SM/TK : IV/II
POLTEKKES TANJUNGKARANG
DAFTAR ISI
Halaman sampul
Neisseria gonorhoe
Klasifikasi 5
Morfologi 5
Struktur kuman 5
Sifat pertumbuhan pada media perbenihan 6
Patogenesis 6
Infeksi pada pria 7
Infeksi pada wanita 7
Infeksi pada anak 8
Gonore metastatik 8
Diagnosa Laboratorium 8
Pengobatan 9
Treponema pallidum
Klasifikasi 11
Morfologi 11
Penyakit yg ditimbulkan 12
Pengobatan 14
Ringkasan 15
Clamydia trachomatis
Pendahuluan 16
Klasifikasi 16
Morfologi 17
Diagnosa laboratorium 17
Jenis penyakit, penyebaran, dan penularan 18
Gejala 21
Pencegahan 22
Pengobatan 22
UJI KEPEKAAN KUMAN TERHADAP ANTIBIOTIK
Pendahuluan
Berbagai jenis bakteri saat ini semakin cerdik menghancurkan kerja antibiotik. Selain
itu,bakteri juga mampu menghancurkan mekanisme pertahanan yang seharusnya
dipakai antibiotik untuk melawan infeksi. Akibatnya makin banyak bakteri yang
meningkat kekebalannya.
Para peneliti dari Universitas New York mengatakan beberapa bakteri patogen bisa
menghasilkan semacam nitric oxide yang memproduksi enzim yang membuatnya
jadi resisten terhadap antibiotik. Selanjutnya, bakteri kebal itu dengan cepat
berkembang biak dan koloni baru dan makin sulit dilumpuhkan.
Karena itu para ahli berusaha membuat obat-obatan yang mampumenghambat
produksi tersebut agar antibiotik dapat semakin kuat, bakteri super seperti
methicillin-resistant Straphylococcus aureus atau MRSA pun
Bisa dihancurkan.Bakteri yang resisten pada antibiotik, seperti MRSA
telah menjadi masalah utama kesehatan dunia, dan telah membunuh sedikitnya
19.000 orang di Amerika Serikat setiap tahunnya. Antibiotik membuat bakteri
memproduksi lebih banyak jenis reaktif oksigen. Hal itu akan merusak
dan membuat bakteri tak bisa bertahan, bahkan mati. Nitric oxide dikeluarkan bakteri
untuk dari oxidatif stres," kata Nudler yang hasil risetnya dipublikasikan dalam jurnal
Science.
Resistensi Tes
Pemeriksaan ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui obat-obat yg paling cocok ( paling poten ) utk kuman
penyebab penyaki, terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis.
2. Mengetahui adanya resistensi bakteri terhadap berbagai antibiotik .
Resistensi bakteri terhadap antibiotik dapat disebabkan :
a. Secara alamiah bakteri resisten terhadap antibiotik yg diberikan
b. Akibat pemberian dosis dibawah dosis yg diberikan.
c. Akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut benar-benar mati dgn
antibiotik.
1
Berbagai cara Resistensi tes :
1.Dilusi cair atau dilusi padat :
Prinsip : antibiotik diencerkan hingga beberapa konsentrasi .
Utk dilusi cair :
masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman dalam media cair .
Utk dilusi padat :
tiap konsentrasi obat dengan media agar lalu ditanami kuman.
2.Difusi
1. Cara Kirby Bauer
a. Diambil beberapa koloni kuman dr pertumbuhan 24 jam pada agar, disuspensikan
ke dalam 0,5 ml BHI cair, diinkubasikan 4 jam pada 37 0C
b.Suspensi tsb disamakan kekeruhannya dgn std.mac farland. Jika lebih keruh dari
standar mf + dgn aquadest steril, sampai kekeruhannya = m.farland. / 10 8CFU/ ml
CFU = Coloni Forming Unit.
c. Lidi kapas steril dicelupkan kedalam suspensi kuman lalu ditekan-tekan pada
dinding tabung hingga kapasnya tdk terlalu basah,kemudian dioleskan pada
permukaan media hingga rata.
d. Kemudian diletakkan disk antibiotik , dengan jarak antar disk 15-20 mm.
Interpretasi hasil :
Zona radikal :
Suatu daerah disekitar , sama sekali tdk ada pertumbuhan bakteri.
