LI Atonia Uteri Sken C Blok 22
LI Atonia Uteri Sken C Blok 22
04011381823225
Gamma 2018
Epidemiologi
Perdarahan postpartum merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
dalam persalinan. Perdarahan postpartum terjadi pada sekitar 1% sampai 6% dari
semua persalinan. Atonia uteri, penyebab utama dari perdarahan postpartum,
menyumbang 70% hingga 80% dari semua kasus perdarahan.
Patofisiologi
Kontraksi miometrium yang secara mekanis mengompresi arteri spiralis yang
menyuplai plasenta sehingga menyediakan mekanisme utama hemostasis uterus
setelah melahirkan janin dan plasenta. Normalnya ketika usia gestasi janin mendekati
aterm, sekitar 600 mL/menit darah dialirkan ke ruang intervili melalui arteri spiralis
yang diperkirakan berjumlah 120. Arteri spiralis, tidak seperti pembuluh darah
biasanya, tidak memiliki lapisan otot karena perubahan model endotrofoblasnya
sehingga menciptakan sistem tekanan darah yang rendah. Dengan lepasnya plasenta
dari kavum uteri, pembuluh darah di tempat implantasi akan mengalami avulsi, dan
hemostasis dicapai pertama kali dengan kontraksi miometrium, yang menekan jumlah
arteri spiralis. Kontraksi diikuti dengan pembekuan dari faktor hemostatik desidua
lokal seperti tissue factor type-1 plasminogen activator inhibitor serta faktor
koagulasi sistemik dan obliterasi lumen pembuluh darah. Jika setelah melahirkan,
miometrium di dalam dan di sekitar tempat implantasi berkontraksi dengan kuat,
perdarahan fatal dari tempat implantasi plasenta tidak mungkin terjadi.
Diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan dan riwayat prenatal, penentuan faktor risiko adalah kunci
untuk manajemen risiko yang optimal. American College of Obstetricians
merekomendasikan bahwa wanita sebelum melahirkan diidentifikasi sebagai risiko
tinggi untuk perdarahan postpartum berdasarkan adanya spektrum plasenta akreta,
BMI pra-kehamilan lebih besar dari 50, gangguan perdarahan yang signifikan secara
klinis, atau faktor risiko tinggi bedah lainnya.
Diagnosis dibuat selama pemeriksaan fisik segera setelah persalinan baik
pervaginam atau sectio caesarea. Palpasi langsung saat sectio caesarea (biasanya
setelah penutupan insisi uterus) atau pemeriksaan tidak langsung pada pemeriksaan
bimanual setelah persalinan pervaginam menunjukkan uterus yang teraba lunak dan
membesar, biasanya disertai perdarahan yang terjadi bersamaan dari os serviks.
Jasmine Kezia Aldora
04011381823225
Gamma 2018
Tatalaksana
Jika atonia uteri terjadi, penyedia layanan kesehatan harus siap untuk
penatalaksanaan medis awal yang diarahkan pada penggunaan obat-obatan untuk
memperbaiki tonus dan memicu kontraksi uterus. Memijat rahim juga efektif, seperti
memastikan kavum uteri kosong. Berikan koreksi dengan cairan intravena (IV)
dimulai melalui kateter intravena ukuran u8-gauge. Pendekatan tim dimulai dengan
pemanggilan personel yang dibutuhkan melalui sistem peringatan bawaan standar.
Pengobatan yang digunakan untuk perdarahan postpartum akibat atonia uterus
meliputi:
Tatalaksana Nonfarmakologis
Varatharajan dkk. mengevaluasi hasil penatalaksanaan untuk perdarahan
postpartum masif menggunakan algoritma “HAEMOSTASIS” (Help; Assess and
resuscitate; Established diagnosis; Massage of uterus; Oxytocin infusion and
prostaglandins; Shift to operation theatre; Tamponade test; Apply compression
sutures; Systematic pelvic devascularization; Interventional radiology and
Subtotal/total hysterectomy).
Kompresi Bimanual
Kompresi bimanual dilakukan dengan memasukkan tangan kanan ke dalam
vagina di permukaan anterior uterus dan tangan kiri di abdomen di fundus menuju
permukaan posterior uterus. Uterus ditekan di antara kedua tangan untuk
meminimalkan pendarahan. Teknik ini dapat digunakan sebagai tindakan sementara
selama pasien distabilkan untuk pengobatan definitif.
Tamponade Uterus
Saat ini, perangkat balon telah diakui sebagai strategi adjuvan yang efektif
untuk mencapai hemostasis pada perdarahan postpartum masif akibat atonia uteri.
Balon intra-uterine dianggap dapat memberikan tekanan hidrostatik pada arteri
uterina yang mengakibatkan berkurangnya kehilangan darah. Perangkat balon yang
Jasmine Kezia Aldora
04011381823225
Gamma 2018
paling umum digunakan adalah balon Bakri, kateter Rusch, kateter Sengstaken-
Blackmore, kateter Foley dan kateter Kondom.
