“MYIASIS”
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
MIASIS
1. Definisi
Miasis adalah infestasi atau invasi larva lalat diptera, baik pada organ tubuh
atau jaringan manusia maupun hewan vertebrae. Miasis biasanya menyerang
hewan ternak, seperti domba, kambing, sapi dan vertebrae lainnya. Pada
manusia, infestasi larva lalat diptera terjadi pada luka yang bernanah, luka
terbuka, terutama jaringan nekrotik dan dapat mengenai setiap lubang atau
rongga seperti mata, telinga, hidung, mulut, vagina dan anus.Insidensi miasis
hidung sangat jarang terjadi dibandingkan miasis kulit. Spesies lalat yang dapat
menyebabkan miasis hidung, antara lain Oestrus ovis, Chrysomya bezziana,
Cochliomyia hominivorax, Drosophila melanogaster dan Lucilia sericata
(Zuleika, 2016).
2. Etiologi
Agen primer penyebab miasis terbagi menjadi tiga, yaitu lalat Cochliomya
hominivorax (The New World Screwworm Fly) yang tersebar di benua Amerika,
lalat Wohlfahrtia magnifica yang tersebar di Eropa hingga Tiongkok, serta lalat
Chrysomya bezziana yang tersebar di kawasan Afrika bagian tropis dan sub
tropis, subkontinen India, Asia Tenggara termasuk Indonesia dan Papua New
Guinea (Wientarsih, 2017).
3. Morfologi
Chrysomya sp. sering menyebabkan myiasis baik pada manusia dan hewan
dikawasan Afrika dan Asia termasuk Indonesia. Lalat Chrysomya Sp berwarna
biru metalik, biru keunguan atau biru kehijauan. Kepala lalat berwarna oranye
dengan mata berwarna merah gelap. Ukuran lalat ini bervariasi tergantung pada
ukuran larvanya. (Hidayat, 2016).
4. Siklus Hidup
Siklus hidup lalat C. bezziana terbagi menjadi empat tahap, yaitu telur, larva,
pupa dan lalat . Pada tahapan larva, perkembangan L1 sampai dengan L3
memerlukan waktu enam hingga tuj uh hari, selanjutnya L3 akan membentuk
pupa dalam waktu tujuh sampai delapan hari, kemudian menjadi lalat yang akan
bertelur setelah enam hingga tujuh hari. Lalat betina akan meletakkan kumpulan
telurnya di tepi luka pada sore hari atau menjelang petang dalam waktu sekitar
4,1 menit. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh lalat betina berkisar antara 95
sampai 245 (rata-rata 180 telur) . Telur akan menetas menjadi L1 dalam waktu
12 - 24 jam atau sepuluh jam pada suhu 30°C, selanjutnya LI menuju ke daerah
luka yang basah . Sehari kemudian, LI akan berubah menjadi L2 dan muiai
membuat terowongan yang lebih dalam di daerah luka tersebut dengan cara
masuk ke dalam jaringan inang. Larva instar II (L2) akan berkembang menjadi
L3 pada hari keempat bermigrasi keluar dari daerah luka tersebut dan jatuh ke
tanah. Larva tersebut akan membuat terowongan sepanjang 2 - 3 cm untuk
menghindari sinar matahari secara langsung . Larva akan membentuk pupa dalam
waktu 24 jam pada suhu 28°C (Wardani, 2017).
Inang utama C. bezziana adalah hewan peliharaan besar dan satwa liar, dan
kadang-kadang manusia. C. bezziana betina tertarik ke inang dengan luka atau
bagian tubuh yang terbuka dan lembab, termasuk pusar hewan yang baru lahir,
tempat bertelur hingga 245 telur (Gambar 1A). Dalam kasus manusia, lokasi
infestasi utamanya adalah mulut, tungkai, daerah perineum dan inguinal, telinga,
mata, hidung, wajah, kulit kepala, dan batang tubuh . Telur menetas dalam
beberapa jam dan larva yang dihasilkan menggali ke dalam daging dan
menghancurkan jaringan hidup (Gambar 1B). Setelah mabung melalui tiga instar
larva, larva dewasa mengevakuasi luka setelah 6-7 hari (Gambar 1C),
menjatuhkan diri ke tanah dan menggali ke dalam tanah di mana mereka
membentuk puparium (Gambar 1D). Lalat dewasa muncul setelahnya (Gambar
1E), tergantung pada suhu lingkungan (Zhou, 2019).
Selain ulkus atau luka yang berisi larva hidup , gejala C. bezziana myiasis
sebagian besar tidak spesifik, mulai dari pruritis dan nyeri, hingga kerusakan
jaringan dan / atau tulang yang parah. Gejala lain yang sering dilaporkan
termasuk perdarahan, ulkus, luka, perforasi, keluarnya cairan, bengkak, nyeri,
demam, nekrosis , jaringan parah dan / atau kerusakan tulang, dan bau busuk
yang berasal dari luka. Pasien dengan myiases rongga mulut umumnya memiliki
bau busuk, termasuk halitosis. (Zhou, 2019).
6. Diagnosis
Gold Standar untuk diagnosis C. bezziana myiasis adalah bukti entomologis
untuk identifikasi spesies. Larva sampel dibunuh dengan cara direndam dalam air
hampir mendidih (90–100 ° C) selama 30 detik sebelum diawetkan dalam etanol
70% -95% . Ciri-ciri anatomi larva C. bezziana dapat digunakan untuk
identifikasi awal: bentuk tubuh, permukaan tubuh dengan pita menonjol dari duri
seperti duri, papila, spirakel (posterior dan anterior), batang trakea punggung,
kait mulut, dan kerangka cephalopharyngea (Zhou, 2019).
7. Tatalaksana
Hidayat, R., Rahaju, P., Surjotomo, H., & Murdiyo, M. D. (2016). Laporan kasus:
Myiasis pada peristoma trakeostomi. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 29(1), 95-98.
https://www.jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/1249
Wientarsih, I., Mustika, A. A., Wardhana, A. H., Darmakusumah, D., & Sutardi, L.
N. (2017). Daun Binahong (Andredera cordifolia Steenis) sebagai alternatif
insektisida terhadap miasis yang disebabkan lalat Chrysomya bezziana. Jurnal
Veteriner, 18(1), 121-127. https://core.ac.uk/download/pdf/207777634.pdf
Zhou, X., Kambalame, D. M., Zhou, S., Guo, X., Xia, D., Yang, Y., Wu, R., Luo, J.,
Jia, F., Yuen, M., Xu, Y., Dai, G., Li, L., Xie, T., Puthiyakunnon, S., Wei, W.,
Xie, L., Liang, S., Feng, Y., Huang, S., … Zhou, X. (2019). Human Chrysomya
bezziana myiasis: A systematic review. PLoS neglected tropical diseases, 13(10),
e0007391. https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0007391