Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGANTAR PERPAJAKAN

“MEMAHAMI SPT, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK”

Nama Kelompok :

1. Dewa Nyoman Sandya Summa 1933122097


2. Ni Komang Devia Kusuma Wardani 1733122080
3. Nurtiani Ratu Djaga 1833122115
Daftar Isi
BAB I ……………………………………………………………………………………………….. 1

PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………….1

1.1. LATAR BELAKANG……………………………………………………………………….1


1.2. PERUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………1
1.3. TUJUAN PENULISAN ……………………………………………………………………..1

BAB II …………………………………………………………………………………………………2

PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………………2

2.1. PENGERTIAN DAN FUNGSI SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)...………………….2


2.2. BENTUK, ISI DAN DOKUMEN PENDUKUNG SPT…..………………………………2
2.3. JANGKA WAKTU PELAPORAN SPT …..……………………………………………....4
2.4. SARANA, BATAS WAKTU PEMBAYARAN PAJAK…………………………………..5
2.5. SANKSI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK …………9

BAB III ……………………………………………………………………………………………….12

KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………………………….12

3.1. KESIMPULAN………………………………………………………………………………12
3.2. SARAN………………………………………………………………………………………12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Negara Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan UUD 45 yang menjunjung tinggi hak dan
kewajiban setiap orang. Pajak merupakan wujud dari peran serta masyarakat dalam mendukung
pembangunan maupun perekonomian di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan rasa
tanggung jawab, Peran pajak bagi suatu Negara menjadi sangat dominan. Yang berhak memungut
pajak hanyalah Negara, iuran tersebut berupa uang, bukan barang. Pajak yang dipungut berdasarkan
ketentuan UUD dan aturan pelaksanaannya tanpa jasa timbal balik dari Negara. Pajak yang digunakan
untuk biaya rumah tangga yaitu pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas dan
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang ekonomi.
Namun dalam membayar pajak masih banyak Wajib Pajak yang salah penyetoran, misalnya lebih
bayar ( lb ) atau kurang bayar ( kb ) maka Wajib Pajak yang telah mempunyai NPWP perlu diberikan 
Surat pemberitahuan ( SPT ) dan perlu diberi himbauan.

Dewasa ini, banyak dikalangan masyarakat kita yang belum memahami proses penyampaian SPT,
penyetoran dan pelaopran pajak. Jadi dengan adanya penulisan makalah ini, semoga menjadi
pedoman untuk memahami SPT penyetoran dan pelaopran pajak.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dan fungsi SPT?


2. Apa sajakah yang termasuk kedalam bentuk, isi dan dokumen pendukung SPT?
3. Menjelaskan Jangka Waktu Pelaporan pajak!
4. Menjelaskan sarana dan batas waktu pembayaran pajak!
5. Apa sajakah yang termasuk kedalam sanksi keterlambatan pembayaran dan pelaporan pajak?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Megetahui pengertian dan fungsi SPT.
2. Mengetahui bentuk, isi dan dokumen pendukung SPT.
3. Mengetahui jangka waktu pelaporan SPT.
4. Memahami sarana,batas waktu pembayaran pajak.
5. Memahami sanksi keterlambatan pembayaran dan pelaporan pajak.
6.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN DAN FUNGSI SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan
kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Fungsi SPT ditujukan kepada tiga subjek, yaitu:

1. Wajib Pajak PPh


Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak
yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
a. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui pemotongan
atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak; 
b. penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak;
c. harta dan kewajiban;
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak
orang pribadi atau badan lain dalam satu masa pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan

2. Pengusaha Kena Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan
PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

a) pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;


b) pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau melalui
pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.

3. Pemotong/Pemungut Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut
dan disetorkan.

2.2. BENTUK, ISI DAN DOKUMEN PENDUKUNG SPT

Secara garis besar SPT dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu masa pajak.

b. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian
Tahun Pajak.

Bentuk Surat Pemberitahuan dilihat dari fisik Surat Pemberitahuan terdiri dari formulir
kertas(hardcopy) dan e-SPT.
1. Formulir kertas (hardcopy).
Merupakan formulir dalam bentuk kertas yang dapat diisi oleh Wajib Pajak sebagaimana
formulir pada umumnya.

