Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nurtiani Ratu Djaga

NPM : 1833122115

Kelas/semester : F3 Akuntansi/4

Matkul : Perpajakan I

RINGKASAN BAB 2 :

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT), PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK

I. Pengertian dan Fungsi SPT

1. Pengertian SPT
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajb pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan atau pembayaran pajak, obyek pajak dan atau bukan obyek pajak, dan
atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
2. Fungsi SPT
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya
terutang dan untuk melaporkan tentang :
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) tahun pajak atau Bagian Tahun
Pajak.
b. Penghasilan yang merupakan obyek pajak dan atau bukan obyek pajak.
c. Harta dan kewajiban.
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak
orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) tahun masa pajak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi surat pemberitahuan sebagai sarana untuk melaporkan
dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran.


b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri untuk Pengusaha
Kena Pajak dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, sesuai dengan dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

Bagi pemotongan atau pemungut pajak, fungsi surat pemberitahuan adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan
disetorkannya.
II. Bentuk, isi, dan dokumen pendukung SPT

Pada dasarnya SPT itu dapat dibagi dua:


1. SPT Tahunan

2. SPT Masa

SPT Tahunan adalah SPT untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak. SPT Masa adalah
SPT untuk suatu Masa Pajak.

Tapi jika dilihat dari jenis pajak, SPT yang wajib disampaikan ke kantor pajak itu ada dua (juga):

1. SPT PPh
2. SPT PPN

SPT Tahunan itu sudah pasti SPT Tahunan PPh. Hanya saja, SPT Tahunan dibagi lagi menjadi
dua jenis subjek pajak, yaitu:

1. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi (OP)


2. SPT Tahunan PPh Badan

Menurut bentuknya, SPT terdiri dari SPT dalam bentuk formulir kertas dan SPT dalam bentuk
dokumen elektronik. Nah dokumen elektonik ini biasa disebut e-SPT atau yang langsung diisi di
web disebut efiling. Jika kita isi langsung di laman pajak maka kita tidak perlu lagi datang ke
kantor pajak. Bisa diisi dimana saja, dan kapan saja.

Isi SPT Tahunan PPh menurut Peraturan Menteri Keuangan nomor 243/PMK.03/2014 harus
memuat data:

 jenis pajak;
 nama Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak;
 Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan;
 tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak;
 jumlah peredaran usaha;
 jumlah penghasilan, termasuk penghasilan yang bukan merupakan objek pajak;
 jumlah Penghasilan Kena Pajak;
 jumlah pajak yang terutang;
 jumlah kredit pajak;
 jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;
 jumlah harta dan kewajiban;
 tanggal pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29; dan
 data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.

III. Jangka Waktu Pelaporan SPT


Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah :
a. Untuk Peberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir masa pajak. Khusus
untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir
bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penhasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling
lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak.
c. Untuk Surat Pemberitahunan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, paling lama 4
(empat) bulan setelah akhir tahun pajak.

IV. Sarana dan Batas Waktu Pembayaran Pajak

Sarana Wajib Pajak dalam membayar dan menyetor pajak adalah Surat Setoran Pajak
atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak dimaksudkan sebagai
surat oleh Wajib Pajak digunakan untuk pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas
negara.

Pembayaran atau penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau tempat lain yang
ditunjuk sebagai tempat pembayaran pajak oleh Direktur Jenderal Pajak. Transaksi pembayaran
atau penyetoran pajak dianggap valid apabila telah disahkan oleh pejabat kantor penerima
pembayaran pajak atau telah divalidasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara.

Tata cara pembayaran setoran pajak melalui sistem pembayaran online dan penyampaian
SPT dalam bentuk digital telah diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep
383/Pj./2002 Tanggal 14 Agustus 2002. Pengaturan – pengaturan tersebut meliputi :
1. Pembayaran pajak umumnya menggunakan sarana SSP, tetapi Wajib Pajak dapat melakukan
pembayaran setoran pajak melalui sistem pembayaran online terhitung mulai tanggal 1 Juli
2002. Wajib Pajak wajib melakukan pembayaran setoran pajak melalui sistem pembayaran
online terhitung 1 Januari 2003. Sistem pembayaran online ini adalah pembayaran setoran
pajak melalui PT Pos Indonesia atau Bank Persepsi/Devisa persepsi online.
2. Penyampaian SPT dapat dilakukan dalam bentuk digital terhitung mulai tanggal 1 Juli 2002.
Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan dan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai ke
Kantor Pelayanan Pajak secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer.

Batas waktu pembayaran atau penyetoran pajak diatur dengan mengacu pada Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak.

Menteri Keuangan mempunyai kewenangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan
penyetoran pajak terutang sebagai batas waktu untuk suatu saat atau masa pajak masing –
masing jenis pajak, paling lama 15 hari setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa
pajak. Keterlambatan dalam pembayaran setoran pajak akan dikenakan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% pebulan dari tanggal jatuh pembayaran sampai dengan tanggal
pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.

Demikian pula untuk STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding,
serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.

V. Sanksi Keterlambatan Pembayaran Pajak dan Pelaporan Pajak

Dalam penyetoran pajak, bisa saja terjadi masalah seperti lupa atau terlambat saat
membayarkannya. Kelalaian seperti ini memang bisa saja terjadi terutama apabila Wajib Pajak
tidak mengingat dan mencatat kapan tanggal pembayaran untuk pajak dilakukan. Terkait
keterlambatan setoran pajak ini ada beberapa peraturan yang diciptakan seperti sanksi-sanksi
yang bisa terjadi pada Wajib Pajak. Penjelasan tentang sanksi yang dapat menjerat Wajib Pajak
apabila telat melakukan penyetoran pajak sebagai berikut:

1. Sanksi Bunga Terlambat Menyetor Pajak


Untuk keterlambatan penyetoran pajak, terdapat sanksi bunga sebesar 2% dari jumlah pajak
yang kurang dibayar dikalikan dengan jumlah bulan terlambat dihitung dari tanggal jatuh
tempo pembayaran sampai dengan tanggal dibayar (satu hari mewakili satu bulan).
2. Sanksi Denda Terlambat Menyampaikan SPT
Untuk SPT yang tidak disampaikan atau terlambat disampaikan dikenakan sanksi
administrasi berupa denda sebagai berikut:
1. Rp100.000,00 untuk SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
2. Rp1.000.000,00 untuk SPT Tahunan PPh Badan Usaha
3. Rp500.000,00 untuk SPT Masa PPN
4. Rp100.000,00 untuk SPT Masa Lainnya

Anda mungkin juga menyukai