Anda di halaman 1dari 13

PERNIKAHAN BEDA ETNIS ANTARA ETNIS TIONGHOA

DENGAN PRIBUMI

Nama : Rheski syarif

NPM : 193516516542

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


ABSTRAK

Rheski Syarif, 193516516542, Makalah, Judul Pernikahan beda Etnis antara Etnis Tionghoa
dengan Etnis Pribumi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasional.

Pernikahan adalah sebuah pranata untuk mengesahkan hubungan dua manusia yang
berbeda jenis kelamin sehingga menjadi pasangan intim suami istri. Pernikahan dari pasangan
yang berbeda suku apalagi etnis atau ras masih menjadi pertimbangan. Dari segi sosial, terlihat
adanya perbedaan yang menonjol antara masyarakat pribumi dan etnis tionghoa. Diantara
penduduk pribumi dengan etnis tionghoa sulit berbaur satu sama lain, dikarenakan adanya rasa
kurang percaya terhada yang berlainan etnis.

ABATRACT

Rheski Syarif, 193516516542, Paper, Title Marriage of Ethnic Distinct between Chinese and
Indigenous Ethnic. Faculty of Social and Political Sciences of the National University.
       Marriage is a institution to validate the relationship between two people of the same sex so
that it becomes an intimate partner of husband and wife. Marriage of different ethnic groups or
ethnic or racial couples is still a consideration. From a social standpoint, there is a noticeable
difference between indigenous peoples and ethnic Chinese. Among the indigenous population
with ethnic Chinese it is difficult to mingle with one another, due to a lack of trust in ethnic
groups.

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa indonesia mendapat predikat sebagai bangsa yang multikultural , dimana


masyarakatnya merupakan masyarakat yang majemuk. Kemajemukan itu terdapat karena
banyaknya suku atau etnik, dimana setiap etnik berbeda dalam bahasa, agama, adat, istiadat,
karakteristik dan identitasnya, Hal ini merupakan bagian kekayaan budaya bangsa indonesia
yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan pembangunan menuju masyarakan yang adil dan
makmur. Masyarakat majemuk adalah sebagai suatu masyarakat yang terbagi dalam subsistem
yang kurang lebih berdiri sendiri dimana masing-masing subsistem terikat dalam ikatan yang
bersifat primordial.
Di Indonesia, selain penduduk asli atau pribumi terdapat pula aneka ragam penduduk
keturunan asing atau pendatang. Masing-masing terdiri dari berbagai suku dan ras. Kaum
pendatang di Indonesia berasal dari timur tengah atau keturunan arab, eropa, dan timur asing atau
keturunan tionghoa. Kaum pendatang ini mendatangi indonesia dengan berbagai macam tujuan.
Pada etnis tionghoa, era kedatangan pertamanya yang terjadi pada sekitar perjalanan muhibah
laksamana haji muhammad cheng hoo ( sam po kong atau sam po tay jin) keliling dunia
termasuk ke berbagai negeri atau kerajaan di asia tenggara.

Pada masa sekarang meskipun secara kualitatif jumlah WNI keturunan tionghoa hanya
mencapai 5% dari keseluruhan penduduk indonesia, tetapi dari segi ekonomi posisi dan perannya
sangat dominan, disitulah dapat dipastikan keberadaan WNI keturunan tionghoa sangat menonjol
(Pranowo, 1994:4). Penguasaan etnis ini pada bidang ekonomi membuat semacam jurang
pemisah dengan penduduk asli pribumi, dimana mereka adalah kaum pendatang yang ternyata
lebih menguasai bidang yang sangat vital, sehingga konflik diantara mereka rawan terjadi
(Pranowo, 1994:4).

Perpecahan antara kedua etnis yang berbeda ini masih terjadi hingga sekarang sekarang,
butuh waktu cukup lama untuk dapat menyatukan keduanya. Perbedaan kebudayaan, agama,
tingkat sosial ekonomi menjadi sebab yang dapat menghambat proses tersebut.

