Anda di halaman 1dari 42

JOURNAL READING

Asia-Pacific Journal of Public Health


PENILAIAN ETIKA SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
DI KOREA

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh program
pendidikan profesi dokter

Dosen Pembimbing :
dr. Sigid Kirana LB, Sp.KF
Residen Pembimbing :
dr. Dadan Rusmanjaya

Disusun oleh :
Luthfi Salistya 03013236 Shanaz Novriandina 1361050248
Adhitya Nugraha 1361050132 Adelina Dwi Putri 03008003
Rivan Dwi Utomo 22010116210176
Larasati Aurora 22010116220338
Terena Chynthia 22010116220301
Astri Andrini Paramitha 1261050233

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. KARIADI SEMARANG
PERIODE 24 JULI 12 AGUSTUS 2017
LEMBAR PENGESAHAN

JOURNAL READING

Pengkajian Etika Sistem Jaminan Kesehatan Nasional Di Korea

Disusun oleh :

Luthfi Salistya 03013236 Shanaz Novriandina 1361050248


Adhitya Nugraha 1361050132 Adelina Dwi Putri 03008003
Rivan Dwi Utomo 22010116210176
Larasati Aurora 22010116220338
Terena Chynthia 22010116220301
Astri Andrini Paramitha 1261050233

Telah disetujui dan disahkan untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran

Forensik dan Medikolegal

Semarang, Juli 2017

Dosen Penguji Residen Pembimbing

dr. Sigid Kirana LB, Sp.KF dr. Dadan Rusmanjaya

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan Journal Reading yang berjudul Pengkajian Etika Sistem
Jaminan Kesehatan Nasional Di Korea. Journal Reading dibuat sebagai salah satu syarat
kelulusan kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Rumah
Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi, Semarang.
Tidak lupa penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak atas bantuan-
bantuan yang diberikan sehingga Journal Reading ini dapat selesai tepat waktu, kepada:
1. dr. Sigid Kirana LB, Sp.KF selaku dosen penguji
2. dr. Dadan Rusmanjaya selaku residen pembimbing, atas bimbingannya dalam
pembuatan referat
3. Orang tua beserta keluarga kami yang senantiasa memberikan bimbingan
4. Teman teman yang telah mendukung dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekuarangan pada Journal Reading ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
memperbaiki Journal Reading ini.
Akhir kata, penulis berharap isi Journal Reading ini dapat bermanfaat bagi pembaca
sehingga dapat menginspirasi berbagai pihak pada umumnya dan almamater pada khususnya
baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semarang, Juli 2017

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II. JURNAL ................................................................................................... 7
BAB III.TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 27
3.1 Prinsip Bioetika ....................................................................................... 27
3.1.1 Definisi Bioetika Kedokteran ....................................................... 28
3.1.2 Prinsip Dasar Bioetika Kedokteran ............................................... 31
3.2 Jaminan Kesehatan Nasional ................................................................... 31
3.2.1 Universal Health Coverage .......................................................... 32
3.2.2 Definisi Jaminan Kesehatan Nasional .......................................... 33
3.2.3 Tujuan Jaminan Kesehatan Nasional ............................................. 34
3.2.4 Jaminan Kesehatan Nasional di Berbagai Negara ......................... 37
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 32
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Setiap warga negara berhak untuk memiliki akses terhadap pelayanan

kesehatan yang bermutu dan dibutuhkan, dengan biaya yang terjangkau. Pada

tahun 2005, negara-negara anggota World Health Organization (WHO)

menyetujui sebuah resolusi agar Negara mengembangkan sistem pembiayaan

kesehatan dengan tujuan untuk menyediakan Universal Health Coverage.1

Korea Selatan merupakan salah satu negara maju dengan

berpenghasilan tinggi di Asia. Penduduk di Korea Selatan lebih kecil dari

penduduk di Indonesia. Namun dalam waktu 12 tahun korea telah mampu

mencapai cakupan universal dalam mengembangkan sistem jaminan

kesehatan. Sistem jaminan kesehatan ini dioperasikan langsung dibawah

kendali Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan di Korea Selatan yang

mewajibkan warga dan pendatang yang menetap memiliki asuransi keseharan

yang disebut The National Health Insurance Corporation (NHIC).2

Sistem jaminan kesehatan Korea berkembang menjadi sebuah sistem

nasional dalam waktu yang singkat. Pada tahun 2000 terjadi perubahan besar

dalam struktur program asuransi kesehatan, dan semua masyarakat asuransi

digabung menjadi satu pembayar tunggal yang mewajibkan seluruh warga atau

pendatang yang menetap untuk memiliki jaminan kesehatan yang disebut juga

The National Health Insurance Corporation (NHIC). Sistem jaminan

kesehatan ini dioperasikan langsung dibawah kendali Departemen Kesehatan

dan Kesejahteraan di Korea Selatan. 2

1
Untuk dapat memberikan pelayanan kedokteran paripurna bermutu

(preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) bukan saja ditentukan oleh

pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga oleh perilaku (professional

behaviour), etik (bioethics) dan moral serta hukum. Prinsip etik ini berakar

pada ajaran Hipokrates yang menyatakan bahwa dokter melakukan tindakan

yang dianggap baik untuk pasien dan tidak akan merugikannya.2,3

Namun saat ini, lahir masalah mengenai sistem jaminan kesehatan

yang tidak mampu merefleksikan gagasan untuk menghormati hak asasi

manusia. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah tersebut dapat ditinjau

dari aspek etika. prinsip yang dianalisis sebagai solusi adalah 4 prinsip etika

kedokteran yaitu prinsip autonomy, non-maleficence, beneficence, dan prinsip

justice. Oleh karena itu jurnal bertujuan mencocokkan keempat prinsip etika

kedokteran dengan sistem jaminan kesehatan nasional (National Health

Insurae System (NHIS)) sehingga dapat diterapkan secara internasional dalam

berbagai kondisi yang berbeda. 3

1.2 Tujuan

Mengetahui prinsip bioetika kedokteran, sistem jaminan kesehatan, dan

jaminan kesehatan di berbagai negara (Indonesia, Korea, dan Inggris) dan

menghubungkan keempat prinsip etika kedokteran dengan sistem jaminan

kesehatan nasional.

1.3 Manfaat

Menambah wawasan dan dapat menjadi salah satu referensi mengenai

kasus penilaian etika sistem jaminan kesehatan nasional.

2
BAB II
JURNAL
Asia-Pacific Journal of Public Health 24(5) 872879 2012

Ethical Assessment of National Health Insurance System of Korea

Yuri Lee, RN, MPH, PhD, Soyoon Kim, MD, PhD, dan Ganglip Kim, PhD

Abstract

The current adverse effects of the health insurance system in Korea are
considered to be problems that arise from an insufficient reflection of the notion of
respecting human rights. The ethical principles most commonly suggested and used in
public health are the 4 principles suggested by Beauchamp and Childress in 1994.
From the perspective of the community, these 4 principles of medical ethics can be
expanded to resolve problems surrounding existing social systems from a socialistic
standpoint. This article describes a flexible, easy-to-use model for incorporating the 4
medical ethics principles into the National Health Insurance System (NHIS). First, the
principle of respect for autonomy involves respecting the decision-making capacities
of autonomous medical consumers and providers and enabling individuals to make
reasoned and informed choices. Second is the principle of good practice.The
government and medical institu- tions should act in a way that benefits the health care
consumers.The principle of prohibiting bad practice involves avoiding causing health
problems.The National Health Insurance Corpora- tion and health care providers
should not harm the health care consumers. Finally, the principle of justice is
concerned with distributing benefits, risks, and costs fairlythat is, the notion that
patients in similar positions should be treated in a similar manner. If these problems
are solved, health system quality could be better and more accessible and
sustainable.The ethical assess- ment of the NHIS could be a trial to match the 4
medical ethics principles and the NHIS. It can be applied internationally to relevant
policy makers in different settings.

Keywords

National Health Insurance System, 4 medical ethics principles, ethical assessment

Introduction

3
The health insurance system of Korea developed into a whole-nation system in
a short period of time by the supplementation of various models used in developed
countries. The health insur- ance system is strengthening its role in improving
national health levels and acting as a social safety net. However, there are still
inadequacies in satisfying the various desires of the public and medical providers.
Currently, the challenges to the health insurance system are as follows: first, there are
drastic increases in national medical costs because of the rapid aging of
society,increases in requests for a better quality of life, and developments in medical
technology such as expensive new medicines and equipment. Second, there are
criticisms leveled at the health insurance systems role as a social safety net because
of the low protection rate, criticisms of various restrictions, and the existence of a
considerable number of blind spots with regard to medical security. Third, requests
for health insurance are becoming diversified, with continual suggestions for medical
industrialization, allowing profit-making corporations, and revitalizing private
insurance, for example. Finally, there are requests for financial stability measures to
ensure long-term stability for health insurance finances.1

These problems in the health insurance system have been pointed out many
times in many reports. However, when suggesting opinions regarding the reform of
the existing health insur- ance system, there are only suggestions of issues and
methods for a resolution; when there is a divide among the stakeholders, the problem
remains unsolved.2 Although the health insurance system has grown in terms of
quantity and structural reform thus far, in the future, there should also be qualitative
growth, with a complete system put in place. To accomplish this, stakeholders in the
health insurance area must move away from their interests to discover a common
value and better the system gradually to achieve it.

