Anda di halaman 1dari 25

HANDOUT

MATA KULIAH : BAKTERIOLOGI MAKMIN

SM/TK : IV/II

DOSEN : SITI AMINAH,S.Pd,M.Kes

PRODI : TLM PROGRAM DIPLOMA TIGA

JURUSAN : ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES TANJUNGKARANG
DAFTAR ISI

Halaman sampul

Uji Kepekaan kuman terhadap Antibiotik


Pendahuluan 1
Resistensi Tes 1
Difusi 2
Dilusi 3

Neisseria gonorhoe
Klasifikasi 5
Morfologi 5
Struktur kuman 5
Sifat pertumbuhan pada media perbenihan 6
Patogenesis 6
Infeksi pada pria 7
Infeksi pada wanita 7
Infeksi pada anak 8
Gonore metastatik 8
Diagnosa Laboratorium 8
Pengobatan 9

Treponema pallidum
Klasifikasi 11
Morfologi 11
Penyakit yg ditimbulkan 12
Pengobatan 14
Ringkasan 15

Clamydia trachomatis
Pendahuluan 16
Klasifikasi 16
Morfologi 17
Diagnosa laboratorium 17
Jenis penyakit, penyebaran, dan penularan 18
Gejala 21
Pencegahan 22
Pengobatan 22
UJI KEPEKAAN KUMAN TERHADAP ANTIBIOTIK

Pendahuluan
Berbagai jenis bakteri saat ini semakin cerdik menghancurkan kerja antibiotik. Selain
itu,bakteri juga mampu menghancurkan mekanisme pertahanan yang seharusnya
dipakai antibiotik untuk melawan infeksi. Akibatnya makin banyak bakteri yang
meningkat kekebalannya.
Para peneliti dari Universitas New York mengatakan beberapa bakteri patogen bisa
menghasilkan semacam nitric oxide yang memproduksi enzim yang membuatnya
jadi resisten terhadap antibiotik. Selanjutnya, bakteri kebal itu dengan cepat
berkembang biak dan koloni baru dan makin sulit dilumpuhkan.
Karena itu para ahli berusaha membuat obat-obatan yang mampumenghambat
produksi tersebut agar antibiotik dapat semakin kuat, bakteri super seperti
methicillin-resistant Straphylococcus aureus atau MRSA pun
Bisa dihancurkan.Bakteri yang resisten pada antibiotik, seperti MRSA
telah menjadi masalah utama kesehatan dunia, dan telah membunuh sedikitnya
19.000 orang di Amerika Serikat setiap tahunnya. Antibiotik membuat bakteri
memproduksi lebih banyak jenis reaktif oksigen. Hal itu akan merusak
dan membuat bakteri tak bisa bertahan, bahkan mati. Nitric oxide dikeluarkan bakteri
untuk dari oxidatif stres," kata Nudler yang hasil risetnya dipublikasikan dalam jurnal
Science.

Resistensi Tes
Pemeriksaan ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui obat-obat yg paling cocok ( paling poten ) utk kuman
penyebab penyaki, terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis.
2. Mengetahui adanya resistensi bakteri terhadap berbagai antibiotik .
Resistensi bakteri terhadap antibiotik dapat disebabkan :
a. Secara alamiah bakteri resisten terhadap antibiotik yg diberikan
b. Akibat pemberian dosis dibawah dosis yg diberikan.
c. Akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut benar-benar mati dgn
antibiotik.

1
Berbagai cara Resistensi tes :
1.Dilusi cair atau dilusi padat :
Prinsip : antibiotik diencerkan hingga beberapa konsentrasi .
Utk dilusi cair :
masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman dalam media cair .
Utk dilusi padat :
tiap konsentrasi obat dengan media agar lalu ditanami kuman.
2.Difusi
1. Cara Kirby Bauer
a. Diambil beberapa koloni kuman dr pertumbuhan 24 jam pada agar, disuspensikan
ke dalam 0,5 ml BHI cair, diinkubasikan 4 jam pada 37 0C
b.Suspensi tsb disamakan kekeruhannya dgn std.mac farland. Jika lebih keruh dari
standar mf + dgn aquadest steril, sampai kekeruhannya = m.farland. / 10 8CFU/ ml
CFU = Coloni Forming Unit.
c. Lidi kapas steril dicelupkan kedalam suspensi kuman lalu ditekan-tekan pada
dinding tabung hingga kapasnya tdk terlalu basah,kemudian dioleskan pada
permukaan media hingga rata.
d. Kemudian diletakkan disk antibiotik , dengan jarak antar disk 15-20 mm.
Interpretasi hasil :
Zona radikal :
Suatu daerah disekitar , sama sekali tdk ada pertumbuhan bakteri.
Zona iradikal :
Suatu daerah di sekitar disk menunjukkan pertumbuhan bakteri dihambat oleh
antibiotik tsb, tetapi tdk dimatikan.
2. Cara sumuran :
a-c = Kirby Bauer.
d. Pada agar tersebut dibuat sumuran dgn diameter ttt. Kedlm sumuran
larutan antibiotik yg akan diujikan. Diinkubasi 370C selama 18 – 24 jam.
Hasilnya dibaca = cara Kirby Bauer.
3. Cara pour plate :
a-b = Kirby Bauer
c. Dengan menggunakan ose khusus, diambil 1 mata ose dan dimasukkan
4 ml agar base 1,5 % pada suhu 560C .
d. Homogenkan suspensi bakteri, kemudian dituang pd media Mueller Hinton agar.