Dari segi sosial, terlihat adanya perbedaan yang menonjol antara masyarakat pribumi dengan
etnis tionghoa. Diantara penduduk pribumi dengan etnis tionghoa sulit berbaur satu sama lain,
dikarenakan adanya rasa kurang percaya terhadap yang berlainan etnis. Terlebih dapat dilihat
saat ini tembok sosial tamoak secara fisik memisahkan pemukiman penduduk asli dengan etnis
tionghoa (Pranowo 1994:5). Karena perkembangan zaman dan didukung oleh perubahan pola
pikir yang menjadi lebih terbuka , menyebabkan penduduk asli pribumi dengan etnis tionghoa
mulai dapat saling berbaur dalam kehidupan sosial. Memang masih terlihat minoritasnya, tetapi
ini menunjukan adanya sikap untuk dapat menerima etnis lain. Seperti dengan adanya
pernikahan dua etnis ini, atau pun etnis lain.
Ditengah sejumlah kesimpangsiuran dalam kebijakan tentang pernikahan ini, namun kasus-
kasus dengan pernikahan beda agama atau pun beda etnis masih merebak dalam masyarakat.
Seperti pernikahan antara etnis pribumi dengan etnis tionghoa, pernikahan beda etnis ini adalah
pernikahan dimana suami dan istri memiliki latar belakang budaya yang berbeda, yaitu suami
berbudaya tionghoa dan istri berbudaya pribumi atau sebaliknya. Dengan latar belakang yang
tertulis diatas maka tersusunlah judul Pernikahan Beda Etnis Antara Etnis Tionghoa dengan
Etnis Pribumi.

B. Tinjauan Pustaka

1). Pernikahan

a. Pengertian Pernikahan
Pernikahan adalah suatu ritual yang dihadapi manusia dalam kedewasaannya untuk
dapat berhubungan dengan lawan jenis untuk waktu yang lama dilandasi dengan suatu
rasa antara kasih kepada orang lain dan disahkan oleh negara. Pernikahan sangatlah
kompleks, maksudnya sulit menghubungkan dua orang dengan beda sifat dan watak yang
dimilikinya dan ikatan pernikahan tersebut menimbulkan akibat yaitu hubungan dan
kewajiban diantara mereka sendiri pribadi dan masyarakat. Pertalian nikah atau
pernikahan, juga merupakan pertalian yang seteguh-teguhnya dalam hidup dan kehidupan
umat manusia (Paraksi, 2009: 25).
Pengertian pernikahan diatas menggambarkan, bahwa pernikahan merupakan suatu
perjanjian atau akad antara seseorang pria dan seorang wanita untuk hidup berumah
tangga, yang didalamnya termasuk pengaturan hak dan kewajiban serta saling tolong
menolong dari kedua belah pihak. Dalam pandangan islam, pernikahan merupakan asas
pokok kehidupan dalam pergaulan, sebagaai perbuatan yang sangat mulia dalam
mengatur kehidupan berumah tangga. Pertalian nikah atau pernikahan, juga merupakan
pertalian yang seteguh-teguhnya dalam hidup dan kehidupan umat manusia (Paraksi,
2009:25).
Hal ini tidak saja terbatas pada pergaulan antar suami-istri, melainkan juga ikatan
kasih mengasih pasangan hidup tersebut, yang nantinya berpindah kebaikannya kepada
semua keluarga dari kedua belah pihak. Kedua keluarga dari masing-masing pihak
menjadi satu dalam segala urusan tolong menolong, menjalankan kebaikan, serta menjaga
dari segala kejahatan, disamping itu dengan melangsungkan pernikahan bahkan seorang
dapat terpelihara terhadap kebinasaan dari hawa nafsunya.
b. Sahnya Suatu Pernikahan
Pernikahan adalah suatu perbuatan hukum, oleh karena itu mempunyai akibat hukum.
Adanya akaibat hukum, penting sekali kaitannya dengan sah tidaknya perbuatan hukum.
Oleh karena itu, sah tidaknya suatu pernikahan ditentukan oleh hukum yang berlaku
(hukum positif), yaitu berdasarkan pasal 2 ayat 1 Undang-undang nomor 1 tahun 1974
tentang pernikahan yang berbunyi pernikahan adalah sah apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing agama dan kepercayaan itu. Sedangkan menurut pasal 2
Kompilasi Hukum Islam, bahwa: Pernikahan menurut hukum islam adalah pernikahan,
yaitu akad yang sangat kuat atau menaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah.
Dari ketentuan diatas diketahui bahwa Undang-Undang pernikahan menitikberatkan
sahnya pernikahan pada dua unsur, yaitu: (1) pernikahan harus dilaksanakan sesuai
dengan syarat dan prosedur yang ditentukan oleh Undang-Undang hukum negara, dan (2)
hukum agama, artinya pernikahan hanya dilangsungkan menurut ketentuan Undang-
Undang negara tanpa memperhatikan ketentuan-ketentuan agama pernikahan tersebut
dianggap tidak sah, demikian juga sebaliknya. Keikutsertaannya pemerintah dalam
kegiatan pernikahan adalah dalam hal menyangkut proses administratif, dimana
pernikahan harus dicatatkan.
c. Syarat dan Larangan Suatu Pernikahan
Dalam rangka mewujudkan tujuan pernikahan yaitu menciptakan keluarga yang
bahagia dan kekal, maka pernikahan dilakukan dengan syarat yang ketat. Jika
diperhatikan syarat pernikahan yang diatur dalam pasal 6 sampai dengan pasal 12
Undang-Undang pernikahan nomor 1 tahun 1974, maka syarat pernikahan terbagi atas :
1). Syarat formal yaitu:
a) Pernikahan harus didasarkan atas perjanjian kedua calon mempelai (pasal 6 ayat 1)
b) Pernikahan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan
pihak wanita telah mencapai umur 16 tahun (pasal 7 ayat 1)
c) Tidak terikat tali pernikahan dengan orang lain kecuali dalam hal diizinkan (pasal 3
ayat 2)
2). Syarat materil yang berlaku khusus , yaitu bagi pernikahan tertentu saja, antara lain :
a) Tidak melanggar larangan pernikahan sebagaimana diatur dalam pasal 8,9 dan 10
Undang-Undang pernikahan nomor 1 tahun 1974.
b) Izin dari orang tua bagi mereka yang belum mencapai umur 21 tahun (pasal 6 ayat
2).

