Anda di halaman 1dari 30

PERKAWINAN ENDOGAMI PADA MASYARAKAT KETURUNAN ARAB

(Studi di kampung Arab Al Munawar Kelurahan 13 Ulu


Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Jurusan
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sriwijaya

OLEH:

KURNIA RIZKIATI

07081002017

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012
ABSTRAK

Bentuk perkawinan yang masih dilaksanakan oleh masyarakat keturunan


Arab adalah bentuk perkawinan endogami. Perkawinan endogami merupakan
perkawinan yang dilakukan oleh mempelai harus berasal dari lingkungan kerabat
dekat dan larangan untuk melakukan perkawinan dengan pihak dari luar suku
atau yang bukan keturunan Arab. Pada masyarakat sekarang perkawinan
endogami ini sudah jarang sekali terjadi karena sistem perkawinan tersebut
dipandang sangat sempit dan membatasi ruang gerak seseorang dalam pemilihan
jodoh. Hal tersebut tidak memberikan pengaruh pada masyarakat keturunan
Arab. Hal inilah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Perkawinan Endogami pada Masyarakat Keturunan Arab (Studi di kampung Arab
Al Munawar Kelurahan 13 Ulu Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang).
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: mengapa
masyarakat kampung Arab Al Munawar masih mempertahankan tradisi
perkawinan endogami serta bagaimana peran orang tua dalam pemilihan jodoh
pada masyarakat kampung Arab Al Munawar di kelurahan 13 Ulu Palembang.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Pendekatan
yang digunakan adalah etnografi dengan unit analisis individu dalam masyarakat
kampung Arab Al Munawar. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkawinan endogami masih
dipertahankan karena dilatarbelakangi oleh kebudayaan yang masih dipegang
kuat oleh masyarakat keturunan Arab, kuatnya keinginan untuk tetap
mempertahankan identitas dirinya sebagai keturunan Arab yang dilakukan
dengan cara membuat batasan dalam pemilihan pasangan dalam perkawinan
sehingga upaya untuk kemurnian keturunan darah, kepercayaan dan keamanan
harta tetap dijaga. Selain perkawinan dilakukan atas dasar emosional saling
menyukai, peran orang tua juga memiliki peranan penting dalam proses
pemilihan jodoh yaitu dengan melakukan sistem perjodohan.

Kata kunci : Perkawinan Endogami, Kampung Arab Al Munawar

1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya perkawinan bertujuan untuk

memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan lahir batin menuju kesejahteraan

dunia dan akhirat. Menurut Sajuti Thalib, perkawinan ialah suatu perjanjian yang

suci kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki

dengan seorang perempuan membentuk keluarga yang kekal, santun-menyantuni,

kasih- mengasihi, tentram dan bahagia (Ramulyo, 2004 : 2).

Dalam perkawinan di Indonesia berlaku hukum menurut perundang-

undangan dan hukum menurut agama. Hukum perundang-undangan dijelaskan

dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Bahwa perkawinan

dikatakan ada apabila dilakukan antara seorang pria dan seorang wanita sebagai

suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Ramulyo: 2004, 1-2). Sedangkan

hukum menurut agama diatur dalam Kompilasi Hukum Islam. Perkawinan

menurut Kompilasi Hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat

atau miitsaaqan ghaliizhan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah. Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah

tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah (Ramulyo: 2004, 4).

Sebagian besar masyarakat Indonesia menganut agama Islam, maka

dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan,

2
kekeluargaan dan warisan. Hukum menurut perundang-undangan memiliki

keterkaitan dengan hukum agama, karena pembuatan perundang-undangan

perkawinan secara tidak langsung dipengaruhi oleh hukum agama. Akan tetapi

pada sebagian masyarakat, selain mengenal hukum menurut perundang-undangan

dan hukum agama juga berlaku hukum adat dalam melaksanakan perkawinan.

Hukum adat merupakan peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang

tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum

masyarakatnya. Menurut hukum adat, perkawinan merupakan urusan kerabat,

keluarga, persekutuan, martabat juga bisa merupakan urusan pribadi, bergantung

kepada tata susunan masyarakat yang bersangkutan. Bagi kelompok- kelompok

yang menyatakan diri sebagai kesatuan-kesatuan (bagian klan, kaum, kerabat),

perkawinan para warganya (pria, wanita atau kedua-duanya) adalah sarana untuk

melangsungkan hidup kelompoknya secara tertib dan teratur. Sarana yang dapat

melahirkan generasi baru yang melanjutkan garis hidup kelompoknya.

Salah satu bentuk perkawinan yang masih berlaku pada sebagian

masyarakat adalah bentuk perkawinan endogami. Bentuk perkawinan endogami

yang masih dipertahankan sampai saat ini terjadi di masyarakat keturunan Arab

khususnya keturunan Arab yang berada di kampung Arab Al Munawar Kelurahan

13 Ulu Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang. Perkawinan endogami pada

masyarakat keturunan Arab menjelaskan bahwa perkawinan yang dilakukan oleh

mempelai harus berasal dari lingkungan kerabat terdekat dan larangan untuk

melakukan perkawinan dengan pihak dari luar klan (keturunan/suku) yang bukan

keturunan Arab.

3
Istilah endogami sebenarnya memiliki arti yang relatif, sehingga kita selalu

perlu menjelaskan apa batas-batasnya. Penentukan batas-batas tersebut tergantung

pada budaya yang dipegang oleh setiap masyarakat yang tentunya akan berbeda

antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain (Koenjtraningrat,

2002). Batasan itu dapat berupa endogami agama, endogami desa, endogami

suku/keturunan, endogami ekonomi ataupun endogami kasta. Misalnya endogami

agama yang merupakan larangan untuk melakukan perkawinan dengan seseorang

yang memiliki agama yang berbeda dari agama yang kita anut. Dan seperti

endogami kasta pada masyarakat Bali, adanya larangan untuk melakukan

perkawinan dengan pihak dari luar kasta.

