Anda di halaman 1dari 2

TUGAS RESUME JURNAL

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN

Nama : Yayang Ila Yulianti

NIM : D24180030

Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak mengalami beberapa kendala antara
lain, nilai nutrisinya yang rendah dibandingkan dengan rumput segar terutama dalam
kandungan protein kasar dan mineral serta kecernaannya kandungan protein kasar jerami
padi rendah (3-5%), serat kasarnya tinggi (>34%), kekurangan mineral, ikatan
lignoselulosanya kuat dan kecernaannya rendah. Menurut Rendahnya nilai nutrisi jerami padi
disebabkan oleh kadar protein, kecernaan, mineral esensial dan vitamin yang rendah, serta
kadar serat kasar yang tinggi. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas jerami padi dapat
dilakukan dengan meningkatkan nilai cernanya melalui pemecahan ikatan kompleks
lignoselulosa baik secara kimia, fisika, biologi maupun kombinasinya. Teknik amoniasi
termasuk perlakuan alkali yang dapat meningkatkan daya cerna jerami padi. Urea dalam
proses amoniasi berfungsi untuk melemahkan ikatan lignoselulosa dan silika yang menjadi
faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami padi. Nitrogen yang berasal dari urea yang
meresap dalam jerami mampu meningkatkan kadar amonia di dalam rumen sehingga tersedia
substrat untuk memperbaiki tingkat dan efisiensi sintesis protein oleh mikroba.
Amoniasi merupakan salah satu perlakuan alkali untuk meningkatkan nilai cerna
jerami padi. Jerami padi yang diberi perlakuan urea 4% dan disimpan selama 4 minggu
terjadi peningkatan daya cerna dari 35% menjadi 43,6% dan kandungan nitrogen total dari
0,48% menjadi 1,55%. Teori dasarnya dari amoniasi jerami adalah penambahan amonia pada
jerami agar ikatan lignin selulosa (dinding sel tumbuhan) pecah menjadi karbohidrat
sederhana yang mudah dicerna oleh ternak ruminansia. Ikatan lignin selulosa merupakan
faktor penyebab rendahnya daya cerna bahan pakan. Sumber amonia yang biasa dipakai
untuk teknik amoniasi jerami adalah urea. Sebagai catatan, penggunaan urea dalam pakan
ternak tidak boleh melebihi sepertiga bagian dari total N (protein equivalen), atau 1% ransum
lengkap atau 3% dari campuran penguat sumber protein.
Hasil yang didapat dari penelitian tersebuat adalah semakin meningkatnya kualitas
pakan jerami padi Berdasarkan data pada penelitian tersebut jelas menunjukkan bahwa
dengan perlakuan amoniasi akan memperbaiki kualitas jerami padi. Kecernaan jerami yang
lebih bagi ternak sapi akan berdampak pada meninkatnya penyerapan dan pemanfaatan zat-
zat nutrisi, sehingga akan mempercepat pertumbuhan sapi tersebut. Pemanfaatan jerami padi
sebagai pakan ternak akan lebih menguntungkan karena dapat memanfaatkan limbah
pertanian sehingga tidak terbuang percuma, disamping dapat meningkatkan ketersediaan
pakan terutama pada saat rumput sulit diperoleh.
Proses pengubahan selulosa menjadi gula sederhana dapat dilakukan secara kimiawi
maupun enzimatis. hidrolisis enzimatis lebih spesifik dan dapat menghasilkan sirup glukosa
yang relative murni dibandingkan dengan metode hidrolisis kimiawi. Namun hidrolisis
enzimatis tidak berjalan maksimal apabila tongkol jagung masih banyak mengandung lignin
dan hemiselulosa pada tongkol jagung. diperlukan proses pretreatment untuk mengurangi
kandungan lignin dan hemiselulosa pada tongkol jagung.. Kombinasi pretreatment
microwave-kimiawi terhadap perbedaan bahan berserat menghasilkan gula yang tinggu dan
larutan alkali dapat mengurangi lignin, sehingga dirasa perlu dilakukan penelitian
optimalisasi pretreatment terhadap tongkol jagung untuk mengubah komposisi lignoselulosa
dan meningkatkan hasil hidrolisis tongkol jagung untuk difermentasi menjadi etanol.
Struktur linier selulosa tersusun dari ikatan hidrogen intra dan intermolekul yang
menghasilkan rantai agregat yang akan menjadi dasar serabut kristal dari 36 rantai selulosa.
Struktur dasar serabut adalah kristalin yang permukaannya terlihat amorf. Perbedaan selulosa
dengan hemiselulosa terletak pada rantai samping hemiselulosa. Hemiselulosa memiliki
derajat polimerisasi 200. Kadar selulosa tongkol jagung setelah proses pretreatment
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kadar selulosa tongkol jagung sebelum
pretreatment 28,77%, Pengaruh konsentrasi dan lama pemaparan microwave terhadap kadar
selulosa setelah pretreatment. Mekanisme pretreatment alkali adalah terjadi saponifikasi inter
molekuler ikatan silang ester xylan hemiselulosa dan komponen lain misalnya lignin dengan
hemiselulosa dan radiasi microvawe mampu merusak struktur kristal selulosa [6,7]. Proses
perusakan struktur pada ikatan lignin dan hemiselulosa mengakibatkan peningkatan jumlah
selulosa bebas dalam bahan.
Kadar hemiselulosa menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi NaOH dan
semakin lama pemaparan microwave. Penurunan kadar hemiselulosa pada tongkol jagung
mencapai 54,78% pada konsentrasi NaOH 1,5 N. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
banyak NaOH yang ada dalam sistem larutan akan mengakibatkan rusaknya ikatan-ikatan
yang menghubungkan hemiselulosa dengan selulosa maupun dengan lignin, yaitu ikatan
hidrogen, ester maupun eter. Perusakan ikatan-ikatan dalam komponen lignoselulosa dalam
larutan alkali (NaOH) dan terjadinya pemutusan ikatan akibat panas yang ditimbulkan oleh
paparan microwave.
Semakin lama pemaparan microwave terhadap tongkol jagung dalam larutan alkali
mengakibatkan lignin yang didegradasi lebih banyak jumlahnya, hal ini berkaitan dengan
efek panas yang ditimbulkan selama waktu pemaparan microwave, semakin lama waktu
pemaparan maka efek panas juga meningkat sehingga mampu mendegradasi ikatan dalam
lignin lebih banyak juga sehingga kadar lignin semakin menurun seiring dengan semakin
lama pemaparan microwave. Radiasi microwave dapat meningkatkan reaksi degradasi lignin
dalam larutan NaOH.

Anda mungkin juga menyukai