.
semua jenis pajak, kecuali telah Proses perpajakan melibatkan fiskus
memperoleh izin untuk mengangsur dan wajib pajak membuat pelayanan
atau menunda pembayaran pajak; yang diberikan oleh fiskus turut
tidak pernah dijatuhi hukuman karena membentuk sikap wajib pajak dalam
melakukan tindak pidana di bidang mengikuti proses perpajakan.
perpajakan dalam jangka waktu 5
tahun terakhir; wajib pajak yang Berdasarkan telaah literatur yang
laporan keuangannya untuk 2 tahun sudah dijelaskan tersebut maka
terakhir diaudit oleh akuntan publik peneliti merumuskan hipotesis
dengan pendapat wajar tanpa sebagai berikut :
pengecualian, atau pendapat dengan H1 : Kualitas Pelayanan Fiskus
pengecualian sepanjang tidak Berpengaruh Terhadap
mempengaruhi laba rugi fiskal”. Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Mardiasmo (2003:39-
44) definisi dari sanksi perpajakan III. METODE PENELITIAN
adalah sebagai berikut:
Penelitian ini menggunakan
“Jaminan bahwa ketentuan pendekatan kuantitatif dengan
peraturan perundang-undangan metode survei dan pengumpulan data
perpajakan (norma perpajakan) menggunakan kuisioner. Penelitian di
akan dituruti/ ditaati, dipatuhi. lakukan di Kantor Pelayanan Pajak
Atau bisa dengan kata lain sanksi Pratama Malang Selatan. Populasi
perpajakan merupakan alat pada penelitian ini wajib pajak orang
pencegah (preventive) agar Wajib probadi yang terdaftar di Kantor
Pajak tidak melanggar peraturan Pelayanan Pajak Pratama Malang
yang telah ditetapkan.” Selatan. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan
Dalam Undang-Undang teknik convinience sampling.
Perpajakan dikenal dua sanksi, yaitu: Penentuan jumlah sampel
1. Sanksi Administrasi menggunakan rumus slovin sehingga
Merupakan pembayaran kerugian didapat jumlah sebanyak 100
kepada Negara khususnya yang responden.
berupa bunga dan kenaikan. Uji validitas dan reliabilitas
2. Sanksi Pidana dilakukan oleh peneliti dengan tujuan
untuk memperoleh, mengolah, dan
menginterpretasikan informasi yang Pada Tabel 4.9, nilai F yang
diperoleh dari para responden agar didapat adalah sebesar 20.159 dengan
bersifat valid dan reliabel. Metode signifikansi 0.000 < 0.05. Hal ini
yang digunakan peneliti untuk menjelaskan jika model regresi
menguji hipotesis adalah metode tersebut bisa digunakan untuk
analisis regresi linear sederhana, memprediksi variabel kepatuhan
untuk mengukur pengaruh antara wajib pajak.
variabel bebas terhadap variabel Uji Statistik t
terikat. Tabel 3. Hasil Uji t
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Regresi Linear Sederhana
Tabel 1. Analisis Regresi Sederhana

Berdasarkan Tabel 4.10 data


yang ditampilkan, nilai t hitung yang
di dapat sebesar 4.490. Sedangkan
nilai t tabel yang didapat dari
distribusi tabel t adalah sebesar 1.984.
Hal ini berarti t hitung > t tabel. Selain
melihat nilai t, pengujian juga bisa
dilakukan dengan melihat nilai Sig.
jika nilai Sig. < 0.05, maka hasil
dinyatakan signifikan dan H0 ditolak.
Nilai Sig. variabel Kualitas Pelayanan
yang didapat dari hasil perhitungan
adalah 0.000 < 0.05. Hasil
Berdasarkan Tabel 1, maka didapat perhitungan tersebut menjelaskan jika
persamaan regresi sebagai berikut: hasil signifikan dan H0 ditolak
Y= 10.763 + 0.136X sehinggan dapat disimpulkan bahwa
Dari persamaan tersebut dapat Kualitas Pelayanan berpengaruh
dideskripsikan bahwa Kewajiban terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Wajib Pajak akan meningkat untuk Pembahasan Hasil Penelitian
setiap tambahan Kualitas Pelayanan. Hasil pengujian yang sudah
Kepatuhan Wajib Pajak akan didapat menunjukan bahwa variabel
meningkat sebesar 0.136 jika Kualitas Kualitas Pelayanan berpengaruh
Pelayanan mengalami peningkatan. positif terhadap variabel Kepatuhan
Berdasarkan Tabel 4.7, dapat dilihat Wajib Pajak. Hal ini dapat dilihat
nilai koefisien dari Kualitas dengan membandingkan nilai
Pelayanan bernilai positif, maka dari signifikansi ataupun dengan melihat
itu dapat disimpulkan jika variabel nilai dari uji t. Nilai signifikansi yang
Kualitas Pelayanan berpengaruh didapat pada regresi sederhana adalah
positif terhadap variabel Kepatuhan 0.000 < 0.05. Selain itu, nilai t hitung
Wajib Pajak. yang sudah didapat sebesar 4.490 >
Uji Statistik F 1.984. dengan melihat dari dua hasil
Tabel 2. Hasil Uji F tersebut, dapat disimpulkan jika hasil
signifikansi dan H0 ditolak yang
berarti kualitas pelayanan memiliki
pengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Malang Selatan.
