Anda di halaman 1dari 16

Journal Reading

BODY MASS INDEX, PHYSICAL ACTIVITY, AND


PHYSICAL FITNESS OF ADOLESCENCE

Oleh:
Annisa Susanne Sarjono 04084822225203
Jasmine Kezia Aldora 04084822225149
Ickhsan Dermawan Ritonga 04084822225062

Pembimbing:
DR. dr. Andra Kurnianto, Sp.A

STASE MATA KULIAH KEDOKTERAN OLAHRAGA


PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Journal Reading
Body Mass Index, Physical Activity, and Physical Fitness of
Adolescence

Oleh:

Annisa Susanne Sarjono 04084822225203


Jasmine Kezia Aldora 04084822225149
Ickhsan Dermawan R 04084822225062

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan di Stase Mata
Kuliah Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 10
April – 23 April 2023.

Palembang, April 2023

DR. dr. Andra Kurnianto, Sp.A

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkah dan
rahmatnya sehingga journal reading dengan judul “Body Mass Index, Physical
Activity, and Physical Fitness of Adolescence” ini dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya. Karya ilmiah ini disusun sebagai pemenuhan salah satu syarat dalam
mengikuti kepaniteraan klinik senior di Stase Mata Kuliah Kedokteran Olahraga
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada DR. dr. Andra
Kurnianto, Sp.A, selaku pembimbing yang telah membantu dan mengarahkan penulis
sehingga karya ilmiah ini dapat menjadi lebih baik. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan ilmiah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan untuk karya-karya ilmiah yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang.

Palembang, April 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................ii

KATA
PENGANTAR.........................................................................................iii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iv

JURNAL..............................................................................................................1

TELAAH JURNAL........................................................................................... 11

Clinical Question (PICO)...............................................................................


11

VIA................................................................................................................ 11

KESIMPULAN................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14

iv
INDEKS MASSA TUBUH, AKTIVITAS FISIK, DAN KEBUGARAN FISIK
PADA REMAJA
Ratna Candra Dewi, Nanda Rimawati, Purbodjati

ABSTRAK
Latar belakang: Remaja mengalami pertumbuhan dan perubahan komposisi tubuh
yang signifikan yang dapat memengaruhi aktivitas fisik dan respon terhadap olahraga
atau latihan fisik. Tingkat kebugaran jasmani remaja putri biasanya lebih rendah
dibandingkan remaja putra, karena perbedaan komposisi tubuh dan tingkat aktivitas
fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara persentase
massa lemak, komposisi tubuh, aktivitas fisik, dan kebugaran jasmani.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain
studi cross sectional. Total sampel berjumlah 70 yang terdiri dari siswa laki-laki dan
perempuan SMP di Surabaya. Sampel didapatkan melalui simple random sampling
dan data yang dikumpulkan berupa pengukuran antropometri, komposisi tubuh,
aktivitas fisik dan kebugaran jasmani. Analisis statistik menggunakan uji korelasi
Pearson.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 68,57% responden memiliki indeks
massa tubuh normal, 74,3% memiliki aktivitas fisik sedang, dan 44,28% memiliki
persentase massa lemak yang tergolong ke dalam kategori obesitas dan 54,29%
memiliki status kebugaran jasmani yang rendah. Selanjutnya uji Pearson
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik, indeks massa
tubuh dan persentase massa lemak dengan kebugaran jasmani.
Kesimpulan: Persentase massa lemak yang meningkat dikaitkan dengan penurunan
tingkat kebugaran fisik. Persentase massa lemak adalah parameter yang lebih baik
untuk memprediksi status fungsional atau kebugaran kardiorespirasi rendah pada
dewasa muda dibandingkan IMT.