Dalam penelitian ini masyarakat kampung arab Al Munawar melakukan

endogami dengan batasan endogami agama dan endogami suku/ keturunan.

Penerapan larangan perkawinan tersebut karena adanya anggapan jika perkawinan

dilakukan dengan seseorang yang tidak berasal dari keturunan Arab maka rahasia

atau aib keluarga akan diketahui oleh orang luar yang tidak ada hubungan kerabat

(bukan keturunan Arab).

Dalam penelitian ini hanya akan meneliti satu kampung Arab saja di

kelurahan 13 ulu Palembang yaitu kampung Arab Al Munawar di RT 24. Alasan

memilih kampung Arab Al Munawar Palembang untuk diteliti dikarenakan

beberapa faktor yang menjadi pertimbangan. Pertama, dalam hal tempat tinggal

kampung ini hidupnya tidak berbaur dengan masyarakat pribumi lain (bukan

keturunan Arab) yang dalam artian bahwa yang tinggal di kampung Al Munawar

semuanya berasal dari keturunan Arab. Sedangkan di kampung Arab lain

4
masyarakatnya sudah tinggal menyebar dengan masyarakat pribumi (yang bukan

keturunan Arab) tidak membentuk perkampungan yang hanya khusus keturunan

Arab saja.

Selain itu juga, kampung ini ditetapkan sebagai kawasan situs cagar budaya

oleh arkeolog dari Balai Arkeologi Palembang karena perkampungan ini banyak

menyimpan situs bersejarah dan situs budaya arab. Al Munawar diperkirakan

telah ada pada periode awal 1800-an, sekitar tahun 1823-1824. Ini dilihat

berdasarkan terdapatnya delapan rumah di kawasan itu usianya lebih dari satu

abad (http://lemabang.wordpress.com, diakses 12 November 2011).

Pada masyarakat modern sendiri perkawinan endogami ini sudah jarang

sekali terjadi karena sistem perkawinan tersebut dipandang sangat sempit dan

membatasi ruang gerak seseorang dalam hal pemilihan jodoh. Akan tetapi adanya

modernisasi tersebut ternyata tidak memberikan pengaruh pada masyarakat

keturunan Arab dalam hal pemilihan jodoh karena masyarakat keturunan Arab Al

Munawar sendiri masih tetap melakukan perkawinan endogami.

Berkaitan dengan hal- hal tersebut diatas, penulis merasa perlu untuk

meneliti lebih mendalam tentang bentuk perkawinan yang berlaku dalam

masyarakat keturunan Arab tersebut. Dalam penelitian ini penulis memberi judul:

“Perkawinan Endogami pada Masyarakat Keturunan Arab (Studi di

Kampung Arab Al Munawar Kelurahan 13 Ulu Kecamatan Seberang Ulu II

Kota Palembang).”

5
2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang akan dibahas

antara lain:

1. Mengapa di kampung Arab Al Munawar Kelurahan 13 Ulu

Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang masih mempertahankan

tradisi perkawinan endogami?

2. Bagaimana peran orang tua dalam pemilihan jodoh pada anak di

kampung Arab Al Munawar Kelurahan 13 Ulu Kecamatan Seberang

Ulu II Kota Palembang?

3. Kerangka Pemikiran

- Perkawinan

Perkawinan di dalam bahasa Arab disebut “nikah” atau “aqd”. Nikah

berasal dari kata nakaha- yankihu- nikaha yang artinya adalah ikatan. ( Nahdi:

1994, 5). Sedangkan dalam bahasa Indonesia istilah “perkawinan” berasal dari

kata “kawin” yang artinya adalah perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi

suami istri yang melakukan hubungan kelamin atau hubungan badan (KKBI :

2009, 426). Dalam fiqh munakahat, pernikahan adalah sunnatullah yang umum

dan berlaku pada semua makhluk-makhluk-Nya. Hal ini adalah suatu cara yang

dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang dan

melestarikan hidupnya.

6
- Perkawinan Endogami

Perkawinan endogami adalah suatu bentuk perkawinan yang berlaku

dalam masyarakat yang hanya memperbolehkan anggota masyarakat kawin atau

menikah dengan anggota lain dari golongan sendiri. Tegasnya perkawinan

endogami ini adalah perkawinan antar kerabat atau perkawinan yang dilakukan

antar sepupu (yang masih memiliki satu keturunan) baik dari pihak ayah sesaudara

(patrilineal) atau dari ibu sesaudara (matrilineal). Kaum kerabat boleh menikah

dengan saudara sepupunya karena mereka yang terdekat dengan garis utama

keturunan dipandang sebagai pengemban tradisi kaum kerabat, perhatian yang

besar dicurahkan terhadap silsilah atau genealogy ( Goode : 2004, 134).

Dalam buku lain disebutkan bahwa, perkawinan endogami adalah suatu

sistem perkawinan yang mengharuskan kawin dengan pasangan hidup yang se-

klan (satu suku atau keturunan) dengannya atau melarang seseorang

melangsungkan perkawinan dengan orang yang berasal dari klan/suku lain

(Halim, 1987 : 43).

Dalam al Qur'an tidak didapatkan ayat yang mengharamkan perkawinan

endogami. Dengan kata lain, endogami diperbolehkan dengan syarat batasan-

batasan pertalian keluarga tidak terlalu dekat. Dan hal tersebut juga telah

dijelaskan dalam Al Qur’an Surah An-Nissa ayat 23-24 mengenai wanita yang

haram untuk nikahi.

Komunitas Arab merupakan warga atau orang-orang keturunan dari

Negara Arab yang hidup sebagai pendatang di Indonesia dan hidup berinteraksi

dalam lingkunganya serta terkait oleh suatu rasa identitas bersama. Hubungan

7
masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Indonesia terjalin dengan baik, hal

ini dikarenakan mayoritas agama yang dianut masyarakat Indonesia adalah Islam.