2. e-SPT
Merupakan data Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh
Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Direktorat Jenderal
Pajak.

Surat Pemberitahuan dilihat dari periode pelaporan terdiri dari Surat Pemberitahuan Tahunan dan
Surat Pemberitahuan Masa.

a. Surat Pemberitahuan Tahunan.


Surat Pemberitahuan Tahunan terbagi dalam beberapa bentuk formulir sesuai dengan Wajib Pajak
yang melaporkannya, yaitu:
1. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan (formulir 1771).
2. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan bagi Wajib Pajak yang diizinkan menyelenggarakan
pembukuan dalam Mata Uang Dolar AS (formulir 1771 $).
3. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (formulir 1770).
4. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Sederhana (formulir 1770 S).
5. Surat Pemberitahuan Tahunan Paj ak Penghasilan Orang Pribadi Sangat Sederhana
(formulir 1770 SS).
b. Surat Pemberitahuan Masa
Surat Pemberitahuan Masa terbagi dal am beberapa bentuk formulir sesuai dengan jenis
pajak yang dil aporkan, yaitu:
1. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 (formulir 1721).
2. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 22.
3. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26.
4. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25.
5. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2).
6. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 15.
7. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (formulir 1111).
8. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut.
9. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran yang
menggunakan nilai lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak (formulir 1111 DM).
10. SPT Masa Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
11. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan.
12. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang diizinkan menyelenggarakan
pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.
13. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
14. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21.

Dokumen/ bukti pendukung SPT:

1. Untuk Wajib Pajak yang mengadakan pembukuan : Laporan keuangan berupa neraca dan
laporan rugi laba serta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya
penghasilan kena pajak.

2. Untuk SPT Masa PPN sekurang-kurangnya memuat jumlah dasar pengenaan pajak, jumlah
pajak keluaran, jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan,dan jumlah kekurangan atau
kelebihan pajak

3. Untuk Wajib Pajak yang menggunakan norma perhitungan: Perhitungan jumlah peredaran
yang terjadi dalam tahun pajak yang bersangkutan

2.3. JANGKA WAKTU PELAPORAN SPT

Batas waktu penyampaian SPT:

1. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 hari setelah akhir masa pajak. Khusus untuk
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan nilai disampaikan Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak

2. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3
bulan setelah akhir tahun pajak.

3. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, paling lama 4 bulan
setelah akhir Tahun Pajak
Wajib pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan sebagaimana dimaksud
untuk paling lama 2 bulan sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan dengan cara menyampaikan
perpanjangan SPT tahunan.

SPT tahunan dibuat secara tertulis dan disampaikan ke KPP sebelum batas waktu penyampaian SPT
tahunan berakhir, dengan dilampiri

a) Perhitungan sementara pajak terhutang dalam 1 tahun pajak yang batas waktu
penyampaiannya diperpanjang.

b) Laporan keuangan sementara

c) Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terurang.

Pemberitahuan perpanjangan SPT tahunan dapat disampaikan :

a. Secara langsung

b. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat;

c. Dengan caralain yang meliputi:

1. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau kurir dengan bukti pengiriman surat atau

2. Saluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi.

2.4. SARANA, BATAS WAKTU PEMBAYARAN PAJAK

Sarana Wajib Pajak dalam membayar dan menyetor pajak adalah Surat Setoran Pajak atau sarana
administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak dimaksudkan sebagai surat oleh Wajib
Pajak digunakan untuk pembayaran atau penyetoran pajak yangterutang ke kas negara.

Pembayaran atau penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau tempat lain yangditunjuk sebagai
tempat pembayaran pajak oleh Direktur Jenderal Pajak. Transaksipembayaran atau penyetoran pajak
dianggap valid apabila telah disahkan oleh pejabat kantorpenerima pembayaran pajak atau telah
divalidasi dengan Nomor Transaksi PenerimaanNegara.

Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi (OP)

1. Batas waktu penyampaian SPT-nya adalah paling lama 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak
a. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

b. Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan adalah WP OP yang dalam satu
tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP)

2. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh harus dibayar lunas
sebelum SPT PPh disampaikan.

Untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan


1. Batas waktu penyampaian SPT-nya adalah paling lama 4 bulan setelah akhir Tahun Pajak

Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

2. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh harus dibayar lunas
sebelum SPT PPh disampaikan.

