Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir Observasi dengan baik. Tanpa ridho-Nya mungkin
penulis tidak dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

Tugas ini digunakan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bimbingan dan
Konseling semester 3.

Penulis mengakui bahwa manusia mempunyai keterbatasan dalam berbagai


hal, oleh karena itu tidak ada yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.
Begitu pula dengan Laporan Observasi ini yang telah penulis susun. Tidak semua hal
dapat penulis deskripsikan dengan sempurna dalam laporan tertulis ini.

Semoga dengan laporan observasi kali ini dapat menjadi salah satu sampel
sekolah dalam melihat proses layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu,
penulis menerima dengan senang hati dengan adanya kritik dan saran dari pembaca
untuk menjadi lebih baik lagi.

Semarang, Desember 2014

Penulis

ACER 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................................2

BAB 1.....................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..................................................................................................................3

1.1. Latar Belakang........................................................................................................3

1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................3

1.3 Tujuan.....................................................................................................................3

BAB 2.....................................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................4

BAB 3.....................................................................................................................................8

METODE PENILITIAN.........................................................................................................8

3.1 Metode Penelitian....................................................................................................8

3.2 Subjek Penelitian.....................................................................................................8

3.3 Alat Pengumpulan Data...........................................................................................8

BAB 4.....................................................................................................................................9

HASIL PENELITIAN.............................................................................................................9

4.1. Hasil Penelitian.......................................................................................................9

4.2. Analisis Data.........................................................................................................11

BAB 5...................................................................................................................................13

PENUTUP............................................................................................................................13

5.1 Kesimpulan...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

Lampiran I.............................................................................................................................15

Lampiran 2............................................................................................................................16

acer 2
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam proses pendidikan, pada hakekatnya setiap unsur di dalamnya


memiliki kewajiban dan tanggung jawabnya masing-masing. Sehingga dalam
proses kegiatan di sekolah, perlu diadakannya kegiatan bimbingan untuk
menyeimbangkan banyaknya kegiatan lain di sekolah. Bimbingan yang
dimaksud adalah Bimbingan dan Konseling. Seseorang yang akan menjadi
pembimbing disini dinamakan Konselor yang notabene adalah seorang
lulusan Sarjana Pendidikan Konseling.
Dilihat perkembangan zaman yang semakin modern membuat
semakin banyak materi pelajaran yang harus disampaikan oleh seorang guru
matapelajaran, maka tugas guru matapelajaran saat ini memiliki kerumitan
tersendiri dalam memperhatikan satu persatu siswanya. Hal tersebut yang
menyebabkan peran seorang guru Bimbingan dan Konseling sangat
membantu siswa/siswinya dalam menyelesaikan permasalahannya di sekolah
dan memberikan arahan kepada siswa/siswinya.
Dengan adanya permasalahan tersebut, saya bermaksud untuk
memaparkan sebuah laporan observasi yang akan membahas mengenai
peranan guru matapelajaran dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
serta pelaksanaannya.
2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling?


2. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMK Negeri 7
Semarang?
1. Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan observasi di SMK Negeri 7 Semarang antara lain


adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan bimbingan dan konseling dan
peran guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.

acer 3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan dan konseling.
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa
makna. Sertzer & Stone (1966:3) menemukakan bahwa guidance berasal kata guide yang
mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur,
atau mengemudikan).

Prayitno dan Erman Amti (2004:99) mengemukakan bahwa bimbingan adalah


proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau
beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sementara, Winkel (2005:27) mendefenisikan
bimbingan: (1) suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman
dan informasi tentang dirinya sendiri, (2) suatu cara untuk memberikan bantuan kepada
individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala
kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya, (3) sejenis pelayanan kepada
individu-individu agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat
dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan
memuaskan diri dalam lingkungan dimana mereka hidup, (4) suatu proses pemberian
bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri,
menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih,
menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan
lingkungan.