Zona iradikal :
Suatu daerah di sekitar disk menunjukkan pertumbuhan bakteri dihambat oleh
antibiotik tsb, tetapi tdk dimatikan.
2. Cara sumuran :
a-c = Kirby Bauer.
d. Pada agar tersebut dibuat sumuran dgn diameter ttt. Kedlm sumuran
larutan antibiotik yg akan diujikan. Diinkubasi 370C selama 18 – 24 jam.
Hasilnya dibaca = cara Kirby Bauer.
3. Cara pour plate :
a-b = Kirby Bauer
c. Dengan menggunakan ose khusus, diambil 1 mata ose dan dimasukkan
4 ml agar base 1,5 % pada suhu 560C .
d. Homogenkan suspensi bakteri, kemudian dituang pd media Mueller Hinton agar.
2
e. Tunggu sampai agar membeku, lalu letakkan disk antibiotik
f. Inkubasi suhu 370C selama 18 – 24 jam.
Baca hasilnya sesuai dengan standart masing-masing antibiotik.
( lihat pada tabel )
3.Dilusi
Tujuan pengujian ini untuk mengetahui :
2.Konsentrasi minimal dari antibiotik /kombinasi antibiotik/bahan lain yg mampu
menghambat pertumbuhan bakteri.
Daya hambat dinyatakan dalam KHM ( kadar hambat minimal ) atau MIC ( minimal
inhibition consentration ) dan KBM ( kadar bunuh minimal ) atau MBC ( minimal
bacteriocid consentration ).
KHM 99,9 % : < 0,1 % bakteri yg diinokulasi tetap hidup
KHM 90 % : < 10 % bakteri yg diinokulasi tetap hidup
KHM 50 % : < 50 % bakteri yg diinokulasi tetap hidup
2. Kadar antibiotik dalam serum atau cairan tubuh.
Cara pengujian :
Pembuatan larutan induk
Konsentrasi antibiotik dalam larutan induk adalah 100 mg antibiotik aktif/ml. Setiap
jenis antibiotik menggunakan pelarut dan pengencer yg berbeda-beda
3
Cara membuat pengenceran
A. Broth dilution :
1. Ditimbang 50 mg obat didalam erlenmeyer steril + kan pelarut sampai 50 ml,
ini menjadi larutan obat yg akdarnya 1000mcg/ml.
2. Larutan obat tsb dipipet 2 ml + 8 ml BHI broth. Diperoleh larutan dgn kadar
200 mcg/ml. Selanjutnya dibuat pengenceran sbb:
Cara Agar dilution :
1. Satu jenis obat yg digunakan dibuat larutan dengan pelarutnya sehingga
kadar ttt. Misalnya 100 mcg/ml
2. Disediakan bbrp labu media agar yg cocok, steril suhu 50 0C dengan vol.ttt
3. Kemudian masing2 di+kan larutan obat dgn vol yg berbeda-beda, kemudian
dituang kedlm petridis steril.
Referensi :
Susi Irawanti, Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada
4
NEISERRIA GONORHE
Klasifikasi :
Ordo : Eubacteriales
Famili : Neisseriaceae
Genus : Neisseria
Spesies : 1. Neisseria meningitis
2. Neisseria gonorrhoeae
Morfologi :
Kuman bentuk bulat lonjong seperti ginjal dengan ɸ 0,8 um. Selalu
berpasangan, disebut diplococcus. Motilitas (-), spora (-). Mempunyai pili
pada permukaan selnya berfungsi dapat menempel pada sel epitel
uretrha, mukosa mulut, sperma, pili dapat menghambat fagositosis dan
alat pemindah plasmid dengan cara konjugasi antara sesama
gonococcus.
Struktur Kuman :
5
d. Rmp : protein ini secara antigen tersimpan di semua gonococci. Protein ini
adalah reduction-modifable protein (Rmp) dan mengubah berat molekulnya
pada saat terjadi reduksi. Mereka bergabung dengan Por saat pembentukan
pori-pori pada permukaan sel.
e. Lipooligosakarida (LOS) : berbeda dengan batang enterik gram negatif,
gonococci
LPS tidak memiliki rantai antigen-O panjang dan disebut dengan
lipooligosakarida.
