Anda di halaman 1dari 2

IRENA (the International Renewable Energy Agency), dengan 161 negara anggota, berperan sebagai

mediator informasi dan pemberi input dalam kebijakan-kebijakan negara-negara anggotanya, sehingga
dapat terkoordinasi dan termonitoring pencapaian target kontribusi energi terbarukan global. Salah satu
produk IRENA adalah Renewable Energy Roadmap (REmap) yang mengestimasi potensi energi
terbarukan Indonesia dan penentuan agendarealisasi.

IEA (International Energy Agency) berkonsentrasi untuk mengkoordinirkan usaha global dalam
pencapaian pengembangan energi yang berkelanjutan. Sehingga bukan hanya mensupport penyediaan
analisa pasar, investasi dan kebijakan untuk energi terbarukan saja, melainkan mix seluruh energi
termasuk batu bara, minyak dan gas yang sustainable.

World Bank berperan dalam pendanaan sejumlah energi terbarukan di negara berkembang. Salah satu
projek nya adalah Global Environment Facility (GEF) yang mendanai projek-projek small-scale off-grid
energi terbarukan, termasuk co-financing program dengan bank-bank lokal, dengan sebelumnya
membantu bank-bank lokal tersebut agar dapat memahami bisnis energi terbarukan.

The United Nation agen seperti United Nations Development Programme (UNDP) dan United Nations
Environment Programme (UNEP) memiliki sejumlah projek besar dalam rangka pencapaian goal ke-7
dari the UN tersebut: energi yang bersih yang terjangkau. Di luar itu juga agen UN seperti United
Nations Department of Economic and Social Affairs (UNDESA) dan The Commission on Sustainable
Development (CSD) juga memiliki sejumlah workplan dalampengembangan energi terbarukan.

APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) merumuskan Energy Security Intiative (ESI) pada pertemuan
Energy Working Group (EWG), dimana salah satu agendanya adalah energi terbarukan. APEC juga
bekerjasama dengan IEA dan IRENA dalam mendorong potensi pasokan energi negara-negara
anggotanya.

ASEAN (Southeast Asian Nations) menetapkan target 23% pasokan energi terbarukan dari total produksi
energi region di tahun 2025. Sebesar 73.5% projek ASEAN energi terbarukan didanai oleh hutang kepada
bank-bank dunia seperti World Bank, Asian Development Bank, Japan Bank for International
Cooperation dan lain -lain. Selain organisasi – organisasi non-government, ada pula lembaga pemerintah
Indonesia yang berperan aktif dalam menarik investor untuk menanamkan modal pada industri energi
terbarukan, yaitu Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementrian Keuangan
(KemenKeu).

ESDM menetapkan target penyerapan produksi energi terbarukan dan harga beli produksi listrik oleh
PLN. Saat ini Feed-in Tariff (FiT) Indonesia diatur per geografi area, dan special tarif untuk PV dan
geothermal. Ketentuan ESDM No. 17/2013 juga menetapkan Power Generation Cost (BPP) yang
melebihi ketetapan rata-rata tiap daerah hanya akan dibiayai maximum 85% dari biaya produksi.
Regulasi FiT tujuannya untuk menciptakan prediktibilitas pasar energi terbarukan untuk periode
tertentu, sehingga diharapkan dapat mendorong produksi energi terbarukan yang efisien.

Kementrian Keuangan berperan aktif dalam penetapan tarif pajak dan insentif guna menarik investasi di
industri energi terbarukan. Usaha tersebut diantaranya penetapan regulasi Kementrian Keuangan No.
21/2010 pengurangan pajak pendapatan 30% untuk projek dalam tahap difusi teknologi dan pengaturan
insentif pepajakan melalui percepatan depresiasi dan amortisasi investasi pengurang penghasilan kena
pajak. Selain itu Kementrian Keuangan juga mengatur pengecualian Import Duty dan Value Added Tax
(VAT) untuk semua mesin dan peralatan import industri energi terbarukan dalam periode 2 tahun.

Anda mungkin juga menyukai