PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mahasiswi diharapkan dapat mengerti dan memahami teori yang telah didapat selama
proses belajar mengajar sehingga dapat menerapkan secara nyata sesuai tugas dan
wewenang Bidan tentang penatalaksanaan masalah yg didapat sehingga dapat dijadikan
bekal dalam memberi wawasan yang bermanfaat kemudian hari.
Page | 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tentang Pembiayaan Kesehatan
Page | 2
5. penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional,
6. pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data
dan fakta ilmiah, serta
7. pemantauan dan evaluasi.
INDONESIA adalah salah satu negara dari sedikit negara-negara di dunia, yang
belum memiliki sistem pembiayaan kesehatan yang mantap. Padahal kita telah
merdeka lebih dari 50 tahun. Banyak negara yang lebih muda, yang merdeka setelah
Indonesia, justru telah memiliki sistem pembiayaan kesehatan yang lebih mantap,
yang menjadi “model” dan berlaku secara nasional. Dampaknya, jelas terkait dengan
kemampuan menyediakan dana kesehatan bagi seluruh rakyat. Ini terlepas, status
kesehatan rakyat tidak semata-mata tergantung besarnya biaya yang dikeluarkan.
Menurut survei PriceWaterhouse Coopers (1999), sebelum krisis ekonomi (1997),
Indonesia membelanjakan 19,1 dollar AS per kapita per tahun untuk pemeliharaan
kesehatan, atau sekitar 1,7 persen GDP. Bandingkan dengan Malaysia (97,3 dollar
AS atau 2,4 persen GDP), Thailand (108,5 dollar AS atau 4,3 persen GDP),
Singapura (667 dollar AS atau 3,5 persen GDP), Taiwan (623,8 dollar AS atau 4,8
Page | 3
persen GDP). Pada waktu itu, GDP per kapita Indonesia diperhitungkan sebesar
1.080 dollar AS.
Laporan itu juga mengatakan, harapan untuk hidup (life expectancy) Indonesia
adalah terendah dibanding negara-negara itu, yaitu 68 tahun. Ratio tempat tidur
dibanding jumlah penduduk juga terendah, yaitu 0,6 per 1000. Penyebab kematian,
di Indonesia ternyata justru penyakit-penyakit yang sebenarnya telah diketahui cara
diagnosa dan terapinya, yaitu infeksi alat pernafasan (15,15 persen) dan TBC (11,5
persen). Sedangkan di negara-negara tetangga kita, penyebab kematian utama adalah
kanker atau cardio vaskuler, yang merupakan penyakit-penyakit yang lebih sulit
pengobatannya.
Juga dilaporkan, cakupan kepesertaan penduduk Indonesia dalam program jaminan
sosial sektor kesehatan (compulsory coverage, semacam asuransi kesehatan
wajib/sosial) juga terendah, yaitu sekitar 15 persen. Bandingkan dengan Thailand,
yang telah mencapai 56 persen dan Taiwan 96 persen. Rendahnya cakupan
kepesertaan dalam program asuransi kesehatan, ternyata juga menyebabkan
inefisiensi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Meski Indonesia hanya membelanjakan sekitar 10 dollar AS per kapita per tahun
untuk obat-obatan, sedangkan Taiwan membelanjakan sekitar 83 dollar AS per
kapita per tahun, pemakaian obat generik di Indonesia hanya mencapai sekitar 10
persen, sedangkan di Taiwan, pemekaian obat generik mencapai sekitar 70 persen.
Sebabnya, dengan kepesertaan sekitar 96 persen penduduk dalam program asuransi
kesehatan (sosial) Taiwan dapat menyelenggarakan standardisasi pelayanan,
termasuk obat, sehingga dana yang tersedia dapat dimanfaatkan lebih efisien.
Itulah sedikit gambaran, mengapa belanja kesehatan Indonesia adalah yang
terendah. Dampaknya, ada keterbatasan membangun sarana kesehatan bagi rakyat
dan sudah tentu berpengaruh pada status kesehatan rakyat. Meski status kesehatan
tidak semata-mata ditentukan kemampuan dana, masalah mobilisasi dana untuk
pembiayaan kesehatan (di Indonesia) pada hemat saya, semakin mendesak.
Page | 4
bentuk konsep Dana Upaya Kesehatan Masyarakat (DUKM) atau Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) yang diprakarsai Departemen Kesehatan ataupun
Jaminan Pemeliharaan Tenaga Kerja (JPTK) yang merupakan bagian program
Jamsostek. Cakupan seluruh program itu, baru mencapai sekitar 13 persen
penduduk, dimana peserta yang terbesar adalah peserta PT Askes Indonesia (sekitar
14 juta orang)%0.