Infeksi gonococcus
- Penyakitnya disebut Gonore/GO. Merupakan penyakit venerik yang
paling sering dijumpai.
Patogenesis
- Infeksi primer dimulai pada epitel silindris dari urethra, duktus
periutralis.
- Kuman dapat masuk melalui mucosa serviks, konjugtiva atau
rectum.
- Kuman menempel dengan pili pada permukaan sel epitel atau
mukosa.
6
- Pada hari ke 3 kuman mencapai jaringan ikat dibawah epitel.,
sebelumnya menembus ruang antar sel. Selanjutnya terjadi radang
infiltrasi lekosit polimorfunuklear. Eksudat yang terbentuk dapat
menyumbat saluran atau kelenjar sehingga terjadi kita retensi dan
abses. Penyebaran ketempat-tempat lain lebih sering terjadi lewat
saluran getah bening daripada aliran darah.
- Terjadinya kerusakan pada sel epitel oleh gonococcus
menyebabkan terbentukknya celah pada mukosa, sehingga
mempermudah dan mempercepat masuknya kuman.
7
- Komplikasi lain perihepatitis atau peritonitis
- 50 % wanita penderita gonore dijumpai adanya kolonisasi dalam
rektum yg dapat berkembang menjadi proktitis.
Gonore metastatik
- Terjadi akibat penyebaran gonokokus secara hematogen. Insiden
terjadi lebih 1 % pada penderita gonore. Manifestasi klinik antara
lain berupa artritis, septikemia, uveitis anterior, meningitis,
perihepatitis, endokarditis, miocarditis, dan pericarditis.
Bentuk gonore ekstragenital lainnya : gonore orofaring, anorektal dan
konjungtiva.
Diagnosa laboratorium
Preparate langsung
- Bahan pemeriksaan berupa : secret vagina, atau secret urethra.
- Dibuat preparate kemudian dilakukan pengecatan Gram, dilihat
dibawah mikroskop, diperoleh hasil Diplococcus Gram (-)
Kultur.
- Identifikasi perlu dilakukan dengan dua macam media yang dapat
digunakan yaitu media transport seperti Media Stuart dan Media
Transgrow. Kemudian Media pertumbuhan seperti Media Mc Leod’s
chocolate agar, Media Thayer Martin dan Media Modified Thayer
Martin Agar .
- Tes Definitif
8
- 1. Tes oksidasi, semua Neisseria member hasil positif dengan
perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi
merah muda sampai merah lembayung.
- 2. Tes Fermentasi. Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes
fermentasi memakai glukosa.
- Tes Beta Laktamase
- Pemeriksaan beta laktamase dengan menggunakan cefinase TM
disc. BBL 961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin,
akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah
apabila kuman mengandung enzim beta laktamase.
Pengobatan 1,5,6
9
125mg secara intramuskular dengan dosis sekali pakai. Terapi tambahan
dengan doxycycline 100mg 2 kali sehari selama 7 hari(per oral)
direkomendasikan untuk infeksi concomitant chlamydia; erythromycin
500mg 4x sehari selama 7 hari (per oral) sebagai pengganti doxycycline
bagi wanita hamil. Modifikasi dari terapi-terapi ini direkomendasikan untuk
jenis infeksi N. gonorrhea yang lain.
Dari golongan kuinolon obat yang menjadi pilihan adalah ofloksazin 400
mg, siprofloksazin 250-500 mg dan norfloksasin 800 mg secara oral.
Referensi
10
TREPONEMA PALLIDUM
KLASIFIKASI
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Spirochaetes
Class : Spirochaetes
Ordo : Spirochaetales
Familia : Treponemataceae
Genus : Treponema
Spesies : Treponema pallidum
MORFOLOGI
11
memiliki kemampuan metabolisme yang terbatas, serta mampu untuk
beradaptasi dengan berbagai macam jaringan tubuh mamalia.
12
ini tidak nyeri. Dalam beberapa hari, erosi dapat berubah menjadi ulkus
berdinding tegak lurus, sedangkan sifat lainnya seperti pada afek primer.
Keadaan ini dikenal sebagai ulkus durum.
Sekitar tiga minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar getah
bening di daerah lipat paha. Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal
pada perabaan, tidak nyeri, tunggal dan dapat digerakkan bebas dari
sekitarnya. Keadaan ini disebut sebagai sifilis stadium 1 kompleks primer.