How can we find the value that should be pursued by the health insurance
system so that it grows in maturity while maintaining the social insurance values of
social solidarity and prepar- ing for risk? The current adverse effects of the health
insurance system are considered to be problems that arise from an insufficient
reflection of the notion of respecting human rights. Therefore, if the problems
regarding health insurance are examined from an ethical perspective, a solution could
be suggested.3

4
The ethical principles most commonly suggested and used in the public health
area are the 4 principles4 suggested by Beauchamp and Childress in1994: the
principle of autonomy, principle of prohibiting bad practice, principle of good
practice, and principle of justice. These principles, which are known as the 4
principles of medical ethics,5 have been used as criteria in resolving individual ethical
problems. From the perspective of a community, these 4 principles of medical ethics
notions can be expanded to resolve problems surrounding existing social systems
from an individualistic and socialistic standpoint.6

Ethical Assessment of the National Health System

The framework using Beauchamp and Childress 4 principles is one of the


most widely used and offers a broad consideration of medical ethics issues generally.
The first principle is respect for autonomy. It means respecting the decision-making
capacities of autonomous persons, enabling individuals to make reasoned, informed
choices. The second principle of medical ethics is good practice. This considers the
balancing of benefits of treatment against the risks and cost. Also, the health care
professional should act in a way that benefits the patient. The third principle is
prohibiting bad practice, avoiding the causation of harm; the health care professional
should not harm the patient. All treatment involves some harm, even if minimal, but
the harm should not be disproportionate to the benefits of treatment. The fourth
principle is distributing benefits, risks, and costs fairlythat is, the notion that
patients in similar positions should be treated in a similar manner. The 4 principles are
general guides that leave considerable room for judgment in specific cases.

These principles, which are known as the 4 principles of medical ethics, have
been used as criteria in resolving individual ethical problems. Although they do not
provide ordered rules, these principles can help doctors and other health care workers
make decisions when reflecting on moral issues that arise at work. From the
perspective of a community, these 4 principles of medical ethics notions can be
expanded to resolve problems surrounding existing social systems

From an individualistic and socialistic standpoint. This article describes a


flexible, easy model for incorporating the 4 medical ethics principles into the National
Health Insurance System (NHIS). The aim is to make NHIS more internationally
transferable and relevant to policy makers in different settings (Table 1).

5
Principle of Respecting Autonomy

When viewed in the light of the principle of respecting autonomy, all humans
have autonomy. This means that they have a natural given human right and the right
to achieve what is most desirable for themselves. Most situations in modern society
demonstrate that respecting rather than ignoring the autonomy of a person enhances
that persons kindness. Even in regard to sat-isfaction, if there is no large difference in
results, people are more satisfied in making their own choices and deciding on an
action rather than following orders. In this way, autonomy itself is kindness and
furthermore can become the foundation to produce more kindness.

A health insurance system that can maximize the protection of this autonomy
of the patient and the autonomy of the medical provider according to the principle of
respecting autonomy could be considered.6 The medical consumers autonomy
involves strengthening the self-determination capability with respect to the health of
the people. To achieve this, health care information should be provided to people
systematically. This is needed to enhance health care and electronic records of the
health care information system. With respect to autonomy of medical providers, it is
neces-sary to strengthen their autonomy. We should reconsider stakeholders
autonomy during decision-making processes of benefit package coverage rate and
medical insurance fee.

Respecting the decision-making capacities of autonomous medical consumers


and providers enables them to make reasoned and informed choices. Also, it can
contribute to the health sys-tems accessibility and sustainability of the cost.

Principle of Good Practice

The principle of good practice requires respect for the autonomy of other
individuals and requires us not to cause damage to others. More than just avoiding
damage to others, this prin-ciple requires the active helping of others. Thus, it has
more meaning than the principle of prohibiting bad practice. This principle of good
practice is composed of 2 principles: one is active good practice, and the other is
utility. Active good practice requires the provision of a benefit to others, whereas the
principle of utility requires a balance between loss and gain. There are risks in the
creation of a gain or in the elimination and prevention of a bad practice. Thus, it is

6
important in the principle of good practice to maintain a balance between loss and
gain.

The principle of good practice was deduced from the long-held belief that it is
a professional responsibility in medicine to provide medical benefit to patients. It
aims to avoid bad practice as much as possible and expand good practice by
considering the well-being of all contractors. The principle of good practice includes
the principle of prohibiting bad practice, in that it excludes bad practice. In terms of
the principle of good practice, the health insurance system must enhance public health
and quality of life and improve the quality of medicine and the effectiveness of the
national health management system.6

In light of the principle of beneficence, we need to draw up incentives to offer


to individuals who manage their own health and engage in healthy behavior. The
function of the National Health Insurance Corporation should be reevaluated. It
should introduce elements of competition to effec-tively operate as an organization. A
policy for promoting advanced medical technology develop-ment is also needed.
Clinical practice guidelines should be revitalized as well as the framework of the
medical institution assessment system to improve the quality of medical service.

7
Table 1. Matching With the 4 Principles of Medical Ethics and the National Health
Insurance System

The principle of good practice considers the balancing of benefits of treatment


against the risks and cost. The government and medical institutions should function in

8
a way that benefits health care consumers. This can contribute to quality improvement
and sustainability of costs in the health system.

Principle of Prohibiting Bad Practice

The principle of prohibiting bad practice involves not causing damage to


others; also, the degree differs depending on the type of damage. This damage can be
widely taken to mean a violation of honor, property, privacy, or freedom. Such a
notion of damage implies that the providers or payers of the NHIS should not cause
harm to the public for their own individual purposes. Poor health insurance finances
can be a great harm to the public in a health insurance system. The concerned parties
in the health insurance system comprise members, providers, and payers. The
responsibility of steadiness in health insurance finances not only rests with the
National Health Insurance Corporation but also with the medical practitioners and
institutions that provide the medical services and receive their pay correspondingly.
Therefore, transparent operation of the medical institution is required.

Additionally, the Ministry of Health and Welfare and the National Health
Insurance Corporation are in charge of operating the health insurance finances under
the current NHIS. Hence, rational and effective management of finances is required to
prepare the foundation for sufficient insurance payment to the public and the
promotion of public health. Transparent opera- tion of the Ministry of Health and
Welfare and all other committees and decision-making pro- cesses is necessary for the
effective management of health insurance finances.

The principle of prohibiting bad practice implies not causing damage to


others, and the degree differs according to the type of damage. To deal with this kind
of issue, various funding sources are needed to have a sound and steady national
health insurance policy. Also, expanding the structure of the national health
corporation should be through rationally reviewing the payment system. Moreover,
the Ministry of Health and Welfare and the National Health Insurance Corporation are
in charge of operating the health insurance finances under the current NHIS.

Transparency of the decision-making process in relation to health insurance


should be ensured for increasing the transparency of national health insurance policy.
The responsibility of steadi- ness in health insurance finances is not only up to the

9
National Health Insurance Corporation but up to the medical practitioners and
institutions that provide the medical services and who are paid accordingly.
Therefore, transparent operation in the medical institution is required. Not only should
there be a change in the several uncovered services and materials, but also, the
distribution system for medicines and medical supplies should be changed to improve
transparency of the medical service provider.

The principle of prohibiting bad practice means avoiding the causation of


harm. The National Health Insurance Corporation and health care providers should
not harm the health care consum- ers. All policies involve some harm, even if
minimal, but the harm should not be disproportionate to the benefits of health care.
This can contribute to improvements in quality, accessibility, and sustainability of
costs.

Principle of Justice

The principle of justice means to be equal in considering good practice.


Generally in distributing public health service and medical resources, the right to a
minimum medical treatment is acknowledged, and effective resource distribution is
attempted. The right to receive minimum medical treatment guarantees opportunity
for equal access, which does not pertain actually to

receiving public medicine but to equal opportunity to avail of public medicine. If the
principle of practical justice necessary for just distribution works with the provision
of equal opportunity to public medicine, then there is a need to strengthen the method
pertaining to the financial burden or the security of the health insurance system to
guarantee substantive equity and to satisfy the basic medical needs of all citizens.6

In light of the principle of justice, equity of national health insurance contribution


should be reviewed and then a policy for low-income groups should be implemented.
Policies about strengthening coverage rates should be reassessed and redirected for
health insurance coverage expansion.