Kini, dengan semakin meningkatnya biaya pelayanan kesehatan, ada kebutuhan
makin mendesak, untuk segera memiliki suatu sistem jaminan pemeliharaan
kesehatan, yang dapat mencakup seluruh penduduk Indonesia, meski
pelaksanaannya harus bertahap. Hal ini perlu guna mengantisipasi era globalisasi, di
mana keterbukaan kita atas pasar komoditas kesehatan juga makin terbuka, sehingga
ada kebutuhan untuk melindungi rakyat dari praktik kedokteran yang mungkin
hanya akan mengeruk kantung kita. Model apa yang layak dan dapat mempercepat
cakupan program jaminan pemeliharaan kesehatan-kesehatan?
Page | 5
pada Jamsostek seluruhnya ditanggung pemberi kerja. Untuk Askes, telah
dilakukan perubahan, di mana pemberi kerja (pemerintah) harus ikut memberi
iuran dan subsidi, namun belum terlaksana (UU No 43/1999)
3) jenis santunan/benefit package berupa pelayanan kesehatan, sesuai kebutuhan
medis. Ruang lingkupnya ditetapkan berdasar peraturan (pemerintah). Badan
penyelenggara akan membangun sebuah sistem pembiayaan dan pelayanan
kesehatan, untuk dapat memperoleh tingkat efisiensi yang tinggi, yang kini
sering dikenal sebagai Managed healtheare concept.
4) kegotongroyongan di antara peserta, dengan demikian amat lengkap. Antara
kaya miskin, tua muda, sehat sakit, bahkan yang memiliki resiko sakit tinggi
dan rendah. Kegotongroyongan seperti ini sesuai dengan sifat pelayanan
kesehatan itu sendiri, yang selayaknya bobot wajah sosial masih dapat
dipertahankan.
5) Kelima, berdasar studi perbandingan di banyak negara, negara-negara yang
menganut prinsip ini, ternyata juga membelanjakan biaya kesehatan yang lebih
rendah dibanding negara yang menganut prinsip asuransi kesehatan komersial.
Jepang hanya membelanjakan sekitar 50 persen biaya kesehatan dibanding AS.
Demikian juga peningkatan pembiayaan kesehatan setiap tahunnya, AS lebih
tinggi dibanding Jepang.
6) badan penyelenggara juga harus bersifat not for profit, sehingga lebih
menguntungkan peserta. Sisa hasil usaha diperuntukkan bagi peningkatan
pelayanan kesehatan, misalnya, pembangunan sarana kesehatan. Dengan
luasnya kepesertaan dalam sisetm ini, badan penyelenggara juga memperoleh
peluang menikmati harga komoditas kesehatan, misalnya obat-obatan dengan
harga lebih murah. Dampaknya, tentu amat luas pada ekonomi kesehatan.
Demikianlah, prinsip-prinsip universal dalam asuransi kesehatan sosial yang
banyak dianut. Satu hal yang perlu ditegaskan, dalam prinsip asuransi sosial,
sudah tentu pemerintah banyak berperanan, khususnya di dalam regulasi dan
dorongan politis.
Page | 6
Korea, Taiwan dll. Kelebihan sistem ini memungkinkan cakupan
100% penduduk dan relatif rendahnya peningkatan biaya pelayanan
kesehatan.
2) Model asuransi kesehatan komersial (Commercial/Private Health
Insurance). Model ini berkembang di AS. Namun sistem ini gagal
mencapai cakupan 100% penduduk. Sekitar 38% penduduk tidak
tercakup dalam sistem. Selain itu terjadi peningkatan biaya yang amat
besar karena terbukanya peluang moral hazard. Sejak tahun 1993;
oleh Bank Dunia direkomendasikan pengembangan model Regulated
Health Insurance dimana kepesertaan berdasarkan kelompok dengan
syarat jumlah minimal tertentu sehingga mengurangi peluang moral
hazard
3) Model NHS (National Health Services) yang dirintis pemerintah
Inggris sejak usai perang dunia kedua. Model ini juga membuka
peluang cakupan 100% penduduk. Namun pembiayaan kesehatan
yang dijamin melalui anggaran pemerintah akan menjadi beban yang
berat.
Page | 7
Taiwan, Korea Selatan). Dengan demikian bargaining power badan
penyelengara semakin besar, sementara
3) hukum the law of the large number juga semakin besar.
4) Perkembangan asuransi kesehatan sosial di berbagai Negara telah mengubah
konsep asuransi kesehatan tradisional dimana selanjutnya asuransi kesehatan
sosial tidak hanya dianggap sebagai sistem pembiayaan tetapi juga sistem
pemeliharaan kesehatan. Karena itu, dalam konsep asuransi kesehatan sosial
modern, program asuransi kesehatan mendasarkan kerjanya pada dua hal
penting yakni; integrasi sistem pembiayaan (financing of healthcare) dan
sistem pelayanan (delivery of healthcare) yang efisien dan efektif.
