Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

ACARA 5B

Enzim 2

Disusun oleh:

Nama : Alvin Hermanto


NPM : 180801895
Asisten : Sharonrose Graciabella

LABORATORIUM BIOMOLEKULER
FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2020
KREDIT NILAI LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA

Judul Percobaan: Enzim 2


NILAI
KRITERIA NILAI ACC
STANDAR
I. PENDAHULUAN

A. JUDUL 0

B. TUJUAN PRAKTIKUM 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 20

III. METODE PERCOBAAN

A. ALAT DAN BAHAN 2,5

B. CARA KERJA 2,5

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL 15

B. PEMBAHASAN 35

V. SIMPULAN 10

DAFTAR PUSTAKA 10

JUMLAH 100

Nama praktikan : Alvin Hermanto


NPM : 180801895
Golongan :B
Mengetahui,
Asisten, Praktikan,

Sharonrose Graciabella Alvin Hermanto


I. PENDAHULUAN

A. Judul
Enzim II

B. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan aktivitas α-amilase pada biji kacang hijau dan tauge.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Enzim adalah katalis biologis yang membantu sebagian besar reaksi


biokimia (Voet dan Voet, 2011). Enzim memiliki tenaga katalitik yang luar biasa,
yang biasanya jauh lebih besar dari katalisator sintetik. Spesifitas enzim amat
tinggi terhadap substratnya, enzim mempercepat reaksi kimiawi spesifik tanpa
pembentukan produk samping, dan molekul ini berfungsi didalam larutan encer
pada keadaan suhu dan pH normal. Fungsi enzim yang paling menonjol adalah
menurunkan energi aktivasi, mempercepat reaksi pada suhu dan tekanan tetap
tanpa mengubah besarnya tetepan seimbangnya dan mengendalikan reaksi
(Lehninger, 1982).
Enzim α-amilase atau 1,4-α-D-glukanglukanohidrolase adalah enzim yang
dapat memutus ikatan α-1,4-glikosida pada amilum secara acak sehingga
menghasilkan maltotriosa dan maltosa dari polimer amilosa pada amilum dan
menghasilkan glukosa serta sedikit dekstrin dari polimer amilopektin penyusun
amilum. Enzim ini memiliki sifat yang dapat memutus ikatan glikosida secara
acak, sehingga enzim ini bekerja lebih cepat dari amilase lain seperti β-amilase
(Soeka dkk., 2015). Enzim ini sangat berperan dalam industri sirup dan roti.
Enzim α-amilase banyak terdapat pada kecambah kacang – kacangan. Enzim α-
amilase ketika dalam biji dibentuk pada awal perkecambahan oleh asam giberilik
yang merupakan suatu senyawa organic yang penting dalam proses
perkecambahan biji karena bersifat pengontrol perkecambahan tersebut (Suarni
dan Patong, 2007). Enzim α-amilase memiliki suhu optimal 37oC dan pH optimal
nya adalah 6 (Setyahadi dkk., 2014).
Uji iod adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada
karbohidrat dalam sampel. Reagen yang dipakai dalam uji iod adalah iodin encer
(Widyaningsih, 2012). Larutan pati akan bereaksi dengan iod membentuk warna
biru karena iod masuk ke dalam kumparan molekul pati dan senyawa ini hanya
stabil di larutan dingin karena jika dalam pemanasan warna biru akan hilang
karena molekul pati meregang (Bintang, 2010). Ketika iodium bereaksi dengan
amilodekstrin, maka akan terbentuk warna biru, dengan entrodekstrin akan
membentuk warna merah dan dengan akroodekstrin, glukosa, dan maltosa tidak
akan memberi warna (Pridamaulia dkk., 2011).
Hidrolisis amilum atau pati dapat dilakukan dengan enzim atau asam kuat.
Beberapa tingkatan reaksi hidrolisis amilum atau pati yaitu molekul pati mula-
mula akan pecah menjadi unit rantai glukosa yang pendek (6-10 molekul) yang
disebut dekstrin. Dekstrin kemudian pecah menjadi maltosa (2 unit glukosa) yang
akan pecah lagi menjadi glukosa (Judoamidjojo dkk., 1992).

