Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Struma adalah perbesaran kelenjar tiroid yang menyebabkan pembengkakan di bagian depan
leher (Dorland, 2002). Kelenjar tiroid terletak tepat dibawah laring pada kedua sisi dan sebelah
anterior trakea. Tiroid menyekresikan dua hormon utama, tiroksin (T4), dan triiodotironin (T3),
serta hormon kalsitonin yang mengatur metabolisme kalsium bersama dengan parathormon yang
dihasilkan oleh kelenjar paratiroid (Guyton and Hall, 2007).
Kerja kelenjar tiroid ini dipengaruhi oleh kecukupan asupan iodium. Defisiensi hormon tiroid
ini dapat menimbulkan gangguan tertentu yang spesifik. Cretinism, misalnya, yang ditandai
dengan gangguan pertumbuhan dibawah normal disertai dengan retardasi mental merupakan
akibat dari hormon tiroid yang inadekuat pada saat perkembangan janin.
Kekurangan asupan yodium yang biasanya terjadi pada daerah goiter (gondok) endemis
banyak terjadi karena defisiensi yodium menyebabkan hipotiroidisme sehingga mengakibatkan
pembengkakan kelenjar.
B. RUMUSAN MASALAH 
1. Apakah definisi dari struma?
2. Bagaimana fungsi hormon tiroid itu?
3. Bagaimanakah patofisiologi struma?
4. Apa macam macam struma?
5. Apa penyebab dari struma?
6. Bagaimana anatomi dari kelenjar tiroid?
7. Bagaimana metabolisme hormon tiroid itu?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Apakah definisi dari struma
2. mengetahui fungsi hormon tiroid 
3. mengetahui patofisiologi struma
4. mengetahiu macam macam struma
5. mengetahui penyebab dari struma
6. mengetahui anatomi dari kelenjar tiroid
7. mengetahui metabolisme hormon tiroid

1
BAB II

PEMBAHASAN

1.      DEFINISI
Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar
tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium yang
dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid. 
Kelainan glandula tyroid dapat berupa gangguan fungsi seperti tiritosikosis atau
perubahan susunan kelenjar dan morfologinya, seperti penyakit tyroid noduler. Berdasarkan
patologinya, pembesaran tyroid umumnya disebut struma (De Jong & Syamsuhidayat, 1998).
Struma adalah perbesaran kelenjar tiroid yang menyebabkan pembengkak-an di
bagian depan leher (Dorland, 2002).

2.      ETIOLOGI
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor
penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
·         Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum
dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
·         Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
·       Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak, kacang
kedelai).
·         Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea
dan litium).

3.      KLASIFIKASI
1)   Berdasarkan fisiologisnya :
a.    Eutiroid : aktivitas kelenjar tiroid normal
b.    Hipotiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang kurang dari normal
c.    Hipertiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan

2)   Berdasarkan klinisnya :
a.    Non-Toksik (eutiroid dan hipotiroid)
·      Difusa    :  endemik goiter, gravida
·      Nodusa   :  neoplasma
b.    Toksik (hipertiroid)
·      Difusa      :  grave, tirotoksikosis primer
·      Nodusa  :  tirotoksikosis skunder     

2
3)   Berdasarkan morfologinya :
a.      Struma Hyperplastica Diffusa
Suatu stadium hiperplasi akibat kekurangan iodine (baik absolut ataupun
relatif).Defisiensi iodine dengan kebutuhan excessive biasanya terjadi selama pubertas,
pertumbuhan, laktasi dan kehamilan. Karena kurang iodine kelenjar menjadi hiperplasi untuk
menghasilkan tiroksin dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan supply
iodine yang terbatas.  Sehingga terdapat vesikel pucat dengan sel epitel kolumner tinggi dan
koloid pucat. Vaskularisasi kelenjar juga akan bertambah. Jika iodine menjadi adekuat
kembali (diberikan iodine atau kebutuhannya menurun) akan terjadi perubahan di dalam
struma koloides atau kelenjar akan menjadi fase istirahat.