Sehingga walaupun berbeda dalam suku bangsa tetapi memiliki rasa solidaritas

yang kuat dari segi keagamaan. Tetapi tidak dalam hal perkawinan, masyarakat

keturunan Arab tidak ‘berbaur’ dengan masyarakat pribumi Indonesia karena

adanya adat istiadat yang harus dipatuhi serta dijalankan yaitu melakukan

perkawinan dengan satu klan atau keturunannya.

Dari uraian diatas, masalah penelitian ini berkaitan dengan teori aksi

(tindakan) dari Talcott Parsons. Pemikiran Parsons ini dipengaruhi oleh Max

Weber yang juga menjelaskan tentang teori tindakan. Talcot Parsons menjelaskan

bahwa teori aksi sangat memperhatikan sifat kemanusiaan manusia dan

subyektivitas tindakan manusia (Ritzer, 2002: 48).

Dalam teori Parsons tidak semata-mata mengutamakan tindakan

individual, tetapi juga merupakan tindakan atas kondisi-kondisi objektif yang

disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu nilai untuk perkembangan

suatu bentuk tindakan sosial tertentu (Upe, 2010 : 115-116).

Tindakan itu sendiri berarti melakukan sesuatu baik melakukan sesuatu

karena atau melakukan sesuatu untuk. Seperti halnya perkawinan, perkawinan

merupakan suatu tindakan rasional yang ingin dilakukan ataupun tidak ingin

dilakukan. Tindakan juga dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang dilakukan

karena mendapat pengaruh orang lain atau juga bisa karena diri sendiri yang

termotivasi sesuatu. Sama halnya dengan perkawinan endogami yang terjadi pada

8
masyarakat keturunan arab yang bisa dilakukan karena keinginan sendiri atau

karena mendapat pengaruh dari keluarga ataupun lingkungan sekitarnya.

Dari uraian diatas, Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan

sosial dengan karakteristik sebagai berikut (Ritzer, 2002: 48) :

1. Adanya individu sebagai aktor

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.

3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai

tujuannya.

4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat

membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut

berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan

oleh individu. Misalnya kelamin dan tradisi.

5. Aktor berada dibawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma, dan

berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan

menetukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan.

Contohnya kendala kebudayaan.

Dari teori Parsons tersebut menjelaskan kaitannya dengan perkawinan

endogami adalah bahwa masyarakat keturunan Arab (sebagai aktor) telah

memiliki kebudayaan tertentu serta di dalam keluarga menganut sistem

kekerabatan dari garis keturunan laki-laki (kondisi sosial), yang ditandai oleh

masih mencari jodoh di lingkungan kerabat sendiri dan dalam pengambilan

keputusan hanya berada pada orang tua atau ayah sebagai pihak laki-laki saja.

Para aktor ini terutama wanita berupaya untuk mengubah keadaan dengan cara

9
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan (adanya tujuan) supaya dapat bebas

dalam hal mencari jodoh yang sesuai dengan keinginannya. Akan tetapi hal ini

terkendala oleh adat istiadat yang mengharuskan aktor tetap menikah dengan satu

keturunan atau satu suku/klan saja agar tali persaudaraan tidak terputus (adanya

nilai dan norma). Dalam menghadapi situasi dan kondisi yang bersifat kendala

tersebut, aktor mempunyai sesuatu didalam dirinya untuk mencapai tujuannya

sendiri. Aktor dapat mencari altenatif lain dengan tidak mengikuti adat istiadat

tersebut. Artinya aktor masih memiliki peluang untuk tidak melakukan

perkawinan endogami, tetapi hal ini sulit dilakukan oleh sang aktor dikarenakan

terdapat sanksi dari masyarakat jika aktor tidak menjalankan tradisi yang telah

dipertahankan sejak lama oleh masyarakat kampung arab Al Munawar. Sanksi

tersebut dapat berupa pengucilan, pengasingan, maupun dihapuskan dari garis

keturunan keluarga.

Selain itu Parsons melihat bahwa tindakan individu dan kelompok

dipengaruhi oleh 3 sistem bertindak , yaitu sistem sosial, sistem budaya, dan

sistem kepribadian.

Sistem Sosial merupakan aktifitas-aktifitas manusia yang saling

berinteraksi satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola

tertentu berdasarkan adat, kebiasaan atau norma yang berlaku. Tetapi dalam teori

aksinya disini Parsons tidak menekankan pada interaksi melainkan pada status dan

peran. Didalam keluarga sendiri terdapat status dan peranannya masing-masing.

Dalam keluarga orang tua mempunyai peranan yang sangat besar terutama ayah

10
sebagai kepala keluarga yang biasanya berperan sebagai pengambilan keputusan

dalam menentukan kehidupan anaknya.

Sedangkan sistem kultur disini untuk melaksanakan fungsi pemeliharaan

pola dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang menjadi

motivasi dalam bertindak. Menurut Parsons, kebudayaan merupakan kekuatan

utama yang mengikat sistem tindakan. Hal ini disebabkan karena di dalam

kebudayaan terdapat norma dan nilai yang harus ditaati oleh individu untuk

mencapai tujuan dari kebudayaan itu sendiri. Nilai dan norma itu akan

diinternalisasikan oleh aktor ke dalam dirinya sebagai suatu proses dalam sistem

kepribadian agar membentuk individu sesuai yang diinginkan dalam sistem

kultural .

Dalam sistem sosial, kebudayaan menubuh dalam norma dan nilai,

sedangkan dalam sistem kepribadian, kebudayaan ditanamkan kepada individu

oleh aktor kedalam dirinya. Kepribadian adalah organisasi sistem orientasi dan

motivasi tindakan aktor individual. Cara Parsons mengaitkan kepribadian dengan

sistem sosial: pertama, aktor harus belajar melihat dirinya dengan cara yang sesuai

dengan status mereka dalam masyarakat. Kedua, harapan-harapan peran melekat

pada setiap peran yang dimainkan oleh aktor individu. Lalu terjadi pembelajaran

disiplin diri, internalisasi orientasi nilai, identifikasi dan sebagainya. Jadi disini

sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan

tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapainya.