1
1. PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa antara usia 10 – 19 tahun dalam siklus kehidupan
manusia. Pada masa inilah terjadi pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang pesat
disertai terbentuknya kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan. Kebiasaan ini
termasuk gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan remaja dan dewasa. Selain itu,
remaja membutuhkan rata-rata 60 menit setiap hari untuk aktivitas fisik sedang
hingga berat. Aktivitas fisik tersebut dapat berupa jalan aktif, kegiatan jasmani,
bermain, olahraga, dan pendidikan jasmani.
Di seluruh dunia, sekitar 80% remaja tidak cukup aktif. Penelitian di beberapa
negara Eropa menunjukkan bahwa hanya 26% anak laki-laki dan 9% anak perempuan
yang aktif secara fisik, dan melakukan aktivitas fisik sedang hingga tinggi ≥ 60
menit/hari. Menurut laporan Global Matrix 3.0, tingkat aktivitas fisik pada anak-anak
dan remaja sebagian besar rendah di 49 negara. Selanjutnya, Mazur menyatakan
bahwa hanya 17,2% dari usia 11 hingga 15 tahun di Polandia yang melakukan
aktivitas fisik sedang hingga berat selama 1 jam setiap hari. Aktivitas fisik memiliki
peran positif pada kesehatan psikologis dan fisik. Kehakiman et al. menyatakan
bahwa remaja yang melakukan aktivitas fisik sedang atau berat dan menggunakan
waktu luangnya untuk melakukan aktivitas fisik, meningkatkan kebugaran yang
berhubungan dengan kesehatan secara signifikan. Kesehatan pada masa muda dapat
diprediksi dari kebugaran jasmani.
Aktivitas fisik secara teratur adalah bagian penting dari gaya hidup sehat. Hal
ini berhubungan dengan penurunan risiko penyakit jantung, obesitas, dan kanker.
Aktivitas fisik juga penting untuk kesejahteraan psikologis yang sering dihubungkan
dengan tingkat stres yang lebih rendah dan fungsi kognitif yang lebih baik. Studi
terbaru menunjukkan bahwa hampir setengah dari populasi siswa Amerika Serikat
tidak berpartisipasi dalam aktivitas fisik sedang atau berat. Oleh karena itu, Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan energi, indeks massa tubuh,
persentase massa lemak, aktivitas fisik, dan kebugaran jasmani pada anak sekolah
menengah pertama di Surabaya.

2
2. DESAIN DAN METODE
2.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dan desain studi
cross-sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik simple
random sampling dengan jumlah sampel 70 siswa putra dan putri SMP di Surabaya,
Jawa Timur, Indonesia.

2.2 Populasi dan Subjek Penelitian


Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMP di Surabaya, Jawa Timur,
Indonesia. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah siswa yang dilakukan
pengukuran antropometri, siswa yang mengisi kuesioner survei nutrisi dan kuesioner
aktivitas fisik, siswa yang melakukan Multistage Fitness Test, dan siswa yang
bersedia menjadi objek penelitian dengan mengisi formulir persetujuan.

2.3 Variabel dan Metode Penelitian


Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persentase massa lemak, komposisi
tubuh, dan aktivitas fisik. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status
kebugaran jasmani siswa SMP di Surabaya.
Metode pengumpulan data menggunakan data primer berupa pengukuran
antropometri, termasuk tinggi badan, dilakukan dengan menggunakan mikrotoise.
Berat badan, persentase massa lemak dan indeks massa tubuh (IMT) diukur dengan
bioimpedansi menggunakan perangkat Tanita (Tanita Corporation, Jepang).
Selanjutnya konsumsi asupan dilakukan dengan menggunakan metode recall 2x24
jam melalui survei nutrisi. Data aktivitas fisik diperoleh melalui metode IPAQ
(International Physical Activity Questionnaire), sedangkan kebugaran jasmani
dihitung dengan mengukur VO2max dengan metode MFT (Multistage Fitness Test)
yang memiliki 23 level, masing-masing berlangsung sekitar 1 menit. Kemudian data
dianalisis menggunakan menggunakan SPSS ver. 22. Analisis deskriptif dihitung
untuk mengetahui persentase asupan konsumsi, persentase massa lemak, indeks
massa tubuh, aktivitas fisik, dan kebugaran jasmani. Selanjutnya, dilakukan uji

3
korelasi Pearson untuk menganalisis hubungan antar variabel. Sebelum prosedur
pengumpulan data, semua peserta diberikan informasi tentang penelitian dan hak
untuk tidak ikut serta dalam penelitian. Siswa yang bersedia diberikan formulir
persetujuan sebagai objek penelitian.

3. HASIL DAN DISKUSI


Tabel 1 menggambarkan karakteristik partisipan dalam penelitian ini dan
Tabel 2 menunjukkan hubungan yang bermakna (p = <0,05) antara persentase massa
lemak, indeks massa tubuh, dan aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani. Koefisien
aktivitas fisik bertanda positif, artinya semakin besar nilai koefisien aktivitas fisik
maka semakin meningkat kebugaran jasmaninya. Sedangkan koefisien indeks massa
tubuh dan persentase massa lemak bertanda negatif, yang berarti semakin besar nilai
koefisien akan menurunkan kebugaran jasmani.

