Anda di halaman 1dari 6

LUKA

Luka didefinisikan sebagai suatu kerusakan integritas epithel dari kulit atau terputusnya kesatuan
struktur anatomi normal dari suatu jaringan akibat suatu trauma. Definisi lain menyebutkan luka sebagai
hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma tajam atau
tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau animal bite. Ada beberapa cara untuk
membuat klasifikasi luka. Namun yang umum luka dapat diklasifikasikan atas dasar :

1. Usia luka ( Wound Age )

a. Luka Akut

b. Luka Kronik

2. Kedalaman luka ( Wound Depth )

a. Superficial

b. Partial Thickness

c. Full Thickness

3. Warna luka ( Wound Color )

a. Merah (warna jaringan granulasi yang sehat)

b. Kuning ( warna lapisan fibrin melekat pada jaringan)

c. Hitam (warna jaringan nekrotik atau avaskuler diatas luka)

4. Waktu terjadinya luka (4)

a. Luka Kontaminasi yakni luka yang belum melewati batas waktu kontaminasi atau golden
periode ( kurang dari 6 jam )

b. Luka Infeksi yakni luka yang sudah melewati batas waktu kontaminasi atau golden periode
( lebih dari 6 jam )

5. Jenis Luka Operasi (5,6)

a. Tipe I : Luka Bersih

b. Tipe II : Luka Bersih Terkontaminasi

c. Tipe III : Luka Terkontaminasi

d. Tipe IV : Luka Terinfeksi


Klasifikasi luka berdasarkan waktu terjadinya luka dapat dibagi menjadi luka kontaminasi dan luka
infeksi.

 Luka Infeksi

Pembagian luka ini berdasarkan waktu kontaminasi (golden periode) yaitu 6-8 jam dimana
setelah waktu 6-8 jam setelah terjadi luka maka bakteri yang ada telah mencapai koloni tertentu
dan mengadakan invasi ke dalam jaringan sekitar luka atau pembuluh darah. Pada kondisi ini luka
disebut sebagai luka infeksi.

 Luka Kronik

Saat kita menentukan usia sebuah luka maka pertama harus ditentukan apakah luka
tersebut akut atau kronik. Penentuan dapat menjadi sulit bila hanya berpatokan pada kurun
waktu. Ada yang mengatakan bila luka tidak sembuh dalam waktu 3 bulan maka disebut luka
kronik. Selain pertimbangan waktu maka perlu diingat bahwa luka disebut akut bila luka tersebut
baru atau mencapai kemajuan penyembuhan luka sesuai yang diharapkan. Sementara luka kronik
adalah luka yang tidak sembuh dalam waktu yang diharapkan. Hal yang penting adalah pada luka
kronik proses penyembuhan melambat atau berhenti dan luka tidak bertambah kecil atau tidak
bertambah dangkal. Meskipun dasar luka tampak merah, lembab dan sehat tetapi bila proses
penyembuhan luka tidak mengalami kemajuan maka dikatagorikan sebagai luka kronik.

Menurut Cohen,dkk. luka akut akan mencapai penyembuhan normal melalui proses
penyembuhan yang diharapkan dalam waktu tertentu untuk mencapai pemulihan integritas
anatomi dan fungsi. Pada luka kronik maka terjadi kegagalan untuk mencapai penyembuhan
yang diharapkan dalam waktu tertentu untuk menghasilkan pemulihan integritas anatomi dan
fungsi. Penyembuhan luka kronik biasanya berkepanjangan dan tidak lengkap. Luka akut biasanya
terjadi pada individu yang normal, sehat dan dapat dilakukan penutupan luka secara primer atau
dibiarkan menyembuh secara sekunder. Sebagian besar luka yang terjadi akibat trauma pada
organ atau jaringan dapat dikatagorikan sebagai luka akut. Luka kronik terjadi karena kegagalan
proses penyembuhan luka akibat ada kondisi patologis yang mendasarinya. Luka kronik tidak
akan sembuh bila penyebab yang mendasarinya tidak dikoreksi. Seringkali luka kronik mengalami
rekurensi. Diantara kondisi patologis tersebut adalah penyakit vaskuler, oedema, diabetes
melitus, malnutrisi dan tekanan (pressure). Torre menyebutkan penyebab luka kronik
diantaranya infeksi, hipoksia jaringan, trauma berulang, adanya jaringan nekrotik/debris dan
sebab sistemik seperti diabetes melitus, malnutrisi, imunodefisiensi dan pemakaian obat-obatan
tertentu.