Jadi menurut pemikiran Parsons bahwa tindakan sosial itu merupakan

suatu proses dimana aktor/individu terlibat dalam pengambilan keputusan-

11
keputusan subjektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang

telah dipilih, yang kesemuanya itu dibatasi kemungkinan-kemungkinannya oleh

sistem kebudayaan dalam bentuk norma-norma, ide-ide, dan nilai-nilai sosial.

Bagan Kerangka Pemikiran

Perkawinan

Teori Aksi
(Parsons)
1. Aktor/individu

Unsur-unsur 2. Tujuan
Tindakan Sosial
3. Alternatif cara/ tujuan

4. Kondisi Sosial

5. Nilai, Norma, ide-ide


1. Sistem sosial lain
2. Sistem kultural Sistem Bertindak
3. Sistem kepribadian

Perkawinan Endogami di Kampung Arab Al Munawar

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

12
4. Metode Penelitian

Sifat penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian deskirptif, yaitu

merupakan format yang menggambarkan sejumlah variabel yang berkenaan

dengan masalah dan unit yang diteliti tanpa mempersoalkan hubungan antar

variabel. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan

pendekatan etnografi yaitu memusatkan perhatian pada upaya untuk menemukan

bagaimana masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka

dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Alasan Mempertahankan Perkawinan Endogami

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan perkawinan itu

sendiri adalah bentuk perkawinan yang berlaku di dalam suatu masyarakat seperti

bentuk perkawinan eksogami ataupun endogami. Pemilihan bentuk perkawinan

tersebut biasanya dipengaruhi oleh aturan yang ada pada keluarga atau masyarakat

sekitar lingkungan. Selain itu, orang tua juga mempunyai peranan yang penting

untuk menyeleksi atau pengambilan keputusan dalam pemilihan jodoh anaknya.

Perkawinan yang saat ini masih terjadi pada kampung arab Al Munawar

adalah bentuk perkawinan endogami. Perkawinan sesama etnis sampai saat ini

tetap terjadi dan bertahan di kampung ini, padahal sulit dibayangkan itu dapat

terjadi pada masyarakat perkotaan yang sudah modern dan setiap saat bisa terjadi

kontak-kontak budaya pada anggota masyarakat lainnya. Hal tersebut dapat terjadi

karena adanya suatu tindakan yang dilakukan atas dasar pengaruh dari aturan yang

ada dari keluarga ataupun lingkungan masyarakat sekitarnya. Dari data yang

13
diperoleh di lapangan berbagai alasan mempertahankan perkawinan endogami

dikemukakan sebagai berikut :

a. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan pada masyarakat keturunan Arab menganut sistem

kekerabatan patrilinieal, yaitu prinsip kekerabatan yang melihat hubungan

kekerabatan dari pihak ayah atau laki-laki. Bentuk sistem kekerabatan tersebut

ternyata mempunyai pengaruh terhadap pemilihan pasangan dalam perkawinan.

Pengertian keluarga pada masyarakat keturunan Arab disini sebenarnya

dapat juga disamakan dengan kelompok kekerabatan yang meliputi orang-orang

yang mempunyai kakek bersama (nenek moyang sama) atau yang percaya bahwa

mereka adalah keturunan dari seorang kakek yang sama menurut garis

perhitungan patrilineal (kebapakan). Biasanya nama-nama keluarga atau marga

pada keturunan Arab dicantumkan di belakang nama-nama mereka.

Aturan yang ditetapkan berdasarkan prinsip patrilineal pada masyarakat

kampung ini, bahwa apabila seorang perempuan dari keturunan Arab menikah

dengan non Arab maka garis keturunannya akan putus, karena mengikuti garis

keturunan ayah, sedangkan bagi laki-laki keturunan Arab, penarikan garis

keturunan masih tetap pada keturunan patrilineal mereka walau seandainya

mereka menikah dengan keturunan di luar Arab. Oleh sebab itu jika perempuan

keturunan Arab menikah dengan laki-laki yang bukan keturunan Arab, maka

garis dari Rasulullah tersebut akan terputus hanya pada perempuan tersebut,

karena laki-laki yang bukan keturunan Arab tidak memiliki darah keturunan dari

Rasulullah.

14
Dapat disimpulkan bahwa jelas terlihat ada perbedaan antara laki-laki

dan perempuan dalam memilih pasangan dimana hal itu didasari dari penarikan

garis keturunan. Perbedaan itu sangat menonjol dimana terlihat bahwa laki-laki

lebih mendapatkan toleransi dalam menentukan pasangannya daripada

perempuan. Semua itu tidak terlepas dari adanya aturan yang telah ada terlebih

lagi berlandaskan pada ajaran agama yang mau tidak mau harus diikuti oleh

masyarakat tersebut.

Oleh karena itu, faktor kemurnian keturunan darah yang lebih

diutamakan pada masyarakat keturunan Arab ini,sehingga mereka menolak sistem

perkawinan eksogami yang jelas akan selalu menimbulkan adanya percampuran

darah dan lebih memilih sistem perkawinan endogami yang jelas bersifat

membendung terjadinya percampuran darah, mengingat orang-orang yang

melangsungkan perkawinan itu semuanya masih satu keturunan yang sama.

b. Sistem Perkawinan

Sistem perkawinan yang berlaku pada masyarakat keturunan Arab

merupakan sistem perkawinan endogami, yang biasa pada masyarakat kampung

ini mengenal dengan istilah perkawinan dengan sesama kami atau sesama

keturunan Arab. Dimana dengan bentuk sistem perkawinan tersebut memiliki

aturan khusus yang harus dipatuhi oleh masyarakatnya karena sudah menjadi

suatu kebiasaan yang telah dijalankan dari dahulu sampai sekarang.