Lesi umumnya terdapat pada alat kelamin, dapat pula di bibir, lidah, tonsil,
putting susu, jari dan anus. Tanpa pengobatan, lesi dapat hilang spontan
dalam 4-6 minggu, cepat atau lambatnya bergantung pada besar kecilnya
lesi.
Stadium II (sekunder) Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II
muncul, sifilis stadium I sudah sembuh. Waktu antara sifilis I dan II
umumnya antara 6-8 minggu. Kadang-kadang terjadi masa transisi, yakni
sifilis I masih ada saat timbul gejala stadium II.
Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala
konstitusi seperti nyeri kepala, demam, anoreksia, nyeri pada tulang, dan
leher biasanya mendahului, kadang-kadang bersamaan dengan kelainan
pada kulit. Kelainan kulit yang timbul berupa bercak-bercak atau tonjolan-
tonjolan kecil. Tidak terdapat gelembung bernanah. Sifilis stadium II
seringkali disebut sebagai The Greatest Immitator of All Skin Diseases
karena bentuk klinisnya menyerupai banyak sekali kelainan kulit lain.
Selain pada kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput lendir dan
kelenjar getah bening di seluruh tubuh.
Sifilis Stadium III Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7
tahun setelah infeksi. Guma umumnya satu, dapat multipel, ukuran milier
sampai berdiameter beberapa sentimeter. Guma dapat timbul pada semua
jaringan dan organ, termasuk tulang rawan pada hidung dan dasar mulut.
Guma juga dapat ditemukan pada organ dalam seperti lambung, hati,
limpa, paru-paru, testis dll. Kelainan lain berupa nodus di bawah kulit,
kemerahan dan nyeri.
13
Sifilis Tersier Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis
kardiovaskuler dan neurosifilis (pada jaringan saraf). Umumnya timbul 10-
20 tahun setelah infeksi primer. Sejumlah 10% penderita sifilis akan
mengalami stadium ini. Pria dan orang kulit berwarna lebih banyak
terkena. Kematian karena sifilis terutama disebabkan oleh stadium ini.
Diagnosis pasti sifilis ditegakkan apabila dapat ditemukan Treponema
pallidum. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop lapangan gelap
sampai 3 kali (selama 3 hari berturut-turut).
Tes serologik untuk sifilis yang klasik umumnya masih negatif pada lesi
primer, dan menjadi positif setelah 1-4 minggu. TSS (tes serologik sifilis)
dibagi dua, yaitu treponemal dan non treponemal. Sebagai antigen pada
TSS non spesifik digunakan ekstrak jaringan, misalnya VDRL, RPR, dan
ikatan komplemen Wasserman/Kolmer. TSS nonspesifik akan menjadi
negatif dalam 3-8 bulan setelah pengobatan berhasil sehingga dapat
digunakan untuk menilai keberhasilan pengobatan. Pada TSS spesifik,
sebagai antigen digunakan treponema atau ekstraknya, misalnya
Treponema pallidum hemagglutination assay (TPHA) dan TPI. Walaupun
pengobatan diberikan pada stadium dini, TSS spesifik akan tetap positif,
bahkan dapat seumur hidup sehingga lebih bermakna dalam membantu
diagnosis.
Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan memberikan Antibiotika seperti Penisilin
atau turunannya. Pemantauan serologik dilakukan pada bulan I, II, VI, dan
XII tahun pertama dan setiap 6 bulan pada tahun kedua. Selain itu,
kepada penderita perlu diberikan penjelasan yang jelas dan menyeluruh
tentang penyakitnya dan kemungkinan penularan sehingga turut
mencegah transmisi penyakit lebih lanjut.
14
Bagi penderita yang tidak tahan dengan penisilin dapat diganti dengan
tetrasiklin atau eritromisin, yang harus dimakan 15 hari. Sifilis yang telah
menyebabkan penderita lumpuh dan gila biasanya tidak dapat diobati lagi.
RINGKASAN
Referensi :
15
CLAMYDIA TRACHOMATIS
Pendahuluan:
Klasifikasi
Ordo : Clamydiales
Famili : Chlamydiaceae
Genus : Clamydia
Spesies : Clamydia trachomatis
16
a. Morfologi
DIAGNOSA LABORATORIUM :
1. Mikrobiologi :
- Melakukan pemeriksaan dan pengecatan untuk mempelajari
morfologinya.