2
e. Tunggu sampai agar membeku, lalu letakkan disk antibiotik
f. Inkubasi suhu 370C selama 18 – 24 jam.
Baca hasilnya sesuai dengan standart masing-masing antibiotik.
( lihat pada tabel )
3.Dilusi
Tujuan pengujian ini untuk mengetahui :
2.Konsentrasi minimal dari antibiotik /kombinasi antibiotik/bahan lain yg mampu
menghambat pertumbuhan bakteri.
Daya hambat dinyatakan dalam KHM ( kadar hambat minimal ) atau MIC ( minimal
inhibition consentration ) dan KBM ( kadar bunuh minimal ) atau MBC ( minimal
bacteriocid consentration ).
KHM 99,9 % : < 0,1 % bakteri yg diinokulasi tetap hidup
KHM 90 % : < 10 % bakteri yg diinokulasi tetap hidup
KHM 50 % : < 50 % bakteri yg diinokulasi tetap hidup
2. Kadar antibiotik dalam serum atau cairan tubuh.
Cara pengujian :
Pembuatan larutan induk
Konsentrasi antibiotik dalam larutan induk adalah 100 mg antibiotik aktif/ml. Setiap
jenis antibiotik menggunakan pelarut dan pengencer yg berbeda-beda

Tabel. 1 Jenis Antibiotik dan pelarutnya


ANTIBIOTIK PELARUT PENGENCER
Amoxicillin, Clavulanic acid Fosfat buffer pH 6,0 Fosfat buffer pH 6,0
Sulbactam, Ficarcilli
0,1 mol/L 0,1 mol/L
Ampicillin Fosfat buffer pH 8,0 Fosfat buffer pH 8,0
0,1 mol/L 0,1 mol/L
Azithromycin Etanol 0,5 % Media cair perbenihan
Aztresnam Larutan sodium bicarbonat jenuh Akuades
Cefepim Fosfat buffer pH 6,0 Fosfat buffer pH 6,0
0,1 mol/L 0,1 mol/L
Cefotetan Dimethyl sulfoxcid Aquadest
Cefodoxim Sodium bicarbonat 0,1 % 11,9 aquadest
mmol/L in aqua
Ceftazidime Sodium bicarbonat 10 % aquadest
Cefalotin Fosfat buffer pH 6,0 aquadest
0,1 mol/L
Chloramfenicol Ethanol 95 % aquadest
Erithromicin Ethanol 95 % aquadest
Cinoxacin, analidisic acid ½ bagian aquadest, tambah NaOH aquadest
1 mol/L tetes demi tetes sambil
dikocok

3
Cara membuat pengenceran
A. Broth dilution :
1. Ditimbang 50 mg obat didalam erlenmeyer steril + kan pelarut sampai 50 ml,
ini menjadi larutan obat yg akdarnya 1000mcg/ml.
2. Larutan obat tsb dipipet 2 ml + 8 ml BHI broth. Diperoleh larutan dgn kadar
200 mcg/ml. Selanjutnya dibuat pengenceran sbb:
Cara Agar dilution :
1. Satu jenis obat yg digunakan dibuat larutan dengan pelarutnya sehingga
kadar ttt. Misalnya 100 mcg/ml
2. Disediakan bbrp labu media agar yg cocok, steril suhu 50 0C dengan vol.ttt
3. Kemudian masing2 di+kan larutan obat dgn vol yg berbeda-beda, kemudian
dituang kedlm petridis steril.

Tabel. Pengenceran dengan menggunakan media perbenihan padat

Antibiotik 100 mcg/ml Media padat/agar2 Kadar akhir obat


1 ml 199 ml 0,5 mcg/ml
1 ml 99 ml 1 mcg/ml
2 ml 98 ml 2 mcg/ml
5 ml 95 ml 5 mcg/ml
10 ml 90 ml 10 mcg/ml

Referensi :
Susi Irawanti, Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada

4
NEISERRIA GONORHE

Klasifikasi :
Ordo : Eubacteriales
Famili : Neisseriaceae
Genus : Neisseria
Spesies : 1. Neisseria meningitis
2. Neisseria gonorrhoeae

Morfologi :
Kuman bentuk bulat lonjong seperti ginjal dengan ɸ 0,8 um. Selalu
berpasangan, disebut diplococcus. Motilitas (-), spora (-). Mempunyai pili
pada permukaan selnya berfungsi dapat menempel pada sel epitel
uretrha, mukosa mulut, sperma, pili dapat menghambat fagositosis dan
alat pemindah plasmid dengan cara konjugasi antara sesama
gonococcus.