Untuk SPT Masa

1. Batas waktu penyampaian SPT nya adalah paling lama 20 hari setelah akhir Tahun Pajak.

2. Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang
terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis pajak, paling lama 15 (lima
belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak.

3. Tanggal jatuh tempo pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporan pajak untuk SPT Masa,
yaitu:

a. Jika tanggal jatuh tempo pembayaran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari
sabtu atau hari libur nasional, maka pembayaran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.

b. Jika tanggal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau
hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

c. Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan umum
yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
Batas waktu pembayaran, penyetoran, atau pelaporan pajak untuk SPT masa adalah :

Batas Pembayaran Batas


(Paling Lambat ...) Pelaporan
No. Jenis Pajak
Undang
(Pasal 2 PMK Undang di
242/PMK.03/2014) bidang
Perpajakan

PPh pasal 4(2) tgl 15 bulan tgl 20 bulan


1
setor sendiri berikutnya berikutnya

PPh pasal 4(2) tgl 10 bulan tgl 20 bulan


2
pemotongan berikutnya berikutnya

PPh pasal 15 tgl 15 bulan tgl 20 bulan


3
setor sendiri berikutnya berikutnya

PPh pasal 15 tgl 10 bulan tgl 20 bulan


4
pemotongan berikutnya berikutnya

tgl 10 bulan tgl 20 bulan


5 PPh pasal 21
berikutnya berikutnya
tgl 10 bulan tgl 20 bulan
6 PPh pasal 23/26
berikutnya berikutnya
tgl 15 bulan tgl 20 bulan
7 PPh pasal 25
berikutnya berikutnya

PPh pasal 22
impor setor
sendiri (dilunasi saat penyelesaian
8
bersamaan dg dokumen PIB
bea masuk, PPN,
PPnBM)

PPh pasal 22 hari kerja


impor yang 1hari kerja terakhir
9
pemungutan oleh berikutnya minggu
BC berikutnya

14 hari
PPh pasal 22 hari yang sama dg
setelah
10 pemungutan oleh pembayaran atas
masa pajak
bendaharawan penyerahan barang
berakhir
tgl 10 bulan tgl 20 bulan
11 PPh pasal 22 migas
berikutnya berikutnya

PPh pasal 22
tgl 10 bulan tgl 20 bulan
12 pemungutan oleh WP
berikutnya berikutnya
badan tertentu

akhir bulan
berikutnya
setelah akhir bulan
masa pajak berikutnya
13 PPN & PPnBM berakhir & setelah
sebelum masa pajak
SPT masa berakhir
PPN
disampaikan

tgl 15 bulan akhir bulan


berikutnya berikutnya
PPN atas kegiatan
14 setelah setelah
membangun sendiri
Masa Pajak masa pajak
berakhir berakhir

tgl 15 bulan akhir bulan


PPN atas pemanfaatan
berikutnya berikutnya
BKP tidak berwujud
15 setelah saat setelah
dan/atau JKP dari Luar
terutangnya Masa Pajak
Daerah Pabean
pajak berakhir

akhir bulan
PPN & PPnBM berikutnya
tgl 7 bulan
16 Pemungutan setelah
berikutnya
Bendaharawan masa pajak
berakhir

4. Ketentuan terkait SPT Masa PPh Pasal 25 :

• Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 adalah :

 WP OP yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan pekerjan bebas.

 WP OP yang dalam satu tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto tidak
melebihi PTKP (kepada WP ini juga dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT
Tahunan)

• Wajib Pajak yang melakukan pembayaran PPh Pasal 25 melalui bank persepsi atau kantor pos
persepsi dengan sistem pembayaran secara online dan Surat Setoran Pajak (SSP)-nya telah
mendapat validasi dengan Nomor Transaksi Pembayaran Negara (NTPN), maka SPT Masa
PPh Pasal 25 dianggap telah disampaikan ke KPP sesuai dengan tanggal validasi yang
tercantum pada SSP.
harus
disetor pada
PPN dan/ atau hari yang
PPnBM sama
pemungutan oleh dengan
Pejabat pelaksanaa
17 Penandatanganan n
Surat Perintah pembayaran
Membayar kepada PKP
sebagai Rekanan
Pemungut PPN Pemerintah
melalui
KPPN

tgl 15 bulan akhir bulan


PPN & PPnBM
berikutnya berikutnya
Pemungutan
18 setelah setelah
selain
Masa Pajak masa pajak
bendaharawan
berakhir berakhir