The principle of justice refers to distributing benefits, risks, and costs fairlythat is,
the notion that patients in similar positions should be treated in a similar manner. It
can contribute to improvement in the accessibility of the health care system.

10
Discussion

Medical security refers to securing the necessary medical services for all
members of a country regardless of their socioeconomic status.7 It is a very
comprehensive notion that includes removal of economic walls in receiving medical
service, guarantees for necessary service, pre- vention of moral laxity, supplying
suitable medical services, providing nonmedical health ser- vices, and liberation from
anxiety regarding health.8-11 From these notions of medical security, it becomes
clear that the government has the responsibility to achieve the principle of justice.

Inequality can be seen as similar to difference or disparity. In health problems,


equity and inequity that includes ethical value judgments should be considered rather
than the notion of inequality. Equity in health is important because despite the
increase in life expectancy world- wide as a result of the development of better public
medical techniques and increased accessibil- ity, social inequality has intensified in
developed countries and even in nondeveloped countries, and health-related
inequality has a tendency to be larger within each country.

The equity in health of our country can be improved by relieving the health-
level gap that exists between socioeconomic classes, divided according to income and
education levels. Relieving the gaps in health levels to secure equity in health can be
achieved by heightening the security of necessary medical services.12 Security in
health insurance is a notion that can be shown by the official amount supported by the
government in insurance payments13 and can also be represented as an extension of
the applicable population and the scope of payment.

The principle of justice can be seen as the correct method to distribute social
burdens and benefits as well as status.14 Aristotle proposed a formal principle of
justice, stating that equals should be treated equally and unequally, but when there
is no practical standard in distributing the appropriate amount to each individual, a
formal principle is of no use. Thus, a practical distribution criterion that justifies
inequality, that is a practical principle of justice, is necessary.

When standards for classical justice such as ability, performance, administered


effort, and need are applied to the actual distribution of medical resources and
services, a contradiction arises between the applied standards. However, generally in

11
the distribution of public medical services and medical resources, the right to
minimum medical treatment is acknowledged, and effective resources distribution is
attempted. The right to minimum medical treatment refers to equal opportunity to
access, where no one should be hindered from receiving medical service. A general
definition of equal opportunity to access means that all have access to all medical ser-
vices that are provided for all, whereas a limited definition of equal opportunity to
access means that all citizens have a right to a minimum level of medical service. In
other words, equal oppor- tunity to access does not mean the right to actually receive
medical service but to provide equal opportunity regarding public medicine.

If the practical principle of justice for equal distribution deals with providing
equal opportu- nity regarding public medicine, the government is responsible for
satisfying the basic medical needs of all citizens and should guarantee universal
access to essential areas for individual health and for those in need of medical
services as a result of a disaster.

The principle of respecting autonomy means to respect people above all, and
to be autonomous means to have the ability to decide regarding ones own self and to
formulate and carry out ones own plans and policies.15 Independent people can be
seen to have the ability to act on their own principles and values. Hence the people of
our country need to improve their health care ability actively so as to
maintain/improve their own health. They should develop not only a healthy lifestyle
but also the ability to engage in various decision-making processes regarding health
care. To participate, individuals have to equip themselves with the ability to
understand information clearly regarding their own health and actually participate in
important decisions regarding their own body.

The ability to decide regarding expenditures related to health care should also
be strength- ened. Because they are direct contributors to health insurance finances,
citizens need to take responsibility, along with the government and insurers, to
effectively manage and operate the finances they pay and to be more active in their
participation. The people are not the actual man- agers of health insurance finances.
However, to reduce public medical costs and their own health insurance burden, they
can directly/indirectly participate in the retrenchment and asset manage- ment of
health insurance finances and realize practical participatory justice.

12
an exten- sion of being responsible for medical fees and autonomous decision
making regarding their own health. Moreover, to maintain/improve their own health,
people can actively participate in health- related policies. Beneficial political
decisions for health maintenance can be an opportunity to enhance the health level of
the entire society as well as promote communal kindness.

Conclusion

We conducted an ethical assessment of NHIS in Korea based on the 4


principles suggested by Beauchamp and Childress in 1994: the principle of autonomy,
principle of prohibiting bad prac- tice, principle of good practice, and the principle of
justice. Through analysis, solutions to prob- lems identified in the current NHIS in
Korea were suggested. Also, it is suggested that ethical perspectives can be used as a
framework of assessment in the National Public Health Policy.

Declaration of Conflicting Interests

The author(s) declared no potential conflicts of interest with respect to the


research, authorship, and/or publication of this article.

Funding

The author(s) received no financial support for the research, authorship, and/or
publication of this article.

13
BAB II
JURNAL
Asia-Pacific Journal of Public Health 24(5) 872879 2012

Penilaian Etika Sistem Jaminan Kesehatan Nasional Korea


Yuri Lee, RN, MPH, PhD, Soyoon Kim, MD, PhD, dan Ganglip Kim, PhD
Abstrak

Efek buruk dari system jaminan kesehatan di Korea saat ini merupakan
masalah-masalah yang muncul oleh karena tidak cukup refleksi dari gagasan untuk
menghormati hak asasi manusia. Prinsip-prinsip etik yang paling sering digunakan
dalam kesehatan masyarakat ada 4 prinsip yang dikemukakan oleh Beauchamp dan
Childress pada tahun 1994. Dari perspektif masyarakat, keempat prinsip dari etika
kedokteran ini dapat diperluas untuk menyelesaikan masalah di seputar sistem sosial
dari sudut pandang sosial. Artikel ini menggambarkan sebuah contoh yang mudah
digunakan dan fleksibel untuk menggabungkan keempat prinsip etika kedokteran
kedalam Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. Pertama, prinsip menghargai otonomi
melibatkan penghormatan kapasitas konsumen medis dan tenaga kesehatan dalam
pengambilan keputusan dan memungkinkan seseorang untuk membuat pilihan yang
beralasan. Kedua, prinsip beneficence. Pemerintah dan institusi medis harus bertindak
dengan cara yang menguntungkan konsumen medis. Ketiga, prinsip non-maleficence
berkaitan dengan menghindari hal yang dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Perusahaan jaminan kesehatan nasional dan penyedia pelayanan kesehatan seharusnya
tidak boleh membahayakan konsumen medis. Terakhir, prinsip Justice berkaitan
dengan distribusi manfaat, risiko dan biaya secara adil. Yang berarti bahwa pasien
yang memiliki kondisi yang sama harus diperlakukan pula dengan cara yang sama.
Apabila masalah-masalah ini dapat diselesaikan, kualitas sistem kesehatan dapat
menjadi lebih baik, lebih mudah diakses dan akan berkelanjutan. Penilaian etik dari
sistem jaminan kesehatan nasional dapat percobaan untuk mencocokkan keempat
prinsip etika kedokteran dengan sistem jaminan kesehatan nasional. Hal ini dapat
diterapkan secara internasional kepada pembuat kebijakan untuk membuat kebijakan
yang sesuai dalam berbagai macam keadaan yang berbeda.

Kata Kunci

Sistem Jaminan Kesehatan Nasional, 4 prinsip etika kedokteran, penilaian etik.

