Dosen Pembimbing :
Indriatie, S.Kp., M. M. Kes
Penyusun :
P27820117071
I REGULER B
JURUSAN KEPERAWATAN
Luka didefinisikan sebagai suatu kerusakan integritas epithel dari kulit atau terputusnya
kesatuan struktur anatomi normal dari suatu jaringan akibat suatu trauma. Definisi lain
menyebutkan luka sebagai hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan
listrik atau animal bite. Ada beberapa cara untuk membuat klasifikasi luka. Namun yang
umum luka dapat diklasifikasikan atas dasar :
a. Luka Akut
b. Luka Kronik
a. Superficial
b. Partial Thickness
c. Full Thickness
a. Luka Kontaminasi yakni luka yang belum melewati batas waktu kontaminasi atau
golden periode ( kurang dari 6 jam )
b. Luka Infeksi yakni luka yang sudah melewati batas waktu kontaminasi atau golden
periode ( lebih dari 6 jam )
Klasifikasi luka berdasarkan waktu terjadinya luka dapat dibagi menjadi luka kontaminasi
dan luka infeksi.
Luka Infeksi
Pembagian luka ini berdasarkan waktu kontaminasi (golden periode) yaitu 6-8
jam dimana setelah waktu 6-8 jam setelah terjadi luka maka bakteri yang ada telah
mencapai koloni tertentu dan mengadakan invasi ke dalam jaringan sekitar luka atau
pembuluh darah. Pada kondisi ini luka disebut sebagai luka infeksi.
Luka Kronik
Saat kita menentukan usia sebuah luka maka pertama harus ditentukan
apakah luka tersebut akut atau kronik. Penentuan dapat menjadi sulit bila hanya
berpatokan pada kurun waktu. Ada yang mengatakan bila luka tidak sembuh dalam
waktu 3 bulan maka disebut luka kronik. Selain pertimbangan waktu maka perlu
diingat bahwa luka disebut akut bila luka tersebut baru atau mencapai kemajuan
penyembuhan luka sesuai yang diharapkan. Sementara luka kronik adalah luka yang
tidak sembuh dalam waktu yang diharapkan. Hal yang penting adalah pada luka
kronik proses penyembuhan melambat atau berhenti dan luka tidak bertambah kecil
atau tidak bertambah dangkal. Meskipun dasar luka tampak merah, lembab dan
sehat tetapi bila proses penyembuhan luka tidak mengalami kemajuan maka
dikatagorikan sebagai luka kronik.
full thickness yakni luka menembus kulit melampaui dermis dapat mencapai lemak
subkutan, fascia, otot bahkan tulang.
Berdasarkan hubungan antara luka dengan beberapa faktor seperti situasi, mekanisme luka,
adanya kontaminasi atau infeksi pada saat operasi maka luka operasi diklasifikasikan
menjadi empat jenis, yakni :
Tipe I, Luka Bersih, adalah luka operasi yang dibuat diatas kulit yang utuh tanpa
tanda infeksi atau peradangan. Luka jenis ini tidak membuka traktus respiratorius,
traktus urinarius, traktus gastrointestinal maupun traktus bilier. Luka dibuat
terencana dan penutupan luka dilakukan secara primer dan tanpa pemakaian drain
tertutup.
Tipe II, Luka Bersih Terkontaminasi, adalah luka operasi yang membuka traktus
respiratorius, traktus urinarius, traktus gastrointestinal dimana tanpa adanya
spillage atau tumpahan kontaminan. Khusus pada operasi traktus bilier, appendiks,
vagina dan orofaring pada saat dilakukan operasi tidak ditemukan tanda infeksi.
Tipe III, Luka Terkontaminasi, adalah luka operasi yang dilakukan pada kulit yang
mengalami trauma terbuka yang masih baru, operasi dengan spillage dari traktus
gastrointestinal atau incisi pada lapangan operasi dengan inflamasi akut dan non-
purulen.
Tipe IV, Luka Terinfeksi, adalah luka operasi yang dilakukan pada kulit yang
mengalami trauma melewati waktu golden periode, serta ditemukan adanya infeksi
atau adanya perforasi pada organ viscera. Disini organisme penyebab infeksi luka
post-operatif sudah ada sebelum operasi.
PENYEMBUHAN LUKA
Proses penyembuhan luka bersifat dinamis dengan tujuan akhir pemulihan fungsi dan
integritas jaringan. Dengan memahami biologi penyembuhan luka, kita dapat
mengoptimalkan lingkungan jaringan dimana luka berada.
Proses penyembuhan luka merupakan hasil akumulasi dari proses-proses yang meliputi
koagulasi, inflamasi, sintesis matriks dan substansi dasar, angiogenesis, fibroplasias,
epitelisasi, kontraksi dan remodeling. Tetapi secara garis besar proses kompleks ini dibagi
menjadi tiga fase penyembuhan luka : Fase inflamasi, fase proloferasi dan fase maturasi.
