Anda di halaman 1dari 12

Hubungan Diabetes Distress dengan Overactive Bladder (OAB) Pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2

(The Relationship Between Diabetes Distress with Overactive Bladder (OAB)


among Patients with Type 2 Diabetes Melitus in RSD dr. Soebandi Jember)

Dasri Alfalsah 1), Jon Hafan Sutawardana 2*), Murtaqib 2),


1
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember,
2
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan Universitas Jember
*
Email Korespondensi: hafan@unej.ac.id

ABSTRAK
Pendahuluan: Overactive bladder (OAB) adalah sindrom kompleks urgensi urin yang sering disertai
dengan frekuensi dan nokturia. Variabel psikologis telah dikaitkan dengan urgensi dan gejala
inkontinensia urgensi dan dengan gejala inkontinensia spesifik lainnya. Diabetes distress mengacu
pada tekanan psikologis khusus yang terjadi pada pasien dengan diabetes dan dapat mencakup
berbagai emosi. Kondisi tertekan akan menyebabkan kadar gula darah menjadi lebih buruk, hal ini
akan menimbulkan risiko komplikasi pada pasien DM, seperti OAB. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara diabetes distress dengan overactive bladder pada pasien DM tipe 2.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Sebanyak 70 responden diikutsertakan dalam penelitian ini dengan menggunakan
consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian kuesioner Diabetes Distress
Scale (DDS) dan Overactive Bladder Symptom Score (OABSS). Data dianalisis dengan menggunakan
uji korelasi rank spearman dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil dan Analisis: Hasil penelitian
menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara diabetes distress dengan overactive
bladder (p value = 0,001 ; r = 0,377). Korelasinya lemah dan arah hubungannya positif yang berarti
semakin tinggi diabetes distress maka semakin tinggi overactive bladder. Diskusi: Kontrol gula darah
efektif dalam mengurangi keparahan OAB. Perawat diharapkan mampu melakukan pengkajian
distress pada pasien diabetes secara holistik dan diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan
yang optimal. Sehingga dapat menurunkan derajat keparahan OAB pada pasien DM tipe 2.
Kata Kunci: DM Tipe 2; Diabetes Distress; Overactive Bladder

ABSTRACT
Introduction: Overactive bladder is a syndrome complex of urinary urgency, often accompanied by
frequency and nocturia. Psychological variables have been associated with urgency and urge
incontinence symptoms and with other specific incontinence symptoms. Diabetes distress refers to
psychological distress specific to living with diabetes and can encompass a wide range of emotions.
Distress conditions will cause blood sugar levels to become worse, this will lead to the risk of
complications in DM patients, such OAB. This study aimed to analyze the relationship between
diabetes distress and overactive bladder in patients with type 2 DM. Method: This research applied
an observational analytic design with cross sectional approach. A total of 70 respondent were
enrolled in this study by using consecutive sampling. Data collection was conducted by administering
questionnaire of Diabetes Distress Scale (DDS) and Overactive Bladder Symptom Score (OABSS).
Data were analyzed by using spearman-rank correlation test with significance level of 0.05. Result
and Analysis: The result showed a significant positive correlation between diabetes distress and
overactive bladder (p value = 0.001 ; r = 0.377). The correlation was weak and positive which means
the higher the diabetes distress the higher the overactive bladder. Discussion: Blood sugar control is
effective in reducing the severity of OAB. Nurses are expected to be able to conduct a holistic
assessment of distress in diabetic patients and are expected to provide optimal nursing care. So that it
can reducing the severity of OAB in type 2 DM patients.
Keyword: Type 2 Diabetes Mellitus; Diabetes Distress; Overactive Bladder

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 6 No 2 Tahun 2021 -68


Pendahuluan mungkin berkembang beberapa gangguan
Overactive bladder (OAB) emosi karena berbagai alasan seperti
merupakan masalah kesehatan yang umum diagnosis penyakit, munculnya komplikasi,
dan mengganggu. OAB digambarkan sebagai kesulitan untuk melakukan rezim pengobatan
urgensi berkemih dengan atau tanpa juga peristiwa stres lainnya di lingkungan
inkontinensia yang biasanya disertai dengan mereka (Wijaya, 2014). Tanggapan terhadap
frekuensi berkemih yang meningkat dan stressor lingkungan terkait dengan penyakit
nokturia (Liu et al, 2011). Meskipun etiologi dapat berupa respon yang negatif yang
OAB masih belum diketahui dengan baik, disebut dengan distress (Vega et al., 2017).
studi epidemiologi telah menunjukkan bahwa Pada pasien DM tipe 2 gangguan emosional
prevalensi OAB bervariasi dari 12% hingga yang terjadi disebut dengan diabetes distress
17% dan dikaitkan dengan penyakit kronis, (Perrin et al., 2017).
seperti Diabetes Melitus (DM) (Chiu et al, Stress merupakan salah satu faktor
2012). yang dapat mempengaruhi peningkatan kadar
DM merupakan kondisi metabolisme HbA1c pada pasien DM (Veranita et al.,
kronis dan telah terbukti mengubah fungsi 2016). Peningkatan gula darah atau
vesicoureteral dalam beberapa cara, dari hiperglikemia pada pasien DM yang melebihi
penurunan kontraktilitas otot detrusor hingga kapasitas reabsorpsi glukosa pada ginjal akan
aktivitas kandung kemih yang berlebihan (Xu mengarah ke glukosuria dan poliuria osmotik
et al., 2017; Golabek et al., 2012). Liu et al. kemudian kandung kemih akan
(2011) melaporkan bahwa pasien diabetes mengkompensasi dengan peningkatan
dengan durasi mengalami DM lebih dari 10 frekuensi berkemih dan meningkatkan
tahun akan mengalami peningkatan fosforilasi oksidatif sehingga menyebabkan
perkembangan OAB. Pada pasien dengan stress oksidatif (Inouye et al., 2018). Stress
DM tipe 2 kadar HbA1c yang lebih tinggi oksidatif berakibat pada kerusakan syaraf,
secara bermakna dikaitkan dengan keparahan fungsi urothelium dan fungsi otot polos di
OAB (Chiu et al., 2012). Kontrol glikemik kandung kemih (Wittig et al., 2018).
(HbA1c) yang buruk berkaitan dengan Penderita diabetes memiliki penyebab stress
tingkat diabetes distress yang tinggi (Huynh tambahan yang perlu diidentifikasi dan
et al, 2021). ditangani secara efektif untuk menjaga
Penelitian yang dilakukan oleh kesehatan serta kualitas hidup pada pasien
Kurniawati (2018) terhadap 84 pasien di diabetes melitus.
Puskesmas Patrang Kabupaten Jember,
didapatkan hasil (23,8%) tidak mengalami Metode
distress, (54,8%) mengalami distress sedang, Penelitian ini menggunakan
dan (21,4%) mengalami distress berat. OAB pendekatan kuantitatif dengan desain
lebih sering terjadi pada pasien dengan DM penelitian observational analitik
tipe 2 dibandingkan pada populasi orang menggunakan metode cross sectional.
dewasa pada umumnya (Xu et al., 2018). Variabel dependen dari penelitian ini adalah
Sekitar 455 juta orang di seluruh dunia overactive bladder dan variabel independen
hampir 11% mengalami OAB. Berdasarkan adalah diabetes distress. Populasi dalam
penelitian yang dilakukan Xu et al. (2017) di penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 di poli
Cina dengan jumlah responden 1025 pasien penyakit dalam RSD dr. Soebandi Jember.
dengan DM tipe 2, didapatkan hasil Teknik sampling yakni non-probability
prevalensi OAB pada pasien DM tipe 2 sampling dengan consecutive sampling.
sebanyak 142 pasien (13,9 %). Sebuah studi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 04
berbasis kuesioner yang dilakukan oleh Mei – 28 Mei 2021 dan didapatkan sampel
Palleschi et al. (2013) di Italia ditemukan penelitian sebanyak 70 pasien. Kriteria
bahwa prevalensi OAB diantara wanita dan inklusi responden penelitian yaitu: pasien
pria yang menderita DM, ditemukan masing- dengan DM tipe 2, dapat berkomunikasi
masing 36,1% dan 34,9%. dengan baik, bersedia menjadi responden
Penderita diabetes seringkali merasa selama penelitian dilakukan. Kriteria eksklusi
frustasi, marah, putus asa, stress, cemas, dan dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe 2