PPh 25 WP
kriteria tertentu
harus
yang dapat 20 hari
dibayar
melaporkan setelah
paling lama
19 beberapa Masa berakhirnya
pada akhir
Pajak dalam satu Masa Pajak
Masa Pajak
SPT Masa. (Pasal terakhir
terakhir.
3 ayat (3B) UU
KUP)

Pembayaran harus
masa selain PPh dibayar
25 WP kriteria paling lama
20 hari
tertentu yang sesuai
setelah
dapat melaporkan dengan
20 berakhirnya
beberapa Masa batas waktu
Masa Pajak
Pajak dalam satu untuk
terakhir.
SPT Masa. (Pasal masing-
3 ayat (3B) UU masing jenis
KUP) pajak.

2.5. SANKSI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK

Sanksi pajak merupakan hal yang sangat dihindari wajib pajak. Tapi, mengapa masih banyak wajib
pajak yang terkena sanksi pajak?

Rupanya, banyak wajib pajak yang tidak sadar bahwa mereka sering mengulang kesalahan yang sama
saat menyelesaikan kewajiban perpajakan. Oleh sebab itu, untuk menghindari sanksi pajak, kita harus
mengetahui apa saja kesalahan yang dapat menimbulkan sanksi pajak.

Berikut ini contoh-contoh kesalahan tersebut:

1. Lupa Tanggal Pembayaran dan Pelaporan Pajak


Salah satu penyebab utama keterlambatan pembayaran pajak adalah karena wajib pajak lupa
tanggal pelaporan. Hal ini biasanya terjadi pada wajib pajak yang mengurus seluruh administrasi
perpajakannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
2. Menunda Pembayaran Pajak
Sering menunda pembayaran pajak dapat menyebabkan wajib pajak terkena sanksi pajak. Tidak
hanya sanksi karena telat membayar pajak, wajib pajak juga bisa terkena sanksi karena telat
menyampaikan SPT. Sebab, jika Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) dilaporkan tidak tepat
waktu, wajib pajak akan dikenakan sanksi pajak berupa denda dan bunga.

3. Menyembunyikan Data
Ini merupakan tindakan ilegal dari wajib pajak yang bertujuan mengurangi jumlah nominal pajak
yang akan dibayarkan. Caranya dengan menyembunyikan atau memalsukan beberapa data seperti
data pendapatan yang diperoleh dan lain sebagainya. Hal ini sudah tentu dapat membuat wajib
pajak terkena sanksi pajak.

Berbicara mengenai sanksi pajak, kita harus tahu apa saja jenis dan besaran sanksi pajak itu sendiri.
Berikut ini sejumlah poin mengenai macam-macam dan besarannya sanksi pajak, yaitu:

Ada 2 macam Sanksi Perpajakan :