Dikatakan berpengaruh karena fiskus, maka semakin tinggi tingkat
kualitas pelayanan di KPP Pratama kepatuhan wajib pajak. Sebaliknya,
Malang Selatan yang diukur oleh semakin buruk kualitas pelayanan
indikator K2 yaitu fiskus melayani yang diberikan fiskus, maka semakin
sesuai waktu yang dijanjikan, DT6 rendah tingkat kepatuhan wajib pajak.
yaitu fiskus bersedia membantu wajib V. KESIMPULAN DAN SARAN
pajak dalam kewajiban perpajakan, J3 Kesimpulan
yaitu fiskus melayani wajib pajak 1. Kualitas pelayanan memiliki
dengan sopan, E3 yaitu memberi pengaruh untuk kepatuhan wajib
perhatian penuh dalam melayani pajak di KPP Pratama Malang
wajib pajak, BF7 yaitu sarana ruang Selatan. Hal ini menunjukan
tunggu yang nyaman, BF8 yaitu bahwa wajib pajak akan patuh
fiskus berpakaian rapih, BF9 yaitu dalam perpajakannya apabila
fiskus terlihat sopan, dan KWP 3 kualitas pelayanan fiskus baik.
yaitu wajib pajak melaporkan SPT 2. Kualitas pajak yang baik dapat
tepat waktu. Dengan mayoritas menjadi modal utama dan menjadi
jawaban “sangat setuju” dan “setuju” hal penting untuk dapat menarik
dengan nilai rata-rata responden lebih perhatian para wajib pajak. Hal ini
dari 4 yang berarti, fiskus sudah menunjukan bahwa semakin baik
memberikan kualitas pelayanan yang kualitas pelayanan yang diberikan
baik dan sesuai kebutuhan wajib fiskus, maka semakin tinggi
pajak. tingkat kepatuhan wajib pajak.
Besarnya pengaruh kualitas Saran
pelayanan yang secara langsung Kantor Pelayanan Pajak
berkontribusi terhadap kepatuhan Pratama Malang Selatan diharapkan
wajib pajak orang pribadi yang lebih meningkatkan kualitas
terdaftar di KPP Pratama Malang pelayanan fiskus untuk meningkatkan
Selatan. Hasil penelitian ini sejalan kepatuhan wajib pajak dalam
dengan penelitian yang dilakukan memenuhi perpajakannya. Indikator
Cindy dan Yenni (2013) menyatakan dalam variabel kualitas pelayanan
bahwa Kualitas Pelayanan Fiskus yang paling mempengaruhi dalam
mempunyai pengaruh positif dan penelitian ini adalah Bukti Fisik Hasil
signifikan terhadap Kepatuhan Wajib penelitian ini bisa dijadikan acuan
Pajak. Kualitas pelayanan pajak yang bagi KPP Pratma Malang Selatan
baik dari instansi pajak dapat menjadi untuk semakin meningkatkan
modal utama dan menjadi hal penting pelayanannya. Selain itu bagi para
untuk dapat menarik perhatian para peneliti selanjutnya diharapkan untuk
wajib pajak. menggunakan google form dalam
Petugas pajak harus cakap menyebarkan kuesioner kepada wajib
dalam menindaklanjuti pengaduan pajak, supaya wajib pajak berkenan
dari masyarakat, petugas pajak cepat dan merasa nyaman dalam mengisi
tanggap dalam membantu kuesioner.
menyelesaikan persoalan yang
dihadapi oleh wajib pajak terkait
dengan pajak. Petugas pajak juga
harus memberikan pelayanan terbaik
dalam memberikan kemudahan
dalam pelayanan pajak. Hal tersebut
menunjukan bahwa semakin baik
kualitas pelayanan yang diberikan
DAFTAR PUSTAKA Kusuma, Kartika Candra. 2016.