5) Perbandingan Berbagai Model Asuransi Kesehatan
Aspek A suransi Kesehatan Sosial
(Social Health Insurance) Asuransi Kesehatan Komersial
(Commercial/ Private Health Insurance) Asuransi Kesehatan Komersial
dengan regulasi
(Regulated Health Insurance)
1. Kepesertaan wajib /pokok Sukarela/ Perorangan/ kelompok Sukarela/
kelompok
2. Perhitungan premi group rating/ community rating Rating by class, sex,
age dll Community rating
3.Santunan / Benefit Menyeluruh/ komprehensif Sesuai kontrak Sesuai
kontrak
4. Premi/ iuran Persentasi gaji Angka absolute Angka absolut
5. Kegotong-royongan (solidaritas sosial) - Kaya - miskin
- Sehat - sakit
- Tua - muda
- High risk - low risk Sehat - sakit - Sehat - sakit
- High risk - low risk
- Tua - muda
6. Kenaikan biaya + +++ ++
7. Peran pemerintah +++ + ++
8. Pengelolaan Not for profit / nirlaba For profit / laba For profit /laba
6) Konsep asuransi dalam pembiayaan kesehatan telah berkembang melalui
berbagai
7) pendekatan yakni sosial (social health insurance) dan komersial
(commercial health insurance). Dantara keduanya berkembang regulated
Health Insurance yang dalam laporan Bank Dunia ( 1993) disarankan untuk
dilaksanakan sebagai pengganti prinsip Commercial/ Private Helath
Insurance
8) Di Indonesia pengembangan asuransi kesehatan sosial (Jaminan
Kesehatan/JK) diatur dalam UU No 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial (SJSN) yang merupakan salah satu program bersama program
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan
Kematian (JKM) dan Jaminan Pensiun (JP). Program JK diselenggarakan
Page | 8
secara nasional, berdasar prinsip asuransi sosial dan ekuitas. Tujuannya
adalah untuk memberikan manfaat pemeliharaan kesehatran dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
9) Prinsip asuransi sosial program JK dalam SJSN meliputi kepesertaan yang
bersifat wajib dan non diskriminatif bagi kelompok formal, iuran berdasar
persentase pendapatan menjadi beban bersama antara pemberi dan penerima
kerja sampai batas tertentu, sehingga ada kegotong-royongan antara yang
kaya-miskin, resiko sakit tinggi-rendah, tua-muda dengan manfaat pelayanan
medik yang sama (prinsip ekuitas), dan pelayanan dapat diakses secara
nasional (portabilitas), bersifat komprehensif, dengan manfaat pelayanan
kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, termasuk obat dan
bahan medis habis pakai. Pengelolaannya dilakukan dengan prinsip kehati-
hatian, nirlaba, transparansi dan akuntabilitas yang tinggi. Dana program
merupakan dana amanat yang digunakan sebesar-besarnya untuk
kepentingan peserta.
10) Kekhususan program JK dalam SJSN adalah bahwa Badan Penyelenggara
harus mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu
pelayanan dan sistem pembayaran pelayanan kesehatan untuk meningkatkan
efisiensi jaminan kesehatan. Penyelenggaraan jaminan kesehatan
menerapkan prinsip-prinsip managed healthcare concept, misalnya
penerapan konsep dokter keluarga, konsep rujukan, konsep wilayah serta
pembayaran prospektif (Prospective Payment System) misalnya kapitasi,
tariff paket, dan DRG’s (Diagnosis Related Groups). Pelayanan obat
diberikan sesuai dengan daftar dan harga tertinggi obat-obatan, serta bahan
medis habis pakai yang ditetapkan.
Page | 9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penulis mohon maaf bila pada penulisan makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mohon kritik dan saran dari pembaca
guna untuk membangun kesempurnaan makalah ini.
Page | 10
DAFTAR PUSTAKA
http://www.jpkmonline.net/index.php?
option=com_content&task=view&id=22&Itemid=612002© Direktori -
Departemen Kesehatan RI. Dikelola oleh Pusat Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan Website oleh Penta Software Indonesia
www.google.com Sistem Pembiayaan Kesehatan
http://pdfdatabase.com/index.php?q=definisi+pembiayaan+kesehatan
http://www.kebijakankesehatan.co.cc/2008/09/definisi-puskesmas.html Kebijakan
Pembiayaan Kesehatan Indonesia.
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1005534630,79955,model-
model Sistem Pembiayaan Kesehatan
Page | 11