Jika ada yang melanggar sistem perkawinan endogami tersebut

khususnya berlaku untuk perempuan maka akan adanya sanksi dari masyarakat

jika tidak menjalankan tradisi yang telah dipertahankan sejak lama oleh

15
masyarakat kampung arab Al Munawar. Sanksi tersebut dapat berupa pengucilan,

pengasingan, maupun dihapuskan dari garis keturunan keluarga. Selain itu juga,

mempunyai sanksi tidak nyata yang akan ditanggung sendiri dimana sanksi

tersebut sudah berurusan dalam hal keagamaan, yaitu tanggung jawab dengan

hubungannya kepada Tuhan dan ajaran Rasulullah.

c.Suatu Identitas Kelompok

Kelompok merupakan kumpulan orang yang memiliki kesadaran

bersama akan keanggotaannya dan saling berinteraksi satu sama lain. Di dalam

suatu kelompok memiliki suatu ikatan yang sangat kuat dalam mempertahankan

identitas kelompoknya. Ikatan kelompok tersebut merupakan cara mengikat yang

dibuat oleh sekumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan

keanggotaannya.

Terjadinya perkawinan yang mengharuskan menikah dengan pasangan

yang mempunyai keturunan atau suku yang sama tersebut merupakan salah satu

wujud keinginan masyarakat kampung Al Munawar untuk mempertahankan

identitas dirinya sebagai keturunan Arab

Identitas itu sendiri telah terlihat dimana masyarakat tersebut

membentuk perkampungan yang di khususkan untuk keturunan Arab saja yaitu

kampung Al Munawar. Selain itu pembentukan kampung tersebut merupakan

usaha untuk mengembangkan suku dengan memperbanyak jumlah keturunan

Arab melalui perkawinan hanya dengan keturunan Arab juga.

Bagi masyarakat kampung Arab Al Munawar, menggembangkan

identitas kelompok tersebut berkaitan dalam hubungan kekerabatan dimana selain

16
untuk memperbanyak generasi penerus juga sangat penting dalam upaya menjaga

keturunan asli dan berada pada zuriat keturunannya. Hal tersebut sudah menjadi

suatu adat atau tradisi yang telah diberlakukan sejak dahulu sehingga sampai

sekarang masih dipertahankan untuk menghargai nilai-nilai budaya yang telah

ada.

d. Sistem Kepercayaan

Kepercayaan merupakan keadaan psikologis pada saat seseorang

menganggap suatu premis benar. Jika kita yakin dalam satu hal maka kepercayaan

akan muncul, keyakinan dan kepercayaan sangan berdampingan dalam hidup.

Kepercayaan dapat menjadi suatu prinsip hidup yang dipegang dan diyakini oleh

seseorang. Kepercayaan dapat pula menjadi suatu pandangan hidup yang

dipegang oleh seseorang. Pada masyarakat kampung Arab Al Munawar

kepercayaan tersebut dipengaruhi oleh suatu adat atau kebiasaan yang sudah turun

temurun dilakukan oleh nenek moyang mereka. Selain itu agama juga

melatarbelakangi masyarakat untuk bertindak, Islam merupakan agama yang

diyakini masyarakat keturunan Arab ini. Ajaran dan syariat Islam selalu dijunjung

tinggi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menjalankan sunnah-

sunnah Rasul. Sampai saat ini kebiasaan tersebut masih dilakukan dan sulit untuk

dihilangkan terutama dalam hal perkawinan.

Faktor kepercayaan/ pandangan hidup masyarakat keturunan Arab masih

bersifat tradisional sejak zaman nenek moyang mereka mengharuskan mereka

untuk kawin secara endogami dan melarang keras mereka untuk melakukan

perkawinan eksogami.

17
Selain hal keagamaan masyarakat keturunan Arab sangat kuat dalam

menjunjung tinggi nilai-nilai agamanya yaitu Islam. Terlebih lagi di dalam diri

mereka telah dilandasi oleh keyakinan bahwa masyarakat keturunan Arab itu

merupakan keturunan langsung dari Rasulullah, dimana nilai-nilai yang diajarkan

oleh Rasulullah harus dijalankan dengan baik. Hal lain yang selalu dikaitkan

masyarakat keturunan Arab dalam menentukan pasangan pada suatu perkawinan

adalah adanya hukum kafa’ah (kufu’). Arti dari kata Kafa'ah adalah: Sama,

sederajat, sepadan atau sebanding. Dalam perkawinan, yang dimaksud dengan

kufu' yaitu laki-laki sebanding dengan calon istrinya, sama kedudukan, sebanding

dalam tingkat sosial dan sederajat dalam akhlaq, kekayaan dan keturunannya.

Dalam kepercayaan mempunyai nilai, norma dan moral yang tercipta

dimana dikatakan baik ketika apa yang dilakukan tidak keluar dari garis-garis

yang membatasi antara baik dan buruk sesuai dengan tata aturan kehidupan

masyarakat. Selain itu masyarakat telah menetapkan yang dikatakan baik atau

sesuai dengan aturan dan buruk atau melanggar aturan yang terdapat dalam adat

istiadat masyarakat kampung Arab Al Munawar.

e.Keamanan Harta dan Rahasia Keluarga

Pemilikan harta disini dapat berupa barang-barang tertentu yang

dianggap sebagai barang pusaka, bangunan-bangunan fisik ataupun barang-

barang yang menurut hukum adat yang bersangkutan mempunyai nilai-nilai

magis. Mengingat di dalam kampung Al Munawar ini mempunyai bangunan-

bangunan rumah yang bersejarah dan telah berumur 100 tahunan. Rumah-rumah

18
tersebut sangat dijaga dan dipelihara oleh masyarakat kampung Arab Al Munawar

terlihat dari bentuk bangunan yang masih asli tanpa ada renovasi sebelumnya

Masyarakat kampung ini pada dasarnya menghendaki agar benda-

benda/harta kekayaan tersebut dikuasai secara asli hanya oleh satu keturunan saja,

yakni keturunan Arab sendiri, tanpa adanya orang asing atau orang luar yang

bukan berasal dari keturunan Arab yang turut juga menguasai harta kekayaan itu.