Apabila telah memenuhi syarat diatas, baik syarat materil maupun syarat formal, maka kedua
calon mempelai telah resmi menjadi suami sitri. Sedangkan pasal 8 Undang-Undang pernikahan
nomor 1 tahun 1974 mengatur tentang larangan pernikahan yang menentukan bahwa pernikahan
dilarang antara dua orang yang :

1) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah ataupun keatas.

2) Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara, antara seorang
dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya.

3) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri menantu dan ibu/ bapak tiri.

4) Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan bibi/ paman
susuan.

5) Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau keponakan dari istri dalam hal
seorang suami beristri lebih dari satu orang.

d. Tujuan Pernikahan
Dengan memahami tujuan pernikahan, maka rumah tangga akan harmonis serta jauh
dari hal-hal yang bersifat negatif. Adapun tujuan dari pernilkahan dalam islam adalah
sebagai berikut :
1) Fitrah manusia
Menyukai lawan jenis dan kemudian menikah adalah hal yang wajar, dan memang
fitrah manusia.
2) Ibadah
Masa hidup seseorang haruslah dipergunakan untuk beribadah. Salah satu ibadah ialah
menikah. Sebuah keluarga adalah ladang amal dan pahala.
3) Memperoleh keturunan
Salah satu tujuan pernikahan adalah untuk memperoleh keturunan, hal ini bertujuan
untuk mendapatkan generasi penerus keluarga.
4) Menghindari zina
Pernikahan ditunjukan untuk membentengi diri dari hal-hal yang bersifat negatif dan
mengundang dosa. Saling bersentuhan, berpandangan atau bahkan memenuhi hati dan
pikiran dengan bayangan lawan jenis adalah salah satu zina kecil.
5) Menciptakan keluarga islami
Tujuan pernikahan yang lain adalah untuk membentuk keluarga yang islami. Rumah
tangga islah adalah sebuah rumah tangga yang berjalan sesuai dengan kodrat agama
islam.

