Anda di halaman 1dari 5

Nama : Zidna Sabrina

NPM : 110110190165

[ TUGAS 3 ]

PUTUSNYA PERKAWINAN KARENA PERCERAIAN

Jika kita melihat akibat putusnya perkawinan berdasarkan Undang-undang perkawinan pasal
Pasal 38 ,menyatakan perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian dan atas putusan
pengadilan. Namun perkawinan yang putus karena kematian tidak diatur di dalam Undang-
Undang Perkawinan. Karena kematian merupakan kehendak Tuhan yang tidak dapat
dihindari oleh manusia.

Putusnya perkawinan akibat perceraian dijelaskan lebih lanjut pada pasal Pasal 38 Undang-
Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di Indonesia sendiri perceraian antara
muslim dan non miuslim dibedakan. Bagi yang beragama Islam, gugatan cerai diajukan oleh
istri dan permohonan talak diajukan oleh suami melalui peradilan agama. Sedangkan, bagi
yang beragama non muslim gugatan cerai baik oleh pihak istri maupun suami melalui
pengadilan negeri. Karena berdasarkan ketentuan umum UU no 7 tahun 1989 ayat 1 bahwa
Peradilan Agama adalah peradilan bagi orang-orang yang beragama Islam.1

Kemudian, perceraian dapat dilakukan apabila ada cukup alasan bahwa antara suami istri
tidak akan bisa hidup rukun sebagai suami istri, dan alasan-alasan ini telah diatur dalam Pasal
19 PP 9/75, yaitu:

1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain
sebagainya yang sukar disembuhkan;
2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut turut tanpa
izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya;
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih
berat setelah perkawinan berlangsung;
4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan
pihak yang lain;
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat
menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri;

1
UU no 7 tahun 1989 ayat 1
6. Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak
ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.2

Sedangkan bagi yang beragama muslim, jika mengacu mengenai perceraian dalam kompilasi
hukum islam hanya dapat terjadi apabila dilakukan di depan pengadilan, baik itu suami
karena suami telah menjatuhkan cerai (thalaq) ataupun karena isteri yang menggugat
cerai.Hal ini seperti apa hang ada pada Kompilasi Hukum Islam mengenai alasan-alasan
dapat menjadi sebab perceraian, sebagai berikut :

1. Suami melanggar taklik-talak.


2. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam
rumah tangga.

Bagi pasangan muslim jika ingin mengajukan perceraian harus melihat aturan pada
Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang mulai berlaku sejak keluarnya Instruksi Presiden Nomor
1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam. Oleh karena itu, berdasar
kepada KHI terdapat dua jenis perceraian yakni ‘cerai gugat’ dan ‘cerai talak’ seperti yang
tercantum pada Pasal 116 KHI:

“Putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau
berdasarkan gugatan perceraian.”

Berdasarkan penjelasan Pasal 14 UU Perkawinan dan PP 9/1975 diatur tentang cerai talak
yaitu cerai yang dijatuhkan suami di depan pengadilan yang sesuai dengan hukum Islam.
Talak menurut Pasal 117 KHI adalah ikrar suami di hadapan Pengadilan Agama yang
menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan. Hal tersebut diatur dalam Pasal 129 KHI
yang berbunyi:

“ Seorang suami yang akan menjatuhkan talak kepada istrinya mengajukan permohonan baik
lisan maupun tertulis kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal istri disertai
dengan alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk keperluan itu.”

Mengacu pada UU Perkawinan, PP 9/1975, dan KHI bahwa seorang suami Muslim yang
telah menikah secara Islam dan berniat menceraikan istrinya, terlebih dahulu mengajukan
surat pemberitahuan tentang maksud menceraikan istrinya diikuti dengan alasan-alasan. Surat
pemberitahuan tersebut disampaikan ke Pengadilan Agama, tempat ia berdomisili. Dengan
demikian, sang suami meminta diadakan sidang oleh Pengadilan Agama untuk maksud
2
Pasal 19 PP no 9 tahun 1975,
tersebut.Pengadilan Agama akan mempelajari isi surat pemberitahuan tersebut dan dalam
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari akan memanggil penggugat beserta istrinya guna
meminta penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan maksud perceraian
tersebut.

Hukum Negara Indonesia hanya mengakui talak yang diucapkan suami di depan Pengadilan
Agama. Adapun talak yang diucapkan suami di luar Pengadilan Agama hanya sah menurut
hukum agama. Cerai talak yang dilakukan suami di luar Pengadilan Agama menyebabkan
ikatan perkawinan antara suami-istri tersebut belum putus secara hukum sebagaimana diatur
oleh Negara. Jadi hanya terjadi perceraian menurut agama saja.3

Selain perceraian pasangan Muslim hanya dapat dilakukan di depan Pengadilan Agama, Pasal
115 KHI juga menyebutkan bahwa perceraian dapat dilakukan setelah Pengadilan Agama
berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Tentang hal ini dilakukan
melalui mediasi oleh mediator yang ditunjuk Pengadilan Agama.

Adapun cerai gugat (gugatan cerai) hanya dapat diajukan oleh istri sebagaimana terdapat
dalam Pasal 132 ayat (1) KHI:

Gugatan perceraian diajukan oleh istri atas kuasanya pada Pengadilan Agama, yang daerah
hukumnya mewilayai tempat tinggal penggugat kecuali istri meninggalkan tempat kediaman
tanpa izin suami.Gugatan perceraian itu dapat diterima apabila tergugat menyatakan atau
menunjukkan sikap tidak mau lagi kembali ke rumah kediaman bersama (Pasal 132 ayat (2)
KHI).