Kepemilikan harta disini bukan hanya mengenai materi saja, melainkan lebih

pada bangunan-bangunan fisik yang telah lama berada pada perkampungan ini

yang diwariskan turun temurun yang banyak meninggalkan nilai bersejarah serta

harus dijaga dengan baik.

Sebagai alasan untuk menjaga harta mereka tersebut agar tidak jatuh

pada orang lain, mereka memilih untuk menikah dengan seseorang yang berasal

dari keturunan Arab juga. Dengan alasan harta mereka tidak jatuh pada orang lain

melainkan pada kerabatnya sendirilah yang seharusnya bisa menjaga dan

menikmati harta tersebut.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa masyarakat kampung Al Munawar

ini memiliki kebudayaan dalam hal perkawinan. Dimana menurut kebudayaan

mereka, seorang perempuan keturunan Arab tidak boleh menikah dengan laki-laki

Pribumi yang bukan keturunan Arab (masyarakat dari daerah sekitar). Namun,

laki-laki keturunan Arab boleh menikah dengan perempuan Pribumi (bukan

keturunan Arab). Jika perempuan keturunan Arab yang menikah dengan laki-laki

bukan keturuan Arab maka akan dianggap aib oleh masyarakat kampung tersebut.

19
Karena menurut mereka, laki-lakilah yang masih memiliki darah keturunan dari

Rasulullah, sedangkan perempuan tidak.

Penerapan larangan perkawinan pada masyarakat keturunan Arab

tersebut karena mereka menggangap jika perkawinan dilakukan dengan seseorang

yang tidak berasal dari keturunan Arab maka rahasia atau aib keluarga akan

diketahui oleh orang luar yang tidak ada hubungan kerabat (bukan keturunan

Arab). Jadi alasan untuk tetap mempertahankan perkawinan sesama keturunan

Arab karena pertimbangan pertahanan dan keamanan, yang menurut mereka akan

lebih terjamin melalui ketunggalan dan kesatuan keturunan darah antar warga

masyarakat mereka sendiri saja.

2. Peran Orangtua dalam Pemilihan Jodoh

Perkawinan itu sendiri sangat berhubungan dengan suatu lembaga sosial

yang terkecil yaitu keluarga. Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari

dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta

tinggal bersama. Setelah sebuah keluarga terbentuk, anggota keluarga yang ada di

dalamnya memiliki tugas masing-masing. Fungsi keluarga dianggap sangat

penting dan menjadi pusat perhatian kehidupan individu terlebih lagi fungsi sosial

keluarga. Fungsi sosial keluarga adalah bentuk penyelesaian masalah pendidikan

yang diberikan kepada keturunan sebagai hasil pernikahan agar dapat

bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar keluarga (Soekanto. 1992 : 25).

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan

merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk

20
sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh

dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang

menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.

Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga,

karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah

tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

a. Penanaman Nilai dan Norma dalam Keluarga

Seorang anak yang dilahirkan di dunia merupakan makhluk yang

dilahirkan seperti kertas yang putih bersih. Manusia yang ada di sekitarnyalah

yang akan membentuk anak tadi. Ia seolah-olah seperti sehelai kertas putih

bersih yang kemudian ditulisi dengan kata dan kalimat. Lingkungan sosial

pertama kali dikenal oleh seorang anak adalah keluarga terutama orang tua.

Peran orang tua untuk memberikan pengetahuan dari hal kecil sampai hal-hal

mengenai nilai-nilai dan norma supaya anak bisa beradaptasi dengan baik,

pembelajaran tersebut biasa dikenal istilah sosialisasi.

Sosialisasi dapat di defenisikan sebagai suatu proses sosial yang

dilakukan oleh seseorang dalam mengahayati (mendarahdagingkan) norma-

norma kelompok tempat ia hidup sehingga menjadi bagian dari kelompoknya

(Suhendi, 2001 : 97). Proses sosialisasi merupakan proses aktif yaitu masuknya

orang dalam suatu kelompok. Proses sosialisasi sebagai proses yang aktif

mencakup kegiatan yaitu belajar, menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

pengalaman mental.

21
Ahli sosiologi menyatakan bahwa mekanisme kunci dari proses

sosialisasi di dalam semua kebudayaan masyarakat adalah keluarga. Di dalam

keluarga anak belajar dan melakukan interaksi sosial yang pertama serta mulai

mengenal perilaku-perilaku yang dilakukan oleh orang lain. Dengan perkataan

lain, pengenalan tentang budaya-budaya masyarakat dimulai dari keluarga. Disini

anak juga belajar tentang keunikan pribadi seorang, dan sifat-sifat kelompok

sosial disekitarnya. Hampir disemua masyarakat keluarga dikenal sebagai unit

sosial dimana anak mulai memperoleh pengalaman-pengalaman hidupnya.

Dalam proses sosialisasi, peran orang tua sangat penting. Peran yang

pantas dalam proses sosialisasi ini ialah sebagai agen pengendalian sosial (agent

of social control) terhadap anak-anaknya. Melalui upaya pengendalian sosial,

sosialisasi sebagai upaya menanamkan nilai suatu kelompok keluarga mudah

dicapai.

Keluarga merupakan sumber utama dan pertama dalam proses

penanaman nilai dan norma. Penanaman ini dilakukan lewat interaksi sosial. Pada

dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk berhubungan dengan

sesamanya. Hubungan pertama kali dilakukan dengan keluarga. Sama hal nya

dengan perkawinan endogami, awalnya tidak dilakukan begitu saja melainkan

adanya proses pengenalan dari orang tua bahwa mereka merupakan bagian dari

keturunan Arab dan harus mencari jodoh dari keturunan Arab juga.