2. Suku Bangsa atau Etnis

a. Pengertian suku bangsa atau etnis


Pada awalnya istilah etnik hanya digunakan untuk suku-suku tertentu yang dianggap
bukan asli indonesia, namun telah lama bermukim dan berbaur dalam masyarakat, serta
tetap mempertahankan identitas mereka melalui cara-cara khas mereka yang dikerjakan,
dan atau karena secara fisil mereka benar-benar khas.
Definisi etnik diatas menjelaskan pembatasan kelompok etnis yang didasarkan pada
populasi tersendiri, terpisah dari kelompok yang didasarkan pada populasi tersendiri.
Sebuah kelompok etnik pertama kali diidentifikasi melalui hubungan darah. Apakah
seorang bergabung dalam suatu kelompok etnis atau tidak. Agama kadangkala menjadi
identitas yang penting bagi suatu etnis, tapi kaddangkala juga tidak berarti apa-apa, hanya
sebagai kepercayaan yang dianut anggota etnik.
Pada saat anggota etnik melakukan migrasi, sering terjadi keadaan dimana mereka
tercabut dari akar budaya etniknya karena mengadopsi nilai-nilai baru. Demikian juga
dengan bahasa banyak anak-anak dari anggota kelompok etnik tertentu yang merantau
tidak bisa lagi berbahasa etniknya, akan tetapi mereka tetap menganggap diri sebagai
anggota etnik yang sama dengan orang tuanya dan juga tetap diakui oleh kelompok
etniknya.

b. Etnis Pribumi
Pribumi disebut pula orang asli atau penduduk asli, ialah masyarakat yang merupakan
keturunan penduduk awal dari suatu tempat, dan telah membangun kebudayaan di tempat
tersebut dengan status asli sebagai kelompok etnis yang bukan pendatang dari daerah
lainnya. . Pribumi didefinisikan sebagai penduduk indonesia yang berasal dari suku-suku
asli (mayoritas) di indonesia. Sehingga penduduk indonesia keturunan tionghoa, india,
ekspatriat asing, maupun campuran sering dikelompokkan sebagai non-pribumi meski
telah beberapa generasi dilahirkan di indonesia.
Sedangkan masyarakan pribumi atau lebih dikenali sebagai orang asli merupakan
masyarakat yang mempunyai susur galur hubungan dengan zaman mesolitik dan
paleolitik. Merekalah yang mempunyai status penduduk terawal dan telah mencorakkan
negara kita. Masyarakat pribumi mempunyai falsafah kehidupan mereka sendiri seperti
yang terungkap dalam sistem mitos, adat-istiadat, sistem kepercayaan, sistem kosmologi,
pantang larang dan sebagainya.
Di Indonesia terdapat ratusan suku bangsa yang bukan berasal dari luar nusantara,
yang disebut pribumi nusantara, mayoritas. Istilah pribumi sendiri muncul di era kolonial
hindia belanda setelah diterjemahkan dari irlander (bahasa belanda untuk pribumi).
Istillah ini pertama kali dicetuskan dalam undang-undang kolonial belanda tahun 1854
oleh pemerintah kolonial belanda untuk menyamakan beragam kelompok penduduk asli
di nusantara.
c. Etnis Tionghoa
Suku bangsa Tionghoa (biasa disebut juga cina) di indonesia adalah salah satu etnis di
Indonesia. Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah tenglang (Hokkien).
Leluhur orang Tionghoa bermigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu
melalui kegiatan pernigaan.
Setelah negara Indonesia merdeka, orang tionghoa yang berkewarganegaraan
indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional indonesia, sesuai
pasal 2 UU nomor 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia.
Tionghoa adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang keturunan cina di indonesia,
yang berasal dari kata zhonghua dalam bahasa mandarin. Pada masa hindia belanda,
populasi tionghoa di indonesia mencapai 1.233.00 (2,03%) dari penduduk indonesia di
tahun 1930. Tidak ada data resmi mengenai jumlah populasi tionghoa di indonesia
dikeluarkan pemerintah sejak indonesia merdeka. Namun ahli antropologi amerika, G.W.
Skinner, dalam risetnya pernah memperkirakan populasi masyarakat tionghoa di
indonesia.