4
Kebugaran jasmani didefinisikan sebagai seperangkat atribut yang dimiliki
atau dicapai orang terkait dengan kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas
fisik. Kebugaran jasmani mencakup kebugaran fisiologis yang berhubungan dengan
kesehatan dan yang berhubungan dengan keterampilan. Kebutuhan energi yang
optimal sangat penting untuk kebugaran jasmani dan penentu utamanya adalah
aktivitas fisik yang mencakup semua bentuk latihan otot dan fisik. Secara khusus,
aktivitas fisik melibatkan gerakan tubuh yang terencana dan terstruktur yang
dirancang untuk meningkatkan kebugaran fisik.
Kebutuhan energi yang memadai adalah jumlah yang tepat dari energi
makanan yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan pengeluaran energi total (PET)
dan menjaga berat badan. PET mencerminkan jumlah tingkat metabolisme istirahat
(60-75%), energi yang digunakan untuk termogenesis yang diinduksi makanan (10%)
dan energi yang dikeluarkan melalui aktivitas fisik (15-30%). Energi yang digunakan
selama aktivitas fisik adalah komponen PET yang paling bervariasi. Hal ini
tergantung pada aktivitas subjek, gaya hidup, jenis latihan fisik, jenis kelamin,
keseimbangan hormonal dan status gizi sebelumnya. Studi lain menemukan bahwa
remaja obesitas yang kelebihan berat badan menggunakan lebih banyak pengeluaran
energi dan asupan energi dibandingkan dengan kelompok kurus atau berat badan
normal lainnya. Selain itu, aktivitas fisik tertentu seperti bermain komputer juga dapat
meningkatkan pengeluaran energi pada remaja.
Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi
indeks massa tubuh, semakin rendah tingkat kebugarannya. Sebaliknya, ketika
aktivitas fisik semakin tinggi maka kebugaran jasmani semakin baik. Aktivitas fisik
yang tidak memadai tidak hanya dikaitkan dengan peningkatan persentase massa
lemak, tetapi juga menyebabkan penurunan massa otot relatif. Semakin banyak massa

5
otot yang terlibat selama latihan, semakin besar kontribusi pompa otot terhadap aliran
balik vena. Oleh karena itu, peningkatan massa otot membantu meningkatkan curah
jantung. Dalam studi ini, korelasi negatif (r = -0,615) diamati antara persentase massa
lemak dan kebugaran fisik. Ini adalah korelasi kuat yang menandakan bahwa
peningkatan persentase massa lemak bertanggung jawab atas penurunan kebugaran
fisik. Pengamatan koefisien korelasi persentase lemak tubuh dan kebugaran tubuh
yang lebih tinggi dibandingkan dengan IMT dan kebugaran menunjukkan bahwa
obesitas dalam hal persentase massa lemak adalah parameter yang lebih baik untuk
memprediksi status fungsional atau kebugaran kardiorespirasi rendah pada orang
dewasa muda daripada BMI. Peningkatan aktivitas fisik atau olahraga teratur dapat
membantu menurunkan persentase massa lemak yang membantu peningkatan relatif
massa non-lemak, sehingga meningkatkan kebugaran. Selain itu, pendidik kesehatan
bisa memotivasi remaja untuk mempertahankan aktivitas fisiknya guna menunjang
dan memperoleh manfaat berat badan normal. Oleh karena itu, anjuran untuk
menurunkan persentase massa lemak dengan bantuan peningkatan aktivitas fisik atau
olahraga akan mengurangi risiko kesehatan pada dewasa muda.
Pada remaja usia 12 – 18 tahun, terdapat hubungan non linier yang diamati
antara IMT dengan hasil tes kebugaran jasmani yang dilakukan. Responden dengan
status gizi obesitas dan responden dengan status gizi kurus memiliki nilai tes
kebugaran yang lebih buruk dibandingkan dengan partisipan dengan status gizi
normal.
Selanjutnya, pada remaja usia 12 – 15 tahun, hasil pengukuran kebugaran
jasmani terbaik dimiliki oleh responden dengan tingkat IMT normal, sedangkan hasil
yang lebih rendah diamati pada responden dengan IMT kategori kurus, dan hasil
terendah diamati pada individu pada IMT kategori obesitas. Hal ini mungkin terjadi
akibat kelebihan berat badan, terutama massa lemak tubuh yang menunjukkan
kelambanan karena membutuhkan lebih banyak energi dan waktu lebih lama untuk
menggerakkan seluruh massa tubuh secara efisien.

6
3.1 KESIMPULAN
Persentase massa lemak yang meningkat dikaitkan dengan penurunan tingkat
kebugaran fisik. Peningkatan massa lemak bebas (fat free mass) secara signifikan
meningkatkan kebugaran fisik pada dewasa muda yang sehat. Selain itu, persentase
massa lemak adalah parameter yang lebih baik untuk memprediksi status fungsional
atau kebugaran kardiorespirasi rendah pada dewasa muda dibandingkan IMT.

7
TELAAH JURNAL

Clinical Question (PICO)

A. Population (P)
Populasi pada penelitian ini adalah siswa laki-laki dan perempuan SMP di
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
B. Intervention (I)
Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dan merupakan
prospektif dari penelitian sebelumnya, sehingga tidak ada intervensi yang
ditambahkan pada variabel penelitian. Penelitian ini berdasarkan dengan
variabel yang sudah ditentukan dan mendapatkan data variabel dari penelitian
sebelumnya.
C. Comparison (C)
Membandingkan kejadian stunting pada anak dengan riwayat BBLR dan
tanpa riwayat BBLR.
D. Outcome (O)
Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara bayi berat lahir
rendah (BBLR) dengan angka kejadian stunting pada balita (umur 24-59
bulan).

Validity, Importance & Applicability

1. Validity
a. Apakah kelompok penelitian sebanding, selain adanya penyakit dalam
kelompok kasus atau tidak adanya penyakit dalam kelompok kontrol?
Ya, kelompok penelitian terdiri dari laki-laki atau perempuan berusia
24-59 bulan yang memiliki buku KIA dan berdomisili di wilayah kerja
puskesmas Way Urang.
b. Apakah kelompok kasus dan kelompok kontrol sudah tepat dan
cocok?

8
Ya, kelompok kasus dan kelompok kontrol dipilih berdasarkan
pemetaan dan data rekam medis anak stunting dari Puskesmas Way
Urang, Kabupaten Lampung Selatan.
c. Apakah untuk mengidentifikasi kelompok kasus dan kelompok kontrol
digunakan kriteria yang sama?
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita
usia 24-59 bulan, ibu dan balita yang memiliki buku KIA, ibu dan
balita yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Way Urang dan
responden bersedia menjadi objek penelitian dengan mengisi formulir
persetujuan. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah ibu dan bayi yang
tidak memiliki buku KIA dan bayi yang ibunya telah meninggal.
d. Apakah variable bebas diukur dengan cara yang sama pada kelompok
kasus dan kontrol?
Variable bebas (BBLR) diukur dengan cara yang sama pada kelompok
kasus dan kelompok kontrol yaitu berdasarkan riwayat kelahiran
dilihat pada buku IKA.
e. Apakah hasil penelitian yang dipaparkan diukur dengan cara yang
standar, valid dan dapat dipercaya?
Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi dan diuji
dengan metode Odds Ratio (OR).
f. Apakah kasus secara jelas kapat dibedakan dari kontrol?
Ya
g. Berapa persen masing-masing kelompok (kasus dan kontrol)
berpartisipasi dalam penelitian ini?
Total sampel 118. Kasus 59 sampel (50 %), Kontrol 59 sampel (50%).
h. Apakah faktor perancu dapat diidentifikasi?
Ya, terdapat beberapa faktor perancu diantaranya, asupan nutrisi yang
berbeda-beda pada setiap anak, riwayat kesehatan anak, tingkat
sanitasi yang berbeda.
i. Apakah ada strategi yang dilakukan untuk mengatasi faktor perancu?

9
Pada penelitian ini tidak dilakukan pencegahan untuk mengatasi faktor
perancu.
j. Apakah analisis statistik yang digunakan sudah tepat?
Ya, Analisis univariat dan multivariat menggunakan Teknik uji Chi
Square.

2. Importance
Apakah penelitian ini penting?
Ya, penelitian ini penting karena hasil dari penelitian ini dapat membantu
orang tua dalam mengenali faktor-faktor penentu yang berhubungan dengan
kejadian stunting terutama BBLR. Hasil dari penelitian ini dapat membuka
pengetahuan ibu agar dapat dilakukan pencegahan terhadap faktor-faktor yang
berisiko meningkatkan kejadian stunting dalam hal ini BBLR. Hasil penelitian
ini juga dapat membantu pemerintah dalam menentukan langkah-langkah
untuk mencegah stunting pada anak-anak dengan BBLR sehingga dapat
menurunkan angka kejadian stunting di Indonesia.

3. Applicability
Apakah penelitian ini dapat diaplikasikan?
Ya, penelitian ini dapat diaplikasikan di seluruh daerah di Indonesia termasuk
di Palembang. Berdasarkan metode dan hasil penelitian menunjukkan bahwa
penelitian ini dapat diaplikasikan karena sampel yang digunakan juga banyak
dijumpai di Palembang. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini juga
bisa didapatkan di semua tempat yang memiliki kejadian stunting.