Seperti dalam pemilihan pasangan pada masyarakat kampung ini,

sebelumnya telah mendapat pengaruh dari keluarga mengenai ketentuan seperti

apa yang harus dijalankan dalam memilih jodoh. Baik pengaruh dari orang tua

22
yang menceritakan asal usul nenek moyang sebagai keturunan langsung

Rasullullah ataupun orangtua itu sendiri yang memberikan contoh sehingga dapat

diikuti oleh anaknya.

Dalam sosialisasi yang sukses nilai dan norma akan terinternalisasi atau

dengan kata lain sudah menjadi bagian dari pembentukan diri individu, sudah

mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan,

sehingga dalam mengejar kepentingannya, para individu tengah menjalankan

kepentingan sistem secara keseluruhan untuk tetap menjaga hubungan yang

harmonis di dalam keluarga ataupun lingkungan masyarakat sekitar.

b. Proses Pemilihan Jodoh

Prinsip pemilihan jodoh dikalangan masyarakat keturunan Arab ada

kecenderungan untuk mencari jodoh dalam kalangan sendiri, dalam lingkungan

sendiri, dalam klan sendiri, dan hal ini masih dipertahankan. Keturunan Arab

sebagai kelompok minoritas yang berada di suatu lokasi perkampungan Arab di

Palembang memiliki kecenderungan untuk mengadakan perkawinan diantara

golongan. Keturunan Arab yang berasal dari Hadramut sebagai etnis pendatang,

akan mengorganisir kembali budaya tradisionalnya mengarah pada pembentukan

kembali ke suku bangsanya. Sehingga dalam pemilihan jodoh yang menjurus ke

suatu perkawinan harus memperhatikan latar belakang, nilai dan status sosial yang

sama. Maksud dari latar belakang, nilai dan status sosial yang sama bagi

keturunan Arab salah satunya berdasarkan sistem kekerabatan patrilinial (satu

keturunan).

23
Sistem patrilinial yang telah terinternalisasi tentang pemilihan jodoh

yang ideal di masyarakat keturunan Arab terefleksikan pada cara masyarakat

terutama orang tua untuk memilihkan jodoh untuk anaknya. Internalisasi adalah

penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai sehingga merupakan

keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan

dalam sikap dan perilaku (KBBI 2009: 339).

Internalisasi merupakan suatu pembentukan kepribadian yang diperoleh

melalui proses sosialisasi di dalam keluarga. Seseorang yang telah melakukan

interaksi dengan berbagai pengaruhnya akan memberikan kesadaran mengenai

adanya nilai-nilai yang ada disekitarnya. Nilai itu dapat diartikan sebagai sikap

dan perasaan yang diperlihatkan oleh seseorang tentang baik-buruk, benar-salah,

suka-tidak suka terhadap objek material maupun non material.

Nilai atau norma ditaati karena adanya akibat-akibat potensial yang

positif dan negatif apabila aturan tersebut dianut dan dilanggar. Nilai dan norma

itu secara tidak langsung sudah melembaga pada diri individu karena telah

mendapat pengaruh dari keluarga dan lingkungan sekitar. Seorang individu pada

suatu kelompok mungkin menaati aturan kelompok tersebut oleh karena yakin,

bahwa norma-norma itu adil dan baik untuk diikuti. Dan kemungkinan lain bahwa

seorang individu terpaksa mematuhinya karena harus memelihara hubungan yang

serasi dengan sesama anggota kelompok.

Kesadaran itu sendiri terjadi bukan hanya sebatas mereka menyadari

sebagai keturunan Arab saja sehingga mencari pasangan sesama keturunan Arab

supaya tidak keluar dari keluarga ataupun lingkungan tempat tinggal. Melainkan

24
kesadaran itu terjadi pada mereka yang memutuskan untuk memilih pasangan dari

luar keturunan Arab. Bentuk kesadaran itu terlihat dari mereka yang memilih

untuk meninggalkan lingkungan tempat tinggalnya dan tinggal diluar kampung

tersebut.

Dari pernyataan masing-masing informan di atas, menjelaskan bahwa

penanaman nilai-nilai dari orang tua dan pengaruh dari lingkungan mengenai

sanksi yang ada telah memberikan kesadaran sendiri untuk menjalankan tindakan

yang sesuai dengan aturan dan norma yang ada.

Dalam proses sosialisasi biasanya disertai dengan enkulturasi atau proses

pembudayaan, yakni mempelajari kebudayaan yang dimiliki oleh kelompok,

seperti mempelajari adat istiadat, bahasa, kesenian, kepercayaan, sistem,

kemasyarakatan, dan sebagainya. Enkulturasi ini dilakukan secara turun temurun

dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui tahapan tertentu, yang semakin

hari semakin meluas, yaitu berawal dari keluarga kemudian meluas ke teman

sepermainan, sekolah, lingkungan kerja dan seterusnya. Dalam enkulturasi

seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikirannya dengan

lingkungan kebudayaannya.

Keluarga merupakan tempat dimana sebuah kebudayaan dapat terbentuk,

dimana individu-individu belajar mengenai kebudayaan yang diturunkan generasi

ke generasi. Semuanya itu adalah agar pada saat seorang individu masuk ke dalam

masyarakat yang lebih luas, mereka mengenal kebudayaan mereka.

Salah satu kebudayaan pada masyarakat kampung Arab ini adalah dalam

hal mengenai pemilihan pasangan yang diharuskan berasal dari keturunan Arab

25
juga. Hal tersebut tidak jarang orang tua dituntut perannya untuk memilihkan

jodoh untuk anaknya. Memilihkan jodoh tersebut dapat terlihat dengan adanya

sistem perjodohan di kampung ini telah menjadi suatu budaya atau kebiasaan

untuk pemilihan pasangan hidup untuk anaknya.