C. Pembahasan

1) Pernikahan beda Etnis antara Etnis Pribumi dan Etni Tionghoa di Indonesia

Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat
perhatian komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi langkah dan cara manusia
berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial. Pelintasan komunikasi itu
menggunakan kode-kode pesan, baik secara verbal maupun nonverbal.

1) Konsep Pernikahan

Pernikahan adalah suatu ritual yang dihadapi manusia dalam kedewasaannya untuk dapat
berhubungan dengan lawan jenis untuk waktu yang lama dilandasi dengan suatu rasa antara
kasih kepada orang lain dan disahkan oleh negara. Pernikahan sangatlah kompleks, maksudnya
sulit untuk menghubungkan dua orang dengan berbeda sifat dan watak yang dimilikinya dan
ikatan pernikahan tersebut menimbulkan akibat yaitu hubungan lahirnya kewajiban diantara
mereka secara pribadi ataupun kemasyarakatan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa pernikahan merupakan ikatan lahir batin
antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga
yang bahagia dan melangsungkan keturunan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama
dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang
berlaku.

Tujuan pernikahan adalah menghalalkan hubungan kelamin untuk memenuhhi tuntutan hajat
tabiat kemanusiaan untuk kebahagiaan suami istri serta mendapatkan keturunan dan menegakkan
agama dalam kesatuan keluarga. Tujuan pernikahan bagi masyarakat hukum adat yang bersifat
kekerabatan selalu mempertahankan dan meneruskan keturunan menurut garis kebapakan atau
keibuan-bapakan, untuk kebahagian rumah tangga, untuk memperoleh nilai-nilai adat budaya
dan kedamaian.

2) Ganjaran dalam Pernikahan antar Etnis Pribumi dan Etnis Tionghoa

Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu
hubungan. Ganjaran berupa uang, penerimaan sosial atau dukungan terhadap nilai yang
dipegangnya. Berdasarkan ganjaran dalam pernikahan beda etnis diketahui bahwa ada beberapa
hal yang diinginkan oleh pasangan suami dan istri dalam sebuah pernikahan. Salah satunya
adalah kecantikan dari pasangan. Memang bukan menjadi hal yang tabu apabila seorang lakilaki
melakukan pernikahan karena menginginkan kecantikan. Dari sisi pandang wanita akan
cenderung memilih laki-laki yang dewasa. Selain alasan kecantikan dan kedewasaan seorang
laki-laki, keturunan dan hasil materi merupakan ganjaran yang didapatkan dari pernikahan etnis
pribumi dan etnis tionghoa.

Etnis tionghoa memiliki wajah indonesia dengan kulit putih langsat akan menjadi perpaduan
yang baik dalam pernikahan dengan etnis pribumi dan umumnya untuk ganjaran materi juga
pertimbangan dalam pernikahan beda etnis.
Ikatan pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga. Pernikahan dari pasangan yang berbeda suku apalagi etnis
atau ras masih menjadi pertimbangan pihak keluarga yang bersangkutan.

3) Tingkat Perbandingan dalam Pernikahan antar Etnis Pribumi dengan Etnis Tionghoa

Tingkat perbandingan menunjukan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria dalam
menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Masalah perbedaan memang menjadi hal yang
utama dalam sebuah pernikahan beda etnis. Banyak hal yang menjadi ganjalan dalam pernikahan
beda etnis terutaama terkait komitmen. Komitmen antar pasangan menjadi kunci dalam
pemersatu perbedaan. Pernikahan beda etnis terkadang muncul penolakan sosial, artinya adanya
kebudayaan yang berbeda dengan norma-norma sosial terkadang memunculkan penentang-
penentang dalam masyarakat. Ukuran standar yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai suatu
hubungan. Adanya nya cinta, kasih sayang dan pengertian antar pasangan ini mampu bertahan
dengan berbagai konflik yang ada dalam pernikahan.

Muncul penolakan sosial, artinya adanya kebudayaan yang berbeda dengan norma-norma
sosial terkadang memunculkan penentangan-penentangan dalam masyarakat. Sehingga adanya
penerimaan sosial yang baik. Hingga kini masih banyak penafsiran-penafsiran agama yang tidak
mentolerir pernikahan beda agama. Meskipun pandangan sejumlah agama masih terbuka tentang
permasalahan ini, namun yang lebih krusial, pandangan keagamaan yang monolitik dibawa ke
dalam argumen hukum untuk membatasi pernikahan beda agama.