Kesimpulan:
Jurnal ini valid, penting, dan dapat diterapkan sehingga jurnal ini dapat digunakan
sebagai referensi.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Patton GC, Viner R. Pubertal transitions in health. Lancet 2007;369:1130–9.


2. Faigenbaum AD, McFarland JE, Schwerdtman JA, et al. Dynamic warm-up
protocols, with and without a weighted vest, and fitness performance in high
school female athletes. J Athl Train 2006;41:357–63.
3. Bélanger M, Sabiston CM, Barnett TA, et al. Number of years of participation
in some, but not all, types of physical activity during adolescence predicts
level of physical activity in adult- hood: Results from a 13-year study. Int J
Behav Nutr Phys Act 2015;12:1–8.
4. Committee on Fitness Measures and Health Outcomes in Youth, Food and
Nutrition Board, Institute of Medicine, Pate R, et al. Fitness measures and
health outcomes in youth. Washington: National Academies Press (US); 2012.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK241316/
5. Guthold R, Stevens GA, Riley LM, et al. Global trends in insuf- ficient
physical activity among adolescents: a pooled analysis of 298 population-
based surveys with 1·6 million participants. Lancet Child Adolesc Heal
2020;4:23–35.
6. Chung S. Body mass index and body composition scaling to height in children
and adolescent. Ann Pediatr Endocrinol Metab 2015;2:125-9.
7. Konstabel K, Veidebaum T, Verbestel V, et al. Objectively measured physical
activity in European children: The IDEFICS study. Int J Obes 2014;38:S135-
43.
8. Li J, Siegrist J. Physical activity and risk of cardiovascular dis- ease--a meta-
analysis of prospective cohort studies. Int J Environ Res Public Health
2012;9:391-407.
9. Beals KA, Manore MM. Disorders of the female athlete triad among
collegiate athletes. Int J Sport Nutr Exerc Metab 2002;12:281-93.
10. Júdice PB, Silva AM, Berria J, et al. Sedentary patterns, physi- cal activity
and health-related physical fitness in youth: A cross-sectional study. Int J
Behav Nutr Phys Act 2017;14:7-9.
11. Mak K-K, Ho S-Y, Lo W-S, et al. Health-related physical fit- ness and weight
status in Hong Kong adolescents. BMC Public Health 2010;10:1–5.
12. Coyle YM. Lifestyle, genes, and cancer. Methods Mol Biol 2009;472:25-56.

11
13. Douglas KA, Collins JL, Warren C, et al. Results from the 1995 national
college health risk behavior survey. J Am Coll Health Assoc 1997;46:55–67.
14. Ajrullah A, Nagar R, Nunn J, et al. The effects of high intensity interval
training (HIIT) versus moderate intensity continuous exercise (MICE) on lipid
profile in adults with Metabolic syn- drome – a systematic review and meta-
analyses. J Human Nutr Dietetics 2017;30:s35-9.
15. Genton L, Melzer K, Pichard C. Energy and macronutrient requirements for
physical fitness in exercising subjects. Clin Nutr 2010;29:413–23.
16. Cheng HL, Amatoury M, Steinbeck K. Energy expenditure and intake during
puberty in healthy nonobese adolescents: a sys- tematic review. Am J Clin
Nutr 2016;104:1061-74.
17. Graves L, Stratton G, Ridgers ND, et al. Energy expenditure in adolescents
playing new generation computer games. Br J Sports Med 2008;42:592-94.
18. Zalilah MS, Khor GL, Mirnalini K, et al. Dietary intake, phys- ical activity
and energy expenditure of Malaysian adolescents. Singapore Med J
2006;47:491.
19. Marandi SM, Abadi NG Esfarjani F, et al. Effects of intensity of aerobics on
body composition and blood lipid profile in obese/overweight females. Int J
Prev Med 2013;4:S118-25.
20. Keating SE, Machan EA, O’Connor HT, et al. Continuous exer- cise but not
high intensity interval training improves fat distri- bution in overweight
adults. J Obes 2014;2014:834865.
21. Swift DL, Johannsen NM, Lavie CJ, et al. The role of exercise and physical
activity in weight loss and maintenance. Prog Cardiovasc Dis 2014;56:441-7.
22. Shete AN, Bute SS, Deshmukh PR. A study of VO2 max and body fat
percentage in female athletes. J Clin Diagnostic Res 2014;8:BC01–3.
23. Warburton DE, Nicol CW, Bredin SS. Health benefits of phys- ical activity:
the evidence. CMAJ 2006;174:801-9.
24. Kumar B, Robinson R, Till S. Physical activity and health in adolescence.
Clin Med (Lond) 2015;15:267-72.

12

Anda mungkin juga menyukai