Dalam hal ini masyarakat kampung Arab Al Munawar sangat

menjunjung nilai-nilai kekeluargaan dalam menjalani kehidupan. Dengan tinggal

bersama di dalam satu rumah ataupun satu lingkungan tempat tinggal yang sama,

sehingga keluarga terutama orang tua akan mempunyai pengaruh yang sangat

besar terhadap pembentukan anggota keluarganya sendiri dalam hal pengaruh

pengambilan keputusan, penanaman nilai-nilai, menyelesaikan masalah, maupun

menentukan jodoh untuk anaknya.

Arab termasuk salah satu bangsa yang memiliki banyak sekali budaya

dan masyarakat keturunannya sangat mempertahankan budaya-budaya tersebut.

Dalam keluarga, orang tualah yang sangat berperan dalam penanaman nilai-nilai

terutama dalam nilai budaya kesukuan. Sejak kecil penanaman nilai-nilai yang

berorientasi kepada suku ditanamkan sudah di dalam keluarga yang kemudian

akan diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Di samping perkawinan dikarenakan perjodohan dari orang tua, telah

dijumpai juga perkawinan yang berlangsung karena ada ketertarikan satu sama

lain. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yang menjelaskan bahwa

pertemuan dengan istrinya karena dikenalkan oleh temannya sendiri. Kemudian

berlanjut pada proses pengenalan lebih jauh dan akhirnya memutuskan untuk

menikah.

26
Dalam menentukan jodoh selain karena orang tua yang menjodohkan

anaknya juga bisa tidak didasarkan atas perjodohan, melainkan karena ada

perasaan emosional yang tercipta. Jadi proses berlangsungnya suatu perkawinan

sangat dipengaruhi peranan orang tua terutama dalam menentukan pemilihan

pasangan untuk anaknya. Peran orang tua disini dapat berupa penanaman nilai

budaya sehingga terbentuk kepribadian anak yang sesuai dengan keinginan orang

tua. Proses pembelajaran yang dialami melalui proses sosialisasi, internalisasi dan

enkulturasi merupakan tiga faktor utama yang sangat berperan dan berpengaruh

terhadap pembentukan kepribadian seseorang terutama dalam hal memilih jodoh.

Proses sosialisasi, internalisasi dan enkulturasi tersebut dipengaruhi pula oleh

lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan dalam masyarakat sekitarnya. Hal ini

memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk

mengembangkan hubungan dalam masyarakat, sehingga dalam hal ini orang tua

untuk dapat mengajarkan dan meneruskan tradisi, kebudayaan dan sistem nilai

moral kepada anaknya sebagai bekal kehidupan sosial.

Kesimpulan

Perkawinan endogami adalah suatu bentuk pekawinan yang berlaku dalam

masyarakat yang hanya memperbolehkan anggota masyarakat menikah dengan

anggota lain dari golongan sendiri. Pada masyarakat keturunan Arab, khususnya

di kampung Arab Al Munawar, sistem perkawinan endogami ini masih terjadi,

bahkan hingga saat ini jenis perkawinan ini masih tetap belangsung. Alasan masih

mempertahankan perkawinan semacam ini karena menjalankan tradisi yang

diwariskan oleh nenek moyang mereka yang akhirnya menjadi suatu kepercayaan

27
dan pandangan hidup yang dipegang oleh masyarakatnya. Alasan lain adalah

untuk tetap menjaga kedekatan atau kemurnian keturunan darah, menjaga

identitas kelompok, menjaga kepemilikan harta dan pertimbangan pertahanan dan

keamanan.

Dalam proses perkawinan, keluarga mempunyai peranan yang sangat

penting terutama peranan orang tua, baik untuk mendapatkan restu maupun untuk

menentukan jodoh untuk anaknya. Peran orang tua disini dalam proses sosialisasi,

internalisasi dan enkulturasi. Dimana sosialisasi merupakan tahap pertama

seorang anak mendapatkan pembelajaran dan penanaman nilai dari lingkungan

keluarga (orang tua). Kemudian internalisasi merupakan tahap pembentukan

kepribadian dari adanya proses sosialisasi tersebut yang dapat berupa kesadaran

mengenai penanaman nilai mengenai yang baik atau yang buruk, yang nantinya

akan dipilih oleh anak tersebut. Dan enkulturasi merupakan suatu proses

mempelajari kebudayaan yang dimiliki oleh kelompok, seperti mempelajari adat

istiadat, bahasa, kesenian, kepercayaan, sistem, kemasyarakatan, dan sebagainya.

Peran orang tua cenderung menggunakan sistem perjodohan untuk

menentukan pasangan untuk anaknya dan tidak jarang keinginan orang tua

tersebut di ikuti oleh anak karena dianggap suatu kebaikan dan suatu tradisi dalam

masyarakatnya. Selain dengan sistem perjodohan, sebagian masyarakatnya juga

telah ada yang memiliki kesadaran untuk mencari jodoh dalam lingkungan

kerabatnya sendiri tanpa ada campur tangan dari orang tua.

28
Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mencoba untuk memberikan

saran terhadap beberapa hal mengenai perkawinan endogami pada masyarakat

kampung Arab Al Munawar di Kelurahan 13 Ulu, antara lain :

1. Hendaknya dalam hal perkawinan tidak menutup diri dengan

masyarakat yang bukan berasal dari keturunan Arab, karena hal

tersebut tidak dapat mengembangkan budaya atau suku yang

baru.Hendaknya secara bijak kiranya orang tua tidak memaksakan

anak-anak mereka untuk dijodohkan sesuai dengan keinginannya.

Apapun alasannya, karena persetujuan mempelai adalah prioritas

utama dan yang menjalankan kehidupan tersebut adalah anak-anak itu

sendiri bukan orang tua

29

Anda mungkin juga menyukai