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 6 No 2 Tahun 2021 -69


dengan riwayat operasi kandung kemih, Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
infeksi saluran kemih, gangguan neurologis Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Status
(stroke, parkinson, dan multiple sclerosis), Pernikahan pada Pasien DM Tipe 2 di RSD
memiliki keterbatasan fisik, dan mengalami dr. Soebandi Jember.
gangguan mental. Variabel Jumlah %
Pengumpulan data diabetes distress Jenis Kelamin
menggunakan kuesioner Diabetes Distress Laki-laki 23 32,9
Scale (DDS) yang terdiri dari 17 pertanyaan Perempuan 47 67,1
unfavourable dengan nilai minimal adalah 1- Pendidikan
51 dan nilai maksimal 52-102. Untuk gejala Tidak tamat SD 6 8,6
overactive bladder dinilai menggunakan Tamat SD 19 27,1
kuesioner Overactive Bladder Symptom SMP 18 25,7
Score (OABSS), OABSS adalah kuesioner SMA 20 28,6
penilaian gejala yang diberikan sendiri yang Akademi/Perguru 7 10
mengukur tingkat OAB menjadi skor total an Tinggi
tunggal, diperoleh dari jumlah empat skor Pekerjaan
item untuk empat gejala OAB yakni: Tidak bekerja 39 55,7
frekuensi, nokturia, urgensi dan (Ibu Rumah
inkontinensia. Skor 3-5 mengalami OAB Tangga/Pensiun)
ringan, skor 6-11 mengalami OAB sedang, Buruh 5 7,1
dan skor 12-15 mengalami OAB berat. Petani 3 4,3
Rancangan analisis data penelitian Wiraswasta 16 22,9
diproses dengan menggunakan IBM SPSS Pegawai swasta 3 4,3
versi 21. Data yang telah diperoleh dianalisis PNS 4 5,7
menggunakan uji spearman. Skala data yang Status
digunakan yakni interval-ordinal untuk Pernikahan
variabel diabetes distress dan overactive Menikah 65 92,9
bladder. Belum Menikah 0 0
Penelitian ini sudah mendapat Janda 3 4,3
persetujuan etik dari Komite Etik Penelitian Duda 2 2,9
Kesehatan (KEPK) Fakultas Keperawatan Sumber: Data Primer, Mei 2021
Universitas Jember dengan
No.74/UN25.1.14/KEPK/2021. Penelitian ini Pada tabel 2 didapatkan hasil nilai
sudah memperhatikan prinsip etika penelitian rata-rata usia responden 53,66 tahun dengan
selama proses penelitian meliputi: nilai nilai minimal yakni 35 tahun dan maksimal
sosial, pemerataan beban dan manfaat, 77 tahun. Lama terdiagnosa DM rata-rata 7,8
potensi manfaat dan risiko, rahasia dan tahun dengan nilai minimal 1 tahun serta nilai
privacy, dan informed consent. maksimal 19 tahun. Kemudian nilai rata-rata
gula darah sewaktu adalah 214,43 mg/dL
Hasil dengan nilai minimal 60 mg/dL dan nilai
Karakteristik Responden maksimal 800 mg/dL.
Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
menunjukkan bahwa mayoritas penderita DM Usia, Lama Terdiagnosa DM, dan Kadar
lebih banyak berjenis kelamin perempuan Gula Darah Pasien DM Tipe 2 di RSD dr.
yaitu sebanyak 47 orang (67,1%). Pendidikan Soebandi Jember.
terakhir responden paling banyak adalah Variabel Mean Median Min-
SMA sebanyak 20 orang (28,6%). Max
Berdasarkan pekerjaan paling banyak
Usia 53,66 53,50 35-77
responden adalah tidak bekerja sejumlah 39
(tahun)
orang (55,7%). Status pernikahan responden
Lama DM 7,8 7 1-19
sebagian besar adalah sudah menikah yaitu
(tahun)
sebanyak 65 orang (92,9%).
Gula Darah 214,43 196 60-800

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 6 No 2 Tahun 2021 -70


Sewaktu ringan sebanyak 25 responden dan yang
(mg/dL) mengalami OAB berat sebanyak 1
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder, responden.
Mei 2021 Tabel 5. Kategori Nilai OAB pada Pasien
DM Tipe 2 di RSD dr. Soebandi Jember.
Diabetes Distress pada Pasien DM tipe 2 Variabel Frekuensi (%)
Pada tabel 3 menunjukkan variabel
diabetes distress pasien DM Tipe 2 di RSD Tidak 44 62,9
dr. Soebandi Jember didapatkan nilai rata- mengalami
rata sebesar 1,66 dengan nilai minimal 1,0 OAB
dan maksimal 3,06. OAB Ringan 25 35,7
OAB Sedang 1 1,4
Tabel 3. Distribusi Nilai Diabetes Distress
Sumber: Data Primer, Mei 2021
pada Pasien DM Tipe 2 di RSD dr. Soebandi
Jember.
Hasil penelitian menurut tabel 6
Variabel Mean Median Min- menunjukkan bahwa nilai skor OABSS
Max diperoleh nilai mediannya sebesar 2 dengan
Diabetes 1,66 1,56 1,0- nilai minimal 0 dan nilai maksimal yang
Distress 3,06 didapatkan adalah 11.
Sumber: Data Primer, Mei 2021
Tabel 6. Analisis Nilai Skor OABSS pada
Hasil penelitian menurut tabel 4 didapatkan Pasien DM Tipe 2 di RSD dr. Soebandi
bahwa nilai tertinggi pada diabetes distress Jember.
terletak pada indikator beban emosional Variabel Median Min-Max
yakni nilai rata-rata sebesar 12,84 dengan Nilai Skor 2 0-11
nilai minimal 5 dan nilai maksimal 28. OABSS
Sedangkan nilai terendah terletak pada
Sumber: Data Primer, Mei 2021
indikator distress interpersonal dengan nilai
rata-rata sebesar 4 serta nilai minimal 1 dan
Berdasarkan uji statistik spearman-
nilai maksimal yakni 11.
rank didapatkan hasil p value = 0,001 yang
Tabel 4. Nilai Rerata Indikator Diabetes menunjukkan bahwa Ha gagal ditolak atau
Distress pada Pasien DM Tipe 2 di RSD dr. diterima yang berarti terdapat korelasi yang
Soebandi Jember. signifikan antara variabel diabetes distress
Indikator Mean Median Min- dan overactive bladder. Berdasarkan hasil
Max analisis tersebut dapat diketahui juga nilai
Beban 12,84 11,5 5-28 koefisien korelasi (correlation coefficient)
Emosional sebesar 0,377 yang artinya arah korelasi
Distress 4,1 4 4-6 positif dengan kekuatannya lemah. Hal ini
Terkait menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai
Tenaga diabetes distress maka akan semakin tinggi
Kesehatan nilai overactive bladder yang dialami oleh
Distress 7,36 7 5-15 pasien DM tipe 2.
Terkait Tabel 7. Analisa hubungan diabetes distress
Perawatan dengan OAB pada pasien DM tipe 2 di RSD
Diri dr. Soebandi Jember.
Distress 4 3 1-11
Interpersonal Variabel R P Arah
Sumber: Data Primer, Mei 2021 Korelasi
Diabetes
Overactive Bladder pada Pasien DM tipe 2 Distress +
0,377 0,001
Berdasarkan Tabel 5 dari 70 Overactive (positif)
responden, pasien DM tipe 2 di RSD dr. Bladder
Soebandi Jember yang mengalami OAB Sumber: Data Primer, Mei 2021

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 6 No 2 Tahun 2021 -71


Pembahasan pengetahuan akan meningkat hal ini
Karakteristik Responden dibuktikan bahwa responden patuh terhadap
Usia rata-rata responden yang diet, tingkat kesadaran yang tinggi dalam
didapatkan dari hasil penelitian yakni 53,66 mencari perawatan dan pengobatan terkait
tahun. Hal ini sejalan dengan konsep DM tipe penyakit diabetes yang dideritanya, serta
2 bahwa umumnya seseorang akan dalam pemilihan mengenai terapi yang akan
mengalami penurunan fungsi fisiologis dijalani untuk mengatasi masalah
secara drastis pada usia >40 tahun. kesehatannya juga semakin baik.
Penurunan ini dapat menjadi faktor risiko Sebanyak 65 responden berstatus
terhadap menurunnya fungsi endokrin menikah. Penderita DM membutuhkan
pankreas dalam memproduksi insulin (Riyadi bantuan, dukungan dan perhatian dari
& Sukarmin, 2008). Akan tetapi pada lingkungan sekitarnya untuk menjaga agar
penelitian ini juga ditemukan adanya tetap patuh terhadap regimen yang dijalani.
responden yang berusia 35 tahun, hal ini Dukungan dari keluarga dapat memberikan
dimungkinkan disebabkan karena adanya kenyamanan fisik dan psikologis pada
faktor keturunan dan pola makan yang salah keadaan stress. Dukungan emosional dari
karena secara teori ada beberapa faktor risiko orang terdekat mampu memberikan
yang memungkinkan terjadinya penyakit DM ketenangan, kenyamanan dan meminimalkan
selain faktor usia. Berdasarkan fenomena reaksi negatif dari kecemasan (Wardani,
selama penelitian di lapangan, responden 2017).
yang berusia 35 tahun ini mengalami obesitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dimana seseorang yang mengalami obesitas 39 responden (55,7%) tidak bekerja.
akan mengakibatkan sel beta pankreas Hubungan antara pekerjaan dan aktivitas fisik
mengalami hipertropi yang nantinya akan yang dilakukan oleh seorang individu dapat
berpengaruh terhadap produksi insulin. mempengaruhi pola kesehatan. Seseorang
Sehingga hal ini memungkinkan terjadinya yang tidak bekerja aktivitas fisik yang
penyakit DM di usia <40 tahun. dimiliki akan berkurang, aktivitas fisik yang
Sebagian besar responden perempuan berkurang bisa menyebabkan obesitas karena
sebanyak 47 orang (67,1%). Perempuan terjadinya penumpukan energi didalam
lebih beresiko terkena diabetes, karena pada tubuh. Aktvitas fisik yang dilakukan
wanita secara fisik memiliki peluang dalam berpengaruh pada peningkatan hormon
meningkatnya Indeks Masa Tubuh (IMT) insulin dalam darah yang mana hormon
yang beresiko mengalami obesitas. Individu tersebut memiliki fungsi dalam perubahan
dengan obesitas kalori yang masuk akan glukosa menjadi energi yang digunakan
lebih besar, sehingga akan menyebabkan untuk proses metabolisme dalam tubuh
kelelahan pada sel beta pankreas serta tidak (Kaban et al., 2017).
mampu memproduksi insulin yang cukup Lama menderita DM diperoleh nilai
untuk menyeimbangkan asupan kalori dalam rata-rata 7,8 tahun. Pasien yang menderita
tubuh, sehingga kadar glukosa dalam darah diabetes selama 5-10 tahun akan mengalami
meningkat dan menyebabkan penyakit komplikasi sebab hal tersebut berkaitan
diabetes melitus (Rahmasari & Wahyuni, dengan penumpukan glukosa dalam darah
2019). secara terus menerus yang akan
Pendidikan terakhir responden paling mengakibatkan terjadinya komplikasi pada
banyak adalah lulusan SMA sejumlah 20 pasien DM tipe 2 (Mildawati et al., 2019).
orang (28,6%). Tingkat pendidikan yang Lama menderita DM dengan pengobatan
tinggi secara signifikan berkaitan dengan yang dijalani dapat mempengaruhi status
kesadaran yang lebih baik tentang kesehatan, psikologis, dan kesejahteraan
komplikasi diabetes serta tingkat kepatuhan pasien.
diet yang tinggi (Al-Rasheedi, 2014). Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
Berdasarkan fenomena selama dilakukannya sewaktu menunjukkan nilai rata-rata sebesar
penelitian terdapat kesesuaian antara teori 214,43 mg/dL. Glukosa adalah bahan bakar
dan fakta bahwa semakin tinggi tingkat utama dalam jaringan tubuh dan berfungsi
pendidikan seseorang maka tingkat untuk menciptakan energi. Kadar glukosa