Mengenai pengajuan gugatan, diajukan kepada pengadilan di wilayah tempat tinggal apabila
suami istri masih tinggal di tempat yang sama dan bila sudah tidak tinggal di tempat yang
sama, gugatan tetap diajukan ke pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat
kediaman tergugat sebagaimana telah diatur dalam Pasal 20 ayat (1) PP 9/75 dan dapat juga
bergantung pada alasan-alasan tertentu seperti yang terdapat pada Pasal 19 huruf b yaitu
dalam hal apabila guatan cerai dikarenakan Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama
2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal
lain di luar kemampuannya, gugatan diajukan kepada pengadilan di tempat kediaman istri
(penggugat), apabila si istri tinggal di luar negeri, maka gugatan diajukan kepada pengadilan
di wilayah tempat suami tinggal, sedangkan apabila suami dan istri dalam kondisi tinggal di
luar negeri maka gugatan diajukan ke pengadilan di wilayah tempat menikah dahulu atau
3
Akibat Hukum Talak di Luar, Pengadilan Nasution,S.H. 2018
bagi yang berc agama Islam dapat mengajukannya kepada pengadilan agama. 4Tidak jauh
berbeda dengan gugatan cerai oleh pihak istri, permintaan talak oleh suami Permohonan
perceraianya dapat diajukan kepada pengadilan agama di wilayah tempat kediaman suami
apabila pihak istri dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman tanpa seizin suaminya dan
apabila pihak istri bertempat tinggal di luar negeri sebagaimana telah diatur dalam Pasal 20
ayat (1) PP 9/75.

Mengenai perceraian bersarkan pada Pasal 34 ayat (2) PP 9/1975, perceraian dianggap
terjadi beserta segala akibat-akibatnya terhitung sejak saat pendaftarannya pada daftar
pencatatan kantor pencatatan oleh Pegawai Pencatat, kecuali bagi mereka yang beragama
Islam terhitung sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap.5

Kemudian jika kita melihat Pasal Gugatan perceraian gugur apabila suami atau istri
meninggal sebelum adanya putusan Pengadilan. (1)Pemeriksaan gugatan perceraian
dilakukan oleh Majelis Hakim selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah berkas atau
surat gugatan perceraian didaftarkan di Kepaniteraan. Oleh karena itu percaraian akan
dianggap gugur jika salah satu pasangan ada yang meninggal dunia.

Untuk pasangan beragama selain islam dapat melakukan perceraian melalui Pengadilan
Negeri seperti apa yang tertulis pada pasal 20 ayat (1) PP 9/1975 bahwa gugatan perceraian
diajukan oleh suami atau istri atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah hukumnnya
meliputi tempat kediaman tergugat. Dengan demikian, suami yang menggugat cerai istrinya
harus mengajukan permohonan ke pengadilan di wilayah tempat tinggal istrinya saat itu.Akan
tetapi , apabila tegugat mempunyai tempat tinggal yang tidak jelas dan tidak diketahui atau
berpindah-pindah, gugatan perceraian dapat diajukan ke pengadilan di wilayah kediaman
penggugat.

Gugatan perceraian oleh hakim dilakukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah
berkas/surat gugatan perceraian diterima. Hal tersebut juga sesuai dengan Pasal 29 ayat (1)-
ayat (3) dan PP 9/1975 bahwa dalam menetapkan waktu persidangan untuk memeriksa
gugatan perceraian, perlu diperhatikan tenggang waktu pemanggilan dan diterimanya
panggilan oleh penggugat maupun tergugat atau kuasa mereka. Apabila tergugat bertempat

4
https://pengacaraperceraian.xyz/proses-perceraian-berdasarkan-hukum-di-indonesia/#:~:text=Perceraian
%20merupakan%20salah%20satu%20sebab,dalam%20Pasal%2038%20UU%20Perkawinan.&text=Dasar
%20hukum%20proses%20perceraian%20di,Pemerintah%20Nomor%209%20Tahun%201975.
5
Pasal 34 ayat (2) PP 9/1975,
kediaman di luar negara, sidang pemeriksaan gugatan ditetapkan sekurang-kurangnya enam
bulan terhitung sejak dimasukkannya gugatan perceraian itu kepada panitera pengadilan.6

Daftar Pustaka

Artikel

Akibat Hukum Talak di Luar, Pengadilan Nasution,S.H. 2018

Buku

Hukum Perkawinan Indonesia, Prof. H. Hilman Hadikusuma.

Website

https://pengacaraperceraian.xyz/proses-perceraian-berdasarkan-hukum-
diindonesia/#:~:text=Perceraian%20merupakan%20salah%20satu%20sebab,dalam%20Pasal
%2038%20UU%20Perkawinan.&text=Dasar%20hukum%20proses%20perceraian
%20di,Pemerintah%20Nomor%209%20Tahun%201975.

INSTRUMEN HUKUM

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ( Diperbaharui oleh Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2019)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Kompilasi Hukum Islam

Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama ( Diperbaharui Oleh

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang Sebelumnya Pernah

Diperbaharui Dengan Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama)

6
Hukum Perkawinan Indonesia, Prof. H. Hilman Hadikusuma.

Anda mungkin juga menyukai