b.      Struma Colloides Diffusa


Ini disebabkan karena involusi vesikel tiroid. Bila kebutuhan excessive akan tiroksin
oleh karena kebutuhan yang fisiologis (misal, pubertas, laktasi, kehamilan, stress, dsb.) atau
defisiensi iodine telah terbantu melalui hiperplasi, kelenjar akan kembali normal dengan
mengalami involusi. Sebagai hasil vesikel distensi dengan koloid dan ukuran kelenjar
membesar.

c.       Struma Nodular
Biasanya terjadi pada usia 30 tahun atau lebih yang merupakan sequelae dari struma
colloides. Struma noduler dimungkinkan sebagai akibat kebutuhan excessive yang lama dari
tiroksin. Ada gangguan berulang dari hiperplasi tiroid dan involusi pada masing-masing
periode kehamilan, laktasi, dan emosional (fase kebutuhan). Sehingga terdapat daerah
hiperinvolusi, daerah hiperplasi dan daerah kelenjar normal. Ada daerah nodul hiperplasi dan
juga pembentukan nodul dari jaringan tiroid yang hiperinvolusi.
Tiap folikel normal melalui suatu siklus sekresi dan istirahat untuk memberikan
kebutuhan akan tiroksin tubuh. Saat satu golongan sekresi, golongan lain istirahat untuk aktif
kemudian. Pada struma nodular, kebanyakan folikel berhenti ambil bagian dalam sekresi
sehingga hanya sebagian kecil yang mengalami hiperplasi, yang lainnya mengalami
hiperinvolusi (involusi yang berlebihan/mengecil)

4.      PATOFISIOLOGI
Berbagai faktor diidentifikasi sebagai penyebab terjadinya hipertrofi kelenjar tiroid
termasuk didalamnya defisiensi iodium, goitrogenik glikosida agent ( zat atau bahan ini dapat
memakan sekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung lobak, kangkung, kubis bila
dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali, peradangan atau tumor atau
neoplasma.
Sedangkan secara fisiologis menurut Benhard (1991) kelenjar tiroid dapat membesar
sebagai akibat peningkatan aktivitas kelenjar tiroid sebagai upaya mengimbangi kebutuhan
tubuh yang meningkat pada masa pertumbuhan dan masa kehamilan. Bahkan dikatakan pada

3
kondisi stress sekalipun kebutuhan tubuh akan hormon ini cenderung meningkat. Laju
metabolisme tubuh pada kondisi-kondisi diatas meningkat.
Berdasarkan kejadian atau penyebarannya ada yang disebut Struma Endemis dan
Sporadis. secara sporadis dimana kasus-kasus struma ini dijumpai menyebar diberbagai
tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab, maka struma sporadis banyak
disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali dan penggunaan obat-obatan anti tiroid,
peradangan dan neoplasma. Secara endemis dimana kasus-kasus ini struma ini dijumpai pada
sekelompok orang di suatu daerah tertentu, dihubungkan dengan penyebab defisiensi iodium.
Bahan dasar pembentukan hormon-hormon kelenjar tiroid adalah iodium yang
diperoleh dari makanan dan minuman yang mengandung iodium. Ion iodium (iodida) darah
masuk kedalam kelenjar tiroid secara transport aktif dengan ATP sebagain sumber energi.
selanjutnya sel-sel folikel kelenjar tiroid akan mensintesis Tiroglobulin (sejenis glikoprotein)
dan selanjutnya mengalami iodinisasi sehingga akan terbentuk iodotironin (DIT) dan mono
iodotironin (MIT). Proses ini memerlukan enzim peroksida sebagai katalisator. Proses akhir
adalah berupa reaksi penggabungan. Penggabungan dua molekul DIT akan membentuk tetra
iodotironin tiroxin (T4) dan molekul DIT bergabung dengan MIT menjadi tri iodotironin (T3)
untuk selanjutnya masuk kedalam plasma dan berikatan dengan protein binding iodine.
Reaksi penggabungan ini dirangsang oleh hormon TSH dan dihambat oleh tiourasil, Tiourea,
sulfonamid dan metilkaptoimidazol.
Melihat proses singkat terbentuknya hormon tiroid maka pemasukan iodium yang
berkurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh, hiposekresi TSH, bahan atau zat yang
mengandung tiourea, tiourasil, sulfonamid, dan metilkaptoimidazol, glukosil goitrogenik,
gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta faktor pengikat dalam plasma sangat menentukan
adekuat tidaknya sekresi hormon tiroid. bila kadar hormon-hormon tiroid kurang makan akan
terjadi mekanisme umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga aktivitas kelenjar meningkat
dan terjadi pembesaran (hipertropi). Dengan kompensasi ini kadar hormon seimbang
kembali.
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat
mempengaruhi kedudukan organ-organ disekitarya. Dibagian posterior medial kelenjar tiroid
terdapat trakea dan esofagus. Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong trakea,
esofagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan
berdampak thdp gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. penekanan
pada pitasuara akan menyebabkan suara menjadi serak atau parau.
Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat simetris
atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia. tentu dampaknya lebih ke arah
estetika atau kecantikan. perubahan bentuk leher dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep
diri klien.