I. Djumhur dan Moh. Surya, (1975:15) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu
proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat
memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self
acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan
untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya
dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan
masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada
peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan
masa depan”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa bimbingan pada prinsipnya


adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau
beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman
tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana
sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang
berlaku. 

acer 4
Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut
konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Sejalan dengan itu, Winkel
(2005:34) mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari
bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar
klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah
khusus.

Berdasarkan pengertian konseling di atas dapat dipahami bahwa konseling adalah


usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat
mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.

Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan


kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas
dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru
mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien
pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu
guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya.
Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata
pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa.
2. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data
tentang siswa-siswa tersebut.
3. Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing/konselor.
4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa
yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar
/latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan
pembimbingan dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti
konferensi kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis


Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena
itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka
mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

acer 5
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam
kegiatan BK, yaitu:
1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,
laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik
maupun umum.
2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal
pelajaran dan lain-lain.
3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan
swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi
dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan
dan pengetahuan.
7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar-mengajar.
8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin
dengan mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam
proses pembelajaran peserta didik, yang mencakup :
1. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan
dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).
2. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi,
memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber
(resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti
demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during
teaching problems).
3. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa,
menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas
tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang
ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi
produknya.
Dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas
pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari sudut
pandang psikologis.Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan
administrasi pendidikan, guru berperan sebagai :
1. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan.
2. Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara
dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan.

acer 6
3. Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus
diajarkannya.
4. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik
melaksanakan disiplin.
5. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar
pendidikan dapat berlangsung dengan baik.
6. Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk
mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan
menjadi pewaris masa depan.
7. Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan
berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.

Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan


sebagai :
1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus
menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya.
3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap
peserta didik di sekolah.
4. Model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh
oleh mpara peserta didik; dan
5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan
merasa aman berada dalam didikan gurunya.
Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :
1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang memahami
psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik.
2. Seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations), artinya
guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana
hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat
mencapai tujuan pendidikan.
3. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk
menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan
pendidikan.
4. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang mampu
menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang baik.
5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru bertanggung
jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik.

acer 7
BAB 3
METODE PENILITIAN

1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah observasi ke lokasi.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian kali ini adalah Ibu Winda selaku guru Bimbingan dan
Konseling di SMK Negeri 7 Semarang, Ibu Sri Utami, S.Pd., M.Pd. selaku
wali kelas dan guru mata pelajaran Kimia di SMK Negeri 7 Semarang dan
Bapak Drs. Widodo Sis Mirmanto, S.H., M.Si. selaku guru Fisika SMK
Negeri 7 Semarang
3. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah dengan
menggunakan media interview/wawancara.

BAB 4

acer 8
HASIL PENELITIAN

1. Hasil Penelitian

Pertanyaan yang diajukan:

1. Guru Bimbingan dan Konseling (Bu Winda)

1. Menurut Ibu, bagaimana pandangan siswa/siswi mengenai BK?


Jawab : Sebagian besar siswa/siswi di SMK Negeri 7 Semarang sudah
memahami bahwa BK bukan hanya untuk siswa/siswi yang
melakukan kenakalan remaja, tepai juga untuk siswa/siswi
ingin berkonsultasi dengan masalah di kehidupan
kesehariannya.
2. Permasalahan apa yang sering siswa/siswi ceritakan kepada guru BK?

Jawab : Yang paling sering siswa ceritakan adalah permasalahan karir


untuk melanjutkan studi, tetapi tidak menutup kemungkinan
ada juga yang bercerita tentang permasalahan pribadi,
keluarga, dan bahkan keuangannya.

3. Model bimbingan seperti apa yang Ibu terapkan kepada siswa/siswi


SMK Negeri 7 Semarang?
Jawab : Bimbingan yang diterapkan ada 2 jenis, yaitu bimbingan
individu dan bimbingan secara kelompok. Bimbingan
individu dilaksanakan oleh masing-masing individu sesuai
kebutuhan, sedangkan bimbingan kelompok dilaksanakan
sesuai jadwal yang ditentukan pihak sekolah.

4. Apakah sebelum melaksanakan bimbingan dan konseling, guru BK


perlu memiliki data lengkap mengenai diri siswa?
Jawab : Ya, perlu.