Balon bakri adalah satu-satunya alat yang dirancang khusus untuk tamponade
uterus pada perdarahan postpartum masif karena dilengkapi dengan saluran drainase
besar yang memungkinkan drainase darah dari kavum uteri. Meskipun kateter
Sengstaken-Blackmore dan Foley memiliki saluran drainase, namun ukurannya kecil
sehingga rentan tersumbat oleh bekuan darah. Selain itu, ujung distal kateter
Sengstaken-Blackmore akan menghalangi kontak antara permukaan balon dan fundus
uterus. Dua kateter lainnya (kateter Rusch dan Kondom) tidak memiliki saluran
drainase sehingga mengakibatkan kesulitan dalam mengalirkan darah dari kavum
uteri.
Kapasitas insuflasi balon berbeda antara berbagai jenis balon. Kateter rusch
memiliki kapasitas terbesar yaitu 1500 ml cairan diikuti oleh balon Bakri dengan 500
ml. Sedangkan kateter Sengstaken-Blackmore dan kateter kondom memiliki kapasitas
menampung 300 ml. Kateter Foleys memiliki kapasitas terkecil yaitu 30 ml.
Dianjurkan untuk menggunakan agen uterotonik bersamaan seperti oksitosin
dan carbetocin saat balon masih in-situ untuk mempertahankan efek tamponade.
Terapi antibiotik juga dianjurkan untuk mengurangi infeksi asendens selama
penempatan balon. Namun, tidak ada konsensus tentang durasi penggunaannya.
Namun umumnya balon dikeluarkan dalam waktu 48 jam.
Efek merugikan dari perangkat balon yang dilaporkan sejauh ini terutama
disebabkan oleh distensi balon yang berlebihan yang meliputi nekrosis akibat tekanan
dan ruptur uterus. Komplikasi lain yang dilaporkan adalah perforasi uterus dan
emboli udara terutama jika udara digunakan untuk menggembungkan balon.
Tatalaksana Farmakologis
Oksitosin
Oksitosin adalah terapi lini pertama untuk atonia uteri. Oksitosin bekerja
dengan merangsang kontraksi uterus terutama di segmen superior. Oksitosin
diberikan secara IM atau IV; Namun onset kerja tertunda jika diberikan secara IM (3-
Jasmine Kezia Aldora
04011381823225
Gamma 2018
7 menit) dibandingkan dengan onset langsung jika diberikan melalui rute IV. Lebih
lanjut, karena waktu paruh plasma yang pendek yaitu 3 menit, infus intravena
kontinyu lebih dipilih. Oksitosin (Pitocin) dapat diberikan IV 10 sampai 40 unit per
1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit atau 10
unit secara IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl
0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti.
Efek samping dari infus oksitosin terutama terkait dengan sifat anti diuretik yang
mengakibatkan keracunan air, yang bermanifestasi sebagai sakit kepala, muntah,
mengantuk dan kejang.
Ergometrine
Berbeda dengan oksitosin, ergometrine menyebabkan kontraksi miometrium yang
berkelanjutan. Karena juga bekerja pada otot polos pembuluh darah, obat ini tidak
cocok untuk penderita hipertensi, migrain, penyakit jantung, dan penyakit pembuluh
darah perifer seperti sindrom Raynaund. Bila tidak tersedia oksitosin atau bila
perdarahan tidak berhenti, berikan ergometrine sebanyak 0,25 mg IM atau IV dengan
efek klinis yang cepat dalam 2 sampai 5 menit yang dapat bertahan hingga 3 jam.
Ergometrine dimetabolisme di hati dan memiliki waktu paruh plasma 30 menit. Dosis
berulang ergometrine dapat diberikan setelah 5 menit jika uterus masih belum
berkontraksi dengan baik. Mual, muntah dan pusing sering dilaporkan efek
sampingnya.
Carbetocin
Carbetocin adalah analog oksitosin sintetis kerja panjang yang diberikan
melalui jalur IM atau IV. Dosis yang dianjurkan adalah 100 µg. Carbetocin memiliki
keuntungan dari onset aksi yang cepat, dalam 2 menit, mirip dengan oksitosin dengan
keuntungan tambahan dari durasi aksi yang lebih lama. Namun, Carbetocin IM (120
menit) telah dilaporkan memberikan kontraksi uterus yang lebih lama dibandingkan
dengan jalur IV (60 menit). Efek samping karbetosin termasuk sakit kepala,
Jasmine Kezia Aldora
04011381823225
Gamma 2018
hipotensi, tremor, kemerahan, sakit perut dan mual. Jarang dikaitkan dengan pusing,
nyeri dada, dispnea, rasa logam, muntah, nyeri punggung, dan kedinginan.
Misoprostol
Misoprostol adalah analog sintetis prostaglandin E1 yang memiliki sifat
uterotonik. Meskipun telah digunakan secara luas sebagai agen uterotonik di negara
maju tertentu misoprostol hanya telah terdaftar untuk penggunaan terapeutik pada
ulkus gastro-duodenum refrakter, dan belum tersedia secara legal untuk kehamilan
karena alasan keamanan dalam kehamilan.
Misoprostol adalah agen uterotonik yang murah dan efektif yang dapat
diberikan melalui oral, sublingual, vaginal atau rektal. Onset kerja lebih lambat jika
diberikan secara rektal dengan efek samping yang lebih menguntungkan. Efek
simpang misoprostol berhubungan dengan dosis dan sering dilaporkan adalah diare,
menggigil dan demam.
Intervensi Bedah
1. Kuretase uterus.
2. Ligasi arteri uterina (O 'Leary), dengan opsi untuk memperluas ligasi arteri ke
pembuluh tubo-ovarium.
3. Jahitan kompresi seperti B-Lynch biasanya disediakan untuk skenario klinis di
mana kompresi bimanual uterus menyebabkan henti perdarahan.
4. Ligasi arteri hipogastrik (dilakukan oleh Gyn / Onc).
5. Histerektomi.
Diagnosis Banding
Tanda dan gejala yang Tanda dan gejala yang Diagnosis kemungkinan
selalu ada terkadang ada
- Uterus tidak Syok Atonia uteri
berkontraksi dan
lembek.
Jasmine Kezia Aldora
04011381823225
Gamma 2018
- Perdarahan segera
setelah bayi lahir.
- Perdarahan segera - Pucat Laserasi jalan lahir
setelah bayi lahir. - Lemah
- Uterus - Menggigil
berkontraksi
dengan baik.
- Plasenta lengkap.
- Plasenta belum - Tali pusat putus Retensio plasenta
lahir setelah 30 akibat traksi
menit. berlebihan.
- Perdarahan segera. - Inversio uteri
- Uterus akibat tarikan.
berkontraksi - Perdarahan
dengan baik. lanjutan.
Plasenta atau sebagian Uterus berkontraksi tetapi Tertinggalnya sebagian
selaput (mengandung tinggi fundus tidak plasenta
pembuluh darah) tidak berkurang
lengkap.
- Uterus tidak - Syok neurogenik Inversio uteri
teraba. - Pucat
- Lumen vagina
terisi massa.
- Tampak tali pusat
(jika plasenta
belum lahir).
- Nyeri sedikit atau
berat.
- Subinvolusi - Anemia Perdarahan lambat
uterus. - Demam endometritis atau sisa
- Nyeri tekan plasenta (terinfeksi atau
Jasmine Kezia Aldora
04011381823225
Gamma 2018
Prognosis
Wanita dengan perdarahan postpartum sebelumnya memiliki risiko sebanyak
15% untuk mengalami perdarahan postpartum pada kehamilan berikutnya. Risiko
rekurensi tergantung pada penyebab yang mendasari dan diasosiasikan dengan
keadaan tertentu seperti obesitas kelas III yang memiliki risiko kekambuhan yang
lebih tinggi.
Anemia pascapartum sering terjadi setelah episode atonia uteri dan perdarahan
pascapartum. Anemia berat akibat perdarahan postpartum mungkin memerlukan
transfusi packed red cell, tergantung pada beratnya anemia dan derajat gejala yang
disebabkan anemia. Praktik yang umum adalah menawarkan transfusi kepada wanita
bergejala dengan nilai hemoglobin kurang dari 7 g/dL. Pada kebanyakan kasus
perdarahan postpartum terkait atonia uteri, jumlah zat besi yang hilang tidak
sepenuhnya digantikan oleh darah yang ditransfusikan. Besi oral juga harus
dipertimbangkan. Terapi besi parenteral adalah pilihan karena mempercepat
pemulihan.
SKDI
Atonia uteri termasuk ke dalam kompetensi 3B gawat darurat dimana lulusan
dokter diharapkan mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah
keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga
mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Jasmine Kezia Aldora
04011381823225
Gamma 2018
Daftar Pustaka
Gill, Prabcharan, Anjali Patel, and James W. Van Hook. 2020. Uterine Atony. July
10. Accessed March 1, 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493238/.
Ikatan Dokter Indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.
Lim, Pei Shan, Mohammad Nasir Shafiee, Nirmala Chandralega Kampan, and Aqmar
Suraya Sulaiman. 2012. "Uterine Atony: Management Strategies." In Blood
Transfusion in Clinical Practice.
Yuliawati, and Yetti Anggraini. 2015. "Hubungan Riwayat Pre Eklamsia, Retensio
Plasenta, Atonia Uteri dan Laserasi Jalan Lahir dengan Kejadian Perdarahan
Post Partum pada Ibu Nifas." Jurnal Kesehatan 6 (1): 75-82.