4
5.      MANIFESTASI KLINIS
Struma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal (Mansjoer, 2001) :
·         Berdasarkan jumlah nodul: bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa soliter
(uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut multinodosa.

·         Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radoiaktif : nodul dingin, nodul hangat, dan
nodul panas.

·         Berdasarkan konsistensinya : nodul lunak, kistik, keras, atau sangat keras.

Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan kosmetik atau
ketakutan akan keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan struma nodosa
besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada esophagus (disfagia) atau
trakea (sesak napas) (Noer, 1996). Gejala penekanan ini data juga oleh tiroiditis kronis karena
konsistensinya yang keras (Tim penyusun, 1994). Biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali
bila timbul perdarahan di dalam nodul (Noer, 1996).

Keganasan tiroid yang infiltrasi nervus rekurens menyebabkan terjadinya suara parau
(Tim penyusun, 1994). Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada
leher sebelah lateral atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada kelenjar getah
bening, sedangkan tumor primernya sendiri ukurannya masih kecil. Atau penderita datang
karena benjolan di kepala yang ternyata suatu metastase karsinoma tiroid pada kranium (Tim
penyusun, 1994).

6.      PEMERIKSAAN PENUNJANG  

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan kadar TSH, T3 serum, T4 serum, Tiroksin bebas.

Nilai normal :
T4 serum   : 4.9 – 12.0 µg/dL
Tiroksin bebas: 0.5 – 2.8 µg/dL
T3 serum   : 115 - 190 µg/dL
TSH serum: 0.5 – 4 µg/Dl

1.      Pemeriksaan sidik tiroid

Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi, dan yang
utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi Nal peroral dan
setelah 24 jam secara fotografik ditentukan konsentrasi yodium radioaktif yang ditangkap
oleh tiroid. Dari hasil sidik tiroid dibedakan 3 bentuk:

5
·      Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya.
Hal ini menunjukkan sekitarnya.
·      Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya. Keadaan
ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih
·      Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi
nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.

2.      Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Pemeriksaan ini dapat membedakan antara padat, cair, dan beberapa bentuk kelainan,
tetapi belum dapat membedakan dengan pasti ganas atau jinak. Kelainan-kelainan yang dapat
didiagnosis dengan USG :
·           Kista
·           Adenoma
·           Kemungkinan karsinoma
·           Tiroiditis

3.      Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)


Mempergunakan jarum suntik no. 22-27. Pada kista dapat juga dihisap cairan
secukupnya, sehingga dapat mengecilkan nodul (Noer, 1996).
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi
jarum halus tidak nyeri, hampir tidak menyababkan bahaya penyebaran sel-sel ganas.
Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang
tepat, teknik biopsi kurang benar, pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu
karena salah interpretasi oleh ahli sitologi.

4.      Termografi
Metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat dengan
memakaiDynamic Telethermography. Pemeriksaan ini dilakukan khusus pada keadaan yang
mencurigakan suatu keganasan. Hasilnya disebut panas apabila perbedaan panas dengan
sekitarnya > 0,9o C dan dingin apabila <0,9o C. Pada penelitian Alves didapatkan bahwa pada
yang ganas semua hasilnya panas. Pemeriksaan ini paling sensitif dan spesifik bila dibanding
dengan pemeriksaan lain.

5.      Petanda Tumor
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (Tg) serum. Kadar Tg
serum normal antara 1,5-3,0 ng/ml, pada kelainan jinak rataa-rata 323 ng/ml, dan pada
keganasan rata-rata 424 ng/ml.