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 6 No 2 Tahun 2021 -72


darah berkaitan erat dengan diabetes melitus. energi mental dan fisik mereka setiap
Kadar glukosa darah yang meningkat sebesar harinya. Kemudian responden juga merasa
200 mg/dL disertai dengan manifestasi takut dan tertekan jika memikirkan tentang
poliuria, polifagia, dan penurunan berat hidup dengan diabetes. Sedangkan pada
badan yang tidak diketahui sebabnya sudah sebagian responden yang mengalami DM
cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes >10 tahun dan mengalami komplikasi mereka
mellitus (Cindy, 2021). mengalami distress dikarenakan merasa
khawatir akan komplikasi yang mereka alami
Diabetes Distress pada Pasien DM Tipe 2 dan mereka merasa bahwa teman atau
Hasil penelitian didapatkan bahwa keluarga tidak menghargai betapa sulitnya
nilai rata-rata diabetes distress adalah 1,66 hidup dengan diabetes serta merasa bahwa
serta nilai median 1,56 dimana distress yang teman atau keluarga tidak memberikan
dialami oleh pasien DM tipe 2 di RSD dr. dukungan emosional yang mereka inginkan.
Soebandi Jember termasuk kedalam kategori Pada penelitian ini diperoleh nilai rata-rata
tidak distress atau distress rendah. Menurut responden mengalami DM yakni 7,8 tahun
penelitian yang dilakukan oleh Wulandari sehingga dimungkin nilai diabetes distress
(2019) didapatkan bahwa nilai skor rata-rata pada sebagian responden bernilai rendah.
diabetes distress adalah 1,56. Penelitian lain Karakteristik responden penelitian ini
yang dilakukan oleh Kurniawati (2019) juga menurut jenis kelamin menunjukkan
telah melakukan penelitian terkait dengan sebagian besar responden adalah perempuan
diabetes distress dan didapatkan sebanyak 20 (67,1%). Menurut Hara et al. (2014), stress
tidak mengalami distress dengan skor rata- dan koping yang dirasakan sangat
rata diabetes distress adalah 2,46. Tingkat dipengaruhi oleh gender. Wanita cenderung
distress yang rendah pada hasil penelitian terlibat dalam pemecahan masalah aktif,
dianalisis berdasarkan beberapa karakteristik namun memiliki kesadaran diabetes rendah.
responden yakni usia, jenis kelamin, Menurut Nasrani (2011), perempuan lebih
pendidikan, pekerjaan, lama menderita DM besar memiliki tingkat stress yang tinggi
dan status pernikahan. Responden pada dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini
penelitian ini menunjukkan karakteristik disebabkan karena perbedaan dalam
yang mendukung rendahnya tingkat diabetes menghadapi dan menyelesaikan masalah atau
distress. konflik. Laki-laki cenderung menikmati
Usia rata-rata responden 53,66 tahun. adanya konflik bahkan menganggap konflik
Usia yang lebih tua dikaitkan dengan skor sebagai dorongan yang lebih positif untuk
diabetes distress yang rendah, orang dewasa kedepannya. Menurut Selvaraj et al. (2015)
yang lebih tua mengatasi stress dengan lebih pada perempuan lebih cenderung mengalami
baik dan menunjukkan lebih sedikit diabetes distress karena kurangnya
reaktivitas terhadap stress karena pengalaman keterampilan dan pengalaman dalam
masa lalu mereka dalam mengatasi stress mengatasi penyakit yang sedang dialaminya.
sehingga orang yang lebih tua memiliki Sebagian besar responden tidak
strategi regulasi emosi yang lebih baik bekerja yakni sebagai ibu rumah tangga dan
(Helgeson et al., 2020). Berdasarkan pensiunan. Menurut Ramkisson et al. (2017)
fenomena yang ada selama penelitian bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT)
semakin tua usia responden maka proses menjadikan pasien DM memiliki tingkat
penerimaan terhadap sakit yang diderita diabetes distress yang lebih rendah. Hal ini
semakin tinggi sehingga tingkat diabetes dikarenakan pada IRT mempunyai waktu
distress yang rendah pada penelitian ini yang banyak dalam melakukan pengelolaan
diperkuat dengan rata-rata usia responden penyakit dan perawatan diri yang berkaitan
sebesar 53,66 tahun. dengan DM tipe 2 sehingga tidak
Lama menderita DM berperan menimbulkan diabetes distress. Hasil
terhadap terjadinya distress pada penderita penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaan
DM tipe 2. Responden yang baru saja responden paling banyak adalah tidak bekerja
terdiagnosa DM satu tahun lamanya merasa yakni sebagai IRT, hal ini dapat
bahwa diabetes mengambil terlalu banyak dimungkinkan bahwa seorang IRT memiliki