14
Pendahuluan

Sistem jaminan kesehatan Korea berkembang menjadi sebuah sistem nasional


dalam waktu yang singkat oleh suplementasi dari berbagai contoh yang digunakan di
negara-negara berkembang. Sistem jaminan kesehatan memperkuat perannya dalam
meningkatkan kesehatan nasional dan bertindak sebagai jaring pengaman sosial.
Tetapi, masih terdapat beberapa kekurangan untuk mencapai berbagai tujuan dari
penyedia layanan publik dan kesehatan. Saat ini, tantangan untuk sistem jaminan
kesehatan adalah sebagai berikut: pertama, terdapat peningkatan drastis pada biaya
medis nasional oleh karena terjadi penuaan cepat yang terjadi di masyarakat,
peningkatan permintaan untuk kualitas hidup yang lebih baik, dan perkembangan
dalam teknologi medis contohnya seperti obat-obatan dan peralatan medis terbaru
yang harganya mahal. Kedua, terdapat beberapa kritik yang ditujukan pada peran
sistem jaminan kesehatan sebagai jaring pengaman sosial karena nilai perlindungan
yang rendah, kritik terhadap berbagai batasan, dan keberadaan dari titik buta yang
jumlahnya cukup banyak dalam hal keamanan medis. Ketiga, permintaan jaminan
kesehatan menjadi terdiversifikasi, dengan saran yang terus-menerus untuk
industrialisasi medis, mengizinkan perusahaan pembuat laba, dan merevitalisasi
asuransi swasta. Terakhir, terdapat beberapa permintaan untuk langkah-langkah
stabilitas keuangan untuk menjadi stabilitas jangka panjang untuk keuangan jaminan
kesehatan.1

Masalah-masalah ini dalam sistem jaminan kesehatan telah ditunjukkan


berkali-kali dalam berbagai laporan. Tetapi, ketika memberikan suatu pendapat terkait
pembaruan sistem jaminan kesehatan yang telah ada, hanya terdapat saran mengenai
masalah dan metode untuk sebuah resolusi; ketika terdapat perpecahan di antara
pemegang kepentingan, masalah-masalah ini tetap tidak terpecahkan.2 Walaupun
sistem jaminan kesehatan telah tumbuh pesat dari segi kuantitas dan pembaruan
struktural sejauh ini, di masa depan, harus ada pertumbuhan dari segi kualitas, dengan
sistem yang komplit. Untuk mencapai hal tersebut, para pemegang kepentingan di
sistem jaminan kesehatan harus berpindah dari kepentingan mereka untuk
menemukan nilai and sistem yang lebih baik secara bertahap untuk mencapainya.

Bagaimana kita dapat menemukan nilai yang seharusnya diupayakan oleh


sistem jaminan kesehatan sehingga dapat bertumbuh dan berkembang bersamaan

15
dengan mempertahankan nilai jaminan sosial dari solidaritas sosial dan persiapan
untuk risiko yang mungkin muncul ? Saat ini, efek buruk sistem jaminan kesehatan
merupakan masalah-masalah yang muncul oleh karena tidak cukup refleksi dari
gagasan untuk menghormati hak asasi manusia. Oleh karena itu, apabila masalah
berkaitan dengan jaminan kesehatan diteliti dari aspek etika, sebuah solusi dapat
ditemukan.3

Prinsip etika kedokteran secara umum disarankan dan digunakan dalam


kesehatan masyarakat adalah 4 prinsip yang dikemukakan oleh Beauchamp and
Childress pada tahun 1994: Prinsip autonomy, non-maleficence, beneficence, dan
prinsip justice. Prinsip-prinsip ini, yang juga diketahui sebagai 4 prinsip etika
kedokteran,5 telah digunakan sebagai kriteria untuk memecahkan masalah etika
seseorang. Dari perspektif masyarakat, keempat prinsip dari etika kedokteran ini
dapat diperluas untuk menyelesaikan masalah di seputar sistem sosial dari sudut
pandang sosial.6

Penilaian Etika dari Sistem Kesehatan Nasional

Kerangka yang digunakan adalah Beauchamp and Childress, dan merupakan


salah satu yang paling sering digunakan dan memberikan pertimbangan yang luas
mengenai etika kedokteran secara umum. Prinsip pertama adalah autonomy. Hal ini
berarti bahwa menghormati kapasitas seseorang dalam mengambil keputusan,
memperbolehkan seseorang untuk mengambil pilihan yang beralasan. Prinsip kedua
etika kedokteran adalah beneficence atau good practice, hal ini mempertimbangkan
keseimbangan antara manfaat terapi dengan risiko dan biayanya. Juga, profesi tenaga
kesehatan harus bertindak dengan cara yang dapat memberikan manfaat terhadap
pasien. Prinsip ketiga adalah non-maleficence atau prohibiting bad practice, yaitu
menghindari hal yang membahayakan pasien; profesi tenaga kesehatan tidak boleh
membahayakan pasien. Semua terapi yang memiliki risiko untuk membahayakan
pasien, walaupun minimal, risiko bahaya ini jangan sampai melebihi manfaat dari
terapi tersebut. Prinsip keempat adalah membagi sama rata manfaat, risiko, dan biaya
secara adil. Yang berarti bahwa pasien yang memiliki kondisi yang sama harus
diperlakukan pula dengan cara yang sama. Keempat prinsip tersebut adalah panduan
umum yang dapat membuat banyak ruang untuk penilaian dalam kasus tertentu.

16
Prinsip-prinsip tersebut, yang diketahui juga sebagai 4 prinsip etika
kedokteran, telah digunakan sebagai kriteria untuk memecahkan masalah etika
seseorang. Walaupun tidak memiliki urutan tata cara penerapannya, prinsip-prinsip
tersebut dapat membantu para dokter dan tenaga kesehatan lain untuk membuat
keputusan berdasarkan isu moral yang muncul saat bekerja. Dari perspektif
masyarakat, keempat prinsip etika kedokteran dapat diperluas untuk memecahkan
masalah di sekitar sistem sosial yang telah ada, dari sisi individual maupun sisi
masyarakat. Artikel ini menggambarkan sebuah contoh yang mudah digunakan dan
fleksibel untuk menggabungkan keempat prinsip etika kedokteran ke dalam Sistem
Jaminan Kesehatan Nasional. Tujuan artikel ini adalah untuk membuat Sistem
Jaminan Kesehatan Nasional secara lebih dapat ditransfer secara international dan
relevan terhadap para pembuat kebijakan dalam berbagai macam keadaan yang
berbeda.

Prinsip Menghormati Autonomy

Bila dipandang dari sudut prinsip menghormati otonomi, semua manusia


memiliki otonomi. Hal ini berarti bahwa manusia memiliki hak asasi dan hak untuk
mendapatkan hal yang paling mereka inginkan. Kebanyakan situasi di masyarakat
modern menunjukkan bahwa menghormati otonomi seseorang dapat meningkatkan
kebaikan orang tersebut. Bahkan dalam aspek kepuasan, apabila tidak terdapat hasil
yang sangat berbeda, orang-orang lebih merasa puas apabila mereka yang memilih
mengambil keputusan sendiri dan menentukan sebuah tindakan daripada mengikuti
perintah. Dengan cara ini, otonomi sendiri adalah sebuah kebaikan dan lebih lanjut
lagi dapat menjadi fondasi untuk lebih banyak berbuat baik.

Sebuah sistem jaminan kesehatan yang dapat memaksimalkan perlindungan


otonomi dari pasien dan otonomi penyedia pelayanan kesehatan sesuai dengan prinsip
menghormati otonomi dapat dipertimbangkan. Otonomi konsumen medis melibatkan
memperkuat kemampuan seseorang dalam menentukan nasib sendiri. Untuk mencapai
hal ini, informasi mengenai pelayanan kesehatan harus disediakan kepada pasien
secara sistemik. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan
catatan elektronik dari sistem informasi pelayanan kesehatan. Kita seharusnya
mempertimbangkan kembali otonomi para pemegang kepentingan selama proses
pengambilan keputusan dalam hal biaya jaminan kesehatan.

17
Menghormati kapasitas pengambilan keputusan konsumen dan penyedia
medis, memungkinkan mereka membuat pilihan yang beralasan dan terinformasi.
Selain itu, hal itu dapat berkontribusi pada aksesibilitas sistem kesehatan dan
keberlanjuta biaya.

Prinsip Beneficence

Prinsip Good Practice/Beneficence memerlukan penghormatan otonomi orang


lain dan memerlukan dokter untuk tidak membahayakan pasiennya. Lebih dari
sekadar menghindari bahaya terhadap orang lain, prinsip ini memerlukan tindakan
aktif dalam menolong orang lain. Oleh karena itu, prinsip ini memiliki makna yang
lebih dalam daripada prinsip non-maleficence atau prohibitng bad practice. Prinsip ini
terdiri dari 2 prinsip; pertama adalah praktik baik yang aktif, yang kedua adalah
kegunaan atau manfaat. Hal pertama harus memberikan manfaat kepada orang lain,
sedangkan hal yang kedua memerlukan keseimbangan antara kerugian dan
keuntungan. Terdapat beberapa risiko dalam menciptakan keuntungan tersebut
ataupun dalam mengeliminasi dan mencegah suatu praktik yang buruk. Oleh karena
itu, penting halnya dalam prinsip ini untuk menjaga keseimbangan antara kerugian
dan keuntungan.

