Anda di halaman 1dari 8

Tugas Resume

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum

Dosen Pengampu : Muhammad Jazil Rifqi

Oleh : Muchammad Aldian Asmaradana

Nim : 05040120121

Sub Tema 1 : Pengantar Ilmu Hukum, Objek Kajian Ilmu Hukum, Kedudukan Pengantar Ilmu
Hukum

A. Pengantar Ilmu Hukum

Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerap kali oleh dunia studi hukum dinamakan
“Encyclopaedia Hukum”, yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar
(introduction atau inleiding) dalam mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan
bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi hukum yang
mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi utama
ilmu hukum. Menurut Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum adalah mata kuliah dasar
bagi mahasiswa (setiap orang) yang akan mempelajari atau bahkan mempelajari ilmu
hukum, sesungguhnya berisi pengetahuan dasar hukum, tetapi membutuhkan kesiapan
bagi yang ingin mendalaminya karena lingkup bahasannya sangat luas.

B. Objek Kajian Ilmu Hukum


Ilmu hukum tidak melihat tatanan hukum tertentu yang berlaku di suatu Negara.
Perhatiannya menjangkau jauh melebihi batas-batas hukum yang berlaku di suatu
Negara atau suatu waktu tertentu. Objeknya adalah hukum sebagai suatu fenomena
dalam kehidupan manusia di manapun di dunia ini dan dari masa kapanpun. Hukum
dilihat sebagai fenomena universal.

C. Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum


Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum merupakan dasar bagi pelajaran lanjutan tentang
ilmu pengetahuan dari berbagai bidang hukum. Sedangkan kedudukan dalam kurikulum
fakultas hukum adalah sebagai mata kuliah keahlian dan keilmuan. Oleh karena itu
pengantar ilmu hukum berfungsi memberikan pengertian-pengertian dasar baik secara
garis besar maupun secara mendalam mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan
hukum. Selain itu juga pengantar ilmu hukum juga berfungsi pedagogis yakni
menumbuhkan sikap adil dan membangkitkan minat untuk denagan penuh
kesungguhan mempelajari hukum. Berikut rangkuman kedudukan pengantar ilmu
hukum :

1. Sebagai ilmu dasar yang mendasari/melandasi cabang cabang ilmu hukum yang
sebenarnya atau lebih khusus.
2. Memberikan pengertian tentang dasar, azas dan penggolongan cabang ilmu hukum.
3. Memberikan pandangan umum secara ringkas mengenai seluruh ilmu hukum dan
kedudukan ilmu hukum dalam kerangka ilmu-ilmu lainnya.

Sumber :
1. https://books.google.co.id/books?
id=H9xDDwAAQBAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false

Sub Tema 2 : Masyarakat dan Tatanan Sosial, Eksistensi Norma Dalam Masyarakat

A. Masyarakat dan Tatanan Sosial


Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu,
tradisi tertentu, konvensi dan hukum yang sama, serta mengarah pada kehidupan
kolektif. sistem inilah yang kemudian membentuk pola hubungan antara satu manusia
dengan manusia yang lain sehingga menciptakan sebuah kesatuan. Tatanan sosial
merupakan suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya saling berinteraksi atas
dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai.
Masyarakat adalah Wujud dari tatanan sosial dimana setiap individu yang ada di
dalamnya memiliki status, fungsi dan perannya masing masing, serta diatur oleh norma
dan nilai yang mereka ciptakan. Adapun unsur-unsur yang ada dalam masyarakat
sebagai wujud dari tatanan sosial adalah :
1. Interaksi sosial
2. Status sosial
3. Fungsi dan Peran
4. Norma dan nilai.