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 6 No 2 Tahun 2021 -73


banyak waktu dalam pengelolaan diri dan atau tanpa inkontinensia (Verim et al., 2016).
perawatan diri terkait diabetes sehingga tidak Diabetes dapat menyebabkan disfungsi pada
mengalami distress terkait diabetes. otot polos, urothelium dan komponen syaraf
Hasil penelitian menunjukkan di kandung kemih (Meng et al., 2012).
pendidikan terakhir responden paling banyak Dalam penelitian ini diperoleh sebanyak 25
berada pada tingkat SMA (28,6%). Menurut responden mengalami OAB ringan dan 1
Bo et al. (2019) pendidikan merupakan faktor responden mengalami OAB sedang. Hasil
penting yang mempengaruhi tekanan analisis skor OABSS didapatkan nilai median
psikologis diantara pasien diabetes. Hasil sebesar 2. Faktor yang mempengaruhi OAB
penelitian menunjukkan responden yang pada pasien DM tipe 2 yaitu usia, jenis
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi kelamin, lama menderita DM, dan kontrol
cenderung mampu berfikir dengan tenang glikemik (Zhu et al., 2019; Eapen &
dalam menghadapi suatu masalah sehingga Radomski, 2016; Chiu et al., 2012).
dapat mengurangi tingkat diabetes distress Usia disebut sebagai salah satu faktor
(Isnaini & Ratnasari, 2018). risiko yang berperan dalam peningkatan
Hampir semua responden dalam gejala OAB pada pasien DM tipe 2. Hasil
penelitian ini sudah berstatus menikah. penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia
Menurut Ramkisson et al. (2016), pasien DM responden adalah 53,66 tahun. Penelitian
yang sudah menikah cenderung memiliki yang dilakukan oleh Zhu et al. (2019)
nilai diabetes distress yang lebih rendah menyebutkan bahwa usia ≥60 tahun
dibandingkan dengan yang belum menikah. diidentifikasi sebagai faktor risiko
Hal ini karena adanya dukungan dari independen yang terkait dengan
pasangan. Pernikahan dapat menimbulkan perkembangan OAB. Pada usia tersebut
stabilitas emosional karena dapat berbagi memasuki usia lansia, dimana terjadi proses
beban bersama dalam menghadapi masalah penuaan dan penurunan fungsi tubuh
(Kaur et al., 2013). Berdasarkan fenomena (Weinberg et al., 2015). Kandung kemih
selama penelitian di lapangan bahwa yang normal menunjukkan mekanisme
sebagian besar responden ketika berobat ke adaptif yang mampu menyesuaikan kapasitas
RS mereka ditemani oleh pasangan mereka. fungsional kandung kemih terhadap produksi
Hal ini menunjukkan adanya keterlibatan urin, guna meminimalkan perubahan
pasangan dapat mengurangi masalah frekuensi berkemih. Namun, seiring
emosional yakni dengan cara berbagi bertambahnya usia, fitur karakteristik adaptif
masalah yang dialami dan membantu kandung kemih ini menjadi kurang jelas.
responden dalam manajemen diet DM tipe 2, Peningkatan output urin mengakibatkan
sehingga dapat meningkatkan kepatuhan diet peningkatan yang signifikan dari frekuensi
serta kontrol glikemik yang lebih baik bagi berkemih selama 24 jam bersama dengan
responden. pengurangan, bukan peningkatan kapasitas
Diabetes distress terdiri atas 4 kandung kemih fungsional (Camoes et al.,
indikator, yaitu distress beban emosional, 2015).
distress terkait tenaga kesehatan/dokter, Wanita dengan diabetes secara
distress terkait perawatan diri/ pengobatan, signifikan lebih mungkin mengalami
dan distress interpersonal. Hasil penelitian gangguan dasar panggul, seperti stress
pada 4 indikator diabetes distress inkontinensia urin dan kandung kemih terlalu
menunjukkan bahwa nilai rerata tertinggi aktif (OAB) (Karoli et al., 2014). Meskipun
yaitu pada indikator distress beban emosional prevalensi keseluruhan OAB serupa antara
dan nilai rerata terendah terletak pada kedua jenis kelamin, ada perbedaan spesifik
indikator distress interpersonal. jenis kelamin dalam prevalensi berbagai
gejala dalam kompleks OAB. Hasil
Overactive Bladder pada Pasien DM Tipe 2 penelitian menunjukkan bahwa sebagian
Overactive Bladder (OAB) adalah besar responden berjenis kelamin perempuan
suatu kondisi dimana terdapat keinginan yang sebanyak 47 responden (67,1%). Dari 70
sering untuk buang air kecil pada siang dan responden, prevalensi OAB diantara
malam hari serta urgensi berkemih dengan perempuan dan laki-laki yang menderita DM

