OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
Suci Wulandari, M.Pd
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah dengan judul
“Hakekat Matematika dan Pembelajaran Matematika”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika
i
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................i
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..........................................................................................................................2
BAB III.......................................................................................................................................7
PENUTUP..................................................................................................................................7
A. Kesimpulan.......................................................................................................................7
B. Saran................................................................................................................................7
DAFTAR RUJUKAN....................................................................................................................8
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Apabila respons seseorang yang diberikan mendatangkan
kesenangan,maka respon tersebut akan dipertahankan atau diulang dan
sebaliknya apabila responsseseorang yang diberikan tidak
mengenakkan maka respons tersebut akan dihentikan.
2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1) Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang
dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang
salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus
lainnya akan meningkat.
2) Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang
dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer,
maka kekuatannya akan menurun.
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
1) Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi
dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.
2) Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan
musnah.
3
terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa
didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh
reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang
meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun
tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti
dalam classical conditi.
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik.
Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya
terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran
seperti teaching machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta
mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program
pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
4
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi
tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang
sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai
kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya
terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat
kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon
yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau
perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
5
dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih
buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif.
Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila
hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda
dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus
dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar
perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja
melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak
mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah
ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki
kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan
negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk
memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan
penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.
6
terhadap media, sumber dan instrumen informasi yang dapat digunakannya untuk
belajar.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dari penejelasan diatas di atas, maka dapat disampaikan saran berupa
pentingnya bagi penyelenggara pendidikan di sekolah dan penrguruan tinggi untuk
tetap menjadikan pendidikan lingkungan sebagai materi penting dalam kurikulum
8
pembelajaran, baik secara monolitik maupun melalui program yang terintegrasi
dalam berbagai mata pelajaran. Sedangkan bagi peneliti, dapat dilakukan pengkajian
lebih lanjut mengenai berbagai model pembelajaran lainnya yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran pendidikan lingkungan
di Sekolah.
DAFTAR RUJUKAN
Suparlan (2019). Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Teori Kontruktivisme dalam
Pembelajaran volume 1 jilid 2; 78-79