5. Metode seperti apa yang digunakan untuk mendapatkan data diri


siswa?
Jawab : Melalui tes khusus yang dilaksanakan saat siswa/siswi
diterima di SMK Negeri 7 Semarang

6. Bagaimana cara Ibu berkolaborasi dengan guru mata pelajaran untuk


mengetahui perkembangan siswa/siswi SMK Negeri 7 Semarang?

Jawab : Melalui papan bimbingan, atau bisa juga Wali setiap kelas
berbagi cerita kepada guru BK mengenai karakter
siswa/siswinya.

acer 9
2. Guru Mata Pelajaran SMK Negeri 7 Semarang
No Pertanyaan Ibu Sri Utami Bapak Widodo Sis
1 Apa yang bapak/ibu Layanan BK di sekolah Merupakan suatu layanan
ketahui mengenai merupakan yang di dalamna terdapat
layanan BK di pendampingan dan acuan pendampingan terhadap
sekolah? untuk siswa siswi dalam siswa.
kehidupan sehari-hari.
2 Apakah bapak/ibu Tentu saja Iya, menyampaikan.
menyampaikan menyampaikan. Seperti Contohnya adalah saya
informasi tentang adanya layanan konsultasi memberitahu kepada siswa
layanan BK di karir setelah lulus dari bahwa BK bisa melayani
sekolah? Seperti apa SMKN 7 Semarang. bentuk konsultasi ataupun
contoh informasi bimbingan mengenai
yang diberikan masalah-masalah yang
kepada siswa/siswi? sedang dihadapi
siswa/siswi.
3 Bagaimana cara Melalui pendekatan Mencari informasi terlebih
bapak/ibu mengajak secara personal terhadap dahulu kepada teman
siswa/siswi agar bisa siswa/siswi tersebut, atau dekatnya, menanyakan
terbuka terhadap bisa juga permasalahan di dengan guru BK latar
masalahnya? alihkan ke BK. belakang diri siswa/siswi
tersebut, atau juga
pemanggilan anak secara
khusus untuk mengajak
berkomunikasi tentang
masalahnya.
4 Bagaimana cara Memberikan pelajaran Sebelum menyikapi
bapak/ibu menyikapi tambahan kepada siswa permasalahan, hendaknya
permasalahan belajar yang bersangkutan, guru juga harus terbuka
peserta didik? memberi pengayaan dengan siswa, sehingga
kepada siswa/siswi yang ketika siswa merasa dekat
sudah lulus dari dengan guru, maka akan
target/KKM, selalu mudah guru mengetahui
memberikan motivasi letak kelemahan belajar
kepada siswa/siswinya. peserta didik, dan bisa
mencari solusi serta jalan
keluar yang baik untuk
permasalahan tersebut.
5 Apakah bapak/ibu Tentu saja. Agar siswa Ya, selalu. Agar siswa
selalu memberikan selalu termotivasi dan menjadi semangat.
motivasi kepada selalu semangat dalam Motivasi sebelum KBM

acer 10
peserta didik disaat kegiatan belajar dimulai, disela-sela KBM,
kegiatan belajar mengajar. dan akhir kegiatan KBM.
mengajar dimulai?

2. Analisis Data

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMK Negeri 7


Semarang sudah berjalan dengan cukup baik. Dilihat dari hasil wawancara
dengan Guru BK sekolah, adanya miskonsepsi BK yang terjadi sudah
semakin berkurang, hanya sebagian kecil saja yang masih ada anggapan
bahwa BK adalah seorang yang mengurus anak-anak bermasalah.
Berkurangnya miskonsepsi ini juga berkaitan dengan peranan guru sebagai
informator yang telah membantu guru BK dalam menyampaikan informasi.

Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang secara langsung ditangani


oleh seorang guru BK atau bisa juga disebut dengan konselor merupakan
kegiatan bimbingan yang dibagi menjadi 2 jenis, dan disesuaikan melalui
kebutuhan. Adanya bimbingan kelompok di SMK Negeri 7 Semarang
Merupakan program dimana BK diberikan jam pelajaran khusus di kelas X.
Tujuannya antara lain memantau perkembangan siswa yang sedang
mengalami transisi dari masa sekolah menengah ke sekolah kejuruan.
Bimbingan lain yang dilaksanakan antara lain bimbingan individu, yaitu
secara langsung, client/siswa/siswi memberikan layananlan langsung kepada
individu tersebut.

Guru-guru mata pelajaran di SMK Negeri 7 Semarang sudah mengerti


dan memahami secara umum mengenai layanan bimbingan dan konseling.
Dilihat dari jawaban yang telah diberikan oleh Ibu Sri Utami, S.Pd., dan
Bapak Drs. Widodo Sis Mirmanto, S.H., M.Si. menunjukkan bahwa guru
mata pelajaran sudah melaksanakan perannya dengan baik.

Peran guru sebagai informator sudah dilaksanakan dengan baik,


seperti yang telah dilakukan oleh Ibu Sri dan Bapak Widodo yang
menyampaikan bahwa BK juga bisa melayani konsultasi hal lain, sehingga
dapat mengurangi adanya miskonsepsi bahwa guru BK adalah polisi sekolah.

Peran guru sebagai fasilitator dan mediator terlihat ketika seorang


guru memberikan perhatian berupa ekstra tambahan pelajaran dan
memberikan pengayaan bagi siswa/siswi yang sudah lulus dari batas
minimum pemahaman seorang siswa.

Masalah lain yang mungkin sering siswa/siswi hadapi adalah


permasalahan dimana siswa/siswi sudah mulai jenuh dalam mengikuti
pelajaran dan menerima pengajaran dari seorang guru, maka peran guru
sebagai motivator pun akan terlihat. Sebagai guru seharusnya dapat
memberikan sugesti dan motivasi kepada siswa/siswinya dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Pemberian motivasi, seperti contoh yang sudah
dilaksanakan oleh Bapak Widodo, yaitu memberikan motivasi secara

acer 11
Apresepsi, yaitu motivasi untuk mempersiapkan siswa untuk mengikuti
kegiatan KBM, disaat KBM sedang berlangsung, dan juga di akhir KBM
sebagai resume hasil kegiatan KBM.

Peranan guru sebagai kolaborator juga hal yang penting karena proses
layanan bimbingan dan konseling membutuhkan bantuan dan dukungan
program dari guru-guru mata pelajaran yang lain. Sehingga proses layanan
BK dapat berkesinambungan dengan seluruh manajemen utuh sebuah
pendidikan dimana sama-sama saling memiliki tujuan untuk memberikan
perubahan kepada seorang client yang memiliki permasalahan di hidupnya.

Secara keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di


SMK Negeri 7 Semarang sudah berjalan dengan baik serta didukung oleh
seluruh komponen yang terlibat sehingga memudahkan dalam
pelaksanaannya.

acer 12
BAB 5
PENUTUP

1. Kesimpulan
1. Pelayanan bimbingan dan konseling di SMK Negeri 7
Semarang sudah berjalan dengan baik dan optimal.
2. Peran guru mata pelajaran sebagai informator,
fasilitator, mediator, motivator dan peran kolaborasi sudah dilaksanakan
dengan baik.
2. Saran
Terus meningkatkan kegiatan layanan bimbingan dan konseling secara
intensif dan terus memantau perkembangan peserta didik yang ada di sekolah,
sehingga dapat menghasilkan perkembangan peserta didik secara optimal.

acer 13
DAFTAR PUSTAKA

Mugiarso, Heru, dkk. 2009. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Unnes Press.
Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Depdiknas.
Djumhar, I dan Surya, Moh.. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance &
Counseling). Bandung : CV Ilmu.

Shertzer, B. & Stone, S.C. 1976. Fundamental of Gudance. Boston : HMC

Prayitno dan Amti, Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua.

Winkel, W.S,.2005. Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakarta:
Gramedia

acer 14
Lampiran I

Ket. lokasi:

Kantin guru SMK Negeri 7 Semarang


acer 15
Lampiran 2

acer 16

Anda mungkin juga menyukai