Anda di halaman 1dari 3

NAMA : DINI HARDIYANTI

NPM : 184301184

KELAS : KHUSUS SEMSTER LIMA

MATA KULIAH : HUKUM ACARA PERATUN

UJIAN AKHIS SEMESTER

1 Perluasan kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara berdasarkan


Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
terkait dengan adanya :

a. Perluasan pemaknaan keputusan yang menjadi objek sengketa.


Dengan adanya perluasan pemaknaan terhadap keputusan tata usaha
negara berimplikasi terhadap perluasan kewenangan PTUN yang
semula hanya berwenang menangani sengketa terkait dengan
keputusan tata usaha negara tertentu (berupa penetapan tertulis yang
bersifat konkrit, individual dan final serta menimbulkan akibat hukum
bagi seseorang atau badan hukum perdata), setelah keluarnya UU
Nomor 30 Tahun 2014 PTUN mempunyai kewenangan menangani
sengketa terkait dengan keputusan tata usaha negara yang lebih luas
(berupa penetapan tertulis yang dikeluarkan pemerintah dalam
penyelenggaraan pemerintahan).

b. Peralihan kewenangan mengadili sengketa pasca upaya administratif


dari kewenangan PT TUN menjadi kewenangan PTUN.

c. Penambahan beberapa kewenangan baru PTUN, yaitu kewenangan


mengadili tindakan faktual pemerintahan, pengujian ada tidaknya
penyalahgunaan wewenang oleh pemerintahan serta kewenangan
memutus terhadap keputusan fiktif positif.

Impelementasi dari perluasan kewenangan PTUN berdasarkan UU


Nomor 30 Tahun 2014 pada PTUN Jambi telah terlihat dari jenis-jenis
perkara yang ditangani PTUN sejak diberlakukannya UU Nomor 30 tahun
2014, yang tidak lagi hanya menangani perkara terkait dengan objek
keputusan tata usaha negara tertentu berdasarkan UU Peratun. Selain telah
menangani perkara terkait keputusan tata usaha negara yang lebih luas, juga
sudah terlihat adanya implementasi kewenangan baru PTUN yaitu
kewenangan memutus permohonan fiktif positif dan kewenangan pengujian
ada tidaknya penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintahan.
Sementara implementasi kewenangan mengadili tindakan faktual pejabat
pemerintahan belum terlihat sama sekali.

Sumber :
A. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan
B. Indroharto, Upaya Memahami Undang-Undang tentang Peradilan
Tata Usaha Negara, Buku I Beracara di Pengadilan Tata Usaha
Negara, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2000
C. http://legalitas.unbari.ac.id/index.php/Legalitas/article/view/177
D.
2 Pembuktian bebas atau teori pembuktian bebas yaitu ajaran atau teori
yang tidak menghendaki adanya ketentuan ketentuan yang mengikat hakim,
sehinggga sejauh mana pembuktian dilakukan diserahkan kepada hakim.

Teori Pembuktian Bebas Teori ini tidak menghendaki adanya


ketentuan-ketentuan yang mengikat hakim, sehingga penilaian pembuktian
seberapa dapat diserahkan kepada hakim (Eddy O.S Hilariej, 2015: 27).

Teori ini dikehendaki jumhur/pendapat umum karena akan memberikan


kelonggaran wewenang kepada hakim dalam mencari kebenaran. Teori ini
menghendaki agar penilaian Hakim sedapat mungkin mendekati keadilan,
sehingga hakim tidak terlalu terikat dengan alat bukti yang diajukan pihak
yang berperkara

Apa sebab yang diikuti adalah ajaran pembuktian bebas, karena proses
pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap sengketa tata usaha negara yang
diatur dalam UU N0.5 tahun 1986 jo UU No.9 Tahun2004 jo. UU no.51
Tahun 2009 menurut pembuat undang-undang dimaksudkan untuk
memperoleh kebenaran materil dan bukan kebenaran formil.

Sumber :
A. Pengetahuan Tentang Hukum: Pembuktian Dan Sistem Pembuktian
Berdasarkan KUHAP
B. Teguh Samudera. Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata, Penerbit
PT. Alumni ,Bandung 2004
C. Eddy O.S.Hilariej, 2015, Teori dan Hukum Pembuktian, Erlangga
Jakarta
D. WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2018
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana
3 Peradilan tata usaha negara, berwenang memeriksa, mengadili,
memutus, dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Peradilan umum, berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus


perkara pidana dan perdata sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Penjelasan Pasal 107 UU Peratun, merupakan penjabaran ajaran


pembuktian bebas, maka dengan memperhatikan segala sesuatu yang terjadi
dalam pemeriksaan , tanpa bergantung pada fakta dan hal yang diajukan oleh
para pihak, hakim Peradilan Tata Usaha Negara dapat menentukan sendiri :
1. Apa yang harus dibuktikan
2. Siapa yang harus dibebani pembuktian hal apa yang harus
dibuktikan oleh pihak yang berperkara dan hal apa saja yang harus
dibuktikan oleh hakim sendiri
3. Alat bukti mana saja yang diutamakan untuk dipergunakan dalam
pembuktian
4. Kekuatan pembuktian bukti yang telah diajukan

Sumber :

A. Pasal 25 UU Kekuasaan Kehakiman


B. Pasal 107 UU Peradilan Tata Usaha Negara

Anda mungkin juga menyukai