6
7.      PENATALAKSANAAN MEDIS
a)      Konservatif/medikamentosa
a.       Indikasi :
·      Usia tua
·      Pasien sangat awal
·      Rekurensi pasca bedah
·      Pada persiapan operasi
·       Struma residif
·      Pada kehamilan, misalnya pada trimester ke-3
b.      Struma non toksik  :  iodium, ekstrak tiroid 20-30 mg/dl
c.       Struma toksik   :
·      Bed rest
·      PTU 100-200 mg  (propilthiouracil)
Merupakan obat anti-tiroid, dimana bekerjanya dengan prevensi pada sintesis
dan akhir dari tiroksin. Obat ini bekerja mencegah produksi tiroksin (T4). Diberikan
dosis 3x 100 mg/hari tiap 8 jam sampai tercapai eutiroid. Bila menjadi eutiroid
dilanjutkan dengan dosis maintenance 2 x 5 mg/hari selama 12-18 bulan.

·         Lugol 5 – 10 tetes
Obat ini membantu mengubah menjadi tiroksin dan mengurangi vaskularisasi
serta kerapuhan kelenjar tiroid. Digunakan 10-21 hari sebelum operasi. Namun
sekarang tidak digunakan lagi, oleh karena propanolol lebih baik dalam mengurangi
vaskularisasi dan kerapuhan kelenjar. Dosis 3 x 5-10 mg/hari selama 14 hari.
·         Iodium (I131)

b)      Radioterapi
Menggunakan I131, biasanya diberikan pada pasien yang telah diterapi dengan obat
anti-tiroid dan telah menjadi eutiroid. Indikasi radioterapi adalah pasien pada awal penyakit
atau pasien dengan resiko tinggi untuk operasi dan untuk pasien dengan hipotiroid rekuren.
Radioterapi merupakan kontraindikasi bagi wanita hamil dan anak-anak.

c)      Operatif
a.       Isthmulobectomy , mengangkat isthmus
b.      Lobectomy,  mengangkat satu lobus, bila subtotal sisa 3 gram
c.       Tiroidectomi total, semua kelenjar tiroid diangkat
d.      Tiroidectomy subtotal bilateral, mengangkat sebagian lobus kanan dan sebagian
kiri.
e.       Near total tiroidectomi, isthmulobectomy dextra dan lobectomy subtotal sinistra
dan sebaliknya.

7
f.    RND (Radical Neck Dissection), mengangkat seluruh jaringan limfoid pada leher
sisi yang bersangkutan dengan menyertakan n. accessories, v. jugularis eksterna dan interna,
m. sternocleidomastoideus dan m. omohyoideus serta kelenjar ludah submandibularis.

8.      KOMPLIKASI

1.    Gangguan menelan atau bernafas

2.    Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung kongestif ( jantung
tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh)

3.    Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga tulang menjadi rapuh,
keropos dan mudah patah.

8
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

Ny. N 35 tahun datang ke RSUD diantar oleh keluarga dengan keluhan umum mudah lelah,
malas, tidak bersemangat, menarik diri dari kehidupan sosial, sulit tidur, mudah kedinginan,
kulit kering, muka sembab, bb naik tapi nafsu makan tetap dan sembelit. Kondisi ini sudah 2
minggu dialami sehingga mengganggu aktivitas ibu sehari-hari.

I. Data demografi :
1. Biodata

Nama : Ny. N

Usia : 35 tahun

Jeniskelamin : perempuan

Alamat : Tambun

Suku : Dayak

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan :-

Diagnosa medis : Struma

No. RM : 987

Tanggal masuk : 07-10-2018

Tanggal pengkajian : 07-10-2018

Therapy medik :-

9
2. Penanggung jawab

Nama : Tn. S

Usia : 40 Tahun

Jeniskelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Karyawan

Hubungan dengan klien : Suami

II. Keluhan utama

Pasien mengatakan mudah lelah, tidak bersemangat, sulit tidur dan mudah
kedinginan, dan sulit BAB

III. Riwayat kesehatan sekarang

Ny. N 35 tahun datang ke RSUD diantar oleh keluarga dengan keluhan mudah
lelah, malas, tidak bersemangat, menarik diri dari kehidupan sosial, sulit tidur,
mudah kedinginan, kulit kering, muka sembab, bb naik tapi nafsu makan tetap,
pasien mengatakan sulit BAB dan mengalami sembelit. Kondisi ini sudah 2
minggu dialami sehingga mengganggu aktivitas ibu sehari-hari.