1. Sanksi Administrasi Pajak


Sanksi administrasi adalah sanksi berupa pembayaran kerugian terhadap negara seperti denda,
bunga dan kenaikan. Adapun perbedaan antara denda, bunga dan kenaikan dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Sanksi pajak berupa denda ditujukan kepada pelanggaran yang berhubungan dengan
kewajiban pelaporan. Besaran nya pun bermacam-macam, sesuai dengan aturan undang-
undang.
Contohnya, telat menyampaikan SPT Masa PPN, maka nominal denda yang dikenakan senilai
Rp 500.000. Sedangkan telat dalam menyampaikan SPT Masa PPh, maka nominal denda
yang dikenakan senilai Rp1.000.000 untuk wajib pajak badan usaha dan Rp100.000 untuk
wajib pajak perorangan.
b. Sanksi bunga ditujukan kepada wajib pajak yang melakukan pelanggaran terkait kewajiban
membayar pajak. Besarannya sudah ditentukan per bulan. Contohnya, keterlambatan
pembayaran pajak masa tahunan akan dikenakan sanksi pajak berupa bunga senilai 2% per
bulan dari jumlah pajak terutang.
Kekurangan pajak akibat penundaan SPT pun dikenakan sanksi berupa nilai bunga senilai 2%
per bulan atas kekurangan pembayaran pajak. Mengangsur atau menunda pajak juga
dikenakan bunga senilai 2% per bulan dengan ketentuan bagian dari bulan tetap dihitung
penuh 1 bulan.
c. Sanksi kenaikan ditujukan kepada wajib pajak yang melakukan pelanggaran terkait dengan
kewajiban yang diatur dalam material. Sanksi pajak ini berupa kenaikan jumlah pajak yang
harus dibayar. Penyebabnya bisa karena adanya pemalsuan data seperti meminimalkan jumlah
pendapatan pada SPT setelah lewat 2 tahun sebelum terbit SKP. Sanksi kenaikan besarannya
adalah 50% dari pajak yang kurang dibayar.
2. Sanksi Pidana Pajak
Sanksi Pidana adalah sanksi pajak yang diberikan berupa hukuman pidana seperti denda pidana,
pidana kurungan dan pidana penjara. Wajib pajak dapat dikenakan sanksi pidana bila diketahui
dengan sengaja tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar.
Penyebab lainnya adalah wajib pajak memperlihatkan dokumen palsu serta tidak menyetor pajak
yang telah dipotong. Sanksi akibat tindakan ini adalah pidana penjara selama 6 tahun paling lama
dan denda paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang.
Agar dapat terhindar dari sanksi pajak yang berat, berikut ini kiat yang bisa Anda lakukan:
a. Mengisi SPT dengan jujur dan cermat agar tidak terjadi kesalahan data. Pastikan nilai
nominalnya benar, jelas rinciannya, dan lengkap lampirannya.
b. Mengisi faktur pajak dengan lengkap.
c. Hindari akitivitas yang menimbulkan tindak pidana perpajakan terutama aktivitas yang
dianggap grey area hanya karena tidak tercantum dengan jelas dalam perundangan pajak.
d. Setorkan pajak dan laporkan SPT tepat waktu.
e. Hitung, setor, lapor secara cepat dan mudah dengan online

Seperti disinggung sekilas di atas, salah satu penyebab wajib pajak terkena sanksi pajak adalah
lupa tanggal pembayaran dan pelaporan pajak.

Nah, bagi Anda yang sering mengalami masalah ini, aplikasi OnlinePajak menawarkan solusi
yang bisa Anda gunakan untuk menghindari sanksi pajak.

Solusi tersebut adalah fitur-fitur OnlinePajak yang dapat memastikan keakuratan data serta
kecepatan dan kemudahan dalam pembayaran dan pelaporan pajak secara online. Aplikasi
OnlinePajak juga gratis selamanya sehingga wajib pajak tidak lagi terbebani.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULAN

1. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta
dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Fungsi SPTditujukan pada 3 subjek, yaitu Wajib Pajak PPh, Pengusaha Kena Pajak dan
Pemotong/Pemungut Pajak.
3. Dalam SPT dikenal dua bentuk SPT yaitu Formulir Kertas (hardcopy) dan e-SPT.

4. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 hari setelah akhir masa pajak. Khusus untuk
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan nilai disampaikan Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak. Untuk
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, paling lama 4 bulan setelah
akhir Tahun Pajak

5. Sarana Wajib Pajak dalam membayar dan menyetor pajak adalah Surat Setoran Pajak atau sarana
administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak dimaksudkan sebagai surat oleh
Wajib Pajak digunakan untuk pembayaran atau penyetoran pajak yangterutang ke kas negara.

6. Apabila terjadi pelanggaran seperti tidak membayar iuran Wajib Pajak tersebut amaka akan
mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
7. Di dalam pembayran iuran perpajakan tidak adanya toleransi.
8. Ketentuan pembayaran pajak sesuai menurut jenisnya masing-masing.

3.2. SARAN

Makalah ini merupakan karya tulis berdasarkan himpunan material yang di ambil dari berbagai
sumber. Oleh karena itu, jika ada kesalahan dalam penulisan dan dalam penyajian bahan penulis
sangat mengharpakan kritik dan saran dari para pembaca demi terwujudnya kebenaran yang kita
kehendaki semua dan demi kesempurnaan penyelesaian makalah pajak ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai