Anda di halaman 1dari 8

Nama: Ismail Saleh Tarigan

NIM: 1807101030047

Summary, Brain Mapping, Vignette

Skenario

Ny. W 24 tahun G2P1A0 umur kehamilan 38 minggu datang ke RSUD ZA untuk


melakukan persiapan persalinan. Pasien sudah merasakan adanya perut mules, keluar cairan dari
vagina dan tanda-tanda persalinan lainnya. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit Diabetes
Mellitus dan Hipertensi. Dokter melalukan pemeriksaan vital sign dan dipatkan hasil TD 130/90
mmHg HR 80x/menit RR 23x/menit T 36.80C. Setelah 1 jam kemudian Ny. H melahirkan bayi
laki-laki namun sudah 40 menit dari kelahiran bayi nya, plasenta nya belum lahir dan sudah
mendapatkan 10 IU oksitosin. Didapatkan perdarahan sebanyak 600cc. Lalu dokter
menyuntikkan oksitosin ke 2 sebanyak 10UI.

Apakah diagnosa pada skenario diatas ?


Retensio Plasenta dan Inversio Uteri
Definisi

Retensio plasenta adalah keadaan yang ditandai plasenta yang belum lahir dalam waktu
30 menit setelah bayi lahir. Inversio uterus adalah suatu keadaan yang mana fundus uteri turun
keluar lewat ostium uteri eksternum, baik sebagian maupun seluruhnya Citasi.

Etiologi

A. Etiologi retensio plasenta yaitu:


1. Fungsional
 His yan lemah
 Plasenta sukar terlepas
2. Kelainan anatomi Citasi.

B. Etiologi inversi uterus, yaitu:


1. Traksi tali pusat yang berlebihan dengan perlekatan fundus
2. Tekanan fundus dalam keadaan uterus rileks Citasi.

Faktor Resiko

A. Faktor predisposisi retensio plasenta adalah sebagai berikut:


1. Plasenta Previa
2. Bekas Sectio Cesara
3. Kuret Berulang
4. Multiparitas Citasi

B. Faktor resiko Inversio Uteri adalah sebagai berikut:


1. Tali pusat pendek
2. Traksi yang berlebihan pada tali pusat.
3. Tekanan pada fundus yang berlebihan.
4. Sisa plasenta dan abnormal perlekatan plasenta (inkreta, perkreta, akreta).
5. Endometritis kronis.
6. Cepat atau tenaga His yang panjang.
7. Inversio uteri sebelumnya.
8. Obat tertentu seperti magnesium sulfat (sebagai relaksan otot selama persalinan).
9. Unicornuate uteru Citasi.
10. Kelainan bawaan atau kelemahan rahim Citasi.

Klasifikasi

Klasifikasi dari retensio plasenta di bagi menjadi 3 yaitu:

1. Plasenta akreta
Plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding rahim pleh karena vili
corealisnya menembus desidua sampai miometrium.
2. Plasenta adhesiva
Plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding rahim oleh karena kontraksi
uterus tidak adekuat untuk melepaskan plasenta.
3. Plasenta inkarserata
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus tetapi belum lahir karena terhalang oleh
lingkaran kontraksi di bagian bawah rahim Citasi.

Klasifikasi dari Inversio memiliki dapat dibagi menjadi beberapa yaitu:

1. Inversio inkomplit, fundus uterus tidak terbalik di luar serviks


2. Inversio komplit, seluruh uterus terbalik keluar, menonjol melalui cincin serviks.
3. Inversio paksa, inversio uterus yang ditimbulkan dengan mendorong korda atau dengan
menekan paksa plasenta secara manual ketika terjadi atonia uterus
4. Inversio spontan, inversio uterus setelah tindakan spontan dari pasien seperti mengejan,
mengkontraksikan otot abdomen dengan tiba-tiba, batuk atau peningkatan tekanan
intraabdomen Citasi.

Diagnosis

A. Retensio Plasenta :
 Plasenta belum dilahirkan 30 menit sebelum kelahiran bayi
 Perdarahan segera setelah bayi lahir
 Tinggi fundus uterus tidak mengecil, dan kontraksi uterus tidak baik
 Pemeriksaan dalam : OUE masih terbuka, tampak jaringan plasenta Citasi.

B. Inversio Uteri :
 Fundus uteri tidak teraba pada palpasi abdomen, saat di palpasi teraba cekungan mirip
kawah pada palpapsi abdomen
 Perdarahan post partum Citasi.
 Nyeri ringan hingga berat
 Kontraksi uterus tidak baik
 Pemeriksaan dalam : lumen vagina terisi massa, teraba dinding fundus dalam segmen
bawah uterus dan serviks
 Penunjang : konfirmasi dengan ultrasonografi Citasi.