1) Interaksi Sosial

Menurut Gillin dikutip oleh Soerjono Soekanto, Interaksi Sosial adalah hubungan


sosial yang dinamis berkaitan dengan hubungan antara individu dengan individu,
kelompok dengan kelompok dan individu dengan kelompok. Dengan Bahasa yang lebih
sederhana, Macionis menyampaikan bahwa interaksi sosial adalah proses dimana
orang-orang beraksi dan bereaksi satu sama lain dalam suatu hubungan atau relasi.
Unsur interaksi sosial ini ada dalam sebuah tatanan sosial yang kemudian membentuk
pola ketergantungan antara individu satu dengan yang lainnya sebagaimana pada
hakikat dasarnya bahwa manusia adalah makhluk sosial. Interaksi sosial dilakukan atas
dasar untuk mencapai suatu tujuan, namun antar individu tidak selalu memiliki tujuan
yang sama, sehingga suatu interaksi dapat berupa kerjasama (asosiatif) ataupun
pertentangan (disosiatif). Contoh interaksi social adalah : kerjasama warga untuk
memenangkan lomba kebersihan lingkungan (asosiatif), tawuran antar warga karena
sengketa lahan (disosiatif).

2) Status Sosial
Setiap individu dalam masyarakat memiliki status sosialnya masing-masing. Status
merupakan perwujudan atau pencerminan dari hak dan kewajiban individu dalam
tingkah lakunya. Status sosial sering pula disebut sebagai kedudukan atau posisi,
peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Unsur inilah yang mengatur
system pelapisan masyarakat yang kemudian menentukan porsi hak dan kewajiban
yang akan diterima masing masing individu.
Ada beberapa jenis status atau kedudukan sosial berdasarkan cara untuk
mendapatkannya :
a. Ascribed Status adalah keududukan yang diperoleh secara otomatis tanpa
usaha. Status ini sudah diperoleh sejak lahir. Contoh: Jenis kelamin, gelar
kebangsawanan, keturunan, dsb.
b. Achieved Status adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan
disengaja. Contoh: kedudukan yang diperoleh melalui pendidikan guru,
dokter, insinyur, gubernur, camat, ketua OSIS dsb.
c. Assigned Status merupakan kombinasi dari perolehan status secara otomatis
dan status melalui usaha. Status ini diperoleh melalui penghargaan atau
pemberian dari pihak lain, atas jasa perjuangan sesuatu untuk kepentingan
atau kebutuhan masyarakat. Contoh: gelar kepahlawanan, gelar pelajar
teladan, penganugerahan kalpataru dsb.
3) Fungsi dan Peran
Fungsi dan peran merupakan suatu rangkaian perilaku yang diharapkan dari
seseorang dengan berdasarkan posisi sosial, baik itu dengan secara formal maupun
informal.Fungsi dan peran merupakan suatu aspek dinamis dari status sosial atau
kedudukan. Artinya, Pada saat seseorang itu dapat melaksanakan kewajiban serta
juga mendapatkan haknya maka orang tersebut sudah menjalankan sebuah fungsi
dan perannya dalam tatanan sosial.

Unsur ini yang nantinya akan menghubungkan unsur status dengan nilai serta norma
yang mengatur dalam sebuah tatanan sosial, jika setiap individu menjalankan fungsi
dan perannya dengan baik maka akan terwujud sebuah integrasi sosial yang
mengarah pada keharmonisan sosial, sebaliknya jika tiap individu tidak melakukan
fungsi dan perannya dengan baik maka akan memicu terjadinya disintegrasi sosial
yang mengarah pada proses kekacauan tatanan sosial. Untuk mengatur jalannya
fungsi dan peran sosial ini dibutuhkan unsur nilai dan norma dalam sebuah tatanan
sosial
4) Nilai dan Norma Sosial

Setiap manusia memiliki kriteria yang berbeda-beda mengenai baik buruknya


sesuatu. Suatu nilai berfungsi sebagai pedoman perilaku dalam masyarakat. Seperti
kerja sama, persaudaraan, rasa kekeluargaan, ketaatan, kedisiplinan, kebersihan,
ketertiban, dan lain-lain. Nilai diaktualisasikan dalam bentuk norma-norma sosial
yang dilengkapi dengan sanksi-sanksi bagi pelanggarnya. Fungsinya adalah untuk
memberi batasan berupa perintah atau larangan dalam berperilaku, memaksa
individu untuk menyesuaikan diri dengan nilai yang berlaku di masyarakat dan
menjaga solidaritas antaranggota masyarakat. Oleh karena fungsi-fungsi tersebut,
maka sosialisasi norma memiliki peran yang penting dalam mewujudkan ketertiban
sosial.