Struktur Kuman :

N. gonorrhoeae adalah antigen yang heterogen dan mampu berubah


struktur permukaannya pada tabung uji (in vitro) yang diasumsikan berada
dalam organisme hidup (in vivo) untuk menghindar dari pertahanan inang.
a. Pili : pili adalah tentakel berbentuk rambut yang dapat memanjang
hingga beberapa mikrometer dari permukaan gonococci. Perpanjangan
tersebut menempel pada sel inang dan resisten terhadap fagositosis.
b. Por : por membesar hingga mencapai membran sel gonococci. Ini
terjadi di dalam trimer untuk pori-pori pada permukaan melalui nutrisi yang
masuk ke dalam sel. Berat molekul por sangat bervariasi dari 34000
hingga 37000.
c. Opa : protein ini berfungsi dalam adhesi gonococci di dalam koloni dan
dalam penempelan gonococci pada sel inang, khususnya sel-sel yang
menampilkan antigen.

5
d. Rmp : protein ini secara antigen tersimpan di semua gonococci. Protein ini
adalah reduction-modifable protein (Rmp) dan mengubah berat molekulnya
pada saat terjadi reduksi. Mereka bergabung dengan Por saat pembentukan
pori-pori pada permukaan sel.
e. Lipooligosakarida (LOS) : berbeda dengan batang enterik gram negatif,
gonococci
LPS tidak memiliki rantai antigen-O panjang dan disebut dengan
lipooligosakarida.

Sifat Pertumbuhan pada media perbenihan


- Isolasi primer dengan media diperkaya/chocolat agar, akan
membentuk koloni cembung, smooth, mucoid, ɸ 1-5 mm .
- Bersifat mikroerofilik dan fakultatif anaerob ( + CO2 5 % ) .
- Media perbenihan dengan penambahan zat besi akan meningkatkan
virulensi kuman.
- Daya tahan kuman terhadap lingkungan fisika dan kimia sangat
rendah. Antara lain peka terhadap sinar matahari, pengeringan,
pemanasan, suhu rendah dan perubahan pH.
- Kuman juga peka terhadap antiseptik tertentu, AgNO3 1/4 000 ) dapat
hancur dalam waktu 2 menit.
- Gonococcus cenderung mengalami autolisis dengan cepat.

Infeksi gonococcus
- Penyakitnya disebut Gonore/GO. Merupakan penyakit venerik yang
paling sering dijumpai.

Patogenesis
- Infeksi primer dimulai pada epitel silindris dari urethra, duktus
periutralis.
- Kuman dapat masuk melalui mucosa serviks, konjugtiva atau
rectum.
- Kuman menempel dengan pili pada permukaan sel epitel atau
mukosa.

6
- Pada hari ke 3 kuman mencapai jaringan ikat dibawah epitel.,
sebelumnya menembus ruang antar sel. Selanjutnya terjadi radang
infiltrasi lekosit polimorfunuklear. Eksudat yang terbentuk dapat
menyumbat saluran atau kelenjar sehingga terjadi kita retensi dan
abses. Penyebaran ketempat-tempat lain lebih sering terjadi lewat
saluran getah bening daripada aliran darah.
- Terjadinya kerusakan pada sel epitel oleh gonococcus
menyebabkan terbentukknya celah pada mukosa, sehingga
mempermudah dan mempercepat masuknya kuman.

Infeksi pada pria


- Penularan gonore terutama lewat kontak seksual. Masa tunas rata-
rata 4 hari.
- Penderita mengeluh disuria dan mengeluarkan pus. Kadang-
kadang timbul demam dan terjadi lekositosis, namun sering kali
tidak dijumpai gejala sistemik lainnya.
- 10 % dari penderita tidak menunjukkan gejala apapun (
asimtomatik ) dengan demikian berpotensi sebagai sumber
penularan.
- Pengobatan dengan antibiotik yang tepat dapat mempercepat
penyembuhan.
- 1 % dari penderita dapat terkena komplikasi striktur urethra,
epididimitis, atau prostatitis.

Infeksi pada wanita


- Masa tunas sulit ditentukan karena tidak menunjukkan gejala.
- Timbul gejala berupa : disuria/poliuria, keluar getah dari vagina,
demam atau nyeri perut.
- Timbul komplikasi berupa radang pelvis yang merupakan
kelanjutan infeksi yang terjadi dalam tuba fallopii. Penyebab utama
terjadinya kemandulan.

7
- Komplikasi lain perihepatitis atau peritonitis
- 50 % wanita penderita gonore dijumpai adanya kolonisasi dalam
rektum yg dapat berkembang menjadi proktitis.

Infeksi pada anak


- Terjadi pada masa perinatal, ketika bayi lahir lewat jalan lahir.
- Berupa infeksi pada mata disebut ophtalmia neonatorum atau
blenorrhoeae. Jika tidak diobati akan menyebabkan kebutaan.
- Tindakan pencegahan dengan meneteskan AgNO3 1 % ke dalam
saccus conjuctivae setiap bayi baru lahir, disebut Crede.

Gonore metastatik
- Terjadi akibat penyebaran gonokokus secara hematogen. Insiden
terjadi lebih 1 % pada penderita gonore. Manifestasi klinik antara
lain berupa artritis, septikemia, uveitis anterior, meningitis,
perihepatitis, endokarditis, miocarditis, dan pericarditis.
Bentuk gonore ekstragenital lainnya : gonore orofaring, anorektal dan
konjungtiva.