Prinsip ini disimpulkan berdasarkan keyakinan yang telah lama dipegang


bahwa prinsip ini adalah suatu tanggung jawab profesional dalam bidang kedokteran
untuk menyediakan manfaat medis terhadap pasien. Tujuan prinsip ini adalah untuk
menghindari terjadinya praktik yang buruk sebisa mungkin dan sebanyak mungkin
dan memperluas praktik yang baik dengan mempertimbangkan kesejahteraan orang-
orang yang terlibat di dalamnya. Prinsip praktik yang baik adalah sebuah prinsip yang
mencegah terjadinya praktik yang buruk. Pada prinsip ini, sistem jaminan kesehatan
harus meningkatkan kesehatan masyarakat, kualitas obat, dan keefektivitasan dari
sistem manajemen kesehatan nasional.6

Berdasarkan prinsip ini, kita perlu memberikan dorongan atau insentif kepada
seseorang yang berhasil menjaga kesehatan diri mereka sendiri dan berperilaku hidup
sehat. Fungsi perusahaan jaminan kesehatan nasional harus dievaluasi kembali.
Mereka harus menghadirkan elemen kompetisi agar dapat secara efektif bekerja
sebagai sebuah perusahaan. Sebuah kebijakan untuk mempromosikan perkembangan
teknologi medis juga diperlukan. Panduan praktik klinis juga harus direvitalisasi dan

18
juga kerangka dari sistem penilaian institusi medis untuk meningkatkan kualitas
pelayanan medis.

Prinsik praktik yang baik mempertimbangkan keseimbangan dari manfaat


terapi dengan risiko dan biaya terapi tersebut. Pemerintah dan institusi medis harus
berfungsi untuk memberikan manfaat untuk pasien. Hal ini dapat berkontribusi dalam
peningkatan kualitas dalam sistem kesehatan.

Tabel I. Bentuk Persamaan 4 Prinsip Etika Kedokteran dan Sistem Asuransi


Kesehatan Nasional (NHIS)

19
Empat Prinsip Masalah dan Solusi Program Kebijakan dari NHIS Kontribusi
Etika Kedokteran

1. Prinsip 1. Memperkuat Menyediakan informasi sistemik Aksesibilitas


Menghormati kemampuan penentuan tentang manajemen kesehatan
Otonomi nasib bagi diri sendiri
dari pelanggan layanan
kesehatan
Memperkuat HER tentang data Aksesibilitas
kesehatan seseorang

2. Mengakui kebebasan Mengulas sistem kontrak wajib Keberlanjutan


dari penyedia pelayanan antara Asuransi Kesehatan Biaya
kesehatan dan Nasional and penyedia
memperkuat otonomi pelayanan kesehatan
mereka

Menjamin hak otonom pihak yang Keberlanjutan


berkepentingan dalam proses Biaya
pengambilan keputusan terkait
biaya tingkat cakupan dan biaya
asuransi kesehatan.

2. Prinsip 1. Meningkatkan efektivitas Membuat suatu sistem Kualitas


Beneficence dari sistem manajemen manajemen yang bertahan lama
kesehatan
Menyusun kebijakan penawaran Keberlanjutan
insentif bagi individu yang biaya
berkomitmen menjalani
perilaku hidup sehat

2. Mengulas kembali fungsi Mengevaluasi kembali fungsi dan Keberlanjutan


dari Korporasi Asuransi performa dari NHIC biaya
Kesehatan Nasional
(NHIC) Mengenalkan elemen terkait Keberlanjutan
kompetisi untuk keefektifan biaya
NHIC

3. Kebijakan untuk Mempromosikan perkembangan Kualitas


mempromosikan teknologi kedokteran yang lebih
perkembangan teknologi maju
kedokteran yang lebih
maju
4. Usaha untuk Merevitalisasi Pedoman Tata Kualitas
meningkatkan kualitas Laksana Praktik Kedokteran
pelayanan medis di
institusi kesehatan
Mengulas kerangka kerja dari Kualitas
sistem penilaian di institusi
kesehatan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan

3. Prinsip Non- 1. Membuat varian sumber Kementerian Kesehatan dan Keberlanjutan


Maleficence pendanaan Kesejahteraan serta NHIC biaya

2. Mengulas kembali Meninjau kembali sistem Keberlanjutan


sistem pembayaran pembayaran dan sistem biaya
pembayaran kembali yang baru

3. Meningkatkan Transparansi mengenai proses Kualitas


transparansi dari pengambilan keputusan

Prinsip dari praktik kedokteran yang baik mempertimbangkan keseimbangan


antara keuntungan dari pemberian terapi terhadap risiko dan biaya. Pemerintah dan
institusi medis harus bekerja sesuai dengan fungsi dengan tujuan untuk

20
menguntungkan konsumen dari pelayanan kesehatan. Hal ini bisa berkontribusi
terhadap pengembangan kualitas dan keberlanjutan biaya di sistem kesehatan.

Prinsip Non-Maleficence

Prinsip dari mencegah praktik yang merugikan (non-maleficence)


berkembang, tidak hanya terbatas pada menyebabkan bahaya pada lainnya; perbedaan
derajat yang tergantung jenis kerusakannya. Kerusakan ini secara luas dapat dianggap
sebagai pelanggaran kehormatan, properti, privasi, atau kebebasan. Muncul suatu
gagasan bahwa gagasan semacam itu menyiratkan bahwa penyedia atau pembayar
NHIS seharusnya tidak membahayakan masyarakat untuk tujuan masing-masing
individu. Keuangan asuransi kesehatan yang buruk bisa menjadi kerugian besar bagi
masyarakat dalam sistem asuransi kesehatan. Pihak yang berkepentingan dalam
sistem asuransi kesehatan terdiri dari anggota, penyedia, dan pembayar. Tanggung
jawab kemantapan dalam keuangan asuransi kesehatan tidak hanya terletak pada
National Health Insurance Corporation tetapi juga dengan praktisi medis dan institusi
yang menyediakan layanan medis dan menerima gaji mereka dengan cara yang sama.
Oleh karena itu diperlukan adanya operasi yang transparan dari setiap institusi medis.

Selain itu, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan beserta Korporasi


Asuransi Kesehatan Nasional bertanggung jawab untuk mengoperasikan keuangan
asuransi kesehatan berdasarkan NHIS saat ini. Oleh karena itu, pengelolaan keuangan
yang rasional dan efektif diperlukan untuk mempersiapkan dasar bagi pembayaran
asuransi yang memadai kepada masyarakat dan promosi kesehatan masyarakat.
Operasi yang bersifat transparan dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan,
semua komite serta proses pengambilan keputusan lainnya diperlukan untuk
pengelolaan keuangan asuransi kesehatan yang efektif.

Transparansi proses pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan asuransi


kesehatan harus dipastikan untuk meningkatkan transparansi polis asuransi kesehatan
nasional. Tanggung jawab kemantapan dalam keuangan asuransi kesehatan tidak
hanya sampai ke National Health Insurance Corporation namun juga kepada praktisi
medis dan institusi yang menyediakan layanan medis dan dibayar sesuai dengan itu.
Oleh karena itu, diperlukan operasi yang bersifat transparan di institusi medis. Tidak
hanya harus ada perubahan dalam beberapa layanan dan material yang tidak berada

21
dalam cakupan, namun sistem distribusi obat-obatan dan persediaan medis juga harus
diubah untuk meningkatkan transparansi penyedia layanan medis.

Prinsip untuk menghindari praktik yang merugikan atau buruk berarti


menghindari segala hal yang sekirangnya menyebabkan bahaya dalam praktik
kedokteran. Perusahaan Asuransi Kesehatan Nasional dan penyedia layanan kesehatan
seharusnya tidak membahayakan konsumen dari tempat pelayanan kesehatan. Semua
kebijakan melibatkan beberapa kerugian, meski minimal, namun kerugiannya
seharusnya tidak sebanding dengan manfaat dari perawatan kesehatan. Hal ini dapat
berkontribusi pada peningkatan kualitas, aksesibilitas, dan keberlanjutan biaya.

Prinsip Justice

Prinsip berkeadilan atau berperilaku adil berarti setara dalam


mempertimbangkan praktik yang baik, yang sesuai dengan kaidah praktik kedokteran.
Umumnya dalam mendistribusikan layanan kesehatan masyarakat dan sumber daya
medis, hak atas perawatan medis minimum diakui, dan distribusi sumber daya yang
efektif telah diusahakan. Hak untuk menerima perawatan medis minimal menjamin
kesempatan bagi tiap orang untuk mendapatkan akses yang sama, yang sebenarnya
tidak terkait dalam penerimaan obat-obatan umum namun memiliki kesempatan yang
sama untuk mendapatkan manfaat atau faedah dari obat-obatan umum tersebut. Jika
prinsip praktik keadilan diperlukan untuk distribusi pekerjaan dengan kesempatan
yang sama dengan kedokteran masyarakat, oleh karena itu diperlukan untuk
memperkuat metode untuk mempertahankan keuangan atau keamanan dari sistem
jaminan kesehatan untuk menjamin kesetaraan yang substantif dan untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan dasar semua masyarakat.6

Mengingat prinsip keadilan, keterlibatan keadilan asuransi kesehatan nasional,


harus ditinjau dan kemudian kebijakan untuk kelompok berpendapatan rendah harus
dilaksanakan. Kebijakan tentang kekuatan cakupan harus dinilai ulang dan diarahkan
untuk perluasan cakupan asuransi kesehatan.

