1
Andi Muh. Alam Kangkong, 2 Sulha, 3 Umran Sarita
1, 2, 3
Program Studi D-III Teknik Sipil, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Halu Oleo, Kendari
Kata Kunci : Faktor Faktor Keamanan, Dimensi Bronjong, Rencana Anggaran Biaya
ABSTRACT
The construction of a retaining wall is one of the efforts to protect humans from
erosion. The retaining wall can be said to be safe if the retaining wall has taken into
account its safety, both against shifting, the danger of overturning, and the carrying
capacity of the soil. Gabions are zinc-coated or galvanized woven steel cables. This
steel wire mesh forms a box or beam. The inside is filled with large stones of which size
should not allow rocks to pass through the woven holes. The functions of gabions
include protecting and strengthening the soil structure around cliffs, river banks, and
embankments to prevent erosion or landslides, the way the gabion is installed and
maintained itself can alsoaffect its strength.
The purpose of this study was to determine the dimensions of gabion type slope
countermeasures that meet the safety factor requirements, and to know the Budget Plan
for implementing gabion slope countermeasures on the construction work Jl. Budi
Utomo Baru - Tiga Dangga Intersection. This research is located in Kendari city which
is analyzed based on hand drill data, measurement results, soil laboratory test data,
slope profiles, and gabion profiles.
159
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 8, Nomor 3, November 2020
The results of the study on the slope with the safety number that is presumed to be
greater than 1.25 shows the existing safety slope value of 1,062. So the slope
countermeasures were carried out using gabions with a safety figure of 1,295 with
dimensions of gabions 2 meters long x 1 meters wide x 0.5 meters high with work costs
of Rp. 1.132.654.147,50.
160
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 8, Nomor 3, November 2020
PENDAHULUAN Bronjong
Bronjong adalah anyaman kawat baja yang
Erosi merupakan sebuah peristiwa akibat dilapisi dengan seng atau galvanis. Anyaman
transportasi angin, karakteristik hujan, air atau es, kawat baja ini membentuk sebuah kotak atau
creep pada tanah dan material lain di bawah balok. Bagian dalamnya diisi dengan batu-batu
pengaruh gravitasi, atau dengan hal-hal makhluk berukuran besar untuk mencegah erosi. Anyaman
hidup misalnya hewan yang membuat gubangan kawat baja ini dibuat dengan teknik lilitan ganda
atau liang, dalam hal ini disebut bio- erosi. Erosi yang membentuk lubang-lubang berbentuk segi
tidak sama dengan pelapukan karena pengaruh dari enam. Anyaman ini diikat secara kuat sehingga
cuaca dan iklim di sekitarnya, yang merupakan sisi- sisinya tidak mudah terurai. Ikatan anyaman
proses penghancuran mineral batuan dengan inilah yang membuat beronjong mampu menahan
proses kimia dan fisik, atau kombinasi keduanya tanah sehingga tidak terjadi longsor atau erosi.
(Wikipedia). Fungsi bronjong di antaranya adalah
Didaerah beriklim tropis khususnya melindungi dan memperkuat struktur tanah
Indonesia, air hujan yang jatuh keatas permukaan disekitar tebing, tepi sungai, dan tepi tanggul agar
tanah memicu gerakan material yang ada diatas tidak terjadi erosi atau longsor. Bronjong juga bisa
permukaan tebing. Material berupa tanah atau digunakan sebagai pembentuk bendungan untuk
campuran tanah dan rombakan batuan akan meningkatkan volume air sungai. Bagian tepi
bergerak kearah bawah tebing dengan cara air tebing atau bagian tepi sungai yang bisa
meresap kedalam cela pori batuan atau tanah, mengalami erosi akibat aliran air yang terus
sehingga menambah beban material permukaan menerus terjadi.