17
• Jenis Penyakit, Penyebaran dan Penularan
- Uretritis
Infeksi di uretra merupakan manifestasi primer infeksi chlamydia. Masa
inkubasi untuk uretritis yang disebabkan oleh C. trachomatis bervariasi
dari sekitar 1 – 3 minggu. Pasien dengan chlamydia, uretritis mengeluh
adanya duh tubuh yang jernih dan nyeri pada waktu buang air kecil
(dysuria). Infeksi uretra oleh karena chlamydia ini dapat juga terjadi
asimtomatik. Diagnosis uretritis pada pria dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan pewarnaan Gram atau biru methylene dari sedian apus
uretra. Bila jumlah lekosit PMN melebihi 5 pada pembesaran 1000 x
merupakan indikasi uretritis. Perlu diketahui bahwa sampai 25% pria yang
menderita gonore, diserta infeksi chlamydia. Bila uretritis karena
chlamydia tidak diobati sempurna, infeksi dapat menjalar ke uretra
posterio dan menyebabkan epididimitis dan mungkin prostatitis.
- Proktitis
C. trachomatis dapat menyebabkan proktitis terutama pada pria
homoseks. Keluhan penderita ringan dimana dapat ditemukan cairan
mukus dari rektum dan tanda-tanda iritasi, berupa nyeri pada rektum dan
perdarahan.
- Epididimitis
Sering kali disebabkan oleh C. trachomatis, yang dapat diisolasi dari
uretra atau dari aspirasi epididimis. Dari hasil penelitian terakhir
mengatakan bahwa C. trachomatis
merupakan penyebab utama epididimitis pada pria kurang dari 35 tahun
(sekitar 70 -90%).
Secara klinis, chlamydial epididimitis dijumpai berupa nyeri dan
pembengkakan
18
scrotum yang unilateral dan biasanya berhubungan dengan chlamydial
uretritis, walaupun uretritisnya asimptomatik.
- Prostatitis
Setengah dari pria dengan prostatitis, sebelumnya dimulai dengan gonore
atau uretritis non gonore. Infeksi C. trachomatis pada prostat dan
epididimis pada umumnya merupakan penyebab infertilitas pada pria.
- Sindroma Reiter
Suatu sindroma yang terdiri dari tiga gejala yaitu: artritis, uretritis dan
konjungtivitis, yang dikaitkan dengan infeksi genital oleh C. trachomatis.
Hal ini disokong dengan ditemukannya “Badan Elementer” dari C.
trachomatis pada sendi penderita dengan menggunakan teknik Direct
Immunofluerescence.
19
dan servisitis karena organisme lain. Pada pemeriksaan dijumpai duh
tubuh yang mukopurulen dan serviks yang ektopi.
Pada penelitian yang menghubungkan servisitis dengan ektopi serviks,
prevalerisi servisitis yang disebabkan C. trachomatis lebih banyak
ditemukan pada penderita yang menunjukkan ektopi serviks dibandingkan
yang tidak ektopi. Penggunaan kontrasepsi oral dapat menambah resiko
infeksi Chlamydia trachomatis pada serviks, oleh karena kontrasepsi oral
dapat menyebabkan ektopi serviks.
- Endometritis
Servisitis oleh karena infeksi C. trachomatis dapat meluas ke endometrium
sehingga terjadi endometritis. Tanda dari endometritis antara lain
menorrhagia dan nyeri panggul yang ringan. Pada pemeriksaan
laboratorium, chlamydia dapat ditemukan pada aspirat endometrium.
- Salfingitis (PID)
Salfingitis terjadi oleh karena penjalaran infeksi secara ascenden
sehingga infeksi sampai ke tuba dan menyebabkan kerusakan pada tuba
(terjadi tuba scarring). Hal ini dapat menyebabkan infertilitas dan
kehamilan ektopik. Wanita dengan PID, lebih separuh disebabkan oleh
chlamydia, umumnya mengeluh rasa tidak enak terus di perut bawah. Itu
.lantaran infeksi menyebar ke rahim, saluran telur, indung telur, bahkan
sampai ke leher rahim juga.
- Perihepatitis (Fitz - Hugh - Curtis Syndrome)
Infeksi C. trachomatis dapat meluas dari serviks melalui endometrium ke
tuba dan kemudian parakolikal menuju ke diafragma kanan. Beberapa dari
penyebaran ini menyerang permukaan anterior liver dan peritoneum yang
berdekan sehingga menimbulkan perihepatitis. Parenchym hati tidak
diserang sehingga tes fungsi hati biasanya normal.
Bila tidak diobati, kendati tidak menimbulkan keluhan berarti, penyakit bisa
menjalar ke mana-mana bagian organ reproduksi baik pria maupun
wanita.. Pengidap chlamydia juga lebih rentan untuk terserang HIV/AIDS
dibanding yang tidak mengidapnya. Diperkirakan yang positif chlamydia 3
sampai 5 kali lebih berisiko terserang HIV/AIDS.
20
Selain itu chlamydia juga lebih gampang berjangkit pada mereka yang
sudah memiliki penyakit menular seksual lain sebelumnya, dan berisiko
tinggi pula pada mereka yang pasangan seksnya sudah positif mengidap
salah satu penyakit STD.
Bayi baru lahir berisiko tertular chlamydia pada matanya jika tidak dicegah
dengan salep mata begitu dilahirkan. Kuman chlamydia bisa juga
menyerang selaput lendir bolamata yang dikenal sebagai penyakit
trachoma. Bila dibiarkan tanpa pengobatan, trachoma bisa berakhir
dengan kebutaan. Pada bayi, kuman chlamydia bisa menyerang paru-
paru dan menimbulkan radang paru-paru (pneumonia).
Gejala
Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi.
Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak
disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang
segera membaik sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh penderitanya.
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu
atau kedua selangkangan.
Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak diobati
akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas kelenjar getah
bening tersebut.
Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan kemerahan, lalu akan
membaik; tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut atau kambuh
kembali. Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala,
nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung dan infeksi
rektum yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah. Akibat
penyakit yang berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah
bening bisa mengalami penyumbatan, sehingga terjadi pembengkakan
jaringan. Infeksi rektum bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut
yang selanjutnya mengakibatkan penyempitan rektum.
21
PENCEGAHAN
Cara yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit ini adalah
abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual
yang diketahui menderita penyakit ini). Untuk mengurangi resiko tertular
oleh penyakit ini, sebaiknya menjalani perilaku seksual yang aman (tidak
berganti-ganti pasangan seksual atau menggunakan kondom).
PENGOBATAN
Penting untuk dijelaskan pada pasien dengan infeksi genital oleh C.
trachomatis, mengenai resiko penularan kepada pasangan seksualnya,
Contact tracing (pemeriksaan dan pengobatan partner seksual) diperlukan
untuk keberhasilan pengobatan. Untuk pengobatan dapat diberikan:
- Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak lama untuk
infeksi genitalia yang disebabkan oleh C.trachomatis. Dapat diberikan
dengan dosis 4 x 500 mg/h selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14
hari. Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan dengan
dosis 2 x l00 mg/h selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak dianjurkan
dan merupakan drug of choice karena cara pemakaiannya yang lebih
mudah dan dosisnya lebih kecil.
- Azithromisin
Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa
sekarang. Diberikan dengan dosis tunggal l gram sekali minum.
Regimen alternatif dapat diberikan:
-Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama
l4 hari.
-Ofloxacin 2 x 300 mg/hari selama 7 hari.
Regimen untuk wanita hamil:
-Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hari.
22
Referensi
Anonim, 2004, Klamidia, http://www.pppl.depkes.go.id, diakses tanggal 11
Mei 2008.
Anonim, 2006, Limfogranuloma Venereum,
http://www.indonesiaindonesia.com, diakses tanggal 11 Mei 2008.
Geo.F. Brooks,dkk, 1996, Mikrobiologi Kedokteran edisi 20, EGC Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta.
Harris JRW, Foster SM., 1991, Genital Chlamydial Infection; Clinical
Aspects, Diagnosis, Treatment and Prevention. In: Sexually Transmitted
Diseases and AIDS, 219, Churcill Livingstone, New York.
Hutapea NO, Tarigan J., 1992, Infeksi Chlamydia di antara Mitra Seksual:
Kumpulan
Makalah Ilmiah Konas VII PERDOSKI, 171, Bukit Tinggi.
23