Prinsip keadilan mengacu pada keterlibatkan manfaat, risiko, dan biaya yang
wajar yaitu anggapan bahwa pasien di posisi yang sama dan harus diperlakukan
dengan cara yang sama. Hal ini dapat terlibat pada peningkatan akesibilitas sistem
perawatan kesehatan.

22
Diskusi

Keamanan medis mengacu pada pengamanan layanan medis yang diperlukan


untuk semua masyarakat di suatu negara tanpa memandang status sosio ekonomi
mereka.7 Hal ini merupakan gagasan yang sangat komprehensif yang mencakup
pengangkatan pilar ekonomi dalam menerima layanan medis, menjamin layanan yang
diperlukan, mencegah kelalaian moral, menyediakan layanan medis yang sesuai,
memberikan layanan kesahatan non medis dan membebaskan kecemasan mengenai
kesehatan.8-11 Dari pengertian kemanan medis ini, jelas bahwa pemerintah memiliki
tanggung jawab untuk mencapai prinsip keadilan.

Kesenjangan bisa dilihat sama hal nya seperti perbedaan atau


ketidakseimbangan. Dalam masalah kesehatan, keadilan dan ketidakadilan yang
mencakup penilaian nilai etika harus dipertimbangkan daripada gagasan tentang
ketidaksetaraan. Kesetaraan dalam kesehatan itu penting karena walaupun ada
peningkatan harapan hidup di seluruh dunia sebagai hasil dari pembangunan teknik
kedokteran masyarakat yang lebih baik dan peningkatan aksesibilitas, kesenjangan
sosial yang meningkat di negara maju dan bahkan negara-negara berkembang dan
kesenjangan dalam pelayanan kesehatan yang memiliki kecenderungan untuk menjadi
lebih besar di setiap negara.

Keadilan pada kesehatan negara kita dapat ditingkatkan dengan mengurangi


kesenjangan tingkat level kesehatan yang berada di antara kelas sosial ekonomi, yang
dibagi menurut tingkat pendapatan dan level pendidikan. Menghilangkan kesenjangan
dalam tingkat kesehatan untuk menjamin keadilan kesehatan dapat dicapai dengan
meningkatkan keamanan layanan medis yang diperlukan.12 Keamanan dalam asuransi
kesehatan adalah gagasan yang dapat ditunjukkan oleh sejumlah pendukung resmi
dari pembayaran asuransi pemerintah13 dan juga dapat diwakilkan sebagai
perpanjangan dari populasi dan ruang lingkup pembayaran yang berlaku.

Prinsip keadilan dapat dilihat sebagai metode yang benar untuk


mendistribusikan beban sosial dan tunjangan serta status.14 Aristoteles
mengemukakan prinsip keadilan formal yang mengatakan bahwa equals should be
treated equally and unequally namun bila tidak ada standar praktik dalam distribusi
jumlah yang sesuai untuk setiap individu, prinsip formal tidak ada gunanya. Dengan

23
demikian, kriteria distribusi praktis yang membenarkan tentang kesenjangan, yaitu
diperlukan prinsip praktis peradilan.

Bila standar untuk keadilan klasik seperti kemampuan, kinerja, usaha yang
diberikan, dan kebutuhan untuk penerapan distribusi sumber daya dan pelayanan
medis yang nyata, dan kontraindikasi yang muncul diantara standar yang diterapkan.
Namun umumnya dalam distribusi pelayanan medis dan sumber daya medis,
pengakuan pada hak untuk perawatan medis minimal, dan usaha distribusi sumber
daya yang efektif. Hak atas perawatan medis minimum mengacu pada kesempatan
untuk masuk, dimana tidak ada yang terhalangi untuk mendapatkan pelayanan medis.
Definisi umum tentang kesempatan yang sama untuk mengakses pelayanan medis
untuk semua orang yang disediakan. Sedangkan definisi yang terbatas pada
kesempatan yang sama untuk mengakses bahwa semua warga negara memilki hak
atas tingkat pelayanan medis minimum. Dengan kata lain, kesempatan yang sama
untuk mengkses tidak hanya hak untuk benar-benar menerima pelayanan medis
namun memberikan kesempatan yang sama mengenai pengobatan publik.

Jika praktik prinsip peradilan untuk kesepakatan distribusi yang sama dengan
pemberian kesempatan yang sama mengenai pengobatan umum, pemerintah
bertangggung jawab untuk memenuhi kebutuhan medis untuk semua warga negara
dan harus menjamin akses universal ke daerah lain bagi individu atau yang
membutuhkan layanan medis.

Prinsip menghormati otonomi berarti menghormati semua orang dan secara


otomatis berarti memiliki kemampuan untuk menentukan atas kemauan sendiri,
merumuskan dan melaksanakan kebijakan sendiri.15 Orang-orang ber independen
dapat dilihat memiliki kemampuan untuk bertindak berdasarkan prinsip dan nilai
menurut mereka sendiri. Maka masyarakat di negara kita perlu meningkatkan
kemampuan menjaga atau memperbaiki kesehatan mereka sendiri. Mereka harus
mengembangkan bukan hanya gaya hidup sehat tapi juga kemampuan untuk terlibat
dalam proses pengambilan keputusan mengenai perawatan kesehatan. Untuk
berpartisipasi, individu harus melengkapi diri dengan kemampuan memahami
informasi dengan jelas mengenai kesehatan sendiri dan berpartisipasi dalam
keputusan akan tubuh mereka sendiri.

24
Kemampuan untuk memutuskan mengenai pengeluaran yang berkaitan dengan
perawatan kesehatan juga harus diperkuat. Karena mereka terlibat langsung terhadap
keuangan asuransi kesehatan, setiap warga perlu bertanggung jawab bersama
pemerintah dan perusahaan asuransi, agar dapat mengelola dan mengoperasikan
keuangan yang mereka bayar. Masyarakat sebenarnya tidak mengelola keuangan
asuransi kesehatan. Namun untuk mengurangi biaya publik medik dan beban asuransi
kesehatan mereka sendiri, mereka bisa secara langsung atau tidak langsung
berpartisipasi dalam penghematan dan pengelolaan keuangan asuransi kesehatan dan
mewujudkan keadilan yang pratisipatif secara klinis.

Penguatan pengelolaan diri untuk memelihara atau memperbaiki kesehatan


mereka sendiri dapat menjadi bagian dari tanggung jawab untuk mendapatkan biaya
pengobatan dan pengambilan keputusan otonom mengenaik kesehatan mereka sendiri.
Selain itu, untuk menjaga atau memperbaiki kesehatan mereka sendiri, masyarakat
dapat berpartisipasi aktif dalam kebijakan kesehatan. Keputusan politik untuk
pemeliharaan kesehatan yang bermanfaat dapat menjadi kesempatan untuk
meningkatkan tingkat kesehatan seluruh masyarakat serta mendorong kebaikan
komunal.

Kesimpulan

Kami melakukan penilaian etika NHIS di Korea berdasarkan pada 4 prinsip yang
disarankan oleh Beauchamp dan Childress pada tahun 1994: Prinsip otonomi,
beneficence, non-maleficence, justice. Melalui analisis, penyeselesaian masalah yang
disarankan untuk identifikasi dalam NHIS di Korea. Selain itu, disarankan agar etika
perspektif dapat digunakan sebagai kerangka penilaian dalam Kebijakan Kesehatan
Masyarakat Nasional.

Pernyataan Kepentingan Konflik

Penulis menyatakan bahwa tidak akan ada potensi untuk menimbulkan suatu konflik
kepentingan dengan penilitian ini

Pendanaan

Penulis tidak menerima dukungan finansial untuk riset, kepenulisan, dana tau
publikasi artikel ini.