Akulturasi budaya pribumi dan tionghoa dalam bidang bahasa terjadi dalam bentuk
peminjaman istilah pada bahasa lisan ataupun tulisan. Bahasa lisan digunakan dalam percakapan
perdagangan, seperti : ce-pek (seratus), no-pek (dua ratus), se-jeng (seribu) dan cem-ban
(sepuluh ribu).

D. Kesimpulan

Berdasarkan dari apa yang telah dijelaskan diatas tentang pernikahan beda etnis antara etnis
pribumi dan etnis tionghoa dapat ditarik kesimpulan:
1. Ganjaran dalam pernikahan beda etnis diketahui bahwa yang diinginkan oleh pasangan suami
dan istri dalam sebuah pernikahan adalah bentuk fisik dari pasangan. Hal ini biasa menjadi
alasan seorang laki-laki.

2. Pernikahan beda etnis muncul penolakan sosial, artinya adanya kebudayaan yang berbeda
dengan norma-norma sosial memunculkan penentangan-penentangan dalam masyarakat.
Sehingga adanya penerimaan sosial yang baik, menunjukan ukuran baku (standar) yang dipakai
sebagai kriteria dalam menilai hubungan seseorang.

3. Pernikahan Pasangan beda etnis antara pribumi dan tionghoa juga memunculkan akulturasi
budaya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Akulturasi budaya pribumi dan tionghoa
dalam bidang bahasa terjadi dalam bentuk peminjaman istilah pada bahasa lisan atau tulisan.

w w w w w w w w w w w w w w ww w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w
w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w s s d d wf d
d d d d d d dd d d d d dd d d d d d d d dd d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d w w
w w w w w w w w w w w w ww w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w
w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w s s d d wf d d d d d
d d dd d d d d dd d d d d d d d dd d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d w w w w
w w w w w w w w w w ww w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w
w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w s s d d wf d d d d d d d
dd d d d d dd d d d d d d d dd d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d w w w w w w
w w w w w w w w ww w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w
w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w s s d d wf d d d d d d d dd d
d d d dd d d d d d d d dd d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d
DAFTAR PUSTAKA

Pranomo, M. Bambang (dkk). 1994. Stereotif Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial.

Jakarta: PT.Pustaka Grafika Kita.

http://farahfitriani.wordpress.com/2011/04/30/perkawinan-antar-agama-dan-etnis/

http://id.shovoong.com/book/1692841-definisi-perkawinan/

http://halamanputih.wordpress.com/tag/arti-pernikahan/

http://id.svhoong.com/writing-and-speaking/presenting/2200112-pengertian-perkaawinan-dalam-
uu-tahun/

http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/etnik-dan-etnisitas.html

http://id.wikipedia.org/wiki/tionghoa-indonesia

hbbaibckvsiufu bhhh his jsbkb jgqdiuqgdig jgawdja kqwglf hwqdvj qfvh hwvj qwvhJ HVQEFK
UYKF UYC gfu hgc uyff uyfuvuGD Jhvdu siugiul sdja jkbdvajb jksvvbjea kjhakdvakvkauf
ajbfaubua hjasbvka ajkbvkiao ajb ajbkja iuafbuai nn nn nn nn nn w w w w w w w w w w w w w
w w w w w w w w w w w w w w ww w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w
w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w s s d d wf d
d d d d d d dd d d d d dd d d d d d d d dd d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d w w
w w w w w w w w w w w w ww w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w
w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w s s d d wf d d d d d
d d dd d d d d dd d d d d d d d dd d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d w w w w
w w w w w w w w w w ww w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w
w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w s s d d wf d d d d d d d
dd d d d d dd d d d d d d d dd d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d w w w w w w
w w w w w w w w ww w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w
w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w s s d d wf d d d d d d d dd d
d d d dd d d d d d d d dd d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d w w w w w w w w
w w w w w w ww w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w
w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w s s d d wf d d d d d d d d e e

Anda mungkin juga menyukai