Berdasarkan macamnya norma dibedakan sebagai berikut :

Macam-macam Norma Sosial


a. Norma Agama
b. Norma Kesusilaan (Mores)
c. Norma Adat
d. Norma Kebiasaan
e. Norma Kesopanan
f. Norma Hukum

Setelah nilai dan norma disepakati serta diterima, maka nilai dan norma tersebut
disosialisasikan kepada masyarakat secara turun-temurun. Tujuannya agar
masyarakat menyesuaikan perilaku atas fungsi dan perannya dengan nilai dan
norma itu, sehingga tercipta keteraturan sosial dalam sebuah tatanan sosial

Sumber :
1. https://en.wikipedia.org/wiki/Social_order
2. https://saintif.com/interaksi-sosial-adalah/
3. https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/kelas-sosial-status-sosial-
peranan-sosial-dan-pengaruhnya.pdf
4. https://pendidikan.co.id/pengertian-peran-konsep-dan-jenisnya-
menurut-para-ahli/
5. https://www.fahdisjro.com/2012/09/nilai-norma-
sosial.html#:~:text=Nilai%20dan%20Norma%20Sosial%20-
%20Setiap,sebagai%20pedoman%20perilaku%20dalam
%20masyarakat.&text=Setelah%20nilai%20dan%20norma
%20disepakati,warga%20masyarakat%20secara%20turun-temurun.

B. Eksistensi Norma dalam Masyarakat


Masyarakat yang merupakan wujud dari tatanan sosial tentu memerlukan unsur norma
untuk mengatur sendi sendi kehidupan. Norma sendiri berasal dari bahasa Latin norm
yang bermakna parameter atau ukuran-ukuran. Dalam Bahasa Indonesia baku disebut
kaidah. Jadi dapat dikatakan bahwa apa yang disebut norma adalah patokan atau
ukuran ataupun pedoman untuk berperikelakukan atau bersikap dalam hidup.
Dalam kalimat lain norma merupakan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh manusia
dalam keadaan tertentu. Norma mempunyai dua macam isi, dan menurut isinya
berwujud: perintah dan larangan. Perintah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk
berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang baik. Sedangkan larangan
merupakan kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-
akibatnya dipandang tidak baik.
Ada beberapa jenis norma yang berkembang dalam masyarakat, seperti :
1. Norma Agama
2. Norma Kesusilaan
3. Norma Kesopanan
4. Norma Hukum

1) Norma Agama

Norma agama berasal dan diyakini turun dari Tuhan Yang Maha Esa. Praktik
penerapan norma agama diperkuat oleh adanya institusi agama. Ajaran teologi
mendistribusi pengetahuan akan adanya aturan dari Tuhan untuk dipatuhi. Siapa
yang melanggarnya diyakini akan mendapat siksa dari Tuhan.
Bentuk norma agama berbeda-beda tiap masyarakat tergantung agama yang dianut.
Sebagai contoh, dalam Islam menyembelih sapi jika dilakukan dengan cara yang
sesuai syariat diperbolehkan. Namun dalam agama Hindu, sapi dianggap sebagai
hewan suci titisan dewa, menyembelihnya tidak diperbolehkan.

Variabel paling jelas untuk menjelaskan perbedaan pandangan tersebut tentu saja
norma agama. Perbedaan norma agama adalah keniscayaan. Sudah selayaknya antar
umat beragama mempelajari ajaran agama lain sebagai basis toleransi guna
mewujudkan suatu tatanan sosial dengan keharmonisan.

2) Norma Kesusilaan

Norma kesusilaan dianggap bersumber dari hati nurani manusia. Norma ini
menjunjung tinggi manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Tak seperti macam-macam
norma lainnya yang memiliki ruang lingkup lebih spesifik, norma kesusilaan berlaku
lebih universal. Anggapan yang umum terhadap norma ini adalah suara batin
manusia yang sebenarnya mendambakan nilai-nilai baik yang universal seperti
kejujuran, keadilan, kesejahteraan dan sebagainya.

Orang yang melanggar norma kesusilaan biasanya dikucilkan oleh masyarakat.