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 6 No 2 Tahun 2021 -74


tipe 2 di RSD dr. Soebandi Jember bukan HbA1c. Peningkatan HbA1c >7%
ditemukan 18 responden (26%) pada dalam tubuh menandakan kontrol glikemik
perempuan dan 8 responden (12%) pada laki- yang buruk. Akibatnya, terjadi glikosuria dan
laki. Perbedaan anatomi dan fisiologis stress oksidatif yang menyebabkan
bawaan atau didapat pada saluran kemih penurunan kontraktilitas kandung kemih (BA
bagian bawah dapat menjelaskan perbedaan et al., 2015). Metabolisme glukosa yang
tingkat OAB berdasarkan jenis kelamin. abnormal dikaitkan dengan perubahan
Gejala OAB juga dipengaruhi oleh patologis pada kandung kemih termasuk
lama menderita DM. Hasil penelitian penurunan kontraktilitas otot, peningkatan
menunjukkan bahwa responden yang stress oksidatif, polineuropati, peradangan,
mengalami OAB pada tingkat sedang yakni dan ketidakteraturan dalam sensitivitas
telah lama menderita DM 16 tahun. Menurut urothelial (Lee et al., 2008). Dalam penelitian
Liu et al. (2011) lama menderita DM >10 yang dilakukan oleh Yuksel et al. (2020)
tahun akan meningkatan perkembangan OAB tidak ditemukan korelasi yang signifikan
pada pasien diabetes. Hal ini didukung antara gula darah puasa dan OAB, tetapi
dengan penelitian yang dilakukan oleh Verim gulah darah puasa dalam kisaran normal
et al. (2016) bahwa peningkatan insiden untuk pasien dengan dan tanpa OAB. Dalam
OAB pada pasien DM berkolerasi positif penelitian ini peneliti memperoleh data
dengan durasi mengalami DM dengan nilai mengenai nilai gula darah sewaktu pada
median 15 tahun. Pasien diabetes dengan pasien DM tipe 2 di RSD dr.Soebandi Jember
durasi yang cukup lama, rentan terhadap dan diperoleh nilai rata-rata sebesar 214,43
komplikasi lanjut yang menyebabkan mg/dL.
morbiditas yang serius. Komplikasi saluran
kemih bagian bawah yang paling umum Hubungan Diabetes Distress dengan
karena DM adalah disfungsi kandung kemih Overactive Bladder pada Pasien DM Tipe 2
diabetes yang digambarkan sebagai Hasil uji analisa data yang dilakukan
penurunan sensasi, peningkatan kapasitas dan dengan mengunakan uji spearman rank
pengosongan kandung kemih yang buruk antara diabetes distress dan OAB
(Verim et al., 2016). Menurut Shin et al. memperoleh hasil nilai p value = 0,001
(2016), durasi menderita diabetes juga dengan nilai correlation coefficient sebesar
menjadi penyebab salah satu gejala dari OAB 0,377 yang artinya terdapat hubungan antara
yakni inkontinensia urin, kontrol glikemik diabetes distress dengan overactive bladder.
yang buruk dapat mempengaruhi Korelasi kedua variabel bersifat positif
kontraktilitas otot destrusor yang dengan kekuatan hubungan lemah. Adanya
mengakibatkan inkontinensia urin. Sejalan kekuatan hubungan yang positif
dengan teori bahwa pengendapan gula darah menunjukkan bahwa semakin tinggi diabetes
pada urin dan stress oksidatif dapat distress maka semakin tinggi tingkat OAB.
menghambat atau mengubah fungsi otot Hal ini didukung dengan penelitian yang
detrusor (Lee et al., 2013; Phelan et al., dilakukan oleh Lai et al. (2015) tentang
2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan stress dengan OAB dan didapatkan
rata-rata lama menderita DM responden adanya hubungan antara stress dengan OAB.
adalah 7,8 tahun sehingga hal ini Overactive Bladder (OAB) adalah
memungkinkan nilai skor OABSS pada suatu kondisi dimana ada keinginan untuk
sebagian besar responden pasien DM tipe 2 buang air kecil yang sering pada siang dan
di RSD dr. Soebandi Jember bernilai rendah. malam hari dan urgensi buang air kecil
Kontrol glikemik juga dapat dengan atau tanpa inkontinensia. OAB
mempengaruhi tingkat OAB pada pasien DM merupakan masalah kesehatan masyarakat
tipe 2. Menurut Chiu et al. (2012) yang penting. Prevalensinya yang tinggi,
menyebutkan bahwa tingkat HbA1c yang serta berdampak pada fisik, ekonomi, psikis,
lebih tinggi secara signifikan terkait dengan emosional, seksual dan juga sosial. Hal ini
OAB. Hal ini berbeda dengan penelitian yang secara langsung mengganggu kualitas hidup
dilakukan oleh Liu et al. (2011) bahwa durasi mereka. Meskipun berdampak tinggi pada
DM merupakan faktor prediktif untuk OAB, kualitas hidup, disfungsi saluran kemih

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 6 No 2 Tahun 2021 -75


sering kali diabaikan dan diremehkan. diperoleh nilai diabetes distress yang rendah
Variabel psikologis, seperti kecemasan dan dikarenakan semakin lama seseorang
depresi, telah dikaitkan dengan gejala urgensi mengalami DM maka mekanisme koping
dan inkontinensia urgensi (Alves et al., responden akan semakin baik dan
2014). penerimaan terhadap penyakit yang diderita
Diabetes memicu respon psikologis semakin tinggi. Sedangkan pada variabel
yang relevan. Penderita diabetes seringkali overactive bladder ditemukan bahwa
merasa frustasi, marah, putus asa, stress, seseorang akan mengalami OAB ketika
cemas, dan mungkin berkembang beberapa mengalami DM lebih dari 10 tahun. Sehingga
gangguan emosi karena berbagai alasan hal ini memungkinkan kekuatan hubungan
seperti diagnosis penyakit, munculnya antara diabetes distress dengan overactive
komplikasi, kesulitan untuk melakukan rezim bladder berkekuatan lemah.
pengobatan juga peristiwa stres lainnya di Memiliki persepsi yang lebih kuat
lingkungan mereka (Wijaya, 2014). tentang kendali pribadi, memperoleh
Tanggapan terhadap stressor lingkungan dukungan sosial yang memadai, dan terlibat
terkait dengan penyakit dapat berupa respon dalam pola makan yang lebih sehat hal ini
yang negatif yang disebut dengan distress secara substansial akan mengurangi diabetes
(Vega et al., 2017). Pada pasien DM tipe 2 distress. Manajamen perawatan diri yang
gangguan emosional yang terjadi disebut baik terkait diabetes dapat mengontrol kadar
dengan diabetes distress (Perrin et al., 2017). glukosa dalam darah. Dukungan tenaga
Diabetes distress mengacu pada kesehatan khususnya perawat dapat
tekanan psikologis khusus pada pasien berkontribusi pada kontrol glikemik yang
diabetes dan dapat mencakup berbagai lebih baik secara langsung terhadap efek
macam emosi, seperti perasaan kewalahan negatif dari diabetes distress. Penyedia
oleh tuntutan manajemen diri yang layanan kesehatan khususnya perawat bisa
diperlukan melalui kepatuhan pada diet, mempertimbangkan konseling anggota
olahraga dan resep obat (Perrin et al., 2017). keluarga dalam penggunaan strategi
Kondisi distress pada pasien DM tipe 2 akan mendukung otonomi untuk memfasilitasi
menyebabkan kadar gula darah menjadi lebih pasien terkait manajemen perawatan diabetes
buruk, karena kondisi stress dapat dan peningkatan kontrol glikemik yang lebih
menstimulus organ endokrin untuk baik. Sehingga akan mencegah derajat
mengeluarkan epinefrin. Epinefrin memiliki keparahan dari OAB pada pasien DM tipe 2.
dampak yang sangat kuat terhadap timbulnya
proses glikoneogenesis didalam hati, Kesimpulan
sehingga akan melepaskan glukosa ke dalam Terdapat hubungan antara diabetes
darah dengan jumlah yang besar (Anita, distress dan overactive bladder pada pasien
2020). Peningkatan gula darah atau DM tipe 2 di RSD dr. Soebandi Jember
hiperglikemia pada pasien DM tipe 2 yang dengan arah hubungan positif serta
melebihi kapasitas reabsorpsi glukosa pada berkekuatan lemah. Sehingga dapat diartikan
ginjal yang akan mengarah ke glukosuria dan semakin tinggi diabetes distress maka
poliuria osmotik. Kandung kemih akan semakin tinggi nilai overactive bladder.
mengkompensasi dengan peningkatan
frekuensi berkemih dan meningkatkan Referensi
fosforilasi oksidatif sehingga menyebabkan Al-Rasheedi, A. A. S. The Role of
stres oksidatif (Inouye et al., 2018). Stress Educational Level in Glycemic Control
oksidatif berakibat pada kerusakan syaraf, among Patients with Type II Diabetes
fungsi urothelium dan fungsi otot polos di Mellitus. 2014. International Journal
kandung kemih (Wittig et al., 2018). of Health Sciences. 8(2): 177-187.
Hubungan antara diabetes distress Alves , A. T., R. H. Jácomo, L. B. Gomide,
dengan overactive bladder berkekuatan P. A. Garcia, A. P. dos S. Bontempo,
lemah, hal ini dikarenakan karena faktor lama M. G. de Oliveira Karnikoskwi. 2014.
menderita DM. sebagian responden dengan Relationship between anxiety and
lama menderita DM lebih dari 5 tahun overactive bladder syndrome in older