Diagnosa laboratorium
Preparate langsung
- Bahan pemeriksaan berupa : secret vagina, atau secret urethra.
- Dibuat preparate kemudian dilakukan pengecatan Gram, dilihat
dibawah mikroskop, diperoleh hasil Diplococcus Gram (-)
Kultur.
- Identifikasi perlu dilakukan dengan dua macam media yang dapat
digunakan yaitu media transport seperti Media Stuart dan Media
Transgrow. Kemudian Media pertumbuhan seperti Media Mc Leod’s
chocolate agar, Media Thayer Martin dan Media Modified Thayer
Martin Agar .
- Tes Definitif

8
- 1. Tes oksidasi, semua Neisseria member hasil positif dengan
perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi
merah muda sampai merah lembayung.
- 2. Tes Fermentasi. Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes
fermentasi memakai glukosa.
- Tes Beta Laktamase
- Pemeriksaan beta laktamase dengan menggunakan cefinase TM
disc. BBL 961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin,
akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah
apabila kuman mengandung enzim beta laktamase.

Pengobatan 1,5,6

Pada semua tipe gonorrhea, pengobatan harus dilakukan dengan tindak


lanjut yang berulang, termasuk pembiakan dari tempat yang terkena.
Karena penyakit-penyakit yang ditularkan secara seksual lainnya dapat
diperoleh pada saat yang sama, langkah-langkah diagnostic yang cocok
juga harus dilakukan.

Karena penggunaan penicillin yang sudah meluas, resistensi gonococci


terhadap penicillin juga meningkat, namun karena seleksi dari kromosom
yang bermutasi, maka banyak strain membutuhkan penicillin G dalam
konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan gonococci
tersebut (MIC ≥ 2μg/mL). N. Gonorrhea yang memproduksi penicillinase
(PPNG, Penicillinase Producing N. gonorrhea) juga meningkat secara
meluas. Resistensi terhadap tetracycline (MIC ≥ 2μg/mL) secara
kromosomal sering ditemui, dengan 40% atau lebih gonococci yang
resisten pada tingkat ini. Tingkat resistensi yang tinggi terhadap
tetracycline (MIC ≥ 32μg/mL) juga terjadi. Resistensi terhadap
spectinomycin seperti halnya resistensi terhadap antimikroba lain
Pelayanan Kesehatan Masyarakat AS merekomendasikan untuk
mengobati infeksi genital yang bukan komplikasi dengan ceftriaxone

9
125mg secara intramuskular dengan dosis sekali pakai. Terapi tambahan
dengan doxycycline 100mg 2 kali sehari selama 7 hari(per oral)
direkomendasikan untuk infeksi concomitant chlamydia; erythromycin
500mg 4x sehari selama 7 hari (per oral) sebagai pengganti doxycycline
bagi wanita hamil. Modifikasi dari terapi-terapi ini direkomendasikan untuk
jenis infeksi N. gonorrhea yang lain.

Penggunaan sefalosporin generasi ke-3 dalam hal ini seperti seftriakson


cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m dan sefoperazon dengan dosis 0,5
sam 1 gram secara i.m.

Dari golongan kuinolon obat yang menjadi pilihan adalah ofloksazin 400
mg, siprofloksazin 250-500 mg dan norfloksasin 800 mg secara oral.

Referensi

Staf pengajar Fakultas kKedokteran UI ,1994 Buku Ajar mikrobiologi


kedokteran edisi revisi.

10
TREPONEMA PALLIDUM

KLASIFIKASI

Kingdom : Eubacteria
Phylum : Spirochaetes
Class : Spirochaetes
Ordo : Spirochaetales
Familia : Treponemataceae
Genus : Treponema
Spesies : Treponema pallidum

MORFOLOGI

Treponema pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini


berbentuk spiral. Terdapat empat subspecies yang sudah ditemukan, yaitu
Treponema pallidum pallidum, Treponema pallidum pertenue, Treponema
pallidum carateum, dan Treponema pallidum endemicum. Tulisan ini akan
membahas Treponema pallidum pallidum yang merupakan penyebab
sifilis.
Treponema pallidum pallidum merupakan spirochaeta yang bersifat motile
yang umumnya menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk ke
dalam tubuh inang melalui celah di antara sel epitel. Organisme ini juga
dapat ditularkan kepada janin, melalui jalur transplasental selama masa-
masa akhir kehamilan. Struktur tubuhnya yang berupa heliks
memungkinkan Treponema pallidum pallidum bergerak dengan pola
gerakan yang khas untuk bergerak di dalam medium kental seperti lender
(mucus). Dengan demikian organisme ini dapat mengakses sampai ke
sistem peredaran darah dan getah bening inang melalui jaringan dan
membran mucosa.
Pada tanggal 17 Juli 1998, suatu jurnal melaporkan sekuensi genom dari
Treponema pallidum. Treponema pallidum pallidum adalah bakteri yang
memiliki genom bacterial terkecil pada 1.14 million base pairs (Mb) dan

11
memiliki kemampuan metabolisme yang terbatas, serta mampu untuk
beradaptasi dengan berbagai macam jaringan tubuh mamalia.