IV. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan didalam anggota keluarga tidak ada mengalami gejala serupa
dengan pasien serta tidak ada yang mengalami penyakit menular dan menurun.

V. Riwayat psikososial

Pasien memiliki Hubungan sosial yang baik.

VI. Riwayat spiritual

Pasien rajin menjalankan ibadah sesuai dengan agama yg di anutnya.

VII. Pemeriksaan fisik


1. Kondisi umum klien
 Kondisi umum pasien sakit sedang.
2. Tanda-tanda vital

10
 Suhu : 35,5ᵒc
 Nadi : 65x/menit
 Pernafasan : 16x/menit
 TD : 120/80 mmHg
3. Kesadaran

Composmentis

4. Sistem pernafasan

Pola pasien tidak terganggu,polif (-)

 Hidung : bentuk simetris, kondisi bersih, tidak terdapat


gangguan indra penciuman.
 Leher : Terdapat peningkatan JPV
 Dada :
inspeksi : Bentuk dada normal,simetris kiri dan kanan.
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor disemua lapang paru
Auskultasi: Terdengar suara regular dan tidak ada suara tambahan.

5. Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
 Palpasi : iktus kordis teraba di IC5
 Perkusi : pekak
 Auskultasi : Bj 1 danBj 2 murni
6. Sistem pencernaan
 Mukosa mulut kemerahan,tidak terdapat karies gigi
 Abdomen
inspeksi : tidak terdapat pembengkakan.
Auskultasi : bising usus 3x/menit
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani
7. Sistem indra

11
 Mata : ketajaman penglihatan normal, tidak terdapat
perubahan warna pada mata
 Hidung : fungsi penghidungan normal dan tidak terdapat
penumpukan secret
 Telinga : fungsi pendengaran baik dan tidak terdapat
penumpukan serumen
 Wajah : Wajah tampak sembab, tidak terdapat lesi
8. Sistem musculoskeletal
 Kepala : bentuk kepala mesosepal
 Tidak terdapat keterbatasan gerak
9. Sistem integumen
 Kulit : turgor kulit tidak elastis ,kulit kering, tidak terdapat
perubahan pada warna, tidak ada oedem

VIII. Aktivitas sehari-hari

Aktivitas pasien terganggu karena pasien merasa mudah lelah, malas dan sulit
tidur, pasien mudah kedinginan, tidak bersemangat

IX. Test Diagnostik


-

12
X. DATA FOKUS

Nama pasien : Ny. N

No.Rm : 981

Dx medis : Struma

DS DO
- Pasien mengatakan dirinya mudah lelah - Pasien tampak mudah lelah
- Pasien tampak malaise
- Pasien mengatakan aktivitasnya terganggu
- Pasien tampak tidak bersemangat
- Pasien mengatakan sulit tidur - Pasien tampak menarik diri dari kehidupan
sosial
- Pasien mengatakan sulit BAB
- Pasien tampak sulit tidur
- Pasien mengatakan mudah kedinginan - Pasien mudah kedinginan
- Muka pasien tampak sembab
- Kulit tampak kering
- BB naik tapi nafsu makan tetap
- Pasien sembelit
- TTV
Suhu : 35,5 0 c
N : 65 x / menit
RR : 16 x / menit
TD : 120 /80 mmHg

13
XI. ANALISA DATA

Nama pasien : Ny.N

No.Rm : 981

Dx medis : Struma

No Data Problem Etiologi


1 DS : Hipotermi Penurunan laju metabollisme
- Pasien mengatakan dirinya tubuh
mudah kedinginan
DO :
- pasien tampak kedinginan

