NIM : 191510501073 Kelas : Pengantar Teknologi Pertanian C
TUGAS MANDIRI PENGGANTI UAS
Sistem penanaman bibit padi yang ada di Indonesia kebanyakan dilakukan
dengan cara tradisional, yaitu dengan sistem tanam pindah atau tegel. Kekurangan pada sistem ini adalah dapat mengakibatkan tertundanya waktu tanam serempak karena hanya mengandalkan tenaga kerja manusia dalam proses penanamannya. Untuk mengatasi masalah tersebut maka petani memerlukan suatu dukungan alat yang dapat digunakan untuk menunjang aktifitas penanaman bibit padi yang lebih cepat, serempak dan murah. Mesin tanam padi otomatis atau rice transplanter menjadi alternatif teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Rice transplanter merupakan alat penanam bibit padi dengan jumlah, kedalaman, jarak dan kondisi penanaman yang dapat diseragamkan. Konsep alat ini adalah memberikan jarak yang pas antara satu barisan padi dengan barisan padi lainnya. Jarak antar baris ini dapat dimanfaatkan untuk memudahkan dalam melakukan pemeliharaan tanaman padi. Alat ini direkomendasikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Pertanian karena sistem ini ternyata mampu meningkatkan produksi hingga 30%. Terdapat dua jenis mesin tanam bibit padi yang dapat digunakan, antara lain: Mesin yang menggunakan bibit yang ditanam/disemai di lahan (washed root seedling). Mesin ini memiliki kelebihan yaitu dapat dipergunakan tanpa harus mengubah cara persemaian bibit yang biasa dilakukan secara tradisional. Namun demikian waktu yang dibutuhkan untuk mengambil bibit cukup lama, sehingga kapasitas kerja total mesin menjadi kecil. Kedua adalah mesin tanam yang menggunakan bibit yang secara khusus disemai pada persemaian dapog. Di Jepang, Persemaian Dapog untuk Penanaman dengan Rice Transplanter ini banyak dilakukan oleh pusat koperasi pertanian, sehingga petani tidak perlu repot mempersiapkan bibit padi sendiri.
Sementara itu, menurut cara pengoperasiannya mesin transplanter
dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Transplanter tipe berjalan (walking type) Pada tipe ini operator ikut berjalan secara perlahan tepat di belakang mesin penanam sembari mengarahkan kerapihan dalam penanaman di suatu area persawahan. Persedian benih padi dapat diletakkan pada rak yang telah tersedia pada alat tanam tersebut sehingga bila kekurangan pada tray penanam dapat langsung diisikan. Penanaman dapat dilakukan dengan satu orang namun dalam pelaksanaannya dapat dibantu oleh satu orang lagi agar mempercepat proses pengisian benih. Transplanter tipe mengendarai (riding type) Pada tipe ini sistem pengoperasiannya tidak jauh berbeda dengan tipe operator dorong, yang membedakan hanyalah operator dapat mengendarai mesin tanam seperti layaknya sebuah kendaraan mini sehingga memudahkan dan meringankan operator tanpa harus berjalan. Dalam pengoperasiannya dibutuhkan tenaga pembantu untuk meletakkan benih pada tray ketika saat menanam. Alat transplanter padi memliki keuntungan dalam berbagai hal seperti: 1. Perkembangan zaman membuat tak banyak lagi buruh tani yang tersisa. Sedangkan di Indonesia, pemilik sawah masih tergolong banyak. Masalah datang ketika musim tanam tiba. Para petani dan pemilik lahan tidak memiliki sumber daya manusia yang mencukupi untuk membantu proses penanaman padi. Namun. Dengan kehadiran mesin transplanter, hal ini bisa diatasi. Petani tidak perlu lagi bingung masalah kekurangan tenaga karena bisa dilakukan secara otomatis dengan menggunakan mesin. Rice transplanter bisa menanam padi secara otomatis pada lahan yang sudah disiapkan. Mesin ini juga bekerja dalam waktu yang lebih cepat daripada menggunakan tenaga manusia. Dengan menggunakan mesin ini, petani malah diuntungkan karena pekerjaan selesai secara lebih efisien dan praktis. 2. Kehebatan mesin transplanter untuk membantu petani menanam padi sudah seharusnya tidak diragukan lagi. Pasalnya, alsintan andalam Kementan ini bisa memperkirakan jarak yang tepat antar padi untuk bertumbuh. Mesin transplanter menerapkan jarak 20x25 cm, lebih sempit daripada jika ditanam oleh manusia yang membutuhkan jarak 30x30cm. Jarak yang lebih sempit ini tentu bisa meningkatkan efektivitas lahan karena memungkinkan lebih banyak padi ditanam. Jarak yang penanaman yang lebih presisi jika dilakukan dengan transplanter, juga memiliki efek yang baik bagi tumbuhan. Padi yang ditanam pada jarak yang sama, memungkinkan tanaman ini untuk tumbuh lebih tinggi. Di samping itu, padi juga lebih tahan hama jika dibandingkan penanaman secara manual. 3. Saat awal alsintan ini dikenalkan oleh Kementan untuk mempermudah proses produksi padi, mungkin banyak yang bingung tentang cara penggunaannya. Padahal, mesin transplanter ini sangatlah mudah dalam penggunaannya. Petani tak perlu butuh banyak waktu untuk menanam padi di sepetak sawah. Anda hanya perlu melakukan pembibitan dalam baki mesin transplanter, hingga menghasilkan gulungan bibit padi siap tanam. Selanjutmya, letakkan bibit padi di atas mesin. Jika sudah, Anda hanya perlu menjalankan mesin supaya padi tertanam secara otomatis. Cara modern untuk menanam padi ini tentu sangat menghemat waktu dan biaya. Sudah banyak petani yang mengatakan bisa panen setelah 90 hari, alih-alih 95 hari jika dilakukan secara tradisional. Biaya untuk pengurusan lahan hingga penanam pun bisa dihemat hingga 50%. Yang lebih istimewa dan menarik, alsintan ini merupakan bantuan dari pemerintah sehingga Anda tidak harus membelinya sendiri. Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=NCO-2_MegZw