Penyakit yang ditimbulkan :


Sifilis atau penyakit Raja Singa adalah salah satu penyakit menular
seksual (PMS) yang kompleks, disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema
pallidum. Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik.
Hampir semua alat tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler
dan saraf. Selain itu wanita hamil yang menderita sifilis dapat menularkan
penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang dapat
menyababkan kelainan bawaan atau bahkan kematian. Jika cepat
terdeteksi dan diobati, sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi
jika tidak diobati, sifilis dapat berkembang ke fase selanjutnya dan meluas
ke bagian tubuh lain di luar alat kelamin.
Asal penyakit ini tidak jelas. Sebelum tahun 1492, penyakit ini
belum dikenal di Eropa. Ada yang berpendapat bahwa penyakit ini berasal
dari penduduk indian yang dibawa oleh anak buah Christopher Colombus
sewaktu mereka kembali ke Spanyol dari benua Amerika pada tahun
1492. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli, Italia. Pada abad ke 18
baru diketahui bahwa penyebaran sifilis dan gonore terutama disebabkan
oleh senggama dan keduanya dianggap sebagai infeksi yang sama.
Dengan berjalannya waktu, akhirnya diketahui bahwa kedua penyakit itu
disebabkan oleh jenis kuman yang berbeda dan gejala klinisnyapun
berlainan.
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten
dan tersier. Tiap stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang
berbeda-beda dan menyerang organ tubuh yang berbeda-beda pula.
Stadium Dini (primer) Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada
tempat masuknya Treponema pallidum. Lesi pada umumnya hanya satu.
Terjadi afek primer berupa penonjolan-penonjolan kecil yang erosif,
berkuran 1-2 cm, berbentuk bulat, dasarnya bersih, merah, kulit
disekitarnya tampak meradang, dan bila diraba ada pengerasan. Kelainan

12
ini tidak nyeri. Dalam beberapa hari, erosi dapat berubah menjadi ulkus
berdinding tegak lurus, sedangkan sifat lainnya seperti pada afek primer.
Keadaan ini dikenal sebagai ulkus durum.
Sekitar tiga minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar getah
bening di daerah lipat paha. Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal
pada perabaan, tidak nyeri, tunggal dan dapat digerakkan bebas dari
sekitarnya. Keadaan ini disebut sebagai sifilis stadium 1 kompleks primer.
Lesi umumnya terdapat pada alat kelamin, dapat pula di bibir, lidah, tonsil,
putting susu, jari dan anus. Tanpa pengobatan, lesi dapat hilang spontan
dalam 4-6 minggu, cepat atau lambatnya bergantung pada besar kecilnya
lesi.
Stadium II (sekunder) Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II
muncul, sifilis stadium I sudah sembuh. Waktu antara sifilis I dan II
umumnya antara 6-8 minggu. Kadang-kadang terjadi masa transisi, yakni
sifilis I masih ada saat timbul gejala stadium II.
Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala
konstitusi seperti nyeri kepala, demam, anoreksia, nyeri pada tulang, dan
leher biasanya mendahului, kadang-kadang bersamaan dengan kelainan
pada kulit. Kelainan kulit yang timbul berupa bercak-bercak atau tonjolan-
tonjolan kecil. Tidak terdapat gelembung bernanah. Sifilis stadium II
seringkali disebut sebagai The Greatest Immitator of All Skin Diseases
karena bentuk klinisnya menyerupai banyak sekali kelainan kulit lain.
Selain pada kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput lendir dan
kelenjar getah bening di seluruh tubuh.

Sifilis Stadium III Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7
tahun setelah infeksi. Guma umumnya satu, dapat multipel, ukuran milier
sampai berdiameter beberapa sentimeter. Guma dapat timbul pada semua
jaringan dan organ, termasuk tulang rawan pada hidung dan dasar mulut.
Guma juga dapat ditemukan pada organ dalam seperti lambung, hati,
limpa, paru-paru, testis dll. Kelainan lain berupa nodus di bawah kulit,
kemerahan dan nyeri.

13
Sifilis Tersier Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis
kardiovaskuler dan neurosifilis (pada jaringan saraf). Umumnya timbul 10-
20 tahun setelah infeksi primer. Sejumlah 10% penderita sifilis akan
mengalami stadium ini. Pria dan orang kulit berwarna lebih banyak
terkena. Kematian karena sifilis terutama disebabkan oleh stadium ini.
Diagnosis pasti sifilis ditegakkan apabila dapat ditemukan Treponema
pallidum. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop lapangan gelap
sampai 3 kali (selama 3 hari berturut-turut).

Tes serologik untuk sifilis yang klasik umumnya masih negatif pada lesi
primer, dan menjadi positif setelah 1-4 minggu. TSS (tes serologik sifilis)
dibagi dua, yaitu treponemal dan non treponemal. Sebagai antigen pada
TSS non spesifik digunakan ekstrak jaringan, misalnya VDRL, RPR, dan
ikatan komplemen Wasserman/Kolmer. TSS nonspesifik akan menjadi
negatif dalam 3-8 bulan setelah pengobatan berhasil sehingga dapat
digunakan untuk menilai keberhasilan pengobatan. Pada TSS spesifik,
sebagai antigen digunakan treponema atau ekstraknya, misalnya
Treponema pallidum hemagglutination assay (TPHA) dan TPI. Walaupun
pengobatan diberikan pada stadium dini, TSS spesifik akan tetap positif,
bahkan dapat seumur hidup sehingga lebih bermakna dalam membantu
diagnosis.

Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan memberikan Antibiotika seperti Penisilin
atau turunannya. Pemantauan serologik dilakukan pada bulan I, II, VI, dan
XII tahun pertama dan setiap 6 bulan pada tahun kedua. Selain itu,
kepada penderita perlu diberikan penjelasan yang jelas dan menyeluruh
tentang penyakitnya dan kemungkinan penularan sehingga turut
mencegah transmisi penyakit lebih lanjut.

14
Bagi penderita yang tidak tahan dengan penisilin dapat diganti dengan
tetrasiklin atau eritromisin, yang harus dimakan 15 hari. Sifilis yang telah
menyebabkan penderita lumpuh dan gila biasanya tidak dapat diobati lagi.

RINGKASAN

Treponema pallidum adalah termasuk bacteria spirochaeta yang


berbentuk spiral. Treponema pallidum pallidum merupakan salah satu
subspesies dari subspesies yang ada. Treponema ini dapat menyebabkan
penyakit sifilis yang merupakan penyakit kelamin ditularkan melalui
hubungan kelamin atau melalui sentuhan terhadap luka-luka kulit
penderita. Jika yang mengidap penyakit ini adalah wanita hamil, janin
akan dapat tertular, sifilis ada 3 tingkatan yaitu sifilis tingkat dini ditandai
dengan timbul lesi pada tempat masuknya Treponema pallidum, sifilis
tingkat kedua ditandai dengan nyeri kepala, demam, anoreksia, nyeri pada
tulang, dan leher. Sifilis tingkat ketiga ditandai dengan Guma yang timbul
pada semua jaringan dan organ, termasuk tulang rawan pada hidung dan
dasar mulut. Sifilis tersier ditandai dengan kematian.
Pengobatan dilakukan dengan antibiotik penisilin, untuk pemantauan
serologik dilakukan pada bulan 1, 2, 4, dan 12 tahun pertama dan setiap 6
bulan pada tahun kedua. Jika penderita yang tidak tahan dapat diganti
dengan tetrasiklin atau eritromisin.

Referensi :

William, 2000, http://www.sexuallytransmitteddiseases.htm, diakses


tanggal 23 Maret 2008
Oswari, E., 1995, Penyakit dan Penanggulangannya, 236-237, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Anonim, 2001, http://www.calicutmedical.org/2001;1(1)e6.htm, diakses
tanggal 23 Maret 2008

15
CLAMYDIA TRACHOMATIS
Pendahuluan:

Chlamydia tergolong salah satu penyakit menular seksual (sexual


transmitted diseases), seperti kencing nanah, sifilis, dan tentu HIV/AIDS.
Bedanya dengan HIV, chlamydia masih bisa disembuhkan. Manusia
adalah inang alami untuk C trachomatis.
Infeksi Chlamydia trachomatis pada banyak negara merupakan penyebab
utama infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Laporan WHO
tahun 1995 menunjukkan bahwa infeksi oleh C. trachomatis diperkirakan
89 juta orang. Di Indonesia sendiri sampai saat ini belum ada angka yang
pasti mengenai infeksi C. trachomatis
Infeksi C. trachomatis sampai saat ini masih merupakan problematik
karena keluhan ringan, kesukaran fasilitas diagnostik, mudah menjadi
kronis dan residif, dan mungkin menyebabkan komplikasi yang serius
seperti infertilitas dan kehamilan ektopik.
Selain menular pada kelamin, chlamydia tak jarang pula bisa ditularkan
lewat liang dubur jika melakukan sodomi. Dapat pula melalui rongga mulut
jika melakukan oral seks dengan pasangan seks yang positif chlamydia.
Namun, bukan penyakitnya benar yang dirisaukan, melainkan komplikasi
yang mungkin ditimbulkannya. Salah satu komplikasi yang mungkin timbul
di kalangan orang modern menambah besar angka kemandulan pada
pihak istri.

Klasifikasi
Ordo : Clamydiales
Famili : Chlamydiaceae
Genus : Clamydia
Spesies : Clamydia trachomatis

16
a. Morfologi

Chlamydia merupakan bakteri obligat intraselular, hanya dapat


berkembang biak di dalam sel eukariot hidup dengan membentuk
semacam koloni atau mikrokoloni yang disebut Badan Inklusi (BI).
Chlamydia membelah secara benary fision dalam badan intrasitoplasma.
C. trachomatis berbeda dari kebanyakkan bakteri karena berkembang
mengikuti suatu siklus pertumbuhan yang unik dalam dua bentuk yang
berbeda, yaitu berupa Badan Inisial. Badan Elementer (BE) dan Badan
Retikulat (BR) atau Badan Inisial. Badan elementer ukurannya lebih kecil
(300 nm) terletak ekstraselular dan merupakan bentuk yang infeksius,
sedangkan badan retikulat lebih besar (1 um), terletak intraselular dan
tidak infeksius.
Morfologi inklusinya adalah bulat dan terdapat glikogen di dalamnya. C.
trachomatis peka terhadap sulfonamida, memiliki plasmid, dan jumlah
serovarnya adalah 15.