Gambar 1. Reaksi hidrolisis amilum (Permadi, 2006).


III. METODE
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah blender, lumpang dan
alu, blender, saringan, gelas beker, pipet ukur, propipet, tabung reaksi, rak
tabung reaksi, vortex, drop plate, pipet tetes, dan waterbath.
Bahan yang digunakan adalah biji kacang hijau, tauge, amilum, akuadest,
buffer fosfat, dan reagen iod.

B. Cara Kerja
1. Pembuatan Ekstrak Biji Kacang Hijau dan Tauge
Biji kacang hijau diambil secukupnya lalu dihaluskan dengan blender
kemudian diayak dan ditimbang sebanyak 5 gram lalu dimasukkan ke dalam
gelas beker. Serbuk biji kacang hijau lalu ditambah 10 mL akuades dan
diaduk sampai homogen. Serbuk kacang hijau kemudian dipisahkan antara
ampas dan ekstrak biji kacang hijau dengan disaring. Tauge ditimbang
sebanyak 25 gram kemudian dihaluskan dengan blender, kemudian
dihaluskan kembali dengan lumpang dan alu dan ditambah 50 mL akuades.
Ampas dan ekstrak dari tauge kemudian dipisah dengan cara disaring.
2. Uji Iod
Ekstrak tauge dan ekstrak biji kacang hijau masing-masing diambil 2
mL dan dimasukkan ke dalam 2 tabung berbeda, setiap tabung diberi 3 mL
amilum dan 1 mL buffer fosfat pH 7. Sampel kemudian dihomogenkan
dengan vortex lalu dipanaskan dalam waterbath bersuhu 40°C. Sampel
diambil sebanyak 5 tetes setiap 5 menit dan diletakkan pada droplate.
Reagen iod lalu ditambahkan sebanyak 5 tetes dan dilakukan pengamatan
maksimal 20 menit.
DAFTAR PUSTAKA

Bintang, M. 2010. Biokimia: Teknik Penelitian. Erlangga, Jakarta.

Judoamidjojo, M., Darwis, A. A. dan Gumbira, E. S. 1992. Teknologi Fermentasi.


Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lehninger, A. L. 1982. Dasar – Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta.

Permadi, A. 2006. Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Penebar Swadaya, Depok.

Pridamaulia, R., Alim, H., Widyowati, E. M. dan Kartika, M.I. 2011. Karbohidrat
II (karakteristik zat pati). Jurnal Biokimia Praktikum 2 (1): 1 – 6.

Setyahadi, S., Nurrahman, M. I. dan Gozan, M. 2014. Pengaruh kecepatan agitasi


pada media sintesis untuk produksi α-amilase dari Bacillus
amyloliquefaciens T1. Journal of Agro – based Industry 31 (1): 16 – 21.

Soeka, Y. S., Ramansyah, M. dan Sulistiani. 2015. Optimasi α-amilase dari


Bacillus amyloliquefaciens O1 yang diinduksi substrat dedak padi dan
karboksimetilselulosa. Jurnal Biologi Indonesia 15 (2): 185 – 193.

Suarni dan Patong, R. 2007. Potensi kecambah kacang hijau sebagai sumber
enzim α-amilase. Indonesian Journal of Chemistry 7 (3): 332 – 336.

Voet, D. dan Voet, J. G. 2011. Biochemistry Edisi ke-4. John Wiley and Sons,
Massachusetts.

Widyaningsih, S. Kartika, D., dan Nurhayati, Y.T. 2012. Pengaruh penambahan


sorbitol dan kalsium karbonat terhadap karakteristik dan sifat biodegradasi
film dari pati kulit pisang. Molekul 7 (1): 69 – 81.

Anda mungkin juga menyukai