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 6 No 2 Tahun 2021 -76


women. Original Article. 36(7):310- non-diabetic patients: is there a
314 difference?. 38(5): 652-660.
Amir, S. M. J., H. Wungouw, dan D. Gonzales, J. S., Shreck, E., Psaros, C., &
Pangemanan. 2015. Kadar Glukosa Safren, S. 2015. Distress and Diabetes
Darah Sewaktu pada Pasien Diabetes Teatment Adherence: A Mediating Role
Melitus Tipe 2 di Puskesmas Bahu for Perceived Control in Adults with
Kota Manado. Jurnal e-Biomedik. Type 2 Diabetes. In Diabetes. 63: 209-
3(1): 32-40. 210.
BA, R. W., Lefevre, R., Hacker, M. R., & Hara, Y., Hisatomi, M., Ito, H., Nakao, M.,
Golen, T. H. (2015). Diabetes, Tsuboi, K., & Ishihara, Y. 2014. Effects
glycemic control, and urinary Of Gender, Age, Family Support, And
incontinence in women. Female Pelvic Treatment On Perceived Stress And
Medicine & Reconstructive Surgery. Coping Of Patients With Type 2
26(5): 287–298. Diabetes Mellitus. BioPsychoSocial
Bo, A., F. Pouwer, L. Juul, S. K. Nicolaisen, Medicine, 8:1.
and H. T. Maindal. 2019. Prevalence Helgeson, V. S., M. V. Vleet, dan M. Zajdel.
and correlates of diabetes distress, 2020. Diabetes stress and health: Is
perceived stress and depressive aging a strength or a vulnerability?. J
symptoms among adults with early- Behav Med. 43: 426-436.
onset type 2 diabetes: cross-sectional Huynh, G., T. T. Tran, T. H. Thuong Do, T.
survey results from the Danish DD2 T. Dung Truong, P. T. Ong, T. N. Han
study. Diabetic Medicine. 1-9. Nguyen, dan L. An Pham. 2021.
Camoes, J., A. Coelho, D. Castro-Diaz, dan Diabetes-Related Distress Among
F. Cruz. 2015. Lower Urinary Tract People with Type 2 Diabetes in Ho Chi
Symptoms and Aging: The Impact of Minh City, Vietnam: Prevalence and
Chronic Bladder Ischemia on Associated Factors. Diabetes Metabolic
Overactive Bladder Syndrome. Syndrome and Obesity: Targets and
Urologia Internationalis.95: 373-379. Therapy. 14: 683-690.
Inouye, B. M., F. M. H. Jr, H. Jin, R. Lutolf,
Chiu, A. F., M. H. Huang, C. C. Wang, dan K. C. Potnis, J. C. Routh, D. C. Rouse,
H. C. Kuo. 2012. Higher glycosylated W.-C. Foo, dan J. T. Purves. 2018.
hemoglobin levels increase the risk of Diabetic bladder dysfunction is
overactive bladder syndrome in patients associated with bladder inflammation
with type 2 diabetes mellitus. triggered through hyperglycemia , not
International Journal of Urology. 19 polyuria. Research and Reports in
(11): 1-7. Urology. (10):219–225.
Chung MS, Chuang YC, Lee JJ, Lee WC, Isnaini, N. & Ratnasari. 2017. Faktor risiko
Chancellor MB, Liu RT. 2014. mempengaruhi kejadian diabetes melitus
Prevalence and associated risk factors of tipe 2. Jurnal Keperawatan dan
nocturia and subsequent mortality in Kebidanan Aisyiyah. 14(1): 59-68.
1,301 patients with type 2 diabetes. Int Kaban, S., S. M. S. Irnawati, dan A. S.
Urol Nephrol. Wahyuni. 2017. Tipe 2 di kota sibolga
Cindy, F. W. 2021. Description of Blod tahun 2005. Majalah Kedokteran
Sugar Levels in Medical Student of Nusantara. 40(2):119–128.
Universitas Prima Indonesia. Archives of Karoli, R., S. Bhat, J. Fatima, S. Priya. 2014.
The Medicine and Case Reports. 2(1): A study of bladder dysfunction in
134-138. women with type 2 diabetes mellitus.
Eapen, R. S., S. B. Radomski. 2016. Gender Indian Journal of Endocrinology and
differences in overactive bladder. The Metabolism. 18(4): 552-558.
Canadian Journal of Urology. 23(1): 2- Kaur, G., Guat, H.T., Suthahae, A., Ambigga,
8. S.K., & Jaruthan, C. 2013. Depression,
Golabek, T., E. Kiely, dan B. O'Reilly. 2012. Anxiety and Stress Symptoms Among
Detrusor overactivity in diabetic and Diabetics in Malaysia: A Cross