tebing dan menekan material tanah dan bongkah- Keunggulan bronjong yaitu fleksibel
bongkah perombakan batuan, selanjutnya memicu sehingga mudah mengikuti pergerakan tanah yang
lepas dan bergeraknya material bersama-sama ada dibawahnya tanpa harus merusak konstruksi
dengan air (Wikipedia). dasar, mengurangi resiko tanah longsor karena
Dinding penahan tanah adalah suatu Tumpukan batu-batu didalam bronjong ini
konstruksi yang berfungsi untuk menahan tanah memungkinkan air mengalir di sela-selanya
lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah sehingga tekanan tanah akan berkurang sehingga
yang miring atau lereng yang kemantapannya tidak mengurangi resiko tanah longsor, harga bronjong
dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri. lebih ekonomis karena dalam pembuatannya hanya
Pada pembangunan jalan di Jl. Budi Utomo memerlukan alat bantu sederhana berupa tang dan
Baru – Simpang 3 Dangga Kota Kendari terdapat palu serta mengurangi biaya mobilisasi dalam
daerah bertebing yang memicu kemungkinan suatu konstruksi, kawat bronjong mudah
terjadinya erosi. Pada daeraH yang bertebing didapatkan dan juga memiliki bentuk sederhana.
tersebut dibangun konstruksi talud dan bronjong, Kekurangan bronjong yakni menggunakan
talud dan bronjong secara garis besar memiliki kawat yang berlapis galvanis, maka bronjong tidak
fungsi yang sama sebagai dinding penahan tanah cocok untuk digunakan area yang memiliki air
agar tidak terjadinya erosi. dengan kadar garam yang tinggi. Kekurangan
Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini lainnya yakni konstruksi bronjong yang terkadang
yaitu mengetahui dimensi penanggulangan lereng harus dibuat dilahan yang berukuran lebih lebar
tipe bronjong yang memenuhi ketentutan faktor karena jika dibuat dengan ukuran kecil bronjong
aman, mengetahui Rencana Anggaran Biaya pada tidak bisa berfungsi maksimal menahan erosi
pelaksanaan penanggulangan lereng dengan dengan baik.
bronjong. Dalam pembuatan bronjong memiliki bahan
tertentu. Adapun bahan-bahannya yaitu kawat dan
TINJAUAN PUSTAKA batu.
Pada umumnya kawat yang digunakan
Pembangunan dinding penahan tanah adalah kawat baja berlapis galvanis, namun ada
merupakan salah satu upaya untuk perlindungan juga yang menggunakan kawat jenis lain yang
manusia dari erosi.Dinding penahan tanah dapat digunakan untuk bronjong.
dikatakan aman apabila dinding penahan tanah Pada dasarnya kawat bronjong sangat kuat,
tersebut telah diperhitungkan keamanannya, baik namun kekuatan ini bisa juga berkurang karena
terhadap pergeseran, bahaya penggulingan, dan pengaruh oleh keadaan sekitar. Misalnya saja
kemampuan daya dukung tanah. bronjong yang dipasang di tepi sungai, jika ada
161
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 8, Nomor 3, November 2020
162
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 8, Nomor 3, November 2020
keadaan lapisan tanah batuan pembentuk lereng, Dapat disederhanakan dapat dilihat pada
bentuk geometris penampang lereng (misalnya tabel 5 yang disajikan sebgai berikut:
tinggi dan kemiringan lereng), penambahan kadar
air pada tanah (misalnya terdapat rembesan air atau Tabel 5.Analisa umum persamaan pada Metode
infiltrasi hujan), berat dan distribusi beban, getaran Bishop
atau gempa. No. Asumsi Umum Jumlah
Ada beberapa cara untuk mengstabilkan
1. Posisi gaya normal pada pusat slice n
lereng yang berpotensi terjadinya kelongsoran.