Mereka juga tak jarang dianggap tidak manusiawi. Bahkan bila perbuatannya
ekstrim, dianggap buas seperti hewan atau lebih buruk dari itu.

Sebagai contoh, pamit pada orang tuanya akan kuliah tapi ternyata pergi berduaan
bercumbu rayu dengan paksaan. Orang tersebut tidak hanya berbohong namun juga
memaksa orang lain untuk menuruti nafsunya.

3) Norma Kesopanan

Norma kesopanan bersumber dari konsensus atau kesepakatan masyarakat.


Kesepakatan tersebut diciptakan sejak lama yang mengakar dalam tradisi. Untuk
mengubahnya biasanya memerlukan waktu yang sangat lama. Kesopanan sejalan
dengan keelokan. Sehingga siapa yang melanggarnya dianggap tidak elok atau tidak
etis.

Oleh karena berdasarkan pada kesepakatan yang mengakar di tradisi, norma


kesopanan juga sangat relatif. Suatu perbuatan dianggap sopan atau tidak tentunya
tergantung pada dimana perbuatan itu dilakukan. Selain itu yang tidak kalah penting
juga kapan perbuatan itu terjadi. Sebab, di lokasi yang sama perbuatan yang dulu
dianggap tidak sopan bisa jadi sekarang menjadi perbuatan yang wajar.
Sebagai contoh, di Indonesia ketika memanggil orang yang lebih tua, kita
menggunakan awalan sapaan seperti ”pak”, ”bu”, ”om”, ”kakak”, dan sebagainya.
Namun di negara lain, misalnya di beberapa negara Eropa Barat, kita memanggil
orang yang lebih tua bisa cukup dengan namanya.

4) Norma Hukum

Pakar hukum Indonesia, Soediman Kartohadiprodjo, di dalam berbagai karyanya


selalu menegaskan, bahwa hukum itu adalah cermin dari manusia yang hidup.
Hukum itu lahir oleh manusia dan untuk menjamin kepentingan dan hak-hak
manusia sendiri. Dari manusia inilah, hukum dan terapannya akan menentukan apa
yang dialami oleh manusia di dalam pergaulan hidup.

Dengan demikian, keberadaan dari norma hukum sudah menjadi bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari masyarakat yang menjadi tempat bagi dilahirkannya hukum
yang bersangkutan. Sehingga dari kenyataan ini juga, maka terciptalah sebuah istilah
di dalam bahasa Latin, yakni ubi societas, ibi ius, yang artinya adalah “dimana ada
masyarakat, disitu ada hukum”. Hal ini pulalah yang menjadi sebab mengapa di
dalam mempelajari kaidah hukum tersebut, tetap tidak boleh terlepas dari
mempelajari tentang manusia dan tingkah lakunya di dalam masyarakat.

Norma hukum dapat disebut juga aturan hukum yang berisi tentang perintah dan
larangan serta hukuman apa yang diperoleh bagi pelanggar. Norma hukum selalu
berbentuk tertulis Orang yang melanggar hukum akan menghadapi hukuman yang
jelas. Vonis terhadap pelanggar hukum dilakukan melalui proses peradilan. Berbeda
dengan macam-macam norma lainnya, sanksi hukum bersifat memaksa. Artinya,
pelanggar hukum harus mendapatkan hukuman. Hal ini tentu dengan asumsi bahwa
penegak hukum adalah orang-orang yang adil.

Sebagai contoh, mencuri uang rakyat adalah perbuatan pelanggaran hukum yang
hukumannya telah diatur dalam undang-undang. Oleh karena melakukan perbuatan
yang melanggar norma hukum, koruptor harus menjalani hukuman sesuai yang telah
ditetapkan oleh peraturan yang ada.

Macam-macam norma yang telah disebutkan di atas menunjukkan adanya batasan-


batasan kebebasan manusia dalam hubungannya dengan orang lain. Batasan
tersebut adalah norma. Dengan terwujudnya eksistensi norma yang ada dalam
masyarakat akan terbentuk sebuah integrasi sosial dalam tatanan sosial.

Sumber :
1. https://yahyantolaw.wordpress.com/2017/05/10/first-blog-post/
2. https://sosiologis.com/macam-macam-norma

Anda mungkin juga menyukai