Fase inflamasi
Fase inflamasi secara klinis ditandai dengan cardinal sign: Rubor, calor, tumor, dolor serta
function laesa. Proses ini terjadi segera setelah trauma. Secara simultan cascade
pembekuan, arachidonic pathways dan pembentukan growth factors serta sitokin
bekerjasama memulai dan mempertahankan fase ini. (8)
Fase Proliferasi
Fase proliferasi penyembuhan luka dimulai kira-kira 2-3 hari setelah terjadinya luka, ditandai
dengan munculnya fibroblast. Fibroblast bermigrasi dari tepi luka menggunakan matrix
fibrin-based provisional yang dibentuk selama fase inflamasi. Dalam minggu pertama luka
fibroblast dikendalikan oleh makrfag: b-FGF, TGF-beta dan PDGF yang berperan dalam
proliferasi dan sintesis glycosaminoglycans dan proteoglycans, serta kollagen.
Pada fase ini fibroblast merupakan tipe sel dominan, dan mencapai puncaknya pada hari ke
7-14. Setelah sekresi kolgen fibroblast kemudian bergabung membentuk fibro-kolagen.
Peningkatan jumlah jaringan kolagen pada luka berbanding lurus dengan kekuatan regangan
luka.
Pada fase ini juga terjadi stimulasi jumlah keratinosit dan populasi sel endotel. Secara
simultan dengan proliferasi seluler terjadi perkembangan angiogenesis yang diawali dari
pembuluh darah dari tepi luka, selanjutnya disebut neovaskularisasi.
Fase Maturasi
Produksi kolagen baru masih merupakan proses dominan penyembuhan luka dari minggu
pertama sampai keenam. Kolagen ditempatkan secara random pada jaringan granulasi luka
akut. Remodeling kolagen menjadi struktur yang lebih terorganisasi terjadi selam proses
maturasi, meningkatkan kekuatan regangan luka. Selama pembentukan parut, kolagen tipe
III jaringan granulasi digantikan oleh kolagen tipe I sampai perbandingannya 4:1.
Luka akhirnya ditutup oleh migrasi sel-sel epitel yang berasal dari tepi luka, mengisi defek
sampai terjadi kontak dengan epitel dari sisi berlawanan dan menghentikan proses migrasi
ketika kontak terjadi. Proses epitelisasi ini tidak memberikan kontribusi pada kekuatan
penyembuhan luka,karena proses remodeling terjadi dibawahnya.
PENGKAJIAN LUKA
Bentuk dan Ukuran : Biasanya bentuk luka bakar berupa kemerahan dan proses
penyembuhan terjadi tanpa meninggalkan parut. Ukuran luka
tidak beraturan.
Proses Epitelisasi : Dapat sembuh spontan kurang lebih 3-7 hari. Termasuk
dalam fase fase ` proliferasi atau epitelisasi. Dengan ciri-
ciri:
Bentuk dan Ukuran : Lapisan kulit superfisial hanya sedikit yang rusak dan
penyembuhannya tanpa meninggalkan jaringan parut. Ukuran
luka pada gambar kira-kira 3x5 cm
Tanda Infeksi : Pada awalnya terdapat vesikel yang kemudian akan terasa
sakit dan warnanya menjadi hitam. Terasa sangat nyeri.
Tanda Infeksi : sedikit nyeri atau bahkan tidak terasa nyeri karena serabut-
serabut sarafnya telah rusak, dan rambut mudah lepas bila
dicabut.
Proses epitelisasi : Sulit terjadi penyembuhan luka secara spontan, dengan waktu
penyembuhan sekitar 3-5 bulan serta memerlukan transplantasi
kulit untuk memperbaiki jaringan kulit yang rusak.
LUKA OPERASI
Bentuk dan Ukuran : Luka berbentuk jahitan horizontal atau berbentuk spinal dan
panjang luka sekitar 15cm .
Tanda Infeksi : Jika luka operasi belum kering maka akan menimbulkan
nyeri.
Proses epitelisasi : Pada luka operasi ini termasuk dalam fase remodilling atau
maturasi, karena proses penyembuhannya memerlukan waktu
yang relative lama. Aktifitas sintesis dan degradasi kolagen
berada dalam keseimbangan. Serabut-serabut kolagen
meningkat secara bertahap dan bertambah tebal kemudian
disokong oehproteinase untuk perbaikan sepanjang garis
luka.kolagen menjadi unsure yang utama pada matriks. Serabut
kolagen menyebardengan saling terikat dan menyatu serta
berangsur-angsur menyokong pemulihan jaringan.
LUKA KRONIS : LUKA ULKUS DEKUBITUS
Lokasi / Letak : di bagian pinggul kiri (gambar sebelah kiri) dan bagian
pangkal lengan kiri (gambar kanan)
Bentuk dan Ukuran : Bentuknya kadang ada yang berupa tonjolan dan kulit agak
bergeripis.