Tatalaksana

A. Tatalaksana Retensio plasenta dapat dirincikan sebagai berikut:

1. Pemberian oksitosin 20-40 unit dalam 1000 cc NacL 0,9% , 60 tpm, lanjut oksitosin infus
20 unit dalam 1000 cc NacL 0,9% 40 tpm sampai perdarahan berhenti
2. Dapat dilakukan penarikan tali pusat terkendali
3. Jika tidak berhasil, maka dapat dilakukan plasenta manual dengan hati-hati
4. Pemberian AB profilaksis single dose (ampisilin 2g IV dan metronidazole 500 mg IV)
5. Ibu segera dirujuk apabila ada komplikasi perdarahan hebat Citasi

B. Tatalaksana inversio uterus dapat dirincikan sebagai berikut:

1. Panggil bantuan, tim multidisiplin (anestesi dan dokter lain)


2. Pasang jalur intravena untuk mencegah hipovolemia
3. Lakukan reposisi uterus
4. Dapat diberikan petidin 1mg/kgBB IM atau IV perlahan dan morin 0,1mg/kgBb
diberikan secara IM
5. Laparatomi dilakukan kalau usaha reposisi tidak berhasil
6. Jika laparatomi tidak berhasil juga maka dilakukan histerektomi Citasi

Komplikasi

Komplikasi Retensio Plasenta adalah sebagai berikut:

1. Perforasi uterus
2. Infeksi
3. Inversio uteri
4. Syok (hipovolemik)
5. Perdarahan postpartum
6. Subinvolution
7. Histerektomi Citasi
Inversio uteri dapat menimbulkan perdarahan pascapersalinan, bahkan sampai dapat
menyebabkan syok Citasi.
Daftar Pustaka

1. WHO, Bakti Husada, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. In: Pedoman Bagi Tenaga
Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013. p. 368.

2. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo; 2016. 460 p.
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL. Williams Obstetrics. 25th ed. United States of
America: McGraw-Hill Education; 2018
Brain Mapping
Vignette

Skenario

Ny. W 24 tahun G2P1A0 umur kehamilan 38 minggu datang ke RSUD ZA untuk


melakukan persiapan persalinan. Pasien sudah merasakan adanya perut mules, keluar cairan dari
vagina dan tanda-tanda persalinan lainnya. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit Diabetes
Mellitus dan Hipertensi. Dokter melalukan pemeriksaan vital sign dan dipatkan hasil TD 130/90
mmHg HR 80x/menit RR 23x/menit T 36.80C. Setelah 1 jam kemudian Ny. H melahirkan bayi
laki-laki namun sudah 40 menit dari kelahiran bayi nya, plasenta nya belum lahir dan sudah
mendapatkan 10 IU oksitosin. Didapatkan perdarahan sebanyak 600cc. Lalu dokter
menyuntikkan oksitosin ke 2 sebanyak 10UI.

1. Apakah diagnosa pada skenario diatas ?


A. Abortus
B. Prolaps tali pusat
C. Retensio Plasenta
D. Malaria
E. Hepatitis B

Skenario 2

Ny Z 22 tahun G1P0A0 dengan umur kehamilan 37 minggu datang ke RSUD ZA dengan


keluhan keluarnya cairan beserta bercak darah dari vagina, disertai dengan perut yang menegang
secara teratur. Pasien mengatakan merasakan perut menegang setiap 6 menit sekali. Dari hasil
pemeriksaan fisik ibu didapakan berat badan ibu 70 Kg, Tinggi badan 170 cm. TD: 110/70
mmHg, HR: 92x/menit, RR : 20x/menit, T 36,70C. Status obsterikus ditemukan TFU 33 cm,
janin tunggal, presentasi kepala, punggung janin teraba di kanan, DJJ 140x/menit. Dari hasil
pemeriksaa dalam dijumpai pembukaan lengkap dan ibu siap mengedan. Pada saat menilai
perdarahan setelah kelahiran uri, didapatkan adanya masa pada vagina dan didapatkan
perdarahan dari liang vagina. Ibu tampak lemas dan pucat.

2. Apakah tatalaksana yang dapat dilakukan pada skenario diatas ?


A. Pemberian oksitosin
B. Reposisi uteri
C. Mengejan
D. Pemberian tokolitik
E. Pemberian analgetik

Anda mungkin juga menyukai