DIAGNOSA LABORATORIUM :
1. Mikrobiologi :
- Melakukan pemeriksaan dan pengecatan untuk mempelajari
morfologinya.

2. Serologi : pemeriksaan laboratorium seperti Anti Chlamydia


trachomatis IgG dan IgM,

pemeriksaan terkait kesehatan reproduksi pria dan wanita seperti


panel Ammenorhea, penyakit infeksi pada kesuburan wanita atau PID:
pelvic inflammatory disease dan panel kesuburan pria.

Gejala PID diantaranya nyeri abdomen bagian bawah, demam, nyeri


saat berhubungan, nyeri saat berkemih dan siklus mensturasi yang
tidak teratur.

17
• Jenis Penyakit, Penyebaran dan Penularan

Infeksi pada Pria

- Uretritis
Infeksi di uretra merupakan manifestasi primer infeksi chlamydia. Masa
inkubasi untuk uretritis yang disebabkan oleh C. trachomatis bervariasi
dari sekitar 1 – 3 minggu. Pasien dengan chlamydia, uretritis mengeluh
adanya duh tubuh yang jernih dan nyeri pada waktu buang air kecil
(dysuria). Infeksi uretra oleh karena chlamydia ini dapat juga terjadi
asimtomatik. Diagnosis uretritis pada pria dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan pewarnaan Gram atau biru methylene dari sedian apus
uretra. Bila jumlah lekosit PMN melebihi 5 pada pembesaran 1000 x
merupakan indikasi uretritis. Perlu diketahui bahwa sampai 25% pria yang
menderita gonore, diserta infeksi chlamydia. Bila uretritis karena
chlamydia tidak diobati sempurna, infeksi dapat menjalar ke uretra
posterio dan menyebabkan epididimitis dan mungkin prostatitis.
- Proktitis
C. trachomatis dapat menyebabkan proktitis terutama pada pria
homoseks. Keluhan penderita ringan dimana dapat ditemukan cairan
mukus dari rektum dan tanda-tanda iritasi, berupa nyeri pada rektum dan
perdarahan.
- Epididimitis
Sering kali disebabkan oleh C. trachomatis, yang dapat diisolasi dari
uretra atau dari aspirasi epididimis. Dari hasil penelitian terakhir
mengatakan bahwa C. trachomatis
merupakan penyebab utama epididimitis pada pria kurang dari 35 tahun
(sekitar 70 -90%).
Secara klinis, chlamydial epididimitis dijumpai berupa nyeri dan
pembengkakan

18
scrotum yang unilateral dan biasanya berhubungan dengan chlamydial
uretritis, walaupun uretritisnya asimptomatik.
- Prostatitis
Setengah dari pria dengan prostatitis, sebelumnya dimulai dengan gonore
atau uretritis non gonore. Infeksi C. trachomatis pada prostat dan
epididimis pada umumnya merupakan penyebab infertilitas pada pria.
- Sindroma Reiter
Suatu sindroma yang terdiri dari tiga gejala yaitu: artritis, uretritis dan
konjungtivitis, yang dikaitkan dengan infeksi genital oleh C. trachomatis.
Hal ini disokong dengan ditemukannya “Badan Elementer” dari C.
trachomatis pada sendi penderita dengan menggunakan teknik Direct
Immunofluerescence.

Infeksi pada Wanita

Sekitar setengah dari wanita dengan infeksi C. trachomatis di daerah


genital ditandai dengan nyeri pada waktu buang air kecil, sedangkan
yang lainnya tidak ada keluhan yang jelas. Pada penyelidikan pada wanita
usia reproduktif yang datang ke klinik dengan gejala-gejala infeksi traktus
urinarius 10 % ditemukan carier C. trachomatis.

Faktor resiko infeksi C. trachomatis pada wanita adalah :


- Usia muda, kurang dari 25 tahun
- Mitra seksual dengan uretritis
- Multi mitra seksual
- Swab endoserviks yang menimbulkan perdarahan
- Adanya sekret endoserviks yang mukopurulen
- Memakai kontrasepsi “non barier” atau tanpa kontrasepsi.
- Servisitis
Chlamydia trachomatis menyerang epitel silindris mukosa serviks. Tidak
ada gejala-gejala yang khas membedakan servisitis karena C. trachomatis