Berdasarkan kedalaman luka maka luka dapat diklasifikasikan menjadi

 superficial yakni hanya mengenai epidermis saja.

 partial thickness yakni mengenai epidermis dan sebagian dermis.


 full thickness yakni luka menembus kulit melampaui dermis dapat mencapai lemak subkutan,
fascia, otot bahkan tulang.

Berdasarkan hubungan antara luka dengan beberapa faktor seperti situasi, mekanisme luka, adanya
kontaminasi atau infeksi pada saat operasi maka luka operasi diklasifikasikan menjadi empat jenis,
yakni :

 Tipe I, Luka Bersih, adalah luka operasi yang dibuat diatas kulit yang utuh tanpa tanda infeksi
atau peradangan. Luka jenis ini tidak membuka traktus respiratorius, traktus urinarius, traktus
gastrointestinal maupun traktus bilier. Luka dibuat terencana dan penutupan luka dilakukan
secara primer dan tanpa pemakaian drain tertutup.

 Tipe II, Luka Bersih Terkontaminasi, adalah luka operasi yang membuka traktus respiratorius,
traktus urinarius, traktus gastrointestinal dimana tanpa adanya spillage atau tumpahan
kontaminan. Khusus pada operasi traktus bilier, appendiks, vagina dan orofaring pada saat
dilakukan operasi tidak ditemukan tanda infeksi.

 Tipe III, Luka Terkontaminasi, adalah luka operasi yang dilakukan pada kulit yang mengalami
trauma terbuka yang masih baru, operasi dengan spillage dari traktus gastrointestinal atau incisi
pada lapangan operasi dengan inflamasi akut dan non-purulen.

 Tipe IV, Luka Terinfeksi, adalah luka operasi yang dilakukan pada kulit yang mengalami trauma
melewati waktu golden periode, serta ditemukan adanya infeksi atau adanya perforasi pada
organ viscera. Disini organisme penyebab infeksi luka post-operatif sudah ada sebelum operasi.
PENYEMBUHAN LUKA

Proses penyembuhan luka bersifat dinamis dengan tujuan akhir pemulihan fungsi dan integritas
jaringan. Dengan memahami biologi penyembuhan luka, kita dapat mengoptimalkan lingkungan jaringan
dimana luka berada.

Proses penyembuhan luka merupakan hasil akumulasi dari proses-proses yang meliputi koagulasi,
inflamasi, sintesis matriks dan substansi dasar, angiogenesis, fibroplasias, epitelisasi, kontraksi dan
remodeling. Tetapi secara garis besar proses kompleks ini dibagi menjadi tiga fase penyembuhan luka :
Fase inflamasi, fase proloferasi dan fase maturasi.

A.

B.

Gambar A, B. Fase-fase Penyembuhan Luka (Torre JDL, Sholar A. Wound Healing, Chronic Wounds. e-
Medicine from WebMD (serial online) 2006 (cited 2006 May 26) ;1(477) Available from
URL:HYPERLINK/http://www.emedicine.com/plastic/topic477.htm)

 Fase inflamasi

Fase inflamasi secara klinis ditandai dengan cardinal sign: Rubor, calor, tumor, dolor serta function laesa.
Proses ini terjadi segera setelah trauma. Secara simultan cascade pembekuan, arachidonic pathways dan
pembentukan growth factors serta sitokin bekerjasama memulai dan mempertahankan fase ini. (8)

Setelah cedera jaringan pembuluh darah segera mengalami vasikonstriksi, produk tromboplastik
jaringan menjadi terpapar dan dimulailah cascade komplemen dan koagulasi. Pletelet yang terpeangkap
dalam luka mengalami degranulasi, melepaskan substansi biologis yang penting untuk penyembuhan
luka. Setidaknya ada tiga jenis substansi yang dilepaskan : a) Alpha granules yang mengandung growth
factors seperi TGFbeta, PDGF, dan Insuline Like Growth Factors-1 ( IGF-1), b) Dense bodies yang
mengandung amine vasoaktif seperti serotonin yang berfungsi meningkatkan permeabilitas
mikrovaskuler dan c) Lisosom yang mengandung hidrolase dan protease.(10)

 Fase Proliferasi

Fase proliferasi penyembuhan luka dimulai kira-kira 2-3 hari setelah terjadinya luka, ditandai dengan
munculnya fibroblast. Fibroblast bermigrasi dari tepi luka menggunakan matrix fibrin-based provisional
yang dibentuk selama fase inflamasi. Dalam minggu pertama luka fibroblast dikendalikan oleh makrfag:
b-FGF, TGF-beta dan PDGF yang berperan dalam proliferasi dan sintesis glycosaminoglycans dan
proteoglycans, serta kollagen.

Pada fase ini fibroblast merupakan tipe sel dominan, dan mencapai puncaknya pada hari ke 7-14.
Setelah sekresi kolgen fibroblast kemudian bergabung membentuk fibro-kolagen. Peningkatan jumlah
jaringan kolagen pada luka berbanding lurus dengan kekuatan regangan luka.
Pada fase ini juga terjadi stimulasi jumlah keratinosit dan populasi sel endotel. Secara simultan dengan
proliferasi seluler terjadi perkembangan angiogenesis yang diawali dari pembuluh darah dari tepi luka,
selanjutnya disebut neovaskularisasi.

 Fase Maturasi

Produksi kolagen baru masih merupakan proses dominan penyembuhan luka dari minggu pertama
sampai keenam. Kolagen ditempatkan secara random pada jaringan granulasi luka akut. Remodeling
kolagen menjadi struktur yang lebih terorganisasi terjadi selam proses maturasi, meningkatkan kekuatan
regangan luka. Selama pembentukan parut, kolagen tipe III jaringan granulasi digantikan oleh kolagen
tipe I sampai perbandingannya 4:1.

Luka akhirnya ditutup oleh migrasi sel-sel epitel yang berasal dari tepi luka, mengisi defek sampai terjadi
kontak dengan epitel dari sisi berlawanan dan menghentikan proses migrasi ketika kontak terjadi. Proses
epitelisasi ini tidak memberikan kontribusi pada kekuatan penyembuhan luka,karena proses remodeling
terjadi dibawahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Brown DL. Wound. In: In: Brown DL, Borschel GH, editors. Michigan Manual of Plastic Surgery. 1st ed.
Philadelphia, USA: Lippincott Williams & Wilkins;2004.p.1-9

Enoch S, Price P. Cellular, molecular, and biochemical differences in the pathophysiology of healing
between acute wounds, chronic wounds and wounds in the aged. World Web Wound (serial online)
2007 (cited April 8, 2007). Available from URL: HYPERLINK http//www.worldwebwound.com

Judd H. Wound Care made Incredibly Easy.1sted.Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2003.p.30-
34

David V Feliciano. Trauma. 1st ed. London, UK: Appleton & Lange; 1996. p.917-22

Skinner I. The Principles of Wound Management. In: Basic Surgical Skills Manual. 7th ed. Australia: Mc-
Graw Hill; 2000.p.1-3

Fischer EJ. Surgical Complications. In: Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM, Fischer JE, Galloway
AC, editors. Principles of Surgery. 7th ed. NewYork: Mc-Graw Hill; 1999.p449

Cohen IK, Diegelmann RF, Yager DR, Wornum IL, Graham MF, Crossland MC. Wound Care and Wound
Healing. In : Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM, Fischer JE, Galloway AC, editors. Principles of
Surgery. 7th ed. NewYork: Mc-Graw Hill; 1999.p263-294

Torre JDL, Sholar A. Wound Healing, Chronic Wounds. e-Medicine from WebMD (serial online) 2006
(cited 2006 May 26);1(477) Available from URL: HYPERLINK

Anda mungkin juga menyukai