- Kulit tampak kering


- TTV
Suhu : 35,5 0 c
N : 65 x / menit
RR : 16 x / menit
TD : 120 /80 mmHg

2 DS : Konstipasi Perubahan motilitas intestinal

- Pasien mengatakan sulit BAB

DO :
- BB naik tapi nafsu makan
tetap
- Pasien sembelit

14
DS :
3 - Pasien mengatakan aktivitasnya Keletihan Gangguan tidur
terganggu
- Pasien mengatakan dirinya
mudah lelah

DO :

- Pasien tampak mudah lelah


- Pasien tampak malaise
- Muka pasien tampak sembab
- Pasien tampak tidak
bersemangat
- Pasien tampak menarik diri
dari kehidupan sosial

15
XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama pasien : Ny. N

No.Rm : 981

Dx medis : Struma

No Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi


1 Hipotermi b.d proses penyakit
2 Konstipasi b.d Penurunan motilitas
gastrointestinal
3 Keletihan b.d gangguan tidur

XIII. INTERVENSI

16
Nama pasien : Ny.N

No.Rm : 981

Dx medis : Struma

NO DX. Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi TTD


1 Dx. 1 Setelah di lakukan asuhan - Pantau suhu dan
keperawatan selama 3x24 jam, TTV
diharapkan keseimbangan antara - Gunakan matras
produksi pamas, mendapatkan panas hangat dan selimut
dan kehilangan panas kembali hangat
normal dengan kriteria hasil : - Sesuaikan suuhu
1. Peningkatan suhu tubuh lingkungan
2. Tidak terjadi hipotermi - Fasilitasi istirahat

2 Dx. 2 Setelah di lakukan asuhan - Monitor bising usus


keperawatan selama 2x24 jam, - Instruksikan untuk
diharapkan pasien dapat mengontrol diet tinggi serat
pengeluaran feses dari usus. Dengan dengan cara yang
KH : tepat
1. Menggeluarkan feses setidaknya - Instruksikan pasien
3x sehari untuk mencatat
2. Mengkonsumsi serat dengan frekuensi dan
adekuat konsistensi feses
- Timbang BB pasien
secara teratur
3 Dx 3 - Dukung asupan
cairan

Setelah dilakukan asuhan


keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan pasien tidak merasa 1.Anjurkan untuk tidur
keletihan dengan KH : siang
1.Kualitas tidur kembali normal

17
2.keseimbangan antara beristirahat 2.Anjurkan untuk
dengan aktivitas mengurangi aktivitas
3.kelelahan berkurang fisik yang berlebihan
4.pasien tampak menjalani kegiatan 3.Stimulasi lingkungan
dengan semangat 4.rencanakan kegiatan
5.pasien tidak menarik diri pada saat pasien
memiliki banyak
energi
5.bantu pasien untuk
pemasukan intake atau
kalori untuk energi

BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar
tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium yang
dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid. Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan
hormon tyroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tiroid.
B.     SARAN
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan untuk itu
penulis menerima saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya makalah ini

18
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, volume 2, Jakarta: EGC
Hartini. 1987

Barbara C, (1996), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC

19
LAMPIRAN

20
21

Anda mungkin juga menyukai

  • LP BHD
    LP BHD
    Dokumen12 halaman
    LP BHD
    Sinta Dwi Andari
    Belum ada peringkat
  • Sap Penkes
    Sap Penkes
    Dokumen12 halaman
    Sap Penkes
    Sinta Dwi Andari
    Belum ada peringkat
  • LP Acites
    LP Acites
    Dokumen7 halaman
    LP Acites
    Sinta Dwi Andari
    Belum ada peringkat
  • Sap Fix!!
    Sap Fix!!
    Dokumen11 halaman
    Sap Fix!!
    Sinta Dwi Andari
    Belum ada peringkat
  • (Ppok)
    (Ppok)
    Dokumen8 halaman
    (Ppok)
    Sinta Dwi Andari
    Belum ada peringkat
  • LP Ulkus
    LP Ulkus
    Dokumen12 halaman
    LP Ulkus
    Sinta Dwi Andari
    Belum ada peringkat
  • Osteomyelitis
    Osteomyelitis
    Dokumen11 halaman
    Osteomyelitis
    Sinta Dwi Andari
    Belum ada peringkat
  • LP Suction
    LP Suction
    Dokumen4 halaman
    LP Suction
    Sinta Dwi Andari
    Belum ada peringkat