19
dan servisitis karena organisme lain. Pada pemeriksaan dijumpai duh
tubuh yang mukopurulen dan serviks yang ektopi.
Pada penelitian yang menghubungkan servisitis dengan ektopi serviks,
prevalerisi servisitis yang disebabkan C. trachomatis lebih banyak
ditemukan pada penderita yang menunjukkan ektopi serviks dibandingkan
yang tidak ektopi. Penggunaan kontrasepsi oral dapat menambah resiko
infeksi Chlamydia trachomatis pada serviks, oleh karena kontrasepsi oral
dapat menyebabkan ektopi serviks.
- Endometritis
Servisitis oleh karena infeksi C. trachomatis dapat meluas ke endometrium
sehingga terjadi endometritis. Tanda dari endometritis antara lain
menorrhagia dan nyeri panggul yang ringan. Pada pemeriksaan
laboratorium, chlamydia dapat ditemukan pada aspirat endometrium.
- Salfingitis (PID)
Salfingitis terjadi oleh karena penjalaran infeksi secara ascenden
sehingga infeksi sampai ke tuba dan menyebabkan kerusakan pada tuba
(terjadi tuba scarring). Hal ini dapat menyebabkan infertilitas dan
kehamilan ektopik. Wanita dengan PID, lebih separuh disebabkan oleh
chlamydia, umumnya mengeluh rasa tidak enak terus di perut bawah. Itu
.lantaran infeksi menyebar ke rahim, saluran telur, indung telur, bahkan
sampai ke leher rahim juga.
- Perihepatitis (Fitz - Hugh - Curtis Syndrome)
Infeksi C. trachomatis dapat meluas dari serviks melalui endometrium ke
tuba dan kemudian parakolikal menuju ke diafragma kanan. Beberapa dari
penyebaran ini menyerang permukaan anterior liver dan peritoneum yang
berdekan sehingga menimbulkan perihepatitis. Parenchym hati tidak
diserang sehingga tes fungsi hati biasanya normal.
Bila tidak diobati, kendati tidak menimbulkan keluhan berarti, penyakit bisa
menjalar ke mana-mana bagian organ reproduksi baik pria maupun
wanita.. Pengidap chlamydia juga lebih rentan untuk terserang HIV/AIDS
dibanding yang tidak mengidapnya. Diperkirakan yang positif chlamydia 3
sampai 5 kali lebih berisiko terserang HIV/AIDS.

20
Selain itu chlamydia juga lebih gampang berjangkit pada mereka yang
sudah memiliki penyakit menular seksual lain sebelumnya, dan berisiko
tinggi pula pada mereka yang pasangan seksnya sudah positif mengidap
salah satu penyakit STD.
Bayi baru lahir berisiko tertular chlamydia pada matanya jika tidak dicegah
dengan salep mata begitu dilahirkan. Kuman chlamydia bisa juga
menyerang selaput lendir bolamata yang dikenal sebagai penyakit
trachoma. Bila dibiarkan tanpa pengobatan, trachoma bisa berakhir
dengan kebutaan. Pada bayi, kuman chlamydia bisa menyerang paru-
paru dan menimbulkan radang paru-paru (pneumonia).

Gejala
Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi.
Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak
disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang
segera membaik sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh penderitanya.
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu
atau kedua selangkangan.
Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak diobati
akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas kelenjar getah
bening tersebut.

Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan kemerahan, lalu akan
membaik; tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut atau kambuh
kembali. Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala,
nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung dan infeksi
rektum yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah. Akibat
penyakit yang berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah
bening bisa mengalami penyumbatan, sehingga terjadi pembengkakan
jaringan. Infeksi rektum bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut
yang selanjutnya mengakibatkan penyempitan rektum.

21
PENCEGAHAN
Cara yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit ini adalah
abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual
yang diketahui menderita penyakit ini). Untuk mengurangi resiko tertular
oleh penyakit ini, sebaiknya menjalani perilaku seksual yang aman (tidak
berganti-ganti pasangan seksual atau menggunakan kondom).

PENGOBATAN
Penting untuk dijelaskan pada pasien dengan infeksi genital oleh C.
trachomatis, mengenai resiko penularan kepada pasangan seksualnya,
Contact tracing (pemeriksaan dan pengobatan partner seksual) diperlukan
untuk keberhasilan pengobatan. Untuk pengobatan dapat diberikan:
- Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak lama untuk
infeksi genitalia yang disebabkan oleh C.trachomatis. Dapat diberikan
dengan dosis 4 x 500 mg/h selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14
hari. Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan dengan
dosis 2 x l00 mg/h selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak dianjurkan
dan merupakan drug of choice karena cara pemakaiannya yang lebih
mudah dan dosisnya lebih kecil.
- Azithromisin
Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa
sekarang. Diberikan dengan dosis tunggal l gram sekali minum.
Regimen alternatif dapat diberikan:
-Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama
l4 hari.
-Ofloxacin 2 x 300 mg/hari selama 7 hari.
Regimen untuk wanita hamil:
-Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hari.

22
Referensi
Anonim, 2004, Klamidia, http://www.pppl.depkes.go.id, diakses tanggal 11
Mei 2008.
Anonim, 2006, Limfogranuloma Venereum,
http://www.indonesiaindonesia.com, diakses tanggal 11 Mei 2008.
Geo.F. Brooks,dkk, 1996, Mikrobiologi Kedokteran edisi 20, EGC Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta.
Harris JRW, Foster SM., 1991, Genital Chlamydial Infection; Clinical
Aspects, Diagnosis, Treatment and Prevention. In: Sexually Transmitted
Diseases and AIDS, 219, Churcill Livingstone, New York.
Hutapea NO, Tarigan J., 1992, Infeksi Chlamydia di antara Mitra Seksual:
Kumpulan
Makalah Ilmiah Konas VII PERDOSKI, 171, Bukit Tinggi.

23

Anda mungkin juga menyukai