25
References
1. Kye HK. Health Insurance System in Korea and Current Issues, The 32nd
Healthcare Policy Forum; Health Insurance System in Asia Pacific Countries;
2011.
2. Brennan TA. An ethical perspective on health care insurance reform. Am J Law
Med. 1993;19(1-2): 37-74.
3. Henk H. Ethical perspectives on health technology assessment. Int J Technol
Assess Health Care. 2004;20:71-75.
4. Il SK, Sohn M, Kim S. Four Principles of Medical Ethics. Seoul, South Korea:
Guechuck; 1999.
5. Beauchamp TL, Childress JF. Principles of Biomedical Ethics. 4th ed. New York,
NY: Oxford Univer- sity Press; 1994.
6. The Asian Institute for Bioethics and Medical Law in Yonsei University.
Improvement Direction of National Health Insurance Policy. Seoul, South Korea:
Asian Institute for Bioethics and Medical Law in Yonsei University; 2007.
7. Wontak J. Social Welfare Legislation. Kyongki-Do, South Korea: Yangseowon;
2004.
8. Kim HJ, Noh IC, Moon OR, et al. Development Strategies and Evaluation of the
National Health Insur- ance System of Korea. Seoul, South Korea: Korea
Institute of Medicine; 2001.
9. Gwang-Seock J. Korea Social Security Act. Seoul, South Korea: Bobmunsa;
2003.
10. Seong-Du P. Social Security Act. Seoul, South Korea: Joonangkyeonjeisa; 1996.
11. Young-Soo P, Sang-sik S. Interpretation of Social Insurance Law.
12. Korean Association of Medical Law; The compilation Committee of Public
Health Law. Public Health Law. Seoul, South Korea: Donglimsa; 2004.
13. Ki-Won L. Problem and Development of National Health Insurance Schemes in
Korea. Seoul, South Korea: Graduate School of Public Administration in
Yonsei University; 2003.
14. Brock DW. The role of ethics in the Clinton reform proposal. J Health Polit
Policy Law. 1994;19:217-220.
15. Kennelly J. Medical ethics: four principles, two decisions, two roles and no
reasons. J Prim Health Care. 2011;3:170-174.

26
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Prinsip Bioetika Kedokteran

3.1.1 Definisi bioetika kedokteran

Etika kedokteran atau yang lebih banyak dikenal dengan istilah

Bioetika berasal dari bahasa Latin yaitu bios dan ethos. Kata bios yang berati

kehidupan dan ethos yang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Istilah

Bioetika pertama kali diperkenalkan oleh Van Rensselaer Potter dalam

bukunya Bioethics: Bridge to the Future (1971) yang mendefinisikan bioetika

sebagai sebuah disiplin ilmu yang mengombinasikan pengetahuan biologi

dengan pengetahuan sistem nilai manusiawi. Walaupun konsep yang sama telah

dicetuskan pada Sumpah Hipocrates (abad III dan IV SM) yang mengenai

implikasi etika kedokteran tentang kewajiban etika dokter dengan pasien.4

Bioetika merupakan studi tentang masalah-masalah yang ditimbulkan

oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran yang menyangkut

masalah etika di bidang kehidupan baik pada skala mikro maupun makro, dan

dampaknya atas masyarakat luas. Perkembangan bioetika selanjutnya tidak

terbatas pada masalah kesehatan dan kedokteran tetapi juga berorientasi kepada

pengambilan keputusan etika.5

27
3.1.2 Prinsip Dasar Bioetika Kedokteran

Dalam profesi kedokteran dikenal 4 prinsip moral utama, yaitu

1. Prinsip Autonomy

Otonomi (Autonomy) berasal dari bahasa Yunani Autos yang berarti

sendiri dan Nomos yang berarti peraturan atau pemerintahan atau hukum.

Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat manusia. Setiap

individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak

menentukan nasib diri sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk

berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri. Autonomy berarti

menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan

pasien demi dirinya sendiri. bebas dari campur tangan orang lain maupun

dari keterbatasan yang dapat menghalangi pilihan yang benar karena

keterbatasan pemahaman. Beberapa cara menerapkan prinsip otonomi

antara lain :3

a. Menyampaikan kebenaran atau berita yang sesungguhnya (Tell the

truth).

b. Menghormati hak pribadi orang lain (Respect the privacy of others).

c. Melindungi informasi yang bersifat rahasia (Protect confidential

information).

d. Mendapat persetujuan untuk melakukan tindakan terhadap pasien

(Obtain consent for interventions with patients).

e. Membantu orang lain membuat keputusan yang penting (When ask,

help others make important decision).

28
2. Prinsip Beneficence

Beneficence secara makna kata dapat berarti kebaikan, kemurahan hati,

mengutamakan kepentiang orang lain, mencintai dan kemanusiaan.

Beneficence dalam makna yang lebih luas berarti tindakan yang dilakukan

untuk kebaikan orang lain. Prinsip moral beneficence adalah kewajiban

moral untuk melakukan suatu tindakan demi kebaikan atau kemanfaatan

orang lain (pasien). Beneficence membawa arti berbuat baik, menghormati

martabat mausia, menyediakan kemudahan kepada pasien untuk

memaksimalkan akibat baik daripada hal yang buruk. Penerapan prinsip

beneficence tidak bersifat mutlak karena masalah yang sering muncul

adalah kepentingan umum yang diletakan di atas kepentingan pribadi.

Sebagai contoh, dalam penelitian kedokteran, atas dasar kemanfaatan untuk

kepentingan umum sering prosedur penelitian yang membahayakan

individu subjek penelitian diperbolehkan. Beberapa contoh penerapan

prinsip beneficence ini adalah:3

1. Melindungi dan menjaga hak orang lain.

2. Mencegah bahaya yang dapat menimpa orang lain.

3. Mengusahakan agar manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan

keburukannya.

4. Membantu orang dengan berbagai keterbatasan (kecacatan).

5. Menolong orang yang dalam kondisi bahaya.

6. Meenerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik

seperti yang orang lain inginkan.

29
3. Prinsip Non-maleficence

Prinsip non-maleficence adalah melarang tindakan yang membahayakan

atau memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai primum

non nocere atau first, do no harm. Prinsip ini berhubungan dengan

ungkapan Hipokrates yang menyatakan saya akan menggunakan terapi

untuk membantu orang sakit berdasarkan kemampuan dan pendapat saya,

tetapi saya tidak akan pernah menggunakannya untuk merugikan atau

mencelakakan mereka. suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak

melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan

yang paling kecil resikonya bagi pasien sendiri. Non-malficence

mempunyai ciri-ciri:3

1. Menolong pasien emergensi

2. Mengobati pasien yang luka

3. Tidak membunuh pasien

4. Tidak memandang pasien sebagai objek

5. Melindungi pasien dari serangan

6. Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter

7. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian

4. Prinsip Justice

Keadilan (Justice) adalah suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan

sama rata dan adil terhadap untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut.

Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan

kedudukan sosial, kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak dapat mengubah

sikap dokter terhadap pasiennya. Situasi yang adil adalah seseorang

30
mendapatkan mendapatkan manfaat atau beban sesuai dengan hak atau

kondisinya. Terdapat beberapa kriteria dalam penerapan prinsip justice, yaitu :3

1. Untuk setiap orang ada pembagian yang merata (Equal share).

2. Untuk setiap orang berdasarkan kebutuhan (Need).

3. Untuk setiap orang berdasarkan usahanya (Effort).

4. Untuk setiap orang berdasarkan kontribusinya (Contribution).

5. Untuk setiap orang berdasarkan manfaat atau kegunaannya (Merit).

6. Untuk setiap orang berdasarkan pertukaran pasar bebas (free-market

exchange).

3.2 Jaminan Kesehatan Nasional

3.2.1 Universal Health Coverage

Universal Health Coverage (UHC) memiliki arti bahwa setiap orang

dan komunitas-komunitas mendapatkan pelayanan kesehatan yang mereka

perlukan tanpa mendapatkan kesulitan biaya. Ini berkaitan dengan kualitas

pelayanan kesehatan, dimulai dari promosi kesehatan, terapi, rehabilitasi dan

terapi paliatif.

Mencapai UHC adalah salah satu target dari Negara-negara di dunia

yang ikut berpatisipasi dalam Sustainable Development Goals pada tahun 2015.

Ruang lingkup UHC bersifat universal dimulai dari pembiayaan kesehatan,

bagaimana cara penyalurannya, tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, jaringan

komunikasi, teknologi kesehatan, serta pelayanan untuk masyarakat luas. UHC

didasarkan pada Konstitusi World Health Organization (WHO) 1948, yang

menyatakan kesehatan sebagai hak asasi manusia yang mendasar dan

berkomitmen untuk memastikan tingkat kesehatan tertinggi bagi semua orang.

Melalui UHC, WHO mendorong dan memantau kemajuan berbagai

31
negara untuk mengembangkan sistem kesehatan yang terpadu dan terfokus pada

kebutuhan masyarakat.1

3.2.2 Definisi Jaminan Kesehatan Nasional

Kata Jaminan secara bahasa dapat diartikan asuransi (insurance),

peyakinan (assurance), janji (promise), dan dapat berarti pengamanan

(security). Kata Jaminan berakar dari proses pengumpulan dana bersama untuk

kepentingan bersama yang memiliki arti transfer resiko.1

Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan perlindungan kesehatan

agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan

dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap

orang yang telah membayar iuran/iurannya dibayar oleh pemerintah.2

3.2.2 Tujuan Jaminan Kesehatan Nasional

Penyelenggaraan jaminan sosial merupakan suatu mekanisme

universal didalam memelihara dan meningkatkan kesejahteraan rakyat suatu

negara. Tujuan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bertujuan agar

semua penduduk terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat

memenuhi kesehatan dasar kesehatan masyarakat yang layak, dalam rangka :6

1. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di

seluruh jaringan fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial.

2. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan kepada peserta secara

menyeluruh, terstandar, dengan sistem pengelolaaan yang terkendali mutu

dan biaya.

3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.

32
3.2.3 Jaminan Kesehatan Nasional di Berbagai Negara

Pada tahun 2005, negara-negara anggota WHO telah membuat dan

menyetujui sebuah rencana berupa pengembangan sistem pembiayaan

kesehatan. Sistem pembiayaan kesehatan ini dibuat untuk

menciptakan Universal Health Coverage. 7

1. Sistem Jaminan Kesehatan di Indonesia

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang

yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

Pemenuhan pasal 5 UU nomor 40 tahun 2004 terlaksana dengan

ditetapkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan sosial yang mulai dilaksanakan pada tanggal 1

Januari 2014. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah

badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

kesehatan. Prinsip Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional di

Indonesia adalah sebagai berikut :7

1. Kegotongroyongan, dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta

yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat

membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaannya bersifat

wajib untuk seluruh penduduk.

2. Nirlaba, BPJS Kesehatan adalah dana amanah yang dikumpulkan dari

masyarakat secara nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit

oriented). Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya

kepentingan peserta.

33
3. Keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas,

Prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana

yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.

4. Portabilitas, prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk

memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun

mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

5. Kepesertaan bersifat wajib, kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh

rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun

kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap

disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah, serta

kelayakanpenyelenggaraan program.

6. Dana Amanah, dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana

titipan

BPJS merupakan badan hukum dengan tujuan yaitu mewujudkan

terselenggaranya pemberian jaminan untuk terpenuhinya kebutuhan dasar

hidup yang layak bagi setiap peserta penjaminan sosial dan/atau anggota

keluarganya. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini berbentuk seperti

asuransi, nantinya semua warga indonesia diwajibkan untuk mengikuti

program ini. Dalam mengikuti program ini peserta BPJS di bagi menjadi 2

kelompok, yaitu untuk mayarakat yang mampu dan kelompok masyarakat

yang kurang mampu. 7

Tugas BPJS adalah melakukan dan menerima pendaftaran peserta,

memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja,

menerima bantuan iuran dari Pemerintah, mengelola Dana Jaminan Sosial

34
untuk kepentingan peserta, mengumpulkan dan mengelola data peserta

program jaminan social, serta membayarkan manfaat dan/atau membiayai

pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial.

Peserta kelompok BPJS di bagi 2 kelompok yaitu: 7

1. PBI (yang selanjutnya disebut Penerima Bantuan Iuran) jaminan

kesehatan, yaitu PBI adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir

miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan Undang-

undang SJSN yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah sebagai

peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin

yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui Peraturan

Pemerintah .

2. Bukan PBI jaminan kesehatan.

2. Sistem Jaminan Kesehatan di Inggris

Sistem jaminan kesehatan di Inggris dikenal dengan National Health

Service (NHS), yaitu sistem kesehatan yang didanai publik yang

menyediakan cakupan kepada semua orang yang bermukim di Inggris

(Comparison Health Insurance). NHS, sebagai layanan, pelayanan

kesehatan gratis komprehensif, dan tersedia untuk seluruh penduduk sejak

tahun 1984. 8

Biaya untuk menjalankan NHS (Smith, 2008; RCGP, 2004) terpenuhi

langsung dari general taxation. NHS menyediakan sebagian besar pelayanan

kesehatan di Inggris, termasuk perawatan dasar, perawatan inap, perawatan

kesehatan jangka panjang, optalmologi dan gigi.8

35
Sistem NHS ini tidak sepenuhnya sistem asuransi karena beberapa ha;

yaitu tidak ada premi yang dikumpulkan, biaya tidak dibebankan pada

tingkat pasien dan biaya tidak dibayarkan dari a pool (Comparison Health

Insurance). Struktur NHS di Inggris dipegang oleh pemerintah yang

bertugas mengalokasikan dana ke NHS di Inggris melalui pajak. Sekretaris

negara untuk kesehatan memutuskan bagaimana dana tersebut akan

dihabiskan dan bertanggung jawab kepada parlemen untuk kinerja

keseluruhan dari NHS di Inggris. 8

Manajemen di tingkat nasional terdiri dari:

1. Departmen of Health (DH). DH bertanggung jawab untuk menjalankan

dan meningkatkan NHS, kesehatan masyarakat dan pelayanan sosial di

Inggris. Organisasi ini memberikan arahan strategis, sumber daya

mengamankan, menetapkan standar nasional dan berinvestasi di layanan

tersebut.

2. Arms Length Bodies/ALB. ALB adalah organisasi independen, yang

disponsori oleh DH untuk menjalankan fungsi eksekutif. Mereka

bertanggung jawab kepada DC dan kadang-kadang ke Parlemen,

bervariasi dalam ukuran dan jenis pekerjaan yang mereka lakukan.

Manajemen di tingkat lokal terdiri dari :

1. Strategis Health Authorities (SHA) Strategis Health Authorities (SHA)

diciptakan untuk mengelola NHS di tingkat lokal dan bertindak sebagai

sebuah link kembali ke DH tersebut. Peran SHA adalah untuk mendukung

upaya pelayanan kesehatan setempat dalam meningkatkan kinerja;

mengintegrasikan prioritas nasional ke dalam rencana pelayanan

36
kesehatan lokal, dan menyelesaikan setiap konflik yang tidak dapat

diselesaikan antara organisasi NHS lokal. SHA juga memonitor kinerja

PCT dan memastikan bahwa mereka memenuhi target

2. Primary Care Trust (PCT). Terdapat 303 PCT di Inggris, masing-masing

dibebankan dengan perencanaan, mengamankan dan meningkatkan dasar

dan layanan kesehatan masyarakat di daerah mereka. Mereka bekerja

sama dengan pasien, masyarakat, praktek dokter umum dan mitra untuk

memberikan layanan kesehatan.

3. NHS Trust. NHS Trust menggunakan sebagian besar tenaga kerja

pelayanan kesehatan. Mereka memperoleh sebagian besar pendapatan

mereka melalui perjanjian tingkat layanan dengan PCT lokal mereka pada

pembayaran dengan dasar hasil. Kepercayaan yang melebihi ekspektasi

kontrak akan menerima lebih banyak dana. Jenis utama dari trust adalah

sebagai berikut: perawatan akut, perawatan kesehatan mental, ambulans,

dan anak-anak.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Dye, C. et al. 2013. The World Health Report 2013: Research for Universal Health

Coverage. Luxemberg: World Health Organization.

2. Mundiharno. (2012). Peta Jalan Menuju Universal Coverage Jaminan Kesehatan (Road

Map to A Universal Health Coverage). Jurnal Legislasi Indonesia ISSN: 0216-1338. Vol.

9 No. 2).

3. Purwadianto A. Kaidah Dasar Moral dan Teori Etika Dalam Membingkai Tanggung

jawab Profesionalisme Dokter. Program Non Gelar Bioetika, Hukum Kedokteran dan

HAM 2007.14. Samil RS. Etika Kedokteran

4. B, Wasisto, B. 2013. Managing professionalism of Indonesian Clinician. Eight years of

Indonesian Medical Council. Indonesian Medical Council. Jakarta, Indonesia.

http://www.kki.go.id/assets/data/arsip/SewinduKKI.pdf [accessed on 3 Agustus 2017).

5. Jacobalis S. 2011.Pengantar tentang perkembangan ilmu kedokteran, etika medis dan

bioetika. Cetakan I. Jakarta; Penerbit Sagung Seto.

6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013. Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS), Kemenkes RI, Jakarta.

7. Putri, A. E. 2014. Seri Buku Saku 4: Paham JKN Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta:

CV Komunitas Pejaten Mediatama.

8. Buse, K. Mays, N. Walt, G. 2014. Making Health Policy UNDERSTANDING PUBLIC

HEALTH. Amerika: Health Policy and Planning 9.

9. Bae Chun, C. Yong Kim, S. Young Lee, J. 2012. Health System in Transition Vol.11 No

7 tahun 2012 Republic of Korea Health System Review. Europe : European Observatory

on Health Systems and Policies.

38

Anda mungkin juga menyukai