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 6 No 2 Tahun 2021 -77


Sectional Study in an Urban Primary questionnaire-based observational
Care Setting. BMC Family Practice. investigation. World Journal of Urology.
14:69. (34):1–5.
Kurniawati, N. D. 2018. Hubungan Persepsi Perrin, N. E., M. J. Davies, N. Robertson, F.
Penyakit dengan Diabetes Distress pada J. Snoek, dan K. Khunti. 2017.
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Systematic Review or or Meta-analysis
Wilayah Kerja Puskesmas Patrang The prevalence of diabetes-specific
Kabupaten Jember. Skripsi. Jember: emotional distress in people with Type 2
Fakultas Keperawatan Universitas diabetes: a systematic review and meta-
Jember. analysis. Diabetic Medicine.
Lai, H., V. Gardner, J. Vetter, dan G. L. Phelan, S., Grodstein, F., & Brown, J. S.
Andriole. 2015. Correlation between (2009). Clinical Research in Diabetes
psychological stress levels and severity and Urinary Incontinence : What We
of overactive bladder symptoms. BMC Know and Need to Know. Journal of
Urology. 15:14. Urology. 182(6), S14–S17.
Lee, S. J., Karter, A. J., Thai, J. N., Eeden, S. Rahmasari, I. dan E. S. Wahyuni. 2019.
K. Van Den, & Huang, E. S. 2013. Efektivitas Memordoca Carantia (Pare)
Glycemic Control and Urinary terhadap Penurunan Kadar Glukosa
Incontinence in Women with Diabetes Darah. Infokes. 9(1): 57-64.
Mellitus. Journal of Women Healt, Ramkisson, S., Basil, J.P & Benn, S. 2016.
22(12). Diabetes Distress and Related Factor in
Lee, W. C., C. T. Chien, H. J. Yu, dan S. W. South African Adults with Type 2
Lee. 2008. Bladder Dysfunction in Rats Diabetes. Journal of Endocrinology,
With Metabolic Syndrome Induced by Metabolsm and Diabetes of South
Long Term Fructose Feeding. The Africa 21(2): 35-39.
Journal of Urology. 179: 2470-2476. Riyadi, S. dan Sukarmin. 2008. Asuhan
Liu R-T, Chung M-S, Lee W-C, Chang S-W, Keperawatan Pada Pasien Dengan
Huang S-T, Yang KD, et al. 2011. Gangguan Eksokrin & Endokrin Pada
Prevalence of overactive bladder and Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
associated risk factors in 1359 patients Selvaraj, K.S., Ganesh, K., & Akkilagunya,
with type 2 diabetes. Urology. 78:1040. S. 2015. Pattern Of Mental Distress
Meng, E., W. Yu Lin, W. C. Lee, dan Y. Chi Among Chronic Disease Subjects In
Cuang. Pathophysiology of Overactive Urban Puducherry, India. CHRISMED
Bladder. Lower Urinary Tract Journal Of Health And Research. 2
Symptoms. 4: 48-55. (2).
Mildawati, N. Diani, dan A. Wahid. 2019. Shin, Y. S., On, J. W., & Kim, M. K. 2016.
Hubungan usia, jenis kelamin dan lama Clinical significance of diabetes
menderita diabetes dengan kejadian mellitus on detrusor functionality on
neuropati perifer diabetik. Caring stress urinary incontinent women
Nursing Journal. 3(2): 31-37. without bladder outlet obstruction.
Narayanamurthy, V., E. A. Slopnick, D. D. International Urogynecological
Sheyn, L. Bukavina, K. Mishra, dan A. Association. 1–5.
K. Hijaz. 2019. Overactive bladder in Vega, I. P. M., S. V. Doubova, R. P. Cuevas.
diabetes mellitus. Current Bladder 2017. Distress and its association
Dysfunction Reports. 1–7. with self care in people with type 2
Nasrani, L., & S. Purnawati. Perbedaan diabetes. Original Article. 40(2): 47-55.
Tingkat Stres Antara Laki-Laki Dan Veranita, V. 2016. Hubungan antara Kadar
Perempuan Pada Peserta Yoga Di Kota Glukosa Darah dengan Derajat Ulkus
Denpasar. Skripsi. Bali: Fakultas Kaki Diabetik. Jurnal Keperawatan
Kedokteran Universitas Udayana. Sriwijaya, 3(2): 44-50.
Palleschi, G., A. Luigi, C. Maggioni, dan A. Verim, L., K. Kayatas, G. B. Abanonu, Z.
Fuschi. 2013. Overactive bladder in Alper, dan O. Yuksel. 2016. Evaluation
diabetes mellitus patients : a Overactive Bladder in Type 2 Diabetes

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 6 No 2 Tahun 2021 -78


Patients with a Questionaire-Based Wang. 2017a. Toileting behaviors and
Study. Med Bull Haseki. 54: 19-25. overactive bladder in patients with type
Wardani, D. K. 2017. Hubungan Dukungan 2 diabetes : a cross-sectional study in
Keluarga dengan Perilaku distress pada china. BMC Urology. 17(42):1–7.
pasien dengan Diabetes mellitus di
Rumah Sakit Moewardi. Skripsi. Xu, D., J. Gao, X. Wang, L. Huang, dan K.
Surakarta: FIK UMS. Wang. 2017b. Prevalance of overactive
bladder and its impact on quality of life
Weinberg, A. E., Leppert, J. T., & Elliott, C. in 1025 patients with type 2 diabetes in
S. (2015). Biochemical measures of mainland china. Journal of Diabetes
diabetes are not independent predictors and Its Complications. 31(8):1254–
of urinary incontinence in women. 1258.
Journal of Urology, 194(6), 1668–1674. Xu, D., M. Zhao, L. Huang, dan K. Wang.
Wijaya, Yeny Duriana. 2014. Pelatihan 2018. Overactive bladder symptom
Pengelolaan Emosi dengan Teknik severity , bother , help-seeking behavior
Mindfullness untuk Menurunkan , and quality of life in patients with type
Distress pada Penyandang Diabetes 2 diabetes : a path analysis. Health and
Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kebon Quality of Life Outcames. 1(16):1–7.
Jeruk Jakarta . Jurnal Psikologi. 12(2): Yuksel, B., F. Ozgor, M. Sahan, S. Ozturk,
48-53. M. M. Can, dan O. Sarilar. 2020.
Wittig, L., K. V Carlson, J. M. Andrews, R. Correlation between Overactive Bladder
T. Crump, dan R. J. Baverstock. 2018. Syndrome and Severity of Coronary
Diabetic bladder dysfunction:a review. Artery Disease in Postmenopausal
Urology. (123):16. Women. J Coll Physicians Surg Park.
Wulandari, A. 2019. Hubungan Dukungan 30(6): 622-626.
Pasangan dengan Diabetes Distress Zhu, Y., Z. Zhu, dan J. Chen. 2019. Risk
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di factors associated with the progression
Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari of overactive bladder among patients
Kabupaten Jember. Skripsi. Jember: with type 2 diabetes. The International
Fakultas Keperawatan UNEJ. Journal of Clinical Practice. 2019: 1-6.
Xu, D., R. Cheng, A. Ma, M. Zhao, dan K.

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 6 No 2 Tahun 2021 -79

Anda mungkin juga menyukai