Albari. 2009. Pengaruh Kualitas Pengaruh Kualitas
Layanan Terhadap Pelayanan Pajak,
Kepatuhan Membayar Pemahaman Peraturan
Pajak. Jurnal Siasat Bisnis Perpajakan Serta Sanksi
Vol. 13, No. 1. Perpajakan Terhadap
Arikunto, S. 2013. Prosedur Kepatuhan Wajib Pajak
Penelitian: Suatu Orang Pribadi Dalam
Pendekatan Praktik. Jakarta: Membayar Pajak Tahun
Rineka Cipta. 2014 (Studi Kasus pada
Bungin, M. Burhan. 2013. Wajib Pajak yang Terdaftar
Metodologi Penelitian di Kantor Pelayanan
Sosial dan Ekonomi. Jakarta: Penyuluhan dan Konsultasi
Kencana. Perpajakan Wonosobo).
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Brawijaya. Fakultas Ekonomi
2008. Buku Pedoman Universitas Negeri
Penulisan Skripsi. Malang. Yogyakarta.
Fakultas Ekonomi dan Masruroh, Siti dan Zulaikha. 2013.
Bisnis Universitas Pengaruh Kemanfaatan
Brawijaya. NPWP, Pemahanan Wajib
Ghozali, imam. 2011. Aplikasi Pajak, Kualitas Pelayanan,
Analisis Multivariate Sanksi Perpajakan
dengan Program IBM SPSS. Terhadap Kepatuhan Wajib
Semarang: Badan Penerbit Pajak (Studi Empiris Pada
Universitas Diponegoro. WPOP Di Kabupaten
Indriantoro, Nur dan Bambang Tegal). Diponegoro Journal
Supomo. 2014. Metodologi Of Accounting Volume 2,
Peneltian Bisnis untuk Nomor 4.
Akuntansi dan Manajemen. Mustikasari, Elia. 2007. Kajian
Yogyakarta: BPFE. Empiris tentang Kepatuhan
Jotopurno, Cindy dan Yenni Wajib Pajak Badan di
Mangonting. 2013. Perusahaan Industri
Pengaruh Kualitas Pengolahan di Surabaya.
Pelayanan Petugas Pajak, Simposium Nasional
Sanksi Perpajakan, Akuntansi X, Makassar.
Lingkungan Wajib Pajak Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar
Berada terhadap Kepatuhan Perpajakan. Jakarta: Granit.
Wajib Pajak Orang Pribadi Putro, Rachmadi Kusentyo. 2016.
di Surabaya. Jurnal tax & Pengaruh Kecerdasan
Accounting Review, Vol. 1, Emosional, Perilaku Belajar,
No. 1. Pengetahuan Akuntansi
Kusuma, Hendra. 2018. Penerimaan Sma, dan Minat Belajar
Pajak Masih Kurang. Terhadap Pemahaman
(Online). Akuntansi (Studi Pada
https://finance.detik.com/beri Mahasiswa 2012 & 2013
ta-ekonomi-bisnis/d- Program S1 Akuntansi
4368099/penerimaan-pajak- Universitas Brawijaya).
2018-masih-kurang (diakses 2 Skrpsi. Malang: Fakultas
Januari 2019).
Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya.
Rahayu, Siti Kurnia. 2010.
Perpajakan Indonesia:
Konsep dan Aspek Formal.
Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Rasyadi, Qalbin Asta. 2017.
Pengaruh Kualitas
Pelayanan Terhadap
Kepuasan Wajib Pajak
(Studi Presepsi Wajib Pajak
Orang Pribadi di KPP
Pratama Batu). Skripsi.
Malang: Fakultas
Administrasi Universitas
Brawijaya.
Republik Indonesia. Keputusan
Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor:
63/KEP/M.PAN/&/2003
tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan
Publik.
Resmi, Siti. 2013. Perpajakan Teori
dan Kasus. Jakarta: Salemba
Empat
Sekaran, Uma. 2009. Research
Methods For Business
(Metodologi Penelitian
untuk Bisnis). Jakarta:
Salemba Empat.
Supadmi, Ni Luh. 2009.
Meningkatkan Kepatuhan
Wajib Pajak Melalui,
Kualitas Pelayanan. Jurnal
Akuntansi & Bisnis, Vol. 4,
No. 2.
Trianto, Andrian Agus. 2013.
Pengaruh Kualitas
Pelayanan Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi (Studi Pada
WPOP Yang Terdaftar Di
Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Pasuruan). Jurnal
Ilmiah Mahasiswa FEB
Universitas Brawijaya Vol 1,
No 2.

Anda mungkin juga menyukai