Pada perinsipnya ada dua cara yang dapat di 2. Gaya antar slice vertikal adalah nol n-1
gunakan untuk menstabilkan suatu lereng yaitu Total 2n – 1
memperkecil gaya penggerak atau momen
Sumber : Das. Braja M., 1993
penyebab longsor. Gaya atau momen penyebab
longsor dapat diperkecil dengan cara merubah
bentuk lereng, memperbesar gaya lawan atau Tanah
momen penahan longsor. Tanah merupakan campuran partikel-
Secara umum keruntuhan diasumsikan partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh
terjadi akibat adanya pergerakan blok tanah pada jenis unsur-unsur yaitu Berangkal (Boulder) adalah
suatu permukanaan gelincir yang berbentuk potongan batuan batu besar, biasanya lebih besar
lingkaran atau tidak berbentuk lingkaran. dari 200mm - 300mm dan untuk kisaran ukuran-
Pada suatu lereng yang dianalisis yang ukuran 150mm - 250mm, batuan ini disebut
membaginya dalam (n) sebuah segmen/irisan, kerakal (cobbles/pebbles), Pasir (sand) adalah
maka akan terdapat (5n-2) pariabel yang tidak partikel batuan yang berukuran 0,074 mm – 5 mm,
diketahui, sementara hanya terdapat 3n, persamaah yang berkisar dari kasar (3 mm – 5 mm) sampai
statika 3n yaitu persamaan keseimbangan gaya halus (< 1 mm), Lanau (silt) adalah partikel batuan
normal, persamaan keseimbangan gaya tengersial, yang berukuran dari 0,002 mm–0,074 mm,
persamaan keseimbangan gaya momen. Lempung (clay) adalah partikel yang berukuran
Untuk dapat menyelesaikan masalah lebih dari 0,002 mm, partikel ini merupakan
tersebut secara statis tertentu maka diperlukan sumber utama dari kohesi dari tanah yang
jumlah asumsi secara umum terdapat tiga asumsi kohesif dan Koloid (colloids) adalah partikel
yang dapat dibuat yaitu asumsi mengenai distribusi mineral yang diam, berukuran lebih dari 0,01 mm.
tegangan normal sepanjang bidang glincir, asumsi
mengenai inklinasi gaya-gaya antar irisan, asumsi a. Klafikasi Tanah
mengenai posisi thrust line dari gaya-gaya antar Sistem klafikasi AASHTO bermanfaat
irisan. untuk menentukan kualitas tanah guna pekerjaan
jalan yaitu lapisan tanah dasar (subgrade). Sistem
Tabel 3.Persamaan yang diketahui pada Metode Bishop klasifikasi ini didasarkan pada kriteria ukuran butir
dan plastisitas.
Persamaan-persamaan yang ada :
Sistem Klafikasi Tanah Unified (USCS)
Keseimbangan normal :n
Keseimbangan Tangensial :n
diajukan pertama kali oleh Casagrandedan
Keseimbangan Momen :n selanjutnya dikembangkan oleh United State
Total : 3n Bureau of Reclamation (USBR) dan United State
Sumber : Das. Braja M., 1993 Army Corpsof Engineer (USACE). Kemudian
American Society for Testingand Materials
Tabel 4.Persamaan yang belum diketahui pada
(ASTM) telah memakai USCS sebagai metode
Metode Bishop standar guna mengklasifikasikan tanah. Dalam
USCS, suatu tanah diklasifikasikan ke dalam dua
Persamaan-persamaan yang belum diketahui :
kategori utama yaitu tanah berbutir kasar (coarse-
Faktor keamanan F yang digunakan untuk : 1
menghubungkan gaya S dengan normal P grained soils) dan tanah berbutir halus (fine-
Posisi gaya F :n grained soils).
Gaya normal total T pada dasar irisan :n
Resultan gaya-gaya antar irisan Z : n-1
Inklinasi gaya-gaya antar irisan q : n-1
Tinggi hf gaya-gaya antar irisan : n-1
Total : 5n-2
Sumber : Das. Braja M., 1993
163
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 8, Nomor 3, November 2020
164
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 8, Nomor 3, November 2020
165
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 8, Nomor 3, November 2020
166
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 8, Nomor 3, November 2020
Gambar 7. Rencana penanggulangan lereng Gambar 10. Hasil analisis FK lereng dengan
dengan bronjong pembebanan merata
Pemasangan dinding penyandar untuk ketinggian 6 Maka dapat diasumsikan keadaan lereng
meter, maka angka safety factor yang dihasilkan dengan penanggulangan menggunakan bronjong
dapat dilihat pada Gambar 8 sebagai berikut: dengan pembebanan merata masih dikategorikan
stabil.
Jadi dengan ketinggian 6 meter untuk
dinding penahan yang digunakan maka besar
angka safeti faktor kritisnya yaitu 1,295 yang dapat
dikategorikan bahwa lereng masih berada di
kondisi stabil.
167
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 8, Nomor 3, November 2020
168
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 8, Nomor 3, November 2020
169
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Civil Engineering